• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Perjanjian Modal Ventura

2. Penyertaan secara Tidak Langsung

Bentuk-bentuk penyertaan secara langsung di atas merupakan cara yang ideal sekaligus diminati oleh PMV dalam melakukan pembiayaan pada PPU. Meskipun demikian, mengingat tingkat perkembangan dan kemampuan calon PPU sangat beragam, maka dalam rangka melakukan pembiayaan pada PPU di samping dapat dilakukan dengan cara penyertaan secara langsung, juga dapat dilakukan dengan cara penyertaan secara tidak langsung.

Penyertaan secara tidak langsung (indirect investment) adalah penyertaan modal oleh PMV pada PPU tidak dalam bentuk modal saham (equity), tapi dalam bentuk obligasi konversi (convertible bond) atau partisipasi terbatas/bagi hasil (profit

sharing). Kedua bentuk penyertaan secara tidak langsung ini sudah tentu dalam

operasionalnya akan mempunyai konsekuensi yang berbeda satu sama lainnya, begitu pula dengan bentuk dari penyertaan secara langsung.

53

a. Obligasi Konversi (Convertible Bond)

Obligasi merupakan salah satu jenis surat berharga alternatif yang dapat dipilih para investor untuk melakukan investasi. Para investor ini tertarik untuk membeli obligasi karena nilai bunga yang diberikan pada umumnya lebih tinggi dari bunga deposito, atau jika bunganya rendah, mungkin tertarik karena kelebihan lainnya, seperti dapat ditukarkan dengan saham (convertible) sehingga ada jenis obligasi yang disebut obligasi konversi (convertible bond).54

Menurut Munir Fuady obligasi konversi merupakan

“Obligasi di mana pihak pemegang obligasi tersebut mempunyai hak atau kewajiban untuk menukarkan obligasi tersebut dengan saham dari perusahaan penerbit pada waktu yang ditentukan. Dalam kaitannya dengan modal ventura, penyertaan dalam bentuk obligasi konversi merupakan suatu pola pembiayaan PMV pada PPU yang awalnya dilakukan dalam bentuk utang piutang yang nantinya akan dikonversi menjadi saham. Untuk itu hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bentuk ini antara lain anggaran dasar PPU, ketentuan tentang pengeluaran saham, kewenangan direksi dan dewan komisaris serta keputusan rapat umum pemegang saham.55

Obligasi konversi dapat dilakukan baik terhadap PPU yang telah berbadan hukum maupun pada perusahaan dalam proses pendirian perseroan terbatas. Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam bentuk ini adalah harus tersedia saham porto folio dalam jumlah yang cukup apabila obligasi konversi tersebut akan dikonversi menjadi saham. Dalam bentuk ini apabila ada jaminan, maka sejak konversi dilakukan semua jaminan atau beban yang melekat pada barang jaminan, seketika itu juga berakhir. Setelah konversi dilakukan, kedudukan PMV dan para pesero PPU adalah sama

54

Ibid., hal. 34.

55

dalam arti selaku pemegang saham yang terikat pada ketentuan yang berlaku pada anggaran dasar dan ketentuan lain mengenai perseroan terbatas.

b. Partisipasi Terbatas/Bagi Hasil

Penyertaan modal dalam bentuk partisipasi terbatas atau bagi hasil digunakan apabila dalam hasil pemeriksaan awal yang dilakukan oleh PMV terhadap PPU, baik dari segi finansial, manajemen, maupun dari segi hukum dianggap tidak tepat jika dilakukan dengan cara penyertaan langsung atau obligasi konversi.56

Penyertaan modal dengan pola bagi hasil (profit sharing) merupakan bentuk penyertaan oleh PMV yang didasarkan pada prinsip-prinsip bagi hasil dalam suatu usaha bersama antara PMV dan PPU.57 Prinsip bagi hasil di dalam perjanjian modal ventura merupakan prinsip pembagian dengan berdasarkan atas perhitungan dari keuntungan (laba) yang diperoleh PPU sebelum atau sesudah pemberian dana yang dilihat dari laporan keuangan PPU tersebut.58

Bentuk penyertaan modal dengan partisipasi terbatas/bagi hasil tersebut adalah bentuk penyertaan yang paling sering dipakai dalam pelaksanaan modal ventura. Dipilihnya bentuk pembiayaan dengan pola bagi hasil ini disebabkan oleh latar belakang kondisi PPU yang umumnya merupakan merupakan usaha kecil dan bentuk usahanya sebagian besar usaha perseorangan dan yang tidak berbadan hukum, dan faktor keterbatasan dari PMV, baik dari segi kemampuan dana maupun dari segi

56

Sunaryo, op.cit, hal. 34.

