ANALISIS INDEKS KEPEKAAhT
LINGKUNGAN PESISIR
SELAT MALAKA D1 WILAYAH SUMATERA lJTARA
TERliADAP TUMPANAN RIIN\'AK
(OIL SPILL)
Oleh
:M U A R L F
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN
BOGOK
ABSTRAK
MUAIIIF. Analisis Indeks Kepekaan Lingkungan Pesisir Selat Malaka di Wilayah Sumatera Utara l'erhadap Turnpallan Minyak (Oil ,Spill). Dibawah bimbingan Dr. Ir. Rokhinin Daliuri, MS sebagai kettla, Dr. Ir. Indra Jaya dan Dr. Ir. Yuli Suharnoto sebagai anggota.
Pesisir Selat Malaka bagian barat mcrupakacan salah satu daerah pesisir di
Indonesia yang paling rawan terkena pencemaran minyak. Faktor penyeball
terjadinya kecelakaan kapal di perairan ini adalah padatnya lalu Iintas kapal dan
selnpitnya alur lalu lintas di selat Malaka. Untuk lnenyelalnatkan sulnberdaya
alam pesisir di daerah ini secara maksimal, diperlukan upaya pengendalian
pencemaran yang terprogra~ii dengan baik. Penyelamatan yang delnikian dapat
dilakukan apabila tersedia informas; yang meniadai ~nengenai jenis sulnberdaya
alam, lokasi dan tingkat kerentanannga terhadap pencemaran minyak.
Penelitian ini meiniliki dua tu.juan. Pertama unttlk iiienginventarisasi
sumberda:,:a alaln pesisir Selat Malaka di wilayah Sumatera Utara. Ked1.m untulc
lnenyusun indeks kepekaan lingkungan pesisir Selat Malaka di wilayah Sumatera
Utara terhadap tumpahan tninyak ((111 .<pi//).
Pengumpulan data untuk penelilian ini dilaksallakan lnr~lai Agustc~s 1997
Agustus 1999. Lokasi yang ilienjadi kajiali penelitian melipuli kecamalan-
kecamatan di pesisir tiniur Propinsi Sumatra Utara yang berlxtasan langsung
dengan Selat Malaka. Pengolahan data menggunakan program Arcllnfo dilakukan
di Laboratorium Sistem lnformasi Geografi (SIC) Pusat Kajiati Surnberdaya
Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB.
Masil analisis indeks kepekaan lingkungan (IKL) terhadap tumpahan
IKL sangat peka, JKL pekal IKL sedang dan 1KL kurang peka. Wilayah daratan
(pantai) memiliki nilai IKL yang tersebar dari sedang sampai sangat peka,
sedankan wilayah perairan laut nle~niliki nilai IKI, sedang dan kurang peka.
IKL sangat peka di daerah pantai terdapat pada 10 kecamatan yang
tersebar pada 3 kabupaten. Kecamatan yang memiliki pantai dengan nilai IKL
sangat peka adalah Kecamatan Pangkalan Susu, Babalan, Tanjung Pura,
Secanggang di Kabupaten Langkat; Kecamatan Medang Deras, Tanjung 'Tirani;
Tajung Balai, Sei Kepayang di Kabupaten Asahan ; dan Kecamatan Kualuh Nilir
dan Panai hilir di Kabupaten Labuhan Batu.
Sebaran nilai IKL peka di daerah pantai terdapat di I 1 kecalnatan yang
tersebar pada 5 kabupaten. Kecamatan yang rnemiliki wilayah pantai dengan nilai IKL peka adalah Keca~natan Berandan Barat, Gebang di Kabupaten Langkat;
Labuhan Deli, Pantai Labu, Pantai cennin,Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin di
Kabupaten Deli serdang; Keca~natan Medan belawan, Medan Labuhan di Kota
Medan; Kecalnata~~ Air Putih, Lima Puluh, Talawi, di Kabupaten Asahan; dan
Kecamatan Panai Tengah di Kabupaten Labuhan Batu.
1KL pantai dengan nilai sedang terdapat di dua Kabupaten yaitu
Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Asahan. Keca~natan di kabupaten Deli
Serdang yang me~niliki nilai IKL pantai sedang adalah Kecaniatan I-laniparan,
Percut Sei Tuan, Perbaungan, dan Bandar Kholifah. Di Kabupaten Asahan nilai
IKL pantai sedang tezdapat di Kecamatan Air Joman.
Kecamatan yang rnerniliki perairan laut dengan nilai IKL kurang peka
adalah Kecamatan Pangkalan Susu, Berandan Barat, Babalan, Gebang, Tanjung
I'ercot Sei Tuan, Pantai Labu,, Perbaungan Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin,
Bandar Kholifah di Kabupaten Deli Serdang, Kccanlatan Medan Belawan di kota
Medan; Keca~natan Air Putih, Lima Puluh, Talawi, Air Jornan di Kabupaten
Asahan.
IKL h a n g peka disebabkan wilayah ini tidak rnerniliki habitat-habitat
yang bersifat peka terhadap pencemaran rninyak Habitat di \vilayah ini berupa
perairan terbuka yang me~iiiliki tingkat kerentaan yang rendah. Faktor lain yang
mendukung wilayah ini merniliki nilai IKL kurang peka adalah kelimpahan biota
perairan yang rendah.
Kecarnatan yang merniliki perairan laut dengan nilai IKL sedang adalah
Kecamatan Pantai Cennin di Kabupaten Deli serdang; Kecarnatan Medan
Labuhan di Kota Medan; Kecamatan Medang Deras, Tanjung Tiram, Talijung
Balai, Sei Kepayang di Kabupaten Asahan; dan Kecamatan Kualuh Hilir, Panai
hilir, Panai Tengalah di Kabupaten Labuhan Batu.
Nilai IKL sedang untuk perairan laut di \vilayah ini disebabkan oleh
kelimpahan biota air yang cukup tinggi. Di Kecarnatan Panai Tengah, Panai Hilir
dan Kualuh Hilir keberadaan perairan latrt yang semi tertutup rnendukung nilai
Judul Tesis : Analisis Indeks Kepekaan Lingkungan Pesisir Selat Malaka di Wilayah Sumatera Utara Terhadap Tumpahan Minyak (011 Spill)
Naina Mahasiswa : M u a r i f
N R P : 96197
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)
Menyetujui :
1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS. Ketua
Dr. Ir. Indra Java Anggota
Dr. Ir. Yuli Suharnoto Anggota
2. Ketua Program Studi PSL
,
4
C
Prof. Dr. Ir. H. Sri Saeni. MS. Tanggal lulus:
0
9
RIWAYAT I-IIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Agustus 1968 di Desa Cialnpel Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes sebagai anak keempat dari keluarga Bapak
Muharun dan Ibu Nuramah. Pada tahun 1995 mernpersunting puteri Bojonegoro
bernama Yuli Kurniawati dan sampai saat ini dikaruniai oleh Allah SWT seorang
puteri bernama Zahroh Qolbaina Ariybah, seorang putera bernarna Muhammad
Wafiy Ulhaq dan puteri kecil Lulu Aufia Hasanah.
