• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyetoran Uang Hasil Pemungutan ke Kas Daerah a. Kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari :

GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN

2. Penyetoran Uang Hasil Pemungutan ke Kas Daerah a. Kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari :

1) BKP Dipenda menerima Laporan Pemungutan dan Penyetoran uang dari Uang dari UKT.

2) BKP Dipenda menjumlahkan Buku Pembantu Penerimaan Sejenis

secara harian.

3) BKP Dipenda mencatat Buku Pembantu Penerimaan Sejenis pada

kolom penerimaan pada Buku Kas Umum yang dibuat 2 (dua) lembar.

4) BKP Dipenda tiap hari menyetor uang hasil pemungutan ke Kas Daerah

dengan membuat Bukti Sektor Bank.

5) Kas daerah menerima penyetoran uang hasil pemungutan kemudian

menandatangani dan menyerahkan Bukti Sektor Bank.

6) BKP Dipenda atas dasar Bukti Sektor Bank yang diterima dari Kas

Daerah mencatat ke dalam kolom penyetoran Buku Kas Umum.

7) BKP Dipenda tiap akhir bulan menjumlahkan Buku Kas Umum

kemudian membuat Laporan Realisasi Penerimaan dan Penyetoran Uang dan menyerahkan Laporan Realisasi Penerimaan dan Penyetoran Uang ke Kepala Daerah serta Buku Kas Umum.

b. Formulir dan Buku yang dipergunakan adalah :

1) Formulir terdiri dari :

a. Laporan Realisasi Penerimaan dan Penyetoran Uang

b. Laporan Pemungutan dan Penyetoran UKT

2) Buku terdiri dari :

a. Buku Pembantu Penerimaan Sejenis

3.1.4 Mekanisme Penetapan Tarif Paja Restoran Pasal 45

Dengan pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada restoran.

Pasal 46

1. Tarif Pajak Restoran paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen)

2. Tarif Pajak Restoran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan

dengan Peraturan Daerah.

Pasal 47

1. Besarnya pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara

mengalihkan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (2) dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 45.

2. Pajak Restoran yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat

restoran berlokasi.

3.2 Ketentuan

a. Undang-undang No. 18 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

b. Undang-undang No. 34 Tahun 2000 Tentang perubahan atas

undang-undang No. 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.

c. Peraturan pemerintah No. 65 Tahun 2001 Tentang Pajak daerah dan

Retribusi Daerah.

d. Undang-undang No. 25 Tahun 1999 Tentang perimbangan keuangan

e. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 43 Tahun 1999 Tentang Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan Pendapatan lain-lain.

f. Peraturan daerah No. 4 Tahun 2001 Tentang pembentukan organisasi dan

tata kerja dinas-dinas daerah di lingkungan pemerintah kota medan.

g. Keputusan Walikota Medan No. 9 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan

Peraturan Daerah Kota Medan.

h. Keputusan Walikota Medan No. 12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah

Kota Medan.

i. Keputusan Walikota No. 25 Tahun 2002 Tentang tugas pokok dan fungsi

Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

j. Peraturan Pemerintah No. 84 Tahun 2000 Tentang pedoman organisasi

perangkat daerah.

3.3 Objek, Subjek dan Wajib Pajak Restoran

Objek Pajak Restoran adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran termasuk Bar, Kafe, Rumah makan, Buffet, Kantin, Kedai nasi/ kopi dan meliputi penjualan makanan/ minuman di tempat yang disertai tempat penyantapannya maupun yang diantar/ dibawa pulang (take away)

Pengecualian terhadap Objek Pajak Restoran adalah : 1. Pelayanan jasa boga/ catering

2. Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang

pendapatan brutonya tidak melebihi batas Rp. 600.000 (enam ratus ribu rupiah) per bulan.

3. Penjualan makanan dan minuman ditempat yang disertai dengan fasilitas penyantapan di hotel.

Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan restoran.

Wajib Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada Restoran.

Tarif Pajak Restoran adalah sebesar 10 %.

Besarnya Pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalihkan tarif pajak sebagaimana dimaksud pada pasal 13 dengan dasar pengenaan sebagaimana dimaksud pada pasal 12 :

1. Pajak yang terutang dipungut di dalam daerah.

2. Masa Pajak Restoran adalah jangka waktu yang lamanya sama

dengan satu bulan takwin.

3. Pajak Restoran terutang dalam masa pajak terjadi atau timbul pada saat kegiatan pelayanan restoran dilakukan.

3.4 PENDAFTARAN DAN PENDATAAN PASAL 44

1. Pendaftaran dilakukan terhadap wajib pajak yang berdomisili di dalam

maupun di luar Wilayah Daerah memiliki objek pajak di daerah.

2. Kegiatan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diawali dengan

mempersiapkan formulir pendaftaran dan diberikan kepada wajib pajak. 3. Wajib pajak mengisi formulir pendaftaran dengan jelas, lengkap dan benar

4. Formulir pendaftaran yang dikembalikan oleh Wajib Pajak dicatat dalam induk wajib pajak secara berurutan yang digunakan sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) bagi Wajib Pajak.