57

Ibid., hal. 35.

58

Wawancara dengan Ibu Jumaliati, Kepala Bagian Legal dan SDM PT. Sarana Sumut Ventura, di Medan, tanggal 16 Februari 2011, pukul 11.00 WIB.

sumber daya manusianya, yang akan ditempatkan pada manajemen PPU. Selain itu, bentuk penyertaan tersebut dinilai lebih memberikan banyak keuntungan kepada PMV.59

Bentuk penyertaan dengan pola bagi hasil tersebut merupakan bentuk penyertaan modal yang dibahas di dalam penelitian ini, sehingga perjanjian yang dibahas kemudian di dalam penelitian ini adalah Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil sebagai akibat dari dipilihnya bentuk penyertaan dengan pola bagi hasil sebagai bentuk pelaksanaan investasi modal yang disepakati dari PMV kepada PPU.

Pasal 13 ayat 1 Kepmenkeu No. 1251/KMK.013/1988 menentukan bahwa untuk memperoleh izin usaha, diajukan permohonan kepada menteri dengan melampirkan contoh perjanjian pembiayaan yang diperlukan. Hal inilah yang mendasari Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil harus dibuat dalam bentuk tertulis, dan agar dapat menjadi bukti yang sah dan mempunyai kekuatan hukum dibuat dengan akta notaril.

Perjanjian dilakukan dengan melaksanakan isi dari perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak. Isi perjanjian merupakan ketentuan-ketentuan dan syarat- syarat yang berisi hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Dalam hal ini dicerminkan asas kebebasan berkontrak, yakni seberapa jauh pihak-pihak dapat mengadakan perjanjian, hubungan apa yang terjadi di antara mereka dan sampai sejauh mana hukum yang mengatur hubungan antara mereka.60

59 Ibid.

60

Anggo Doyoharjo, Perusahaan Modal Ventura sebagai Mitra untuk Pengembangan Usaha Kecil, http://unisri.ac.id/anggo/?p=5.html, diakses tanggal 2 Januari 2011.

Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil dibuat di hadapan notaris (notaril) maka bagian-bagian dalam perjanjian tersebut mengikuti bagian di dalam UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris khususnya dalam Pasal 38 ayat 1 yang terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu awal akta, badan akta, dan akhir atau penutup akta.

Dalam Pasal 38 ayat 2 UU No. 30 Tahun 2004 disebutkan bahwa awal akta memuat:

a. Judul akta b. Nomor akta

c. Jam, hari, tanggal, bulan dan tahun

d. Nama lengkap dan tempat kedudukan notaris

Awal akta di dalam Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil juga memuat bagian-bagian yang disebut di dalam pasal tersebut di atas (lihat Lampiran).

Setelah bagian awal akta kemudian Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil masuk ke dalam badan akta yang seperti disebut dalam Pasal 38 ayat 3 UU No. 30 Tahun 2004 memuat:

a. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan/atau orang yang mereka wakili.

b. Keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap.

c. Isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang berkepentingan.

d. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.

Di bagian badan akta Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil antara PT. Sarana Sumut Ventura dengan PPU pertama-tama termuat tentang identitas lengkap penghadap seperti yang tercantum di dalam pasal tersebut di atas (lihat Lampiran). Namun perlu diperhatikan bahwa penghadap harus memenuhi syarat yaitu paling sedikit berumur 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah, dan cakap melakukan perbuatan hukum (Pasal 39 ayat 1 UU No. 30 Tahun 2004).

Mengenai keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap, M. U. Sembiring di dalam bukunya menyebutkan bahwa seseorang yang menghadap notaris guna pembuatan akta dapat bertindak dalam beberapa kualitas yakni menghadap atau bertindak untuk dirinya sendiri, untuk dan atas nama orang lain melalui lembaga kuasa, dalam kedudukan, atau dalam jabatan selaku organ (alat perlengkapan) suatu badan hukum.61

Isi akta Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil antara PT. Sarana Sumut Ventura dengan PPU terdiri dari:

a. Bentuk pembiayaan

Bentuk pembiayaan yang dimaksud di dalam perjanjian ini adalah bentuk pembiayaan yang dipilih oleh para pihak untuk melaksanakan pemberian investasi. Pemilihan bentuk pembiayaan didasari oleh bentuk pembiayaan yang dibutuhkan oleh PPU, bentuk usaha PPU dan aspek usaha PPU.