Jenjang pendidikan penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri Ciainpel I -
Kersana - Brebes, berhasil lulus pada tahun 1981. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan studi ke SMP Negeri Tanjung - Brebes dan lulus pada tahun 1984. Jenjang pendidikan SLTA ditempuh di SMA Negeri Tanjung Brebes dan lulus
tahun 1987. Pada Tahun 1987 penulis berhasil lulus Sipemnaru dan diterima di
Institut Pertanian Bogor tepatnya di Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Perikanan dan berhasil meraih gelar sajana pada tahun 1992.
Satu Tahun kemudian penulis diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil
Edukatif di Kopertis IV Jawa Barat. Pada Tahun yang sama penulis dipekerjakan
oleh Kopertis IV sebagai dosen di Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian
Universitas Djuanda (-A) Bogor. Pada Tahun 1995 sampai 1996 penulis
dipercaya menjabat sebagai Sekretaris Jurusan Perikanan Universitas Djuanda.
Pada tahun 1998 sampai awal tahun 2002 penulis diberi arnanat menjadi
Pembantu Dekan I11 Fakultas Pertanian Universitas Djuanda Bogor. Satu tahun
kemudian (1999) penulis diberi amanat tambahan sebagai Kepala Perpustakaan
Fakultas Pertanian. Tugas lain yang penulis terima adalah sebagai ketua Panitia
Penerimaan Mahasiswa Baru Fakultas Pertanian tahun 2000-2001. Pada awal
tahun 2002 penulis diangkat menjadi Pembantu Dekan I1 Fakultas Pertanian
UNIDA Bogor.
Jenjang pendidikan pascasarjana ditempuh di IPB Bogor pada program
studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL), setelah penulis
PRAKAT A
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan barokah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan thesis ini.
Thesis ini memuat hasil penelitian tentang analisis indeks kepekaan
lingkung-an pesisir Sela: Malaka terhadap tmnpahan minyak (oil spill).
Pendekatan yang dila-kukan dalam penelitian ini merupakan aplikasi dari sistem
informasi geografi (SIG).
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS. selaku ketua komisi pembimbing yang
telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam thesis ini. 2. Dr. Ir. lndra Jaya dan Dr. Ir. Yuli Suhamoto, Selaku anggota kolnisi
pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan-
masukan dalam penyusunan thesis ini.
3. Rekan-rekan di Lab. GIS PKSPL dan semua pihak yang telah
membantu penyelesaian penelitian maupun penyusunan thesis ini.
Penulis menyadari thesis ini masih memiliki banyak kelemahan, untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Walaupun
demikian, penulis berharap thesis ini dapat berguna b a g semua pihak yang
memerlukan.
Bogor, Juni 2002
DAFTAR IS1
PRAKATA
. . DAFTAR IS1 ... i1
... ...
DAFTAR TABEL 111
...
DAFTAR GAMBAR iv
I
.
PENDAHULUAN ... 1...
1.1 Latar Belakang 1
...
1.2 Perumusan Masalah 3
. . ...
1.3 Kerangka P e ~ n ~ k ~ r a n 4
1.4 Tujuan ... . . 7 1.5 Manfaat Peneht~an ...
7
...
I1 . TINJAUAN PUSTAKA 8
...
2.1 Ekosisteln dan Sumberdaya Pesisir 8
...
2.2 Bahaya Pencemaran Minyak di Wilayah Pesisir 10
...
2.3 Indeks Kepekaan Linglcungan 15
...
111 . METODE PENELITIAN 22
...
3.1 Waktu dan Tempat 22
...
3.2 Pengumpulan data 22
3.3 Analisis Data 23
... IV
.
HASIL DAN PEMBAI.IASA;,... 4.1 Karakteristik Pesisir Timur Sumatera Utara . .
4.1. i Kond~sl Geografi ... 4.1.2 Kondisi Musim dan Oseanografi ...
... 4.1.3 Komposisi Sumberdaya Alam
... 4.1.4 Kependudukan
... 4.2 Analisis Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL)
... 4.2.1 IKL Pantai
4.2.2 IKL Perairan Laut 4.3 Hubungan IKL dengan Pe
...
V . KESIMPULAN DAN SARAN 51
...
5.1 KESIMPULAN 51
...
5.2 SARAN 52
...
DAFTAR GAMBAR
Nomor Malaman
Teks
1. Kerangka pemikiran analisis indeks kepekaan lingkungan di pesisir Selat 5
Malaka terhadap pencemaran minyak .
.
.. . .
. . ..
. . ..,.
2. Kecamatan di Pesisir Timur Propinsi Sumatera Utara .... .. . ... . . .. ... . . . .. 22
3. Model diagram analisis indeks kepekaan lingkungan (IKL) ... ... ... ... ...
.
25 4. Kondisi arus di Perairan Selat Malaka ... ... ... ... ... ... ... .... ... ... ... 305. Sebaran Landuse di Kecamatan-kecamatan Pesisir Kabupaten Langkat . . . 32
6. Sebaran Landuse di Kecamatan-kecamatan Pesisir Kabupaten Deli
Serclang dan Kota Medan
. . . ... .. . .
.. .
.... .
. . ..
. . . .. . . .. . . .... 337. Sebaran Landuse di Kecamatan-kecamatan Pesisir Kabi~paten Asahan .
. .
34 8. Sebaran Landuse di Kecamatan-kecamatan Pesisir Kabupaten LabuhanBatu ... . . .. . . .. . ...
. . ...
... ... ... ... . . . .. . . .. ..
.. ... ... ... ... ... ... ... .. 359. Sebaran IKL di Pesisir Kabupaten Langkat ... ... ... ... ...
...
