PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
TENTANG
MEKANISME PEMUNGUTAN DAN PENETAPAN TARIF PAJAK RESTORAN DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA KANTOR DINAS PENDAPATAN DAERAH
KOTA MEDAN
OLEH :
NAMA : WIN PUTRAGA NAULY
NIM : 082600033
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Program Studi Diploma-III
Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis kepada Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan,kekuatan,rahmad serta Anugrah-nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir dalam bentuk laporan dengan judul
Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak Terhadap Wajib Pajak Pribadi di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.Tugas akhir ini ditulis dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan Program
Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
Dalam hal ini penulis menyadari sepenuhnya isi dari ini masih jauh dari
sempurna.Dalam hal ini di sebabkan masih kurangnya pengetahuan dan
pengalaman baik dalam dalam memproleh ,mengumpulkan dan mengolah
data.meskipun demikian penulis berusaha semaksimal mungkin agar tulisan
ini dapat tersusun dengan baik dan selesai sebagaimana mestinya.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati,penulis bersedia dan terbuka
terhadap kritikan maupun masukkan atau saran yang membangun kearah
perbaikan demi kesempurnaan penulisan ini,dan dapat memberikan
mamfaat dimasa yang akan datang.
Disini penulis juga mengakui dan sangat memahami bahwa tanpa bantuan
dari berbagai pihak-pihak yang terkait penulis tidak dapat menyelesaikan
laporan ini,dalam kesempatan yang baik ini penulis tidak lupa
1. Bapak Prof.DR.Badarudin,M.Si sebagai Dekan Fakultas ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs.Alwi Hashim Batubara.M.Si sebagai ketua Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan
3. Bapak Indra Efendi,S.Sos sebagai Pembimbing yang telah membimbing
dan mengarahkan Saya dalam penulisan Laporan tugas akhir ini
dengan penuh kesabaran.
4. Bapak Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
5. Teristimiwa dan yang paling utama buat Ayahanda dan Ibunda tercinta
yang mempunyai andil penting dalam memberikan dukungan moral
dan materil serta doa restunya buat Samruddin
6. Terima Kasih kepada seluruh pegawai Program Diploma III
Administrasi Perpajakan
7. Terima Kasih Kepada seluruh pegawai Dinas Pendapatan Daerah
khususnya Seksi Penagihan.
9. Terima kasih Juga buat para Satpam di Kantor Pelayan Pajak
Pratama Medan Kota atas bantuannya.
10. Terima kasih buat teman-teman seperjuangan Ali,Win,Rudi
Tabutty,Baluat,Tryatna,Tya, Endah,Nnur”aini,pokoknya semua dech
yang ada di prodi III Administrasi Perpajakan.
11. Thank’s Buat seluruh tema-teman Tax A 08
12 . Thank’s to sahabat-sahabat limah,Nurul,Zulfikar,Husein,Toni,Diman,
Penulis
(Win Putraga Nauly)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... i
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang PKLM ... 1
B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 4
C. Uraian Teoritis ... 6
D. Ruang Lingkup PKLM ... 9
E. Metode PKLM………10
F. Metode Pengumpulan Data……….11
G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM……….. 12
DAFTAR PUSTAKA……….13
BAB II : GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN 2.1 Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan………… ……13
2.2 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan……… 14
2.3 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan……… 15
2.4 Tata kerja………16
2.5 Gambaran Umum Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Bulan
Juli 2011……… 31
BAB III : GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN 3 1 Defenisi Pajak……… 3
3.3 Objek dan Subjek Wajib Pajak Restoran……… 45
3.4 Pendaftaran dan pendataan………46
3.5 Perhitungan dan Penetapan Pajak………..47
3.6 Tata Cara Pembayara pajak………..49
3.7 Tata Cara Pembukuan Pelaporan……… 51
3.8 Tata cara PenagihanPajak……… 51
3.9 Pengurangan , Keringanan dan Pembebanan Pajak………. 53
BAB IV ; ANALISA DAN EVALUASI
4.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Pada Dinas PedapatanDaera Kotan Medan……… 544.2 Hambatan Hambatan dalam Pemungutan Pajak Restoran……… 59
4.3 Faktor factor yang mempengaruhi Penerimaan Pajak Restoran……… 60
BAB V :
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan……… 62
5.2 Saran……… 63
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
disebutkan bahwa Pemerintah Daerah memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah,
berasal dari Hasil Pajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah, dan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan lain lain Pendapatan Daerah yang sah.
Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 juga menjelaskan tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara. Pendapatan Asli Daerah, yang antara lain berupa Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan
dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikan, daerah mampu
melakanakan Otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri.
Berdasarkan kutipan tersebut bila diketahui salah satu sumber pendapatan
asli daerah berasal dari pajak daerah. Pajak daerah adalah pungutan daerah
menurut peraturan yang ditetapkan guna pembiayaan pengeluaran daerah sebagai
perubahan atas undang-undang No 34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan
retribusi daerah, dimana pajak daerah dibagi menjadi 2 jenis yaitu pajak provinsi
yang terdiri dari :
1. Pajak kendaraan bermotor
2. Bea balik nama kendaraan bermotor
3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
4. Pajak air permukaan
5. Pajak rokok
Pajak kabupaten dan kota terdiri dari :
1. Pajak restoran
2. Pajak hiburan
3. Pajak reklame
4. Pajak penerangan jalan
5. Pajak parkir
6. Pajak air tanah
7. Pajak sarang burung walet
8. Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan
Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan mempunyai Peranan Yang sangat
besar dalam menyelenggarakan Pajak Restoran di Kota Medan. Bagaimana
sebenarnya tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalan membayar dan melaporkan
Pajak Restoran pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, dimana pihak Dinas
Pendapatan Kota Medan harus melakukan kegiatan yang lebih Intensif dalam
Dalam Pelaksanaan Pajak Restoran tersebut tentunya masih banyak
ditentukan permasalahan-permasalahan dan hambatan-hambatan terutama bagi
Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, petugas yang berwenang dalam pelaksanaan
Pajak Restoran ini harus meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat mengatasi
permasalahan yang timbul, Apabila permasalahan tersebut dapat diatasi, tentuya
akan dapat meningkatkan Penerimaan Daerah,yang nantinya akan dapat
digunakan sebagai pembangunan Daerah.
Hal inilah yang menjadikan Penulis tertarik dan memilih Kantor Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan sebagai tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM) dan “Mekanisme Pemungutan Dan Penetapan Tarif Pajak Restoran
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini
adalah:
a. Untuk mengetahui tentang tingkat kepatuhan wajib Pajak dalam
pembayaran pajak restoran di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat penerimaan pajak
restoran dalam meningkatkan pendapatan asli daerah pada Dinas
Pengelola Kekayaan dan Aset Kota Medan.
a. Untuk mengetahui upaya-upaya untuk mengoptimalkan Penerimaan
Pajak Restoran dalam meningkatkan pendapatan asli daerah pada
Dinas Pengelola Kekayaan dan Aset Kota Medan.
