• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.3 Kurs atau Nilai Tukar (Exchange Rate)

2.3.2 Penyesuaian Kurs

Perubahan nilai kurs yang terjadi pada prinsipnya disebabkan oleh ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran valuta asing pada suatu tingkat harga tertentu. Perubahan ini tidak dapat dihindari sehingga dijumpai pihak yang dirugikan dan diuntungkan, untuk itu diperlukan penyesuaian.

System penyesuaian kurs atau disebut juga system penyesuaian internasional, dalam perkembangannya meliputi:

1. Sistem nilai tukar yang diadakan di Bretton Woods, New Hampshire Amerika Serikat pada tahun 1944 dirancang untuk memastikan tujuan-tujuan ekonomi

dalam negeri tunduk pada tekanan keuangan global. Beberapa hal yang telah disepakati dalam sistem ini antara lain adalah sebagai berikut:

a. Amerika Serikat (AS) akan mengaitkan mata uangnya USD dengan sejumlah tertentu emas. Waktu itu ditetapkan sebanyak 35 USD per ounce emas.

b. Negara-negara lain dapat mengaitkan nilai mata uangnya dengan emas atau mata uang USD. Mata uang negara lain berfluktuasi sebesar 1% terhadap USD.

c. Negara-negara lain dapat menyimpan cadangannya dalam bentuk emas maupun dalam bentuk mata uang USD. Biasanya mereka menyimpan cadangan mereka dalam bentuk USD dengan pertimbangan bahwa menyimpan dalam bentuk USD mendapat bunga dibandingkan dalam bentuk emas yang tidak mendapatkan apa-apa.

d. Amerika Serikat akan menjual emas dalam jumlah tertentu yang tetap kepada pemilik uang dollar yang sah.

e. Begitu mata uang negara lain ditentukan nilai tukarnya, maka pemerintah wajib memelihara nilai tukar tersebut sehingga nilainya tetap. Cara yang ditempuh adalah dengan mengadakan intervensi pada pasar valuta asing. Sebagai contoh apabila nilai tukar mata uangnya jatuh maka pemerintah akan menjual cadangan devisa negara tersebut.

f. Didirikan International Monetary Fund (IMF) guna membantu bank sentral yang mengalami kesulitan keuangan dengan memberikan pinjaman sementara.

Meskipun mempunyai beberapa kelemahan, sistem ini memberikan stabilitas keuangan yang memadai dan pertumbuhan ekonomi selama periode tertentu. 2. Fixed Exchange Rate System (gold standard)

Suatu negara yang memakai standar emas adalah bilamana nilai mata uangnya didasarkan pada nilai sejumlah emas tertentu. Standar emas sebenarnya tidak dirancang secara sengaja, standar ini terjadi dengan sendirinya dalam perekonomian. Emas menjadi standar moneter karena komoditi ini secara umum dapat diterima dan banyak negara menggunakan sebagai mata uang. Selama semua negara menggunakan standar emas, masyarakat akan dapat melakukan pembayaran kepada orang lain di negara lain.

Standar emas diharapkan dapat memelihara keseimbangan pembayaran internasional dengan penyesuaian tingkat harga pada suatu negara. Bila suatu negara yang mengalami defisit neraca pembayaran karena impornya (pembelian) dari negara lain melebihi nilai ekspornya (penjualan) ke negara lain.

Sistem nilai tukar standar emas menggolongkan tingkat nilai tukar mata uang sebagai berikut:

a. Kurs mint parity, menunjukkan perbandingan berat emas yang dikandung mata uang-mata uang yang berbeda.

b. Kurs ekspor emas, nilai tukar pada titik ini merupakan kurs tertinggi dalam sistem standar emas yang ditandai adanya aliran emas keluar dari negara tersebut.

c. Kurs titik impor emas, ditandai adanya aliran emas masuk ke negara tersebut dan merupakan kurs terendah dalam sistem standar emas. d. Kurs valuta asing yang terjadi, merupakan tingkat nilai tukar yang

benar-benar terjadi.

3. Fluctuating/Floating Exchange Rate System (paper standard)

Sistem ini disebut juga sebagai sistem kurs mengambang, dan membiarkan kurs bergerak menurut mekanisme pasar. Bahwa perubahan nilai kurs terjadi disebabkan oleh kekuatan permintaan di satu sisi dan kekuatan penawaran di sisi lain, berarti semata-mata kurs ditentukan oleh kedua pelaku tersebut.