... ... . ... ... . 4310. Sebaran IKL di Pesisir Kabi~paten Deli serdang dan Kota Medan ... . . . 44
11. Sebaran IKL di Pesisir Kabupaten Asahan .. . . ... . . . ... . . .. . . ... . . . 45
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
I. Analisis IKL Pantai di Pesisir Timur Propinsi Sumatera Utara ... .
. . .
..
... .. 612. Analisis IKL Perairan Laut di Pesisir Timur Propinsi Sumatera Utara
... 67
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki potensi surnberdaya
pesisir dan lautan yang besar. Dari 17.508 pulau yang dimilikinya, Indonesia
memiliki panjang garis pantai sepanjang 81.000 km. Wilayah ini menyimpan
potensi sumberdaya alam yang besar yang sangat penting ariinya bagi
pembangunan di Indonesia.
Wilayah pesisir merupakan daerah yang memiliki peran ekonomi dan
ekologi yang sangat penting. Secara ekonorni, wilayah pesisir merniliki potensi
sumberdaya alam yang besar. Sumberdaya alam tersebut mencakup sumberdaya
alam yang dapat diperbaharui seperti ikan, mnput laut, kerang, hewan karang dan
lain-lain) sampai sumberdaya alam yang tidak dapat dipebahami (seperti: minyak
dan gas bumi, bahan tambang dan mineral). Secara ekologi, wilayah pesisir
ditempati oleh berbagai macam ekosistem penting, seperti mangrove, terumbu
karang, padang lamun, estuana dan lain-lain, yang menjadi tempat meinijah,
membesarkan anak dan mencari makan berbagai biota laut.
Program pembangunan di Indonesia menempatkan upaya peningkatan
taraf hidup masyarakat melalui pola pembangunan yang berkelanjutan.
Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang berupaya meman-
faatkan sumberdaya alam secara maksimal dengan tetap menjaga kelestariannya.
Dengan demikian pembangunan wilayah pesisir di Indonesia, diupayakan akan
Pelestarian wilayah pesisir lnerupakan upaya yang wajib dilakukan.
Kegagalan upaya pelestarian wilayah ini akan banyak menimbulkan kerugian bagi
petnbangunan bangsa ini. Kerusakan terutnbu karang akan tnengakibatkan
hilangnya tempat hidup berbagai macam biota laut, yang berarti akan menurunkan
hasil tangkapan dari laut. Kerusakan mangrove bukan hanya lneniinbulkan
hilangnya tempat memijah clan mencari makan berbagai biota laut, juga akan
ineningkatkan abrasi pantai dan menimbulkan berbagai bencana di daratan.
Pengendalian pencemaran di wilayah pesisir merupakan salah satu wujud
usaha pelestarian lingkungan pesisir dan sumberdaya alam yang dikandungnya.
Keberhasilan kegiatan ini sangat ditentukan oleh penggunaan metode yang tepat
dan tersedianya informasi keadaan lingkungan yang lengkap.
Pesisir Selat Malaka merupakan salah satu daerah pesisir di Indonesia
yang paling rawan terkena penceinaran minyak. Faktor penyebabnya adalah
karena daerah ini menjadi alur lalu lintas kapal intemasional. Kejadian terakhir
adalah tumpahnya minyak sekitar 4.000 ton akibat tabrakan antara Kapal Ovikos
(Cyprus) dan Kapal Ora Pin Global (Thailand) pada tanggal 17 Oktober 1997
(Republika, 1997).
Untuk menyelamatkan sumberdaya alarn pesisir di daerah ini secara
maksimal, diperlukan upaya pengendalian pencemaran yang terprogram dengan
baik. Penyelamatan yang demikian dapat dllakukan apabila tersedia infomasi
yang memadai mengenai jenis sumberdaya alam, lokasi dan tingkat
1.2 Perumusan Masalah
Menurut Nas (1975) dalarn Cautrier (1976) tumpahan minyak terbesar
ditirnbulkan oleh angkutan laut (34 %). Tumpahan Ininyak bersuinber pada:
(1). Pembuangan air ballast dan pencucian tanki (16,6 %)
(2).Penyambungan dan pelnutusan sambungan pipa kapal dan pipa darat,
serta pembuangan minyak bekas (1 1%)
(3).Kecelakaan kapal tanker (3,9 %) dan kapal non tanker (2,5 %)
Pesisir Selat Malaka merupakan daerah yang rawan tejadi pencemaran
minyak dari kecelakaan kapal akibat perarairan yang seinpit dengan lalulintas
kapal yang padat. Menurut Keh et a1 (1997) rata-rata 98-100 kapal tanker dengan
lnuatan sekitar 7 juta barel minyak melintasi kawasan ini setiap hari. Kecelakaan
kapal yang pernah tejadi diantaranya peristiwa Showa Maru tahun 1975 telah
menumpahkan minyak sekitar 3.000-4.000 ton (Cautrier, 1976), sedangkan
peristiwa tanggal 17 Oktober 1997 akibat tabrakan antara Kapal Ovikos (Cyprus)
dan Kapal Ora Pin Global (Thailand) telah menumpahkan minyak sekitar 4.000
ton (Republika, 1997).
Pencemaran minyak merupakan jenis pencemaran yang bersifat
membahayakan ekosistem di wilayah pesisir. Menurut Baker (1992) tumpahan
minyak di daerah mangrove akan menutupi akar-akar tunjang dan akar-akar
nafas, sehingga menghalangi tranfer oksigen dan mematikan pohon. Terhadap
ikan, minyak dapat berpengaruh racun secara langsung (jangka pendek),
pengaruh fisik dan kontaminasi kronis (jangka panjang). Dengan demikian
pencemaran minyak dapat menyebabkan kerusakan atau kematian biota pesisir
Kelnatian biota dan kerusakan fungsi ekologis wilayah pesisir akan
memberikan dampak yang luas. Dalam jangka pendek akan tejadi penurunan
hasil tangkapan dari laut. Keadaan ini dalarn jangka panjang akan menyebabkan
meningkatnya angka pengangguran di wilayah pesisir. Darnpak sosial ini akan
inerambat kearali peningkatan urbanisasi dan peningkatan angka kriliiinalitas di
kota.
Mengingat dampak yamg ditimbulkan oleh pencemaran minyak dapat
bersifat luas, maka langkah pengendalian pencemaran rninyak memiliki nilai yang
sangat penting. Analisis indeks kepekaan lingkungan mempakan salah satu
sumber informasi yang sangat diperlukan bagi penentuan strategi pengendalian
pencemaran minyak yang efektif dan efisien.