2. Manfaat PKLM
Manfaat PKLM bagi Mahasiswa yaitu :
b. Dapat mempraktikkan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah ke
dalam dunia kerja.
d. Mengetahui dan memahami cara Dinas Pengelola Daerah Kota Medan
dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah khususnya Pajak
Restoran.
e. Menambah wawasan dan pengetahuan Mahasiswa menyangkut sistem
dan prosedur dalam pelaksanaan Pengenaan dan Pemungutan Pajak
Restoran pada Dinas Pengelola Kekayaan dan Aset Kota Medan.
Manfaat PKLM Bagi Universitas yaitu :
a. Meningkatkan kerjasama yang baik antara pihak Universitas dengan
Instansi Pemerintah khususnya Kantor Dinas Pengelola Kekayaan dan
Aset Daerah Kota Medan .
b. Memberikan uji nyata atas ilmu yang telah disampaikan selama di
perkuliahan.
c. Dapat mempromosikan sumber daya manusia yang berkompeten di
bidangnya di Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan.
d. Membangun persepsi umum yang baik tentang universitas.
Manfaat PKLM Bagi Kantor Dinas Pengelola Kekeyaan dan Aset daerah Kota Medan .
a. Mempererat hubungan antara Kantor Dinas Pengelola Kekeyaan dan
Aset Daerah Kota Medan dengan pihak Universitas khususnya Program
b. Mendapat masukan berupa ide, saran, dan gagasan dari Perguruan Tinggi
menyangkut penanganan masalah perpajakan.
c. Dapat mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan ilmu perpajakan di
lingkungan Perguruan Tinggi khususnya di Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.
C. Uraian Teoritis Dasar hukum 1. Definisi Pajak
a. Berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan , Pajak adalah kontribsusi Wajib
kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi dan badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
b. Pajak adalah Iuran kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang
(yang dapat dipaksakan ) dengan tidak mendapat jasa timbal balik(kontra
prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
c Pajak Daerah adalah Kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang
oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang- Undang. Dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya
d. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan / atau minuman
dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria,
kantin,warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering.
e. Pajak Restoran adalah Pajak atas Pelayanan yang disediakan oleh
Restoran.
f. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung
jawab atas pembayaran pajak,termasuk wakil yang menjalankan hak dan
memenuhi kewajiban wajib pajak menurut ketentuan peraturan undang–
undang perpajakan.Prakosa (2003:5)
g. Subjek Pajak Restoran adalah orang Pribadi atau Badan yang membeli
makanan dan/ atau minuman dari Restoran.
h. Wajib Pajak Restoran adalah orang Pribadi atau Badan yang
mengusahakan Restoran.
i. Dasar Pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang
diterima atau yang seharusnya diterima Restoran.
j. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
k Tarif Pajak Restoran ditetapkan dengan Peraturan Daerah .
Untuk pengertian-pengertian atau istilah-istilah selain tersebut
dikaitkan dengan pembahasan-pembahasan selanjutnya.
2. Objek dan Subjek Pajak Restoran
a. Objek Pajak Restoran adalah setiap Pelayanan yang disediakan dengan
pembayaran di restoran termasuk rumah makan, kafetaria,kantin,warung,
bar, dan sejenisnya.
1) Pelayanan yang disediakan oleh Restoran yang nilai penjualannya
tidak melebihi Rp. 600.000
2) Penjualan makanan dan atau minuman ditempat yang disertai dengan
fasilitas penyantapan di hotel.
b. Subjek Pajak
1) Subjek Pajak Restoran adalah Orang Pribadi atau Badan yang
melakukan pembayaran atau pelayanan Restoran.
2) Wajib Pajak Restoran adalah Pengusaha Restoran.
3. Tarif Pajak Restoran
a. Dasar Pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah Pembayaran yang
dilakukan kepada Restoran.
b. Tarif Pajak Restoran adalah sebesar 10% ( sepukuh persen)
c. Besarnya Pokok Pajak Restoran dihitung dengan cara mengalikan Tarif
pajak dengan dasar pngenaan Pajak Restoran.
Upaya yang dilakukan Pemerintah
1. Memperluas basis Pajak Daerah dan memberikan deskresi dalam
Penetapan tarif ( penyederhanaan dan kemudahan).
2. Mempertegas dan memperkuat dasar dasar Pemungutan Pajak dan
Retribusi Daerah.
3. Menentukan jenis pungutan yang dapat dipungut daerah dalam rangka
meningkatkan kepastian hukum.
4. Mengubah Mekanisme Pengawasan Perda dari Refresif menjadi Preventif
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun ruang lingkup dalam pelaksanaan PKLM ini antara lain yang
berhubungan dengan tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak
restoran, . Mahasiswa berharap kepada Kantor Dinas Pendapatan Daerah untuk
memperlihatkan data-data tentang pemungutan pajak,di mulai penerbitan Surat
Tagihan Pajak atau Surat Ketetapan Pajak serta penerbitan Surat Teguran,
Pemberitahuan Surat Paksa, Penyitaan, yang terjadi pada Kantor Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan . Selain itu juga Pelaksanaan Pemungutan
tunggakan Pajak lainnya berupa pelaksanaan pemblokiran, pencegahan dan
penyanderaan. Data yang digunakan adalah data tahun 2009-2010 agar dapat
membantu mahasiswa dalam penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi sesuai dengan
metode yang digunakan sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, penulis melakukan penentuan judul dan tempat Praktik
Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), mencari dan mengumpulkan bahan
untuk pembuatan proposal dan konsultasi dengan pihak Dosen yang
bersangkutan.
Merupakan dasar teori yang mendukung laporan ini menyangkut
masalah yang dibahas yang berasal dari buku-buku, peraturan
perundang-undangan perpajakan, artikel ilmiah, catatan-catatan maupun
bahasa tertulis yang berhubungan dengan Laporan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri.
3. Observasi Lapangan
Penulis melakukan peninjauan atau pengamatan secara langsung
terhadap masalah yang dibahas dan meninjau secara langsung terhadap
kondisi pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui sistem kerja yang
berlaku pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan .
4. Wawancara
Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data dan informasi
melalui wawancara dengan pegawai instansi yang berkompeten yang di
Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan .
5. Analisa Data dan Evaluasi
Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan
menganalisa dan mengevaluasi data dan kemudian akan dipresentasikan
F. Metode Pengumpulan Data
Adapun cara pengumpulan sumber data yang digunakan ialah sebagai
berikut:
1. Daftar Wawancara (Interview Guide)
Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan
kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan data dan informasi
tentang Prosedur Administrasi Pemungutan Pajak dan Kontribusinya
terhadap Penerimaan Pajak pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan
2. Data Observasi (Observation Guide)
Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang akan
dilakukan dalam pencatatan terhadap masalah yang menjadi objek yang
dibahas
3. Daftar Dokumentasi (Optional)
Yaitu dengan mengumpulkan dokumen atau informasi yang
berhubungan dengan Prosedur Administrasi Pemnungutan Pajak dan
kontribusinya terhadap penerimaan pajak atau arsip yang dianggap sah
sebagai bukti otentik.
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini disusun oleh penulis dalam
a. BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menguraikan gambaran umum tentang penulisan
Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang meliputi latar belakang
penyusunan, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan metode Praktik Kerja
Lapangan Mandiri, serta metode pengumpulan data dan sistematika
penulisan
b. BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Pada bab ini penulis menguraikan sejarah singkat mengenai lokasi Praktik
Kerja Lapangan Mandiri, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi
dari tiap-tiap seksi di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan .
c. BAB III GAMBARAN DATA TENTANG PROSEDUR ADMINISTRASI PEMUNGUTAN PAJAK
Pada bab ini penulis akan menguraikan landasan teori yang terdiri dari
pengertian beberapa istilah dalam pemungutan pajak, dasar-dasar penagihan
pajak, tugas dan wewenang serta kewajiban jurusita pajak sampai dengan
pelaksanaan lelang dan dasar hukum Pemungutan Pajak.
d. BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis akan menganalisa data yang diperoleh dan
mengevaluasi data yang telah diterima selama proses Praktik Kerja
e. BAB V PENUTUP
Pada bab ini penulis akan menarik kesimpulan dari uraian pada bab-bab
sebelumnya. Kemudian penulis juga akan memberikan saran yang mungkin
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
A. Sejarah Singakat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Pada mulanya Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan adalah suatu
sub bagian pada bagian keuangan yang mengelola bidang Penerimaan dan
Pendapatan Daerah. Pada bagian ini tidak terdapat lagi sub seksi, karena
pada saat itu Wajib Pajak / Wajib Retribusi yang berdomisili di Kota Medan
belum begitu banyak.
Mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju
pertumbuhan penduduk Kota Medan melalui Peraturan daerah sub bagian
keuangan tersebut diubah menjadi bagian Pendapatan. Pada bagian
Pendapatan dibentuklah beberapa seksi yang mengelola Penerimaan Pajak
dan Retribusi Daerah yang merupakan kewajiban para Wajib Pajak / Wajib
Retribusi dalam Daerah Kota Medan yang terdiri dari 21 Kecamatan
diantaranya Kecamatan Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Baru,
Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Selayang, Medan sunggal, dan
Lainnya.
Sehubungan dengan Intruksi Mentri Dalam Negeri KUPD Nomor
7/12/41-10 tentang penyeragaman stuktur organisasi Dinas Pendapatan
Daerah di seluruh Indonesia, maka Pemerintah Daerah di seluruh Kota
Medan berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 12 tahun 1987
menyesuaikan atau membentuk struktur organisasi Dinas Pendapatan
Daerah yang baru. Didalam struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah
bagian Tata Usaha yang membawahi 3 (tiga) Kepala sub bagian yang
merupakan sub sektor Perpajakan, Retribusi Daerah, Pendapatan Daerah
lainnya yang merupakan kontribusi yang cukup penting bagi Pemerintah
Daerah dalam mendukung serta memelihara hasil-hasil pembangunan dari
peningkatan pendapatan daerah. Namun sebagai unsur pelaksanaan
Pemerintah Kota Medan dalam bidang pemungutan Pajak, Retribusi daerah,
dan Pendapatan Daerah terdiri dari 1 (satu) bagian Tata Usaha dengan 4
(empat) dan 5 (lima) sub Dinas dengan masing-masing 4 (empat) Seksi serta
kelompok Jabatan Fungsional.
Meningkatkan Pendapatan Daerah hendaknya tidak harus ditempuh
dengan cara kebijaksanaannya menaikan tarif saja, tetapi yang lebih penting
dengan memperbaiki atau menyempurnakan Administrasi, Sistem dan
Prosedur serta Organisasi dari Dinas Pendapatan Daerah yang sekarang.
Namun kondisi saat ini, dirasakan tuntutan untuk perlunya peninjauan
kembali dan menyempurnakan Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA)
dimaksud seiring dengan tuntutan gerak pembangunan yang sedang berjalan
terutama dari pola pendekatan yang selama ini dilakukan secra Sektoral
perlu diubah secara Fungsional dan disesuaikan dengan kebijakan
Pemerintah paling akhir dibidang Perpajakan, maka penyempurnaan telah
dilaksanakan secara sungguh-sungguh sehingga disusun Manual
Paendapatan Daerah (MAPATDA).
1. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973-442 Tahun 1988 pada tanggal
26 mei 1988, tentang Sistem Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan
Pendapatan Daerah lainnya serta Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 10 tanggal 26 Mei 1988 tentang
Pelaksanaannya Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973-442 Tahun
1988.
3. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1989 tanggal 26 Mei 1988,
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah.
Pendapatan Daerah Kota Medan atau Manual Pendapatan Daerah
(MAPATDA) yang dilaksanakan terhadap dan penyempurnaannya sebagai
tahap awal untuk Dinas Pendapatan Kota Medan secara efektif. Berdasarkan
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri nomor 061/1861/PUOD, tentang 2 Mei
1988, Intruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor
188.324.20/1991, tanggal 11 Maret 1991 yang terakhir diubah dengan
Keputusan Walikota Medan Nomor 188.324/790/SK/1991, tentang
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 16 tahun 1991 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan daerah Kota Medan.
B. Organisasi Dinas Pendapatan daerah Kota Medan
Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan terdiri atas :
1. Dinas
2. Sekertariat, terdiri atas :
a. Sub Bagian Umum
3. Bidang Pendataan dan Penetapan, terdiri atas :
a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran
b. Seksi Pemeriksaan
c. Seksi Penetapan
d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
4. Bidang Penagihan, terdiri atas :
a. Seksi Pembukuan dan Vertifikasi
b. Seksi Penagihan dan Perhitungan
c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi
5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan, terdiri atas :
a. Seksi Bagi Hasil Pajak
b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil
d. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendataan
6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, terdiri atas :
a. Seksi Pengembangan Pajak
b. Seksi pengembangan Retribusi
c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain
7. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)
8. Kelompok Jabatan Fungsional
C. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Sesuai dengan Keputusan Walikota Medan Nomor 01 Tahun 2010, pasal 02
Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kota Medan.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan.
3. Walikota adalah Walikota Medan.
4. Sekertaris Daerah adalah Sekertaris Daerah Kota Medan
5. Dinas adalah Dinas Pendapatan Kota Medan.
6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan.
7. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) adalah unsur Pelaksanaan Teknis pada
Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
8. Kelompok Jabatan Fungsional adalah Pemegang Jabatan Fungsional yang
tugasnya berdasarkan para keahlian atau keterampilan tertentu sesuai
kebutuhan daerah.
Adapun tugas Pokok dari Kepala Dinas dan masing-masing seksi pada Kantor
Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan adalah sebagai berikut :
1. Dinas
Dinas, mempunyai tugas yaitu :
a. Memimpin dan mengkoordinasi semua kegiatan demi terlaksananya
tugas-tugas yang akan dilaksanakan pada setiap seksi.
b. Mengumpulkan dan mensistemasikan data-data bahan yang berhubungan
dengan setiap tugas.
c. Membuat perkiraan dan memberikan saran kepada tiap Kepala seksi
2. Sekertariat
Sekerariat dipimpin oleh Sekertaris, yang berada dibawah dan tanggung
jawab kepada Kepala Dinas. Seketariat mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Dinas Lingkup Keseketariatan meliputi
Pengelolaan Administrasi Umum, Keuangan, dan rumahtangga dan
menyusun program.
Adapun fungsi Seketariatan yaitu :
1. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan
2. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas
3. Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan
Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan
kerumahtanggaan Dinas
4. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan
organisasi, dan ketatalaksanaan
5. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas
6. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
7. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan
8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
Bagian Seketariat terdiri dari :
a. Sub Bagian Umum
b. Sub Bagian Keuangan
c. Sub Bagian Penyusun Program
Setiap Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.
Adapun tugas-tugas setiap bagian Sekertariat adalah :
1. Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
sekretariat lingkup administrasi umum.
2. Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas Sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan.
3. Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Sekretariat lingkup penyusunan program dan pelaporan.
3. Sub Pendataan dan Penetapan
Sub Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Pendataan
dan penetapan mempunyai Tugas Pokok melaksanakan sebagian tugas
Dinas lingkup pendataan, Pendaftaran, Pemeriksaan Penetapan, dan
Pengelolahan Data dan Informasi.
Adapun fungsi Bidang Pendataan dan penetapan yaitu :
1. Penyusunan Rencana, Progaram, dan Kegiatan Bidang Pendataan dan
2. Penyusun petunjuk teknis lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan
penetapan, dan pengolahan data dan informasi.
3. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib
Retribusi dan pendapatan daerah lainnya.
4. Pelaksanaan pengolahan dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan
pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (S{TRD),
hasil pemeriksaan dan informasi instansi yang terkait.
5. Pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan
pendapatan daerah lainnya.
6. Perencaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dan
Wajib Retribusi.
7. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang pendataan
dan penetapan.
8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Adapun Bidang Pendataan dan Pendaftaran terdiri dari beberapa seksi, yaitu;
a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran
b. Seksi Pemeriksaan
c. Seksi Penetapan
d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Setiap seksi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan
Adapun tugas-tugas dari setiap Bagian Pendataan dan Penetapan yaitu :
1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Pandataan dan Penetapan lingkup pendataan dan
pendaftaran.
2. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup pemeriksaan.
3. Seksi Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup penetapan pokk pajak daerah /
pokok retribusi daerah.
4. Seksi pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup
data dan informasi.
4. Bidang Penagihan
Bidang Penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bagian Penagihan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu :
1. Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Dinas lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan,
pertimbangan, dan restitusi.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Penagihan mempunyai tugas
dan fungsi yaitu :
b. penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan,
perhitungan, pertimbangan dan restitusi
c. pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi
daerah dan pendapatan daerah lainnya
d. pelaksanaan penagihan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan
pendapatan daerah lainnya
e. pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak
daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya
f. pelaksanaan telaan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib
pajak atas permohonan wajib pajak
Adapun Bidang Penagihan terdiri dari beberapa seksi, yaitu :
a. Seksi Pembukuan dan Vertifikasi
b. Seksi Penagihan dan Perhitungan
c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi
Setiap seksi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Bidang Penagihan.
Adapun tugas-tigas dari setiap seksi dari bidang Penagihan yaitu:
1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pembukuan dan verifikasi.
2. Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok melaksanakan
tugas Bidang Penagihan dan Perhitungan.
3. Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok melaksanakan
5. Bidang Hasil dan Pendapatan
Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu:
1. Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak,
penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian
pandapatan.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Bagi Hasil Pendapatan
menyelenggarakan fungsi :
a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bagi Hasil
Pendapatan
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasi pajak dan bukan
pajak, penata usahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan
pengkajian pendapatan
c. pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan
pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah
d. pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan
bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah
e. pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak/ bukan
pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak/bukan pajak pusat, DAU, DAK,
f. pelaksanaan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan
pengkajian hasil pendapatan daerah dibidang dana perimbangan, dan
lain-lain pendapatan yang syah
g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
bagi hasil pendapatan
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya
Adapun Bidang Bagi Hasil Pendapatan, terdiri atas :
a. Seksi Bagi Hasil Pajak
b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil
d. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendataan
Setiap Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.
Adapun tugas-tugas dari setiap seksi pada Bidang Bagi Hasil Pendapatan
yaitu :
1. Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil pajak.
2. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil bukan pajak.
3. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup penatausahaan bagi
4. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan
mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil
Pendapatan lingkup peraturan perundang-undangan dan kajian pendapatan.
6. Bidang Pengembangan dan Pendapatan
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala
Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas.
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok
dan fungsi, yaitu :
1. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengembangan pajak,
retribusi dan pendapatan lain-lain.
2. Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Pengembangan Pendapatan
Daerah menyelenggarakan fungsi :
a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan
Pendapatan Daerah
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak,
retribusi dan pendapatan lain-lain
c. pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan
pendapatan lainnya
e. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaoran lingkup bidang
pengembangan pendapatan daerah.
Adapun Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, terdiri atas :
a. Seksi Pengembangan Pajak
b. Seksi pengembangan Retribusi
c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain
Setiap Seksi Pengembangan Pengembangan dan Pendapatan Daerah
dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah.
Adapun tugas-tugas dari setiap seksi pada bidang Pengembangan
dan Pendapatan yaitu :
1. Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup
pengembangan pajak.
2. Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup
pengembangan retribusi.
3. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain memiliki tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan lain-lain.
7. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)
Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas Dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.
Adapun peraturan yang berlaku, yaitu :
1. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang
diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
2. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional, dipimpin oleh Tenaga Fungsional
Senior yang ditunjuk.
3. Jumlah tenaga kerja fungsional, ditentukan berdasarkan kebutuhan dan
beban kerja.