61

M.U. Sembiring, Teknik Pembuatan Akta, Program Pascasarjana Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 1997, hal. 30-34.

Mengingat judul perjanjian yang dibahas adalah Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil maka bentuk pembiayaan yang dipilih oleh para pihak adalah pembiayaan dengan pola bagi hasil.

b. Jumlah dan tujuan penggunaan fasilitas dana

Jumlah dan tujuan dari penggunaan fasilitas dana yang diberikan oleh PMV kepada PPU tergantung dari

1) aspek hukum, meliputi bentuk usaha, perizinan usaha dan lain-lain. 2) aspek keuangan

3) aspek usaha dan

4) kelayakan semua aspek yang berkaitan dengan PPU.

Jumlah dana yang diberikan oleh PMV kepada PPU diuraikan di dalam daftar yang dibuat di bawah tangan yang bermaterai cukup yang ditandatangani oleh PMV dan PPU, yang dilekatkan pada minuta akta Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil dan menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari akta perjanjian tersebut.

Perlu diingat bahwa penggunaan fasilitas dana ini harus sesuai dengan yang disetujui antara PMV dan PPU di dalam perjanjian. Apabila PPU menggunakan dana yang diberikan oleh PMV tidak sesuai dengan yang diperjanjikan, maka PPU dinilai telah melakukan kelalaian dan dapat dikategorikan telah melakukan wanprestasi.

c. Jangka waktu pembiayaan

Jangka waktu pembiayaan dalam perjanjian ini juga tergantung dari kesepakatan para pihak, namun di dalam Pasal 4 ayat 2 Keppres No.

1251/KMK.013/1988 disebutkan bahwa penyertaan modal dalam setiap PPU bersifat sementara dan tidak boleh melebihi jangka waktu 10 (sepuluh) tahun, sehingga di dalam praktik pembiayaan ini umumnya hanya berlangsung kurang dari 10 (sepuluh) tahun. PT. Sarana Sumut Ventura sendiri menetapkan jangka waktu pembiayaan dilaksanakan mulai 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun.62

d. Imbalan jasa bagi hasil, biaya administrasi

Imbalan jasa bagi hasil di dalam perjanjian pembiayaan ini ditetapkan oleh PMV berdasarkan laba yang diperoleh oleh PPU dari aktivitas usahanya sebelum atau sesudah pembiayaan. Laba tersebut dihitung dari laporan keuangan PPU sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi Indonesia secara umum dan sesuai dengan standar yang dianut oleh PMV.

Imbalan jasa yang dipergunakan di dalam perjanjian ini sebesar 18,19 % (delapan belas koma satu sembilan persen). Besar imbalan jasa ini lebih tinggi daripada bunga yang diberikan oleh bank yang sebesar 12-18 % (dua belas sampai delapan belas persen). Keadaan ini terjadi sebagai akibat dari adanya peminjaman dana dari berbagai sumber oleh PT. Sarana Sumut Ventura yang bertujuan agar PT. Sarana Sumut Ventura sebagai perusahaan pembiayaan tetap dapat melaksanakan kegiatan usahanya.63

Imbalan jasa bagi hasil ini pada umumnya dibayar setiap bulan pada setiap tanggal pencairan fasilitas pembiayaan. Dengan demikian laporan keuangan

62

Wawancara dengan Ibu Jumaliati, op.cit.

63

Wawancara dengan Bapak Julfizar, Direktur PT. Sarana Sumut Ventura, di Medan, tanggal 4 April 2011, pukul 15.00 WIB.

PPU sangat penting untuk diserahkan kepada PMV agar dapat dilakukan penetapan perhitungan imbalan jasa bagi hasil yang harus dibayar oleh PPU. Akan tetapi apabila laporan keuangan tidak dapat diserahkan maupun terlambat diserahkan oleh PPU umumnya PMV dan PPU menetapkan untuk memakai persentase yang tercantum di dalam perjanjian (misalnya 19 % (sembilan belas persen)).