1.3 K erangka Pemikiran
Tumpahan minyak (oil spill) akibat kecelakaan kapal di perairan Selat
Malaka akan menyebar ke seluruh perairan tersebut bahkan dapat mencapai
daratan. Respon setiap wilayah pesisir dalam menerima pencemaran minyak akan
berbeda-beda, tergantung pada tingkat kepekaan ekosistem yang ada di wilayah
tersebut (Tabel 1). Perbedaan tersebut menjadi faktor penting yang hams
diperhatikan dalam pegendalian pencemaran minyak. Wilayah yang di tempati
oleh ekosistem yang paling rentan m e ~ p a k a n daerah yang harus dilindungi dan
I
I
WILAYAI-I
PESISIR
I
i
DATA ATRIBL~I'
I'EI'A
DASAR TEMATIK FISIKA, KIMIA. BlOLOGI. SOSEK DAN SOSBUD
I
PETA KOhlPOSISI WILAYAH PESlSlR (hf,4NGRO\'E, TERUMBU KARANG , PANTAI
BERPASIR DAN LAIN-L4IN)
I
I
ANALISIS INDEKS/
KEI'EKAAN - -LINGKVNGAN TERFfADA1' TUIMPAI-IAN MINYAK (OIL SPILL)
INDEKS KEPEKAAN LINGKUNGAN 'TERHADAP PENCEMAR AN MINY AK
[image:106.602.88.506.118.717.2]PENCEMARA
Tingkat kerentanan setiap wilayah dalam kawasan pesisir Selat Malaka
dapat diketahui dengan menginventarisasi jenis-jenis ekosistem yang menempati
lokasi tersebut. Peta dasar, peta tematik dan data hasil pengamatan akan
menginventarisasi secara detail komposisi ekosistem yang menempati suatu
wilayah dan keadaan oseanografinya. Analisis indeks kepekaan lingkungan akan
mengolah keseluruhan data menjadi peta indeks kepekaan lingkungan terhadap
pencemaran minyak, yang akan mampu memberikan infonnasi tingkat kerawanan
setiap wilayah di Pesisir Selat Malaka dalam menerima tumpahan minyak.
Langkah pengendalian pencemaran minyak harus dapat berjalan secara
efektif dan efisien. Langkah yang demikian hanya akan dapat dicapai apabila
tersedia siste~u informasi pengendalian pencemaran minyak yang baik. Hasil
analisis indeks kepekaan lingkungan terhadap pencemaran minyak akan menjadi
sistem informasi indeks kepekaan lingungan ( E L ) pencemaran minyak yang
sangat berharga untuk menentukan strategi pengendalian pencemaran minyak,
sehingga mampu menyelamatkan aset nasional di kawasan tersebut. Informasi
IKL diikuti dengan valuasi ekonomi sumberdaya alam juga akan sangat berguna
dalam menentukan tuntutan ganti rugi yang tepat pada setiap kejadian tumpahan
minyak di kawasan tersebut. Penelitian ini tidak melakukan kajian valuasi
1.4 Tujuan
Penelitian ini bertujuan:
1. Menginventarisasi sumberdaya alam pesisir Selat Malaka di Pesisir
Tiinur Propinsi Sumatera Utara
2. Menyusun indeks kepekaan lingkungan pesisir Selat Malaka di Pesisir Tiinur Propinsi Sumatera Utara terhadap tuinpahan ininyak (Oil spill)
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini meiniliki manfaat sebagai:
I . Data base yang akan memberikan informasi dasar untuk menentukan
strategi yang efektif dan efisien dalaln menanggulangi dampak
tumpahan minyak yang terjadi di Selat Malaka
2.
Data base untuk inembantu peinerintah dalain menentukan tuntutanganti rugi yang tepat (sesuai kerusakan sumberdaya yang terjadi)
dalam setiap peristiwa tuinpahan minyak di pesisir Selat Malaka
3. Data base untuk keperluan pengelolaan dan konservasi sumberdaya
II.
TINJAUAN PUSTAKA2.1 Ekosistem dan Sumberdaya Pesisir
Ketchum (1972) in Kay and Alder (1999) mendefinisikan pesisir sebagai batas wilayah antara daratan dan laut dimana proses dan lahan di daratan
~ne~npengaruhi proses di laut dan sebaliknya. Hildebrand and Norrena (1992)
menjelaskan wilayah pesisir meliputi wilayah sekitar pertemuan daratan dan
lautan sepanjang ratusan meter sampai beberapa hlometer. Wilayah pesisir
rnelipuli perairan pesisir dan semua daratan yang secara fisik, ekologis atau
proses-proses alami atau aktivitas manusia baik langsung maupun tidak langsung
berpotensi me~npengaruhi sumberdaya pesisir.
Menurut Soegiarto (1976), pesisir merupakan daerah pertemuan antara
darat dan laut, ke arah darat meliputi bagian darat, baik kering lnaupun basah yang
masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan
air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses alami yang terjadi
d~
darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar,lnaupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan
hutan dan pencemaran. Menurut Dahuri dkk. (1996), penentuan batas pesisir
untuk kepentingan pengelolaan didasarkan atas faktor-faktor yang me~npengaruhi
pembangunan (pemanfaatan) dan pengelolaan ekosistem pesisir dan lautan beserta
segenap sumberdaya yang ada di dalamnya, serta tujuan dari pengelolaan itu
Ekosistern pesisir dapat bersifat ala~ni ataupun buatan. Ekosistern alami
yang terdapat di wilayah pesisir antara lain: terumbu karang, hutan mangrove,
padang lamun, pantai berpasir, for~nasi pes-caprae, fonnasi baringtonia, estuaria,
laguna dan delta. Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa: tambak, sawah
pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan industri, kawasan agroindustri dan
pemukiman (Dahuri dkk., 1996).
Sumberdaya di wilayah pesisir terdiri dari sumberdaya alam yang dapat
pulih dan sumberdaya alam yang tidak dapat pulih. Sumberdaya yang dapat pulih
antara lain meliputi: sumberdaya perikanan (plankton, benthos, ikan, moluska,
krustasea, marnalia laut), m p u t laut, padang lamun, hutan mangrove dan
temmbu karang. Sedangkan sumberdaya tidak dapat pulih mencakup: minyak
dan gas, bijih besi, pasir, tirnah, bauksit, dan mineral serta bahan tarnbang
lainnya(Dahuri dkk., 1996).