4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
D.Gambaran Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Tahun 2011
No Bagian/ Bidang/ Bendahara/ UPT / Security Jumlah
1 Seketariat 74 orang
Kepala Dinas 1 orang
Bidang Umum / Keuangan / Penyusunan Program 38 orang
Bidang Penerimaan / Pengeluaran 19 orang
Penyimpanan Barang Berharga
Penyimpanan Barang dan Pengurus Barang
16 orang
3 Bidang Penagihan 41 orang
4 Bidang Pendataan dan Penetapan (DATAP) 76 orang
5 Bidang Bagi Hasil Pendapatan (BHP) 82 orang
6 Unit Pelaksana Teknis (UPT) 15 orang
7 Security 15 orang
8 Pegawai Outsourching 230 orang
Jumlah PNS / Pegawai Honor 551
orang Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan 2011
E.Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Berdasarkan Golongan
No Golongan Jumlah
1 IV / b - Orang
2 IV / a 3 Orang
3 III / d 38 Orang
4 III / c 38 Orang
5 III / b 64 Orang
6 III /a 59 Orang
7 II / d 9 Orang
8 II / c 16 Orang
9 II/ b 3 Orang
10 II / a 34 Orang
Jumlah 264 Orang
Pegawai Negeri Sipil = 264 Orang
TNI yang dikaryakan = 1 Orang (Bidang
Penagihan)
Pegawai Honor = 56 Orang
Pegawai Outsourcing (Desember 2010) = 230 Orang
BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN
3.1. Defenisi Pajak
Sebelum kita membahas mengenai gambaran data Pajak Restoran, maka
kita harus terlebih dahulu mengetahui tentang defenisi pajak. Adapun
defenisi pajak menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
1. Menurut Prof. P. J. A. Adriani, (1991 : 11) Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasinya kembali,
yang dapat ditunjuk langsung dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang
harus menyelenggarakan pemerintahan.
2. Menurut Prof. Rachmat Soemitro SH, (1994 : 7) Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.
Pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib
yang dilakukan orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Hal ini tercemin dalam susunan Anggaran Pendapatan Belanja
biaya pembangunan. Biaya pembangunan digunakan untuk membangun
sarana dan prasarana yang berkaitan dengan pelayanan publik.
Salah satu cara bagi pemerintah untuk menghimpun dana bagi
pembangunan adalah melalui pemungutan pajak. Hasil pemungutan pajak
dikumpulkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan
termasuk pendapatan rutin khususnya di sector bukan migas. Pajak
mempunyai kontribusi yang sangat besar untuk membiayai anggaran bagi
penyelenggara pemerintah pelayanan umum dan pembangunan.
Dari sekian banyak pajak yang dipungut di negara kita, salah satu
pajak yang diandalkan untuk menghasilkan dana bagi anggaran adalah pajak
restoran. Objek pajak restoran adalah setiap pelayananan yang disediakan
dengan pembayaran di restoran termasuk bar, kafe, rumah makan, buffet,
kantin, kedai nasi/kopi dan meliputi penjualan makanan dan minuman di
tempat yang disertai tempat penyantapan maupun diantar dan dibawa
pulang.
Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pembayaran kepada restoran. Sedangkan objek pajak restoran
adalah pelayanan yang disediakan restoran dengan pembayaran.
Tidak termasuk Objek Pajak Restoran adalah :
1. Pelayanan usaha jasa boga atau catering
2. Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang
peredarannya tidak melebihi batas tertentu yang ditetapkan oleh peraturan
Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang
dilakukan pada restoran. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau
seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang dan jasa
sebagai pembayaran kepada pemilik restoran. Tariff pajak restoran paling
tinggi sebesar 10 % dan ditetapkan dengan peraturan daerah atas
undang-undang No 34 Tahun 2000.
Pajak restoran yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat
restoran berlokasi. Besarnya pokok pajak restoran yang terutang dihitung
dengan cara mengalihkan tarif pajak restoran paling tinggi 10 % dengan
dasar pengenaan pajak, yaitu jumlah yang diterima atau seharusnya diterima
sebagai imbalan atas penyerahan barang dan atau jasa sebagai pembayaran
kepada pemilik restoran. Proses pemungutan pajak yaitu : pajak dikutip di
bank atau tempat yang telah ditentukan oleh menteri keuangan sebagai
tempat pembayaran pajak lalu disetorkan ke kas bendaharawan. Dengan
tujuan untuk menambahkan anggaran berikutnya apabila tidak mencapai
target atau realisasi yang diharapkan.
Hambatan Pemungutan Pajak
3.1.1 Perlawanan Pasif
Masyarakat enggan(pasif) membayar pajak, yang disebabkan antara lain :
a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat
b. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat
c. Sistem kontrol yang tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung
ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak yaitu :
a. Tax Avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar
undang-undang
b. Tax Evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar
undang-undang (menggelapkan pajak)
3.1.3 Mekanisme Pemungutan dan Penyetoran Pajak Restoran
Pemungutannya adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan
data objek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi
kepada wajib pajak atau wajib pajak retribusi serta pengawasan penyetoran.
Pelaksanaan pemungutan pajak restoran dilakukan dengan system official
assessment. Sistem self assessment adalah sistem dimana wajib pajak
dipercayakan melakukan sendiri mengenai perhitungan, membayar dan
melaporkan sendiri pajak terutangnya ke kas daerah. Sedangkan official
assessment yaitu sistem dimana pemungutannya pajak dilakukan oleh
fiskus, menetapkan pajak terutang melalui data-data dengan kata lain pajak
yang terutang sudah dihitung dan ditetapkan oleh petugas pajak.
Adapun mekanisme dari pemungutan dan penyetoran pajak restoran
menurut peraturan yang berlaku adalah sebagai berikut :
1. Pemungutan
a. Kegiatan yang terdiri dari :
a. Petugas pemungut setiap hari melaksanakan pemungutan ke
masing-masing WR dengan menyerahkan lembar Benda Berharga
sesuai dengan beban Retribusi.
b. Petugas pemungut menerima uang hasil pemungutan
c. Petugas pemungut setiap hari menyerahkan uang hasil pemungut
dan bonggol Benda Berharga ke UKT.
2) Laporan Pemungut dan Penyetoran Uang :
a. UKT tiap hari menerima uang hasil pemungutan dan bonggol
Benda Berharga.
b. UKT tiap hari membuat Laporan Pemungutan dan Penyetoran 5
(lima) lembar.
c. Koordinator Pemungut menyerahkan Laporan Pemungut dan
Penyetoran beserta uang hasil pemungutan kepada BKP Dipenda.
d. UKT mencatat ke Buku Harian UKT.
b. Formulir dan buku yang dipergunakan adalah :
1) Formulir terdiri dari :
a. Tanda Terima UKT
b. Laporan Pemungutan dan Penyetoran UKT
2) Buku terdiri dari :
a. Buku Harian UKT
b. Buku Harian Petugas Pemungut
1) BKP Dipenda menerima Laporan Pemungutan dan Penyetoran uang
dari Uang dari UKT.
2) BKP Dipenda menjumlahkan Buku Pembantu Penerimaan Sejenis
secara harian.