Perubahan harga barang ekspor dan impor pada pasar perdagangan internasional mengakibatkan perubahan nilai ekspor dan impor yang akan mempengaruhi harga barang di dalam negeri. Konsekuensi perubahan harga barang ini mengakibatkan terjadinya perubahan nilai kurs secara langsung. Mekanisme penyesuaian melalui sistem ini merupakan sistem penyesuaian jangka pendek, terjadi apabila permintaan terhadap valuta asing tertentu meningkat lebih besar daripada penawaran maka nilai kurs akan naik atau sebaliknya.

Pada sistem ini diharapkan bahwa apabila kurs valuta asing terus naik, maka diharapkan impor akan berhenti sendiri, karena dengan naiknya kurs valuta asing barang-barang impor menjadi mahal sehingga menjadi kurang menarik bagi konsumen atau paling tidak dihindari oleh konsumen karena

harganya lebih tinggi. Sistem ini tidak mempunyai alat penghalang seperti emas pada sistem standar emas. Biasanya valuta-valuta ini tidak konvertibel.

Dalam praktek terdapat dua jenis Floating Exchange Rate System, yaitu:

1. Free Floating Exchange Rate System.

Dalam sistem nilai tukar dibiarkan bergerak bebas. Pergerakannya sepenuhnya tergantung dari kekuatan penawaran dan permintaan di pasar. Bank sentrl tidak melakukan intervensi ke pasar guna mempengaruhi nilai tukar mata uangnya. Pada sistem ini, perubahan nilai tukar tidak akan mempengaruhi cadangan devisa negara itu karena begitu ada perubahan penawaran atau permintaan akan berdampak langsung pada naik-turunnya nilai tukar valuta.

2. Managed (Dirty) Floating Exchange Rate System

Berbeda dengan sistem di atas maka pada sistem ini bank sentral dapat melakukan intervensi ke pasar guna mempengaruhi pergerakan nilai tukar valuta. Bank sentral melakukan intervensi ini biasanya disebabkan karena pergerakan kurs valuta dipandang tidak menguntungkan bagi perekonomian negara tersebut sehingga perlu dilakukan intervensi untuk mencegah akibat yang lebih buruk lagi. Pada sistem ini naiki turunnya cadangan devisa ditentukan oleh ada tidaknya intervensi bank sentral ke pasar.

3. Exchange Control System (pengawasan devisa)

Dalam keadaan/situasi tertentu pemerintah merasa perlu untuk mengadakan peraturan-peraturan yang membatasi kebebasan lalu lintas devisa. Tindakan pemerintah langsung ditujukan kepada tingginya kurs dan kepada jumlah devisanya. Alasan untuk restriksi atau membatasi di dalam kebebasan lalu lintas devisa adalah:

a. Untuk menghemat pemakaian devisa

b. Untuk menjamin pelaksanaan impor barang-barang esensial c. Untuk mencegah pelarian modal

d. Untuk menjamin pelaksanaan debt service pemerintah e. Untuk stabilisasi kurs

f. Untuk memiliki kekuatan dalam perundingan-perundingan politik/ekonomi dengan negara lain.

g. Untuk dipakai sebagai alat pengatur/pengarah kegiatan ekonomi nasional. 2.4 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor/lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya di suatu wilayah/region (dalam hal ini provinsi) dihitung dan dimasukkan, tanpa memperhatikan kepemilikan atas faktor produksi.

Dengan demikian PDRB secara agregatif menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan/balas jasa kepada faktor-faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di daerah tersebut.

Hubungan antara pendapatan dan impor ini untuk berbagai negara, dan termasuk provinsi adalah sangat besar/kuat. Namun, untuk beberapa negara (umumnya negara transisi) atau provinsi dapat sangat kecil/lemah sekali, tetapi pada umumnya pendapatan dan impor bergerak sejajar. Dengan pendapatan yang bertambah, orang mendapatkan kesempatan untuk membeli lebih banyak keperluannya di luar negeri. Sebaliknya dengan pendapatan yang bertambah, orang mendapatkan kesempatan untuk membeli lebih banyak keperluannya di luar negeri.

Dokumen terkait