Kay and Alder (1999) menjelaskan bahwa pennasalahan pesisir timbul
akibat aktivitas manusia di daratan dan lautan. Aktivitas di daratan antara lain
bempa: pelabuhan, pembangkit energi, bangunan-bangunan. Aktivitas di laut
meliputi pembuangan sampah, penangkapan ikan, olah raga air, produksi minyak
2.2 Bahaya Pencemaran Minyak di Wilayah Pesisir
2.2.1 Mangrove
Mangrove lnempakan habitat pesisir yang paling rawan apabila
terkena tumpahan minyak. Minyak akan terjebak di mangrove sehingga
upaya membersihkannya sangat sulit (Taylor, 1991).
Darnpak pencemaran minyak terhadap komunitas mangrove lebih
mengarah ke gangguan fisik. Dalam pencemaran ~ninyak yang akut, lapisan
~ninyak menutupi seluruh siste~n perakaran mangrove, sehingga terjadi
penyumbatan total lentisel pada akar napas, akibatnya pertukaran gas C02 di
mulut-tnulut lentisel terputus. Jika ha1 itu terjadi maka tu~nbuhan mangrove
yang bersangkutan akhirnya mati (Soemodihardjo dan Soeroyo, 1994).
Anakan mangrove tennasuk rentan terhadap ceinaran minyak. Hasil
pengamatan pada anakan mangrove yang ditumbuhkan dalam kotak-kotak
plastik dan diberi perlakuan ~ninyak diesel dan air laut dengan konsentrasi
100 ppm, 1.000 ppm, 10.000 ppm dan 100.000 pprn, diketahui anakan
mangrove mengalami kematian pada konsentrasi 1.000 ppm ke atas (Mathias
(1977) dalum Soemodihardjo dan Soeroyo (1994)).
Duke and Pinzon (1986) dan Garrity et. al. (1994) melaporkan,
dampak tumpahan minyak dari kilang minyak Panama, yang terjadi pada
bulan April 1986 adalah sekitar 75 hektar mangrove dewasa mengalami
kematian, setelah terlebih dahulu mengalami rontok daun. Tiga tahun
kemudian daerah tersebut belum memperlihatkan tanda-tanda adanya
Menurut Hardjosoewarno (1989), Hasil penelitian efek limbah kilang
minyak terhadap tumbuhan mangrove di Cilacap, Rhizophoru lebih rentan
terhadap cemaran minyak dari pada Avice~zniu dan Sonneraliu. Jenis-jenis
tumbuhan bawah seperti Surcolnzobus glohosus, Derris heteropizylla dan
Achantizus ilic~folius menghilang dari sekitar kilang ininyak ini.
Michel (1991) dalam Soemodihardjo dan Soeroyo (1994)
menjelaskan ttunpahnya minyak sebanyak 3-7 juta barel pada saat perang teluk lelah mencemari pantai kuwait dan Saudi Arabia sepanjang 500 km
dengan lebar kurang lebih 1 km. Di daerah pasang surut, tutupan ininyak
rnencapai 100 %. Proses pemulihan di daerah mangrove dan rawa payau berjalan lambat. Minyak terperangkap di antara akar-akar mangrove dalan
waktu lama serta meresap ke substrat sedalam lebih dari 15 cm.
2.2.2 Terumbu Karang
Salah satu faktor penting yang membatasi terumbu karang adalah
cahaya
.
Cahaya yang cukup hams tersedia agar fotosintesis olehzooxanthellae simbiotik dalam jaringan karang dapat terlaksana. Tanpa
cahaya yang cukup
,
laju fotosintesis akan akan berkurang dan bersalnadengan itu kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat dan
membentuk terumbu akan berkurang pula. Titik kompensasi untuk karang
merupakan kedalaman dimana intensitas cahaya berkurang sampai 15-20 %
Penutupan pennukaan air oleh minyak akan menurunkan laju
fotosintesis, dan penutupan dalam jumlah besar akan menyebabkan kerusakan
karang. Minyak menutupi polip dan mematikan karang (Taylor, 199 1).
2.2.3 Pantai Berpasir
Menurut Nybakken (1988), partikel-partikel pasir atau kerlkil tidak
cukup kuat untuk letap stabil jika ada ombak. Akibatnya, setiap ombak
memukul, partikel-partikel substrat akan terangkut, teraduk dan terdeposit
kembali. Hasil penelitian Michel (1991) dalurn Soemodihardjo dan Soeroyo
(1994) menunjukkan bahwa proses pemulihan pencemaran minyak di daerah
pasang surut yang berpantai pasir dan terbuka berlangsung cepal.
Sloan (1993) mengkiasifikasi panfai berpasir menjadi tiga kelas
berdasarkan kerentanannnya terhadap pencemaran minyak, yaitu:
a. Pantai berpasir dan berkerikil.
Minyak akan mengalami penetralan cepat dan terkubur oleh keadaan
energi ombak yang sedang sampai rendah dan dapat bertahan lama.
b. Pantai berpasir kasar
Minyak akan rnengendap dan terkubur dengan cepat. Pada kondisi
energi gelombang sedang sampai besar, minyak akan menghilang
secara alami dalam beberapa bulan.
c. Pantai berpasir halus
Minyak biasanya tidak menembus jauh ke dalain endapan dan dapat
2.2.4 Padang Lainun
Lapisan minyak pada daun lamun menghalangi cahaya untuk sampai
ke pennukaan daun dan menernbusnya, dan dengan demikian lamun tidak
dapat berfotosintesis yang mengakibatkan kematiannya (Dahuri dkk., 1996).
Pencemaran minyak akan mematikan rumput laut akibat tertutupnya
daun dan batang. Kemsakan nunput laut juga dapat terjadi akibat
penumpukan minyak pada sedimen. Selanjutnya gelombang dapat mencabut
rumput laut dari sedimen (Taylor, 1991)
2.2.5 Sumberdaya Perikanan
2.2.5.1 Plankton
Dampak minyak terhadap fitoplankton dapat mematikan atau
mengurangi fotosintesis dan pertumbuhan fitoplankton, akan tetapi pada
konsentrasi rendah dapat merangsang pertumbuhan fitoplankton, pengaruh
tersebut bergantung kepada jumlah dan jenis minyak (Dahl et.ul, 1983).