3) BKP Dipenda mencatat Buku Pembantu Penerimaan Sejenis pada
kolom penerimaan pada Buku Kas Umum yang dibuat 2 (dua) lembar.
4) BKP Dipenda tiap hari menyetor uang hasil pemungutan ke Kas Daerah
dengan membuat Bukti Sektor Bank.
5) Kas daerah menerima penyetoran uang hasil pemungutan kemudian
menandatangani dan menyerahkan Bukti Sektor Bank.
6) BKP Dipenda atas dasar Bukti Sektor Bank yang diterima dari Kas
Daerah mencatat ke dalam kolom penyetoran Buku Kas Umum.
7) BKP Dipenda tiap akhir bulan menjumlahkan Buku Kas Umum
kemudian membuat Laporan Realisasi Penerimaan dan Penyetoran
Uang dan menyerahkan Laporan Realisasi Penerimaan dan Penyetoran
Uang ke Kepala Daerah serta Buku Kas Umum.
b. Formulir dan Buku yang dipergunakan adalah :
1) Formulir terdiri dari :
a. Laporan Realisasi Penerimaan dan Penyetoran Uang
b. Laporan Pemungutan dan Penyetoran UKT
2) Buku terdiri dari :
a. Buku Pembantu Penerimaan Sejenis
3.1.4 Mekanisme Penetapan Tarif Paja Restoran Pasal 45
Dengan pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang
dilakukan kepada restoran.
Pasal 46
1. Tarif Pajak Restoran paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen)
2. Tarif Pajak Restoran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
Pasal 47
1. Besarnya pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara
mengalihkan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (2)
dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 45.
2. Pajak Restoran yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat
restoran berlokasi.
3.2 Ketentuan
a. Undang-undang No. 18 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
b. Undang-undang No. 34 Tahun 2000 Tentang perubahan atas
undang-undang No. 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
c. Peraturan pemerintah No. 65 Tahun 2001 Tentang Pajak daerah dan
Retribusi Daerah.
d. Undang-undang No. 25 Tahun 1999 Tentang perimbangan keuangan
e. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 43 Tahun 1999 Tentang Sistem dan
Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan
Pendapatan lain-lain.
f. Peraturan daerah No. 4 Tahun 2001 Tentang pembentukan organisasi dan
tata kerja dinas-dinas daerah di lingkungan pemerintah kota medan.
g. Keputusan Walikota Medan No. 9 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan
Peraturan Daerah Kota Medan.
h. Keputusan Walikota Medan No. 12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah
Kota Medan.
i. Keputusan Walikota No. 25 Tahun 2002 Tentang tugas pokok dan fungsi
Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
j. Peraturan Pemerintah No. 84 Tahun 2000 Tentang pedoman organisasi
perangkat daerah.
3.3 Objek, Subjek dan Wajib Pajak Restoran
Objek Pajak Restoran adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan
pembayaran di restoran termasuk Bar, Kafe, Rumah makan, Buffet, Kantin,
Kedai nasi/ kopi dan meliputi penjualan makanan/ minuman di tempat yang
disertai tempat penyantapannya maupun yang diantar/ dibawa pulang (take
away)
Pengecualian terhadap Objek Pajak Restoran adalah :
1. Pelayanan jasa boga/ catering
2. Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang
pendapatan brutonya tidak melebihi batas Rp. 600.000 (enam ratus
3. Penjualan makanan dan minuman ditempat yang disertai dengan
fasilitas penyantapan di hotel.
Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan restoran.
Wajib Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada Restoran.
Tarif Pajak Restoran adalah sebesar 10 %.
Besarnya Pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalihkan tarif pajak sebagaimana dimaksud pada pasal 13 dengan
dasar pengenaan sebagaimana dimaksud pada pasal 12 :
1. Pajak yang terutang dipungut di dalam daerah.
2. Masa Pajak Restoran adalah jangka waktu yang lamanya sama
dengan satu bulan takwin.
3. Pajak Restoran terutang dalam masa pajak terjadi atau timbul pada
saat kegiatan pelayanan restoran dilakukan.
3.4 PENDAFTARAN DAN PENDATAAN PASAL 44
1. Pendaftaran dilakukan terhadap wajib pajak yang berdomisili di dalam
maupun di luar Wilayah Daerah memiliki objek pajak di daerah.
2. Kegiatan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diawali dengan
mempersiapkan formulir pendaftaran dan diberikan kepada wajib pajak.
3. Wajib pajak mengisi formulir pendaftaran dengan jelas, lengkap dan benar
4. Formulir pendaftaran yang dikembalikan oleh Wajib Pajak dicatat dalam
induk wajib pajak secara berurutan yang digunakan sebagai Nomor Pokok
Wajib Pajak Daerah (NPWPD) bagi Wajib Pajak.
PASAL 45
1. Setiap wajib pajak wajib mengisi SPTPD dan formulir lain yang
disamakan dengan itu.
2. SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan
lengkap serta ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya.
3. SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus disampaikan kepada Kepala
Daerah atau Pejabat selambat-lambatnya 15 hari setelah berakhirnya masa
pajak.
4. Bentuk, isi, dan tata cara pengisian dan penyampaian SPTPD ditetapkan
oleh Kepala Daerah.
3.5 PERHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAK PASAL 46
1. Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 (1) Kepala
Daerah atau Pejabat menetapkan pajak terutang dengan menertibkan
SKPD atau yang dipersamakan dengan itu.
2. Apabila SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak kurang bayar
setelah lewat waktu paling lama 30 hari sejak SKPD diterima, dikenakan
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dan ditagih dengan
menerbitkan SKPD.
1. Wajib pajak membayar sendiri SPTPD sebagaimana dimaksud dalam
pasal 53 ayat (1) digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan
menetapkan pajak sendiri yang terutang.
2. Dalam jangka waktu 5 tahun sesudah saat terutangnya pajak, Kepala
Dearah dapat menerbitkan :
a. SKPDKB
b. SKPDKBT
c. SKPDN
3. SKPDKB sebagimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diterbitkan :
a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak
yang terutang tidak atau kurang bayar, dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dihitung dari pajak
yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu yang
lama 24 bulan sejak saat terutangnya pajak.
b. Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang
ditentukan dan telah ditegur secara tertulis, dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2 % sebulan dihitung dari
pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu
paling lama 24 bulan sejak saat terutangnya pajak.
c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang
terutang dihitung secara jabatan dan dikenakan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 25 % dari pokok pajak
pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu
paling lama 24 bulan sejak saat terutangnya pajak.
4. SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diterbitkan
apabila ditemukan data baru yang semula belum terungkap yang
menyebabkan penambahan jumlah pajak terutang, akan dikenakan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak
tersebut.
5. SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diterbitkan apabila
jumlah pajak terutang sama besarnya dengan jumlah pajak yang telah
disetorkan.
6. Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan
SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b atau tidak
sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih
dengan menerbitkan SPTPD ditambah dengan sanksi administrasi berupa
sebesar 2 % sebulan.
7. Penambahan jumlah pajak yang terutang sebagaimana dimaksud ayat (3)
tidak dikenakan pada Wajib Pajak apabila melaporkan sendiri sebelum
dilakukan pemeriksaan.
3.6 TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK PASAL 48
1. Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang
ditunjuk oleh Kepala Daerah dalam waktu 30 hari setelah diterimanya
2. Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil
penerimaan pajak harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24
jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Kepala Daerah.
3. Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dilakukan
dengan menggunakan SSPD.
4. Pembayaran pajak dengan sistem membayar sendiri, dilakukan di Kas
Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah pada tanggal 7,
14, 21 dan 28 berdasarkan SPTPD atas pajak yang telah dipungut dalam
masa pajak bilamana tanggal tersebut jauth pada hari libur maka jadwal
pembayaran dimundurkan pada tanggal berikutnya.
PASAL 49
1. Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas
2. Kepala Daerah atatu pejabat dapat memberikan persetujuan kepada wajib
untuk mengangsur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu setelah
memenuhi persyaratan yang ditentukan
3. Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga
sebesar 2 % sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.
4. Kepala Daerah atau pejabat dapat memberikan persetujuan kepada wajib
pajak untuk menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang
ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan
dikenakan bunga sebesar 2% sebulan dari jumlah pajak yang belum atau
5. Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata
cara pembayaran angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan (4) ditetapkan oleh Kepala Daerah atau pejabat
PASAL 50
1. Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 48 diberikan
tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam bukti penerimaan
2. Bentuk, jenis, isi, dan ukuran tanda bukti pembayaran dan bukti
penerimaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Kepala Daerah
3.7 TATA CARA PEMBUKUAN DAN PELAPORAN PASAL 51
1. SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPKBT, dan STPD dicatat dalam buku
menurut jenis pajak sesuai dengan NPWPD/
2. Besarnya penetapan dan penerimaan pajak dihimpun dalam Buku Jenis
Pajak dan atas dasar Buku Jenis Pajak dibuat Daftar Penetapan,
Penerimaan dan Tunggakan per jenis Pajak.
3. Berdasarkan Daftar Penetapan, Penerimaan, dan Tunggakan dibuat
pelaporan realisasi penerimaan dan tunggakan per jenis Pajak sesuai
dengan Masa Pajak.
1. Surat teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya sebagai
awal tindak pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan tujuh hari sejak saat
jatuh tempo pembayaran.
2. Dalam jangka waktu 7 hari setelah tanggal Surat Teguran atau Surat
Peringatan atau surat lain yang sejenisnya, Wajib Pajak harus melunasi
pajak yang terutang.
3. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat.
PASAL 53
1. Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam
jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat
Peringatan atau surat lain yang sejenisnya, jumlah pajak yang harus
dibayar ditagih dengan Surat Paksa.
2. Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera lewat 21 hari sejak tanggal Surat
Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya.
PASAL 54
Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24
jam sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa. Pejabat segera
menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.
PASAL 55
Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum juga melunasi utang
melaksanakan Penyitaan, Pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal
pelelangan kepada Lelang Negara.
PASAL 56
Setelah Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat
pelaksanaan lelang, juru sita memberitahukan dengan segera secara tertulis
kepada Wajib Pajak.
PASAL 57
Bentuk, jenis dan isi formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan
penagihan pajak daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah
3.9 PENGURANGAN KERINGANAN DAN KEBEBASAN PAJAK PASAL 68
1. Kepala Daerah atau Pejabat berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat
memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak.
2. Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
Dengan berkembang pesatnya masyarakat di Kota Medan ini mendorong
pengusaha untuk membukan banyak restoran yang sesuai dengan selera dan
keinginan masyarakat yang beraneka ragam tersebut. Dengan banyaknya
restoran tersebut maka Dinas Pendapatan Daerah mengelompokkan restoran
tersebut dalam beberapa bagian serta menghitung jumlah restoran tersebut.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat table berikut ini
4.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Jumlah Wajib Pajak Restoran di Kota Medan Tahun 2010 adalah
No. Kode
Rekening Jenis Pajak
Jumlah WP Restoran
1 4.1.1.02.06 Restoran Cepat Saji 66
2 4.1.1.02.07 Restoran Nasional 156
3 4.1.1.02.08 Restoran Khas Daerah 90
4 4.1.1.02.09 Warung nasi,kedai kopi,
dll
723
5 4.1.1.02.10 Tempat Hiburan 35
Jumlah 1.070
Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Tahun 2010
Dari data di atas dapat kita ketahui bahwa jumlah restoran yang terdapat di
Kota Medan adalah 1.070 restoran. Dengan banyaknya jumlah restoran
tersebut Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan mengenakan Pajak dan
Usaha tersebut. Hal ini berarti berpengaruh terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Jika diperhatikan lebih jauh potensi pajak restoran sangat
besar apabila dilihat dari perkembangan jenis usaha restoran di Kota Medan
misalnya :
1. Usaha restoran yang cepat saji seperti KFC, MC Donnald`s, A&W serta
restoran lain yang mempunyai banyak cabang di Kota Medan.
2. Usaha Rumah Makan seperti rumah makan ACC, rumah makan Garuda
dan lain-lain.
Dinas pendapatan daerah seharusnya melihat potensi ini dan
berupaya agar mampu mengelola sumber pendapatan asli daerah atau PAD
yang berasal dari pajak restoran dengan baik dan benar, sehingga pada
tahun-tahun yang akan dating penerimaan pendapatan asli daerah dapat
lebih ditingkatkan. Besarnya pengenaan Pajak tersebut tergantung dari maju
tidaknya usaha restoran yang dikelola.