Di samping pembayaran imbalan jasa, PPU juga dibebankan dengan biaya administrasi setiap pancairan dana dilakukan. Jumlah biaya administrasi tersebut dihitung dari jumlah fasilitas pembiayaan yang dibayar pada saat pencairan dana dilakukan (misalnya 1,5 % (satu koma lima persen).

Pembayaran imbalan jasa bagi hasil dan biaya administrasi dilakukan oleh PPU melalui rekening yang telah disetujui antara PMV dan PPU.

e. Fasilitas dana

PPU wajib mengembalikan seluruh jumlah fasilitas dana dengan sempurna dengan cara mengembalikan dana setiap bulan yang dilakukan untuk pertama kalinya pada bulan pertama sejak pencairan fasilitas pembiayaan pertama kali sampai jumlah fasilitas dana yang diberikan oleh PMV lunas. Pengembalian dana tersebut dilakukan selambat-lambatnya setiap akhir bulan dari tanggal pencairan pembayaran pertama kali dilakukan. Apabila PPU lalai melaksanakan pembayaran pengembalian dana tersebut, maka untuk setiap hari keterlambatan PPU dikenakan denda keterlambatan sebesar 1 0/00 (satu

PPU dapat membayar lebih dahulu seluruh atau sebagian dari jumlah fasilitas dana walaupun jangka waktu yang telah diperjanjikan belum berakhir. Hal ini diawali dengan mengajukan surat permohonan tertulis mengenai pembayaran kembali lebih dahulu sedikitnya 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum pembayaran. Pembayaran tersebut hanya dapat dilakukan setelah 1 (satu) tahun berlangsungnya perjanjian. Apabila pembayaran tersebut dilakukan sebelum 1 (satu) tahun maka PPU akan dikenakan denda administrasi sebesar 2 % (dua persen) dari sisa jumlah pembiayaan.

f. Syarat-syarat penarikan dana

Apabila PPU ingin menerima fasilitas dana dari PMV, PPU harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut yaitu

1) PPU menyampaikan surat permohonan secara resmi pada alamat PMV yang telah ditentukan.

2) PMV telah menerima surat-surat, izin-izin, persetujuan-persetujuan dari yang berwenang serta dokumen-dokumen yang diperlukan termasuk dokumen-dokumen jaminan yang telah ditandatangani secara sah.

3) PMV telah menerima hasil yang memuaskan menurut pertimbangan PMV atas pemeriksaan PPU yang dilakukan berdasarkan prosedur sebagaimana yang berlaku pada PMV.

4) PPU telah memenuhi semua jaminan, janji, pernyataan-pernyataan serta kesanggupan-kesanggupan yang ditetapkan dalam perjanjian.

6) Tidak terdapat hal-hal atau kejadian-kejadian yang menurut pertimbangan PMV dapat mempunyai pengaruh buruk atau merugikan terhadap fasilitas dana yang akan diberikan oleh PMV kepada PPU.

g. Sistem pembukuan

PPU harus mengadakan sistem pembukuan sehingga memungkinkan adanya pengendalian yang memudahkan pelaksanaan audit dan merupakan alat yang baik bagi manajemen untuk pengawasan maupun untuk perencanaannya. Pada setiap akhir tahun buku juga harus dibuat neraca dan perhitungan laba/rugi berikut laporan keuangan lainnya sesuai syarat-syarat yang dapat diterima oleh PMV, yang harus diserahkan kepada PMV selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun buku berjalan.

h. Pendampingan dan pengawasan

Selama perjanjian ini berlangsung, PMV ataupun penerima kuasanya secara sah yang telah diberi kuasa oleh PPU dapat mengadakan pengawasan, pembinaan dan pendampingan. Hal ini dilakukan apabila dianggap perlu oleh PMV dan telah disepakati oleh PMV dan PPU. Pengawasan, pembinaan dan pendampingan yang dimaksud di atas meliputi segi keuangan, manajemen, perizinan, pengelolaan sumber daya manusia, proyeksi serta resiko lain yang disepakati kedua belah pihak. Namun hal ini tidak terbatas pada bidang- bidang yang telah disebut di atas, sepanjang disepakati dan diperjanjikan oleh kedua belah pihak pengawasan, pembinaan dan pendampingan di luar hal-hal tersebut diperbolehkan.