Menurut Johanson et.al (1980), Kelimpahan zooplankton di dekat
tumpahan minyak menurun secara nyata, tetapi biomassanya pulih kernbali
dalam lima hari. Capuvo ( I 987) menyatakan Zooplankton dapat berperan
penting dalam mengendapkan minyak, misalnya Copepoda akan rnencema
butiran minyak (tetapi tidak memetabolismenya), kemudian melepaskan
2.2.5.2 Benthos
Biota penghuni dasar seperti lobster, kerang, bintang laut dapat mati
akibat terkena minyak. Pasir pantai dapat mengabsorbsi ininyak sehingga
biota yang hidup di dalamnya mati akibat terkena minyak atau kehabisan
udara (US Fish and Wild life Science, 1998).
Habitat mempengaruhi lamanya dampak pencemaran minyak
terhadap benthos. Pengaruh minyak terlama terjadi pada sedimen halus di
daerah yang terlindung, sedang spesies di tepi laut terbuka berbatu karang
akan pulih kembali dalam waktu jauh lebih cepat
.
Kecepatan pulihtergantung pada keterbukaan terhadap ombak, ukuran butiran substrat,
jumlah dan jenis minyak, musirn, komunitas spesies dan sifat biologis
pantai (Baker, 1991).
Menurut Levings and Garrity (1994), Setelah lima tahun kejadian
tumpahan minyak di pantai Karibia (Panama), Kelimpahan organisma
yang hidup di dalam liang (seperti isopoda) relatif sama antara daerah yang
tercemar dan tidak terceinar. Adapun hewan yang tidak membuat liang
(seperti juwenil Panulirus argus) menurun populasinya sekitar 40 - 50 %.
Minyak berpengaruh kronis terhadap Mytilus edul~s (Berg, 1999).
Biota lain, Nematoda memiliki kemampuan pulih yang baik. Tumpahan
minyak menurunkan diversitas koinunitas nematoda, akan tetapi dalam
satu bulan pola diversitasnya sama dengan sebelum terjadi pencemaran
2.2.5.3 Ikan
Dampak langsung minyak terhadap ikan dapat berupa pengaruh
racun secara langsung (jangka Pendek), pengaruh fisik (mekanis) dan
kontaminasi kronis (jangka Panjang). Pengaruh akut secara langsung
mencakup kernatian, menjadi lemah karena adanya gangguan sistem syaraf
pusat, pengaturan tekanan osmosis tidak berfungsi, metabolisme terganggu
atau kerusakan jaringan secara (histologis). Gangyan pada sistem syaraf
pusat dapat menyebabkan kematian secara langsung atau mematikan
secara tidak langsung melalui perubahan tingkah laku yang lnenyebabkan
ikan tidak marnpu lagi menghindar dari predator (Tim Fak. Perikanan IPB,
1995).
Komponen minyak yang besifat volatile dapat membakar kulit,
iritasi pada hidung, mata dan mulut. Benzine, toluena dan hidrokarbon lain
yang masuk ke dalam tubuh dapat merusak sel darah merah, sistem
kekebalan, ginjal, hati dan sistem reproduksi (AMSA, 1998). Minyak dapat
mempengaruhi kehidupan ikan; misalnya memperlambat pertumbuhan,
menyebabkan penetasan lebih dini, perubahan pada proses pertmbuhan
dan genetis ( Carls and Rice, 1990).
Secara m u m telur dan larva lebih peka terhadap pencemaran
minyak dari pada anak ikan dan anak ikan lebih peka daripada ikan dewasa
( Carls and Rice, 1990). Sekelompok ikan finfish dewasa masih dapat
2.3 Indeks Kepekaan L i ~ i g k ~ ~ n g a n
Kepekaan adalah tidak tolerannya suatu habitat, komunitas atau spesies
terhadap faktor luar, sehingga mudah rusak atau bahkan mati (Mc Leod, 1996).
S L I ~ ~ L I habitat, komunitas atau spesies inenjadi rawan ketika terkena pengaruh dari
luar (lingkungan). Kepekaan disebabkan oleh kerentanan ketika berhubungan
dengan dainpak fisik atau kondisi lingkungan yang sangat ekstriin (Tyler-Walter
el. CI/. , 200 1 ).
Tingkat kerawanan merupakan gainbaran keinungkinan suatu habitat
terhadap faktor luar yang bersifat peka (Tyler-Walter el. ul., 2001). Tingkat
kerawanan (vulnerubilily ruling) suatu ekosistem terhadap dainpak kegiatan
pembangunan bergantung pada respons ekosistein tersebut terhadap suatu dampak
dan peluang terjadinya dampak atas ekosistem. Respon ekosistem pesisir
terhadap suatu dampak ada yang sangat peka sainpai yang tidak peka, bergantung
pada karakteristik biologi dan ekologi dari ekosistein yang bersangkutan. Peka
dalain ha1 ini artinya jika ekosiste~n tersebut terkena suatu dampak, maka
ekosistem ini akan inudah rusak tetapi sukar pulih untuk menjadi baik (Tim
Fakultas Perikanan IPB, 1995).
Indeks Kepekaan lingkungan (IKL) ~nerupakan pendekatan secara
sisternatis rnengkompilasi informasi inengenai kepekaan pantai, sumberdaya
biologi dan sumberdaya yang dimanfaatkan manusia. Peta IKL berguna untuk
mengidentifikasi sensitivitas sumberdaya sebelum terjadi tumpahan ininyak untuk
memperkirakan prioritas proteksi dan mendesain strategi meinbersihkan minyak
Sistem perangkingan kepekaan lingkungan digunakan dalain atlas untuk
membatasi dan menggainbarkan kepekaan relatif di daerah pantai dan perairan
terhadap dainpak tumpahan minyak. Rangking kepekaan menggunakan nilai
bertingkat mulai dari sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah. Elemen pang
dijadikan katagori adalah sulnberdaya alain yang digunakan manusia, keberadaan
biologis dan residensi ininyak. Peta kepekaan lingkungan terhadap tuinpahan
ininyak berguna untuk perencanaan respon terhadap turnpahan ininyak dan alat
uiituk mengidentifikasi suinberdaya alam yang beresiko; n~enentukan prioritas
proteksi lingkungan dan strategi mengatasinya (Mosbech el. ul., 2000).
Peta indeks kepekaan lingkungan (IKL) meliputi tiga tipe infonnasi, yaitu
klasifikasi garis pantai, sumberdaya alain dan habitat, serta pemanfaatan lahan
(aspek sosial) (NOAA, 1997 dan RPI, 1994). Hayes et.al (1999) liienyusun IKL
berdasarkan tingkat penutupan permukaan air, tingkatan percainpuran minyak di
kolom air, potensi retensi minyak, keinudahan membersihkan, kepekaan dan
kerawanan asosiasi rawa, pemanfaatan lahan, kepekaan dan nilai penting biota.