PASAL 45

1. Setiap wajib pajak wajib mengisi SPTPD dan formulir lain yang

disamakan dengan itu.

2. SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya.

3. SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus disampaikan kepada Kepala

Daerah atau Pejabat selambat-lambatnya 15 hari setelah berakhirnya masa pajak.

4. Bentuk, isi, dan tata cara pengisian dan penyampaian SPTPD ditetapkan

oleh Kepala Daerah.

3.5 PERHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAK PASAL 46

1. Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 (1) Kepala

Daerah atau Pejabat menetapkan pajak terutang dengan menertibkan SKPD atau yang dipersamakan dengan itu.

2. Apabila SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak kurang bayar

setelah lewat waktu paling lama 30 hari sejak SKPD diterima, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dan ditagih dengan menerbitkan SKPD.

1. Wajib pajak membayar sendiri SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 53 ayat (1) digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak sendiri yang terutang.

2. Dalam jangka waktu 5 tahun sesudah saat terutangnya pajak, Kepala

Dearah dapat menerbitkan :

a. SKPDKB

b. SKPDKBT

c. SKPDN

3. SKPDKB sebagimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diterbitkan :

a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang bayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu yang lama 24 bulan sejak saat terutangnya pajak.

b. Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang

ditentukan dan telah ditegur secara tertulis, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan sejak saat terutangnya pajak.

c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang

terutang dihitung secara jabatan dan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 25 % dari pokok pajak ditambah sanksi administrasi berupa 2 % sebulan dihitung dari

pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan sejak saat terutangnya pajak.

4. SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diterbitkan

apabila ditemukan data baru yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak terutang, akan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak tersebut.

5. SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diterbitkan apabila

jumlah pajak terutang sama besarnya dengan jumlah pajak yang telah disetorkan.

6. Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan

SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b atau tidak sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan SPTPD ditambah dengan sanksi administrasi berupa sebesar 2 % sebulan.

7. Penambahan jumlah pajak yang terutang sebagaimana dimaksud ayat (3)

tidak dikenakan pada Wajib Pajak apabila melaporkan sendiri sebelum dilakukan pemeriksaan.

3.6 TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK PASAL 48

1. Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang

ditunjuk oleh Kepala Daerah dalam waktu 30 hari setelah diterimanya SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD.

2. Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Kepala Daerah.

3. Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dilakukan

dengan menggunakan SSPD.

4. Pembayaran pajak dengan sistem membayar sendiri, dilakukan di Kas

Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah pada tanggal 7, 14, 21 dan 28 berdasarkan SPTPD atas pajak yang telah dipungut dalam masa pajak bilamana tanggal tersebut jauth pada hari libur maka jadwal pembayaran dimundurkan pada tanggal berikutnya.

PASAL 49

1. Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas

2. Kepala Daerah atatu pejabat dapat memberikan persetujuan kepada wajib

untuk mengangsur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan

3. Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus

dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2 % sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.

4. Kepala Daerah atau pejabat dapat memberikan persetujuan kepada wajib

pajak untuk menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan dikenakan bunga sebesar 2% sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.

5. Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara pembayaran angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (4) ditetapkan oleh Kepala Daerah atau pejabat

PASAL 50

1. Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 48 diberikan

tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam bukti penerimaan

2. Bentuk, jenis, isi, dan ukuran tanda bukti pembayaran dan bukti

penerimaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Daerah

3.7 TATA CARA PEMBUKUAN DAN PELAPORAN PASAL 51

1. SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPKBT, dan STPD dicatat dalam buku

menurut jenis pajak sesuai dengan NPWPD/

2. Besarnya penetapan dan penerimaan pajak dihimpun dalam Buku Jenis

Pajak dan atas dasar Buku Jenis Pajak dibuat Daftar Penetapan, Penerimaan dan Tunggakan per jenis Pajak.

3. Berdasarkan Daftar Penetapan, Penerimaan, dan Tunggakan dibuat

pelaporan realisasi penerimaan dan tunggakan per jenis Pajak sesuai dengan Masa Pajak.

3.8 TATA CARA PENAGIHAN PAJAK PASAL 52

1. Surat teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya sebagai awal tindak pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.

2. Dalam jangka waktu 7 hari setelah tanggal Surat Teguran atau Surat

Peringatan atau surat lain yang sejenisnya, Wajib Pajak harus melunasi pajak yang terutang.

3. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat.

PASAL 53

1. Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam

jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya, jumlah pajak yang harus dibayar ditagih dengan Surat Paksa.

2. Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera lewat 21 hari sejak tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya.

PASAL 54

Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa. Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.

PASAL 55

Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum juga melunasi utang pajaknya, setelah lewat 10 hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah

melaksanakan Penyitaan, Pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Lelang Negara.

PASAL 56

Setelah Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, juru sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada Wajib Pajak.

PASAL 57

Bentuk, jenis dan isi formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan pajak daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah

3.9 PENGURANGAN KERINGANAN DAN KEBEBASAN PAJAK PASAL 68

1. Kepala Daerah atau Pejabat berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat

memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak.

2. Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak

BAB IV

Dokumen terkait