Dasar Pendaftaran dan Pemungutan Pajak adalah :
1. Self Assessment, yaitu untuk restoran-restoran yang besar.
2. Official Assessment, yaitu untuk restoran-restoran yang kecil
Besarnya perkiraan Potensi Pajak Restoran Kota Medan pada tahun
2011 tidak sepenuhnya dapat direalisasikan walaupun ada juga yang dapat
Kode Rekening Jenis Pajak
4.1.1.02.06 Restoran Cepat Saji
4.1.1.02.07 Restoran Nasional
4.1.1.02.08 Restoran Khas Daerah
4.1.1.02.09 Warung nasi, kedai kopi, dll
4.1.1.02.10 Tempat Hiburan
Realisasi Penerimaan Pajak Daerah
N
1 Januari 36.756.400.0
00
3.063.033.333 652.588.9
34,00
2 Februar
3 Maret 36.756.400.0
00
3.341.490.909 6.335.996
.992,6
6
17,24
4 April 36.756.400.0
30
Data : Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Dari uraian di atas maka realisasi dari target tersebut terdapat peningkatan
dari bulan januari sampai desember dilihat dari persentasenya 101,18 % dan
bulan januari sebesar 1,78 %. Sebagai contoh perbandingan saya akan
membandingkan perhitungan realisasi bulan januari dan bulan desember
1. Januari = 652.588.934,00 (1,78)
2. Desember = 37.189.878.638,70 (101,18)
Jumlah Desember – Januari
= Rp.37.189.878.638,70-652.588.934,00
= Rp.36.537.289.704,70
Jumlah persentasenya
= 101.18 % - 1.78 %
= 99,8
Rumus Perhitungan Pajak Restoran dapat dilakukan sebagai berikut :
Dimana : I1 : Pendapatan Restoran I per Hari
H : Hari per tahun = 365
10 % : Dasar pengenaan pajak
Analisa Data
Dari tabel di atas dapat kita lihat terjadinya peningkatan pendapatan pajak
restoran bulan Desember sekitar 99,8 % berarti telah mencapai bahkan
melebihi target yang telah ditetapkan. Bisa kita lihat 99,8 % = Rp.
36.537.289.704,70.
Sungguh jumlah yang sangat besar dari pencapaian Dinas Pendapatan Daerah
Kota atau yang disebut dengan Over Target. Dari jumlah ini kita bisa
menilai cara kinerja petugas pemungut Pajak daerah ini sangat Intesitas
dalam menyukseskan Pendapatan Asli Daerah (PAD), sehingga anggaran
APBD unutk kota medan bisa distabilkan dengan pendapatan pajak daerah.
Meningkatnya pendapatan ini tidak terlepas dari pendataan dan pendaftaran
Wajib Pajak yang semakin lama banyak dibangun tempat-tempat hiburan,
restoran-restoran berkelas yang memungkinkan pajak bisa kita pungut dari
sana.
Dalam mencapai target dan realisasi ini banyak kendala ataupun hambatan
yang dihadapi, baik hambatan Internal maupun hambatan External. Target
dan realisasi tercapai dapat dilakukan karena banyaknya objek-objek pajak
baru yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber pendapatan pajak
restoran.
Hambatan Internal itu dapat berupa kendala administrative serta kurangnya
kesiapan sumber daya manusia. Sedangkan hambatan External dapat berupa
Intensifikasi dan Ekstensifikasi dalam target dan realisasi pajak restoran bulan
Januari tahun 2011 adalah paling rendah diantara semua sector pajak
restoran yang ada di Kota Medan. Hal ini dapat terjadi karena intensifikasi
dan ekstensifikasi merupakan suatu pemungutan-pemungutan pembayaran
yang dilakukan oleh fiskus terhadap wajib pajak restoran sebagai
pertambahan insidentil.
Dari target yang ditetapkan Rp. 3.063.033.333,- untuk bulan Januari yang
dapat direalisasikan hanya sebesar Rp. 652.588.934,00 atau 1, 78 %. Maka
dapat dikatakan intensifikasi dan ekstensifikasi tidak mencapai target yang
ditetapkan yaitu:
Jumlah Realisasi- Target
= Rp.652.588.934,00-Rp.3.063.033.333
=Rp. 2.410.445.399
Hal ini terjadi karena pertambahan pendapatan insidentil itu tidak dapat
dipungut karena banyak wajib pajak restoran yang menutup usahanya dan
tidak mendaftarkan usahanya sebagai wajib pajak restoran, yang
menyebabkan target jauh dari jangkauan untuk direalisasikan.
Dalam bab ini Penulis akan membahas mengenai analisa dan eveluasi
tentang Pemungutan Pajak Restoran secara lebih lanjut lagi.
4.2 Hambatan-hambatan dalam Pemungutan Pajak Restoran
a. Wajib pajak belum melaksanakan pembayaran sesuai dengan SKPD yang
telah diterbitkan (menunggak pajak).
b. Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak tidak sesuai dengan nilai
c. Terdapat beberapa wajib pajak yang menutup usahanya.
d. Masih terdapat wajib pajak yang belum menyampaikan SPTPD.
e. Wajib pajak belum sepenuhnya melaporkan dan membayar pajak sesuai
dengan yang dikutip dari subjek pajak.
f. Masih terdapat wajib pajak yang belum membayar pajak sesuai yang
dilaporkan (tunggakan pajak)
4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Restoran
Adapun faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Restoran
adalah sebagai berikut ;
a. Kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya
b. Tersedianya peraturan daerah tentang pajak daerah
c. Berdirinya atau terdapatnya usaha Restoran, café, rumah makan, kedai
nasi/ kopi dan usaha lainnya yang sejenis dan sejalan dengan
perkembangan Kota Medan saat ini.
d. Tidak sesuai pembayaran pajak yang sudah ditetapkan dengan penghasilan
4.4 Upaya-upaya yang dilakukan dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Restoran
Agar penerimaan pajak restoran dapat mencapai target yang ditentukan.
Maka diperlukan langkah-langkah atau upaya-upaya yang perlu dilakukan
demi peningkatan penerimaan pajak restoran tersebut.
Upaya-upaya tersebut adalah ;
a. Melaksanakan pendataan ulang terhadap potensi atau wajib pajak dengan
c. Melaksanakan upaya pendekatan secara persuasive kepada wajib pajak
yang melaksanakan pembayaran tidak sesuai dengan nilai yang tercantum
dalam SKPD
d. Melaksanakan Penagihan langsung kepada wajib pajak yang belum
menyetorkan pajak sesuai dengan yang dilaporkan
e. Mengarahkan dan meningkatkan kinerja petugas lapangan untuk dapat
bekerja optimal melalui rapat evaluasi
f. Menyampaikan surat teguran pada wajib pajak yang belum menyampaikan
SPTPD
g. Mengembalikan SPTPD yang belum sepenuhnya menggambarkan potensi/
omzet yang sebenarnya
h. Melaksanakan pemeriksaan langsung terhadap wajib pajak
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari uraian dan masalah yang telah dikemukakan oleh penulis dari
hasil data yang diperoleh pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan,
sebagai akhir dari penulis ini menyimpulkan sebagai berikut ;
1. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang telah disediakan
dengan pembayaran di restoran.
2. Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Sistem
Official Assessment dan Sistem Self Assessmenn.
3. Jenis usaha restoran jika dilihat dari besarnya target pada setiap
tahunnya terus meningkat.
4. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota
Medan dalam meningkatkan penerimaan pajak restoran, antara lain
:
a. Mendata ulang setiap potensi wajib pajak restoran yang
memiliki omzet yang besar.
b. Menyampaikan surat teguran pada wajib pajak yang belum
menyampaikan SPTPD.
c. Melakukan penagihan langsung pada wajib pajak .
d. Meningkatkan kinerja petugas lapangan untuk bekerja