Nilai sosial merupakan pola penggunaan lahan pada prinsipnya dapat
dibagi dalam 4 komponen utama, yaitu: (1) rekreasi dan pemanfaatan pantai, (2)
manajeinen wilayah, (3) pemanfaatan sumberdaya alam, dan (4) arkheologi, situs
Menurut RPI (1994) tingkat kepekaan habitat di wilayah pesisir terhadap
tu~npahan Ininyak akan dipengaruhi oleh faktor-faktor: (1) tipe garis pantai
(substrat, ukuran partikel, elevasi), (2) tingkat keterbukaan pantai terhadap pasang
dan gelombang, (3) produktivitas dan kepekaan secara biologi, dan (4)
ke~i~udahan ~nembersihkan minyak.
Tabel 1. Tingkatan kepekaan habitat terhadap tumpahan rninyak (RPI, 1999)
Rangking
1 A 1B 2A 2B 3A 3B 3C 4 5 6A 6B 7 8A 8B 8C 8D 8E 9A 9B 10A 10B 10C 1 OD
10E
Habitat
Pantai berbatu terbuka
Pantai dengan bangunan terbuka
Pantai berbatu, lu~npur atau liat dengan pemecah gelombang Pantai curam dengan substrat tanah liat
Pantai berpasir sedang - halus Pantai berpasir curam
Pantai berupa tebing Panta~ pasir-koarsa
Pantai calnpuran pasir dan kerikil Pantai kerikil
Pantai dengan penghalang gelo~nbang Pantai landai terbuka
Pantai berbatu terlindung
Pantai dengan bangunan terlindung
Pantai dengan penghalang gelombang terllndung Pantai curam bervegetasi
Pantai Gambut
Pantai landai terlindung Pinggiran rendah bervegetasl Rawa asin dan payau
Rawa air tawar Rawa-rawa
[image:119.602.84.488.262.771.2]RPI (1999) rnenibuat tingkatan kepekaan lingkungan pesisir terhadap
t~~mpahan minyak didasarkan pada faktor-faktor berikut: (1) besarnya gelombang
dan pasang, (2) ke~niringan pantai, (3) tipe substrat, dan (4) produktivitas dan
kepekaan biologi. Penentuan perangkingan merupakan hubungan antara proses-
proses fisik, tipe substrat, asosiasi biota yang ~nelnbentuk geornorfik atau ekologi
habitat pesisir dan dugaan pergerakan tumpahan tninyak, pola transport sedimen
serla dalnpak biologi yang timbul. U.S. Fish and Wild Live Service (1998)
~nengemukakan ada 4 faktor penting yang harus diperhatikan pada saat terjadi
tu~npahan minyak, yaitu ( I ) gelombang dan pasang, (2) tipe pantai, (3) inusirn dan
cuaca, (4) kelimpahan dan kepekaan biota dan habitatnya.
Kunci perangkingan kepekaan lingkungan didasarkan pada hubungan
antara proses-proses fisik, substrat, tipe pantai, tipe produk, dan pola transport
sedimen. lntensitas energi yang berasal dari gelombang, pasang dan arus sungai
~ne~npengaruhi secara langsung darnpak pencemaran niinyak (NOAA dan CDFG,
1998).
Indeks kepekaan lingkungan (IKL) dapat dipergunakan untuk
pengendalian pencemaran minyak. Mekanis~ne yang dapat dilakukan adalah
melalui pendeteksian wilayah yang akan terkena pengaruh buruk tumpahan
minyak dan wilayah yang dapat diproteksi dari pencemaran minyak (NOOA,
Tabel 2. Tingkatan kepekaan lingkungan pesisir terhadap tu~npahan tninyak
(NOAA, 1997)
Pantai berbatu, lumpur atau liat dengan pemecah gelombang
Pantai curaln dengan substrat tanah liat
Pantai berpasir sedang - halus
Pantai berpasir curaln
Pantai pasir-koarsa
Pantai calnpuran pasir dan kerikil
Pantai kerikil
Pantai dengan penghalang gelombang
Pantai landai terbuka
Pantai berbatu terlindung
Pantai dengan bangunan terlindung
Pantai dengan penghalang gelombang terlindung
Pantai curam bervegetasi
Pantai landai terlindung
Pinggiran rendah bervegetasi
Rawa asin dan payau
Rawa air tawar
Rawa
Lahan basar berselnak Rangking
1A
1 B
Menurut Sloan (1993), tingkat kerentanan ekosiste~n pesisir terhadap Habitat
Pantai berbatu terbuka
Pantai dengan bangunan terbuka
pencemaran lninyak di Indonesia dapat dikelompokan menjadi lima katagori,
yaitu rendah, kurang, sedang tinggi dan sangat tinggi. Secara terperinci tingkat
Tabel 3. lndeks kerentanan jenis-jenis ekosistern di pesisir
Tingkat Kerentanan
5
4
3
2
1
I
KeteranganI
Tipe Ekosiste~nI
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Kurang
Rendah
!
-Mangrove -Rawa Payau
-Daerah pasang surut berbatu terlindung -Dataran banjir terlindung
-Penggunaan khusus (rnisalnya jenis langka)
-Terurnbu karang -Padang larnun
-Perairan semi terbuka (teluk, der~naga)
I
-Pantai berbatu -Pantai berpasir
-Daerah pasang surut berbatu terbuka -1-Iutan Kelp
-Perairan terbuka (lepas pantai)
-Subtidal berbatu (karang-karang kerasldasar berbatu)
[image:122.595.74.537.144.803.2]1II. METODE PENELITIAN
3.1 Walctu dan Tempat
Pengumpulan data untuk penelitian ini dilaksanakan mulai Agustus 1997 -
Agustus 1999. Lokasl yang inenjadi kajian penelltian ~neliputi kecamatan-
keca~natan di pesisir timur Propinsi Sumatra Utara yang berbatasan langsung
dengan Selat Malaka (Gambar 2). Pengolahan data menggunakan program PC
ArcIInfo dan ArcView dilakukan Di Lab. Sistem Informasi Geografi (SIG) Pusat
Kajian Suinberdaya Pesisir dan Latitan (PKSPL) IPB.