Pengawasan, pembinaan dan pendampingan dilaksanakan oleh PMV dengan cara menetapkan 1 (satu) orang atau lebih karyawan dalam PPU di bagian keuangan atau bidang-bidang lain yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Dalam hal ini PPU harus memberi fasilitas sepenuhnya kepada PMV atau penerima kuasanya termasuk pemberian informasi-informasi yang benar, baik mengenai PPU sendiri maupun para krediturnya (apabila ada).

i. Pelaporan

PPU wajib menyerahkan laporan keuangan, aliran kas (cash flow) dan laporan produksi/penjualan kepada PMV. Laporan-laporan tersebut merupakan dasar perhitungan imbalan jasa bagi hasil untuk PMV. Pelaporan tersebut wajib diserahkan kepada PMV secara berkala sedikitnya setiap 1 (satu) bulan sekali selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak berakhirnya bulan berjalan kecuali dipandang perlu dapat dilaporkan kurang dari waktu tersebut.

j. Jaminan

Guna menjamin pembayaran kembali seluruh jumlah fasilitas dana yang telah diberikan oleh PMV, PPU memberikan jaminan kepada PMV. Jaminan yang diberikan kepada PMV ini disesuaikan dengan bentuk usaha PPU dan juga merupakan bentuk jaminan yang diperbolehkan menurut ketentuan perundang-undangan dan menurut PMV, misalnya hak tanggungan, fidusia, jaminan perorangan dan lain-lain.

k. Kesanggupan

Bagian ini berisi mengenai kesanggupan-kesanggupan yang dapat diberikan oleh PPU kepada PMV selama pelaksanaan perjanjian, antara lain

1) PPU berjanji dan mengikatkan diri untuk melaksanakan penatausahaan semua administrasi dan penyediaan tenaga staf yang diperlukan sehubungan dengan pengembangan PPU, termasuk tenaga pembukuan yang cakap.

2) PPU sanggup menanggung semua biaya termasuk pajak-pajak yang terhitung dan yang timbul serta wajib dibayar oleh PPU selama berlangsungnya perjanjian, termasuk juga semua biaya-biaya serta pajak- pajak yang terutang sehubungan dengan penatausahaan administrasi dan penyediaan staf dalam rangka pengembangan usaha PPU.

3) PPU sanggup dan bertanggung jawab sepenuhnya untuk mengembalikan dan membayar semua kewajibannya yang timbul berdasarkan perjanjian. 4) PPU sanggup dan karenanya mengikat diri untuk mengurus perolehan

semua izin-izin yang diperlukan dari instansi yang terkait guna terselenggaranya usaha dengan baik.

5) PPU sanggup dan karenanya mengikat diri untuk tunduk dan melaksanakan semua ketentuan, syarat-syarat dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku pada PMV mengenai pemberian fasilitas dana baik yang saat ini telah ada maupun yang kemudian hari dinyatakan berlaku, sejauh ketentuan-ketentuan, syarat-syarat dan kebiasaan-kebiasaan tersebut tidak bertentangan dengan suatu ketentuan perundang-undangan yang bersifat mengikat ataupun sesuatu prinsip hukum yang berlaku di Indonesia.

l. Pernyataan-pernyataan

Bagian di dalam perjanjian ini mencantumkan pernyataan-pernyataan dari PPU mengenai benar dan sahnya setiap hal yang berkaitan dengan proses dan pelaksanaan pembiayaan ini. Selain itu, PPU juga memberikan pernyataan bahwa apabila terdapat hal, jaminan, ataupun keterangan serta dokumen yang tidak benar diberikan oleh PPU dalam perjanjian dan juga apabila terdapat gugatan atau tuntutan dari pihak manapun sehubungan dengan dibuat, ditanda tangani serta dilaksanakannya perjanjian, maka PPU berjanji untuk:

1) Melepaskan atau membebaskan PMV dari gugatan atau tuntutan tersebut. 2) Akan menanggung sendiri gugatan atau tuntutan tersebut.

3) Atas permintaan tertulis dari PPU membayar kepada PMV segala kerugian yang diderita oleh PMV sebagai akibat gugatan atau tuntutan tersebut. m. Pembatasan-pembatasan

Bagian pembatasan merupakan bagian di dalam perjanjian mengenai hal-hal apa yang tidak boleh dilakukan oleh PPU tanpa sepengetahuan dan seizin PMV yaitu misalnya

1) Melakukan likuidasi atau pembubaran atau tindakan-tindakan yang menjurus kepada kepailitan.

2) Mendapatkan fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari suatu lembaga atau institusi apapun yang menimbulkan kewajiban dan atau menjadikan dijaminkannya sebagian atau seluruh harta kekayaan PPU.

3) Melakukan pembayaran atau pemenuhan kepada pihak ketiga yang menimbulkan gangguan terhadap jadwal pengembalian kewajiban kepada PMV.

4) Menjaminkan, menggadaikan, menjual, menyewakan atau dengan cara lain mempertanggungkan harta kekayaannya pada pihak ketiga.

5) Membagikan keuntungan usaha baik sementara ataupun final. n. Kelalaian

Kelalaian yang dimaksud di dalam perjanjian adalah penyimpangan dari ketentuan-ketentuan yang ditetapkan di dalam perjanjian tersebut antara lain meliputi:

1) Pihak kedua lalai untuk membayar sesuatu jumlah uang yang wajib dibayarnya menurut ketentuan dalam perjanjian ini.

2) Pihak pertama menerima pernyataan, surat keterangan atau dokumen- dokumen lainnya yang diberikan oleh pihak kedua, pemberi jaminan atau penjamin kepada pihak pertama sehubungan dengan perjanjian ini ternyata tidak mempunyai kebenaran dalam arti materil.

3) Pihak kedua pemberi jaminan atau penjamin mengajukan ketetapan atau memperoleh ketetapan sebagai yang dinyatakan dalam keadaan pailit, atau ditaruh di bawah pengampuan (onder curatele gesteld) atau memperoleh penundaan pembayaran dari pengadilan, baik bersifat sementara maupun pasti atau tetap (surseance van betaling), atau karena alasan apapun juga tidak lagi berhak mengurus dan menguasai harta kekayaaannya.

4) Surat izin lisensi atau persetujuan yang dikeluarkan/diberikan oleh instansi/pihak yang berwenang kepada pihak kedua, pemberi jaminan atau penjamin untuk menjalankan usahanya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku sehingga pihak kedua, pemberi jaminan atau penjamin sudah tidak dapat lagi menjalankan sahnya secara sah.

5) Harta benda pihak kedua, pemberi jaminan atau penjamin disita baik sebahagian maupun seluruhnya oleh pengadilan atau pihak manapun juga. 6) Pihak kedua tidak memenuhi salah satu saja dari ketentuan atau syarat-

syarat dari perjanjian ini.

Apabila PPU dinilai telah melakukan bentuk-bentuk kelalaian di atas, maka PPU melepaskan keuntungan yang didapat dari persyaratan mengenai surat teguran juru sita atau surat-surat lainnya yang sama dengan itu dan ketentuan- ketentuan dalam Pasal 1266 dan 1267 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa pembatalan persetujuan harus dimintakan kepada pengadilan dan PMV dapat memaksa PPU untuk memenuhi persetujuan atau menuntut pembatalan persetujuan disertai penggantian biaya, kerugian dan bunga, sehingga keputusan, ketetapan, izin atau kuasa dari pengadilan tidaklah diperlukan lagi di dalam terjadinya perbuatan-perbuatan yang disebut di atas. Pada intinya penyelesaian untuk kelalaian tersebut dikembalikan kewenangannya kepada PMV.

o. Hak untuk meninjau kembali

Hak untuk meninjau kembali adalah hak yang dimiliki oleh PMV untuk meninjau kembali secara berkala atau menarik kembali atau untuk

membatalkan fasilitas dana yang akan atau telah diserahkan berdasarkan perjanjian, misalnya perubahan jumlah dana yang disediakan PMV untuk fasilitas pendanaan bagi usaha PPU ataupun apabila di kemudian hari terdapat hal-hal yang menurut pertimbangan PMV dapat membahayakan pokok jumlah fasilitas dana tersebut.

p. Ketentuan lain

Di dalam bagian ini diatur mengenai

1) Hal-hal yang belum diatur atau tidak cukup diatur dalam perjanjian akan diatur lebih lanjut oleh kedua belah pihak secara musyawarah untuk mencapai mufakat dalam tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari dan hasilnya akan dituangkan secara tertulis yang merupakan adendum dari perjanjian.

Dokumen terkait