3.2 Metode Penelitian
3.1 .Metode Pengumpulan Data
Analisis indeks kepekaan lingkungan menggunakan aplikasi sistem
inforrnasi geografi (SIG) mempergunakan dua jenis data, yaitu data spasial dan
data atribut. Data spasial adalah data yang bempa peta dasar, sedangkan data
atribut meliputi data-data fisik-kimia dan biologi, serta sosial ekonomi dan sosial
budaya.
Data spasial yang berupa peta dasar diperoleh dari Bakosurtanal. Data
ilsik-kimia dan biologi, serta sosial ekonomi dan sosial budaya menggunakan
data-data hasil penelitian dari P30-LIPI, PKSPL-IPB, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan - IPB, BPPT, BPS, Di jen Perikanan dan Kementerian Lingkungan
3.2. Analisis Data
3.2.1 Klasifikasi Data
Data yang digunakan dalam aplikasi sistem informasi geografi (SIG)
dikelolnpokkan inenjadi 2 macam, yaitu data spasial dan data atribut. Data
spasial, yaitu data yang berhubungan dengan posisi permukaan bumi, diperoleh
dari peta dasar rupa bumi skala 1:50.000 yang dibuat oleh BAKOSURTANAL.
Data atribut merupakan data deskriptif dari data spasial.
Data spasial dikelompokkan inenjadi 2 macam layer, yailu layer dasar dan
layer tematik. Layer dasar terdiri dari data wilayah administrasi, hidrologi, nama-
nalna kota. Sedangkan layer tematik terdiri dari data sumberdaya habitat
lingkungan pesisir yang didefinisikan sebagai layer penggunaan lahan
(LANDUSE).
3.2.2 Pembuatan Peta Digital
Pembuatan peta digital dilakukan melalui 3 tahap. Ketiga tahap tersebut
meliputi: tahap digitasi, tahap editing dan tahap pe~nasukan data atribut ke dala~n
basis data.
Digitasi data dilakukan dengan menggunakan digitizer, komputer pentium
100 dan pemgkat lunak SIG PC ArciInfo versi 3.4 D. Masing-masing layer
didigitasi berdasarkan peta rupa bumi dengan menggunakan fuzzy tolerance 0.003
inci. Apabila semua tampilan telah selesai didigitasi, maka topologinya dibuat
Editing dimaksudkan untuk lnemperbaiki kesalahan-kesalahan pada waktu
digitasi. Setelah proses editing selesai, dibuat topologi tampilan dengan
menggunakan perintah RUlLL). Pembuatan topologi disesuaikan dengan tipe
tampilan yang ada dalam setiap layer (poligon, line atau point).
Pemasukan data atribut menggunakan perangkat lunak Microsoft Access,
Microsoft Excel dan DBASE 111 Plus. Data tersebut kemudian digabungkan
dengan atribut yang ada dalam peta spasial (file PAT atau AAT), yaitu dengan
menggunakan .JOINITEM.
3.2.3 Overlay Modeling
Analisis indeks kepekaan lingkungan akan dilakukan dengan
menggunakan overlay modeling (Gambar 3). Layer-layer yang diperlukan untuk
pemantauan nilai
IKL
di-overlay-kan satu sama lain dengan menggunakanperintah UNION.
3.2.4 Penentuan Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL)
Unit-unit Poligon hasil overlay, akan ditentukan nilai IKL-nya dengan
rumus Mosbech et. al. (2000):
S: Indeks kepekaan lingkungan (IKL)
PI
: Indeks PrioritasNilai indeks kepekaan lingkungan (IICL) yang diperoleh kemudian
diklasifikasikan menjadi:
- sangat peka (S 2 46) - peka (34
<
S < 46) - sedang ( 22<
S < 34) - kurang peka (10 S S < 22) - tidak peka ( S < 10 ) [image:126.595.84.500.175.622.2]1V.
NASIL DAN I'EMBAHASAN
4.1 Karakteristik Pesisir Timur Sumatera Utara
4.1.1 Kondisi Geografi
Propinsi Sumatera Utara secara ulnuln berada pada posisi 1"-4" LU dan
89"-100" BT. Bagian tilnur propinsi ini berbatasan dengan Selat Malaka yang
merupakan jalur pelayaran dunia. Di pesisir Selat Malaka terdapat 4 Kabupaten
yaitu Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Asahan, dan Labuhan Batu. Disa~nping
keempat kabupaten tersebut, di pesisir timur Propinsi Sumatera Utara juga
terdapat satu wilayah Kota yaitu Kota Medan.
Kabupaten Langkat merupakan kabupaten yang berada di ujung utara
pesisir ti~nur Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang ~ne~niliki luas sebesar
6.263,29 k ~ n ini secara geografis terletak pada 3'14' - 4"13' LU dan 97'52' -
98"45' BT. Batas wilayah kabupaten ini tneliputi sebelah utara Kabupaten Ace11
Ti~nur dan Selat Malaka. sebelah selatan Kabupaten Karo, sebelah timur
Kabupaten Deli Serdang dan sebelah barat Kabupaten Aceh Tenggara.
Kabupaten Langkat terbagi dalaln 17 kecarnatan, dan 6 kecamatan
diantaranya berada di daerah pesisir. Keenam kecalnatan yang berada di daerah
pesisir adalah Kecatnatan Pangkalan Susu, Kecamatan Berandan Barat,
Keca~natan Babalan, Kecamatan Gebang, Kecamatan Tanjung Pura dan
Kecalnatan Secangang. Luas wilayah setiap keca~natan dapat dilihat pada
Tabel 4.
Kabupaten Deli Serdang terletak pada 2"57' - 3'16' LU dan 98'33' - 9g027' BT. Batas wilayah kabupaten ini meliputi sebelah utara Selat Malaka,
sebelah Barat Kabupaten Langkat, sebelah selatan Kabupaten Karo dan Sebelah
Kabupaten ini memiliki luas 4.397,94 km2 yang terbagi dalaln 33
kecamatan. Di pesisir timur yang berbatasan dengan Selat Malaka terdapat 8
kecainatan. Kedelapan kecamatan tersebut adalah Kecamatan Labuhan Deli,
Hamparan Perak, Percut Sei Tuan, Pantai Labu, Pantai Cermin, Perbaungan,
Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin dan Bandar Khalipah. Luas wilayah
kedelapan kecamatan tersebut disajikan dalam Tabel 4
Tabel 4 Luas Wilayah Kecamatan dl Pes~slr Tlmur Propinsi Sumatera
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Sumber. Kode 1001 1002 1003 1004 1005 1006 1007 1008 1009 1010 1011 1012 101 3 1014 1015 1016 1017 1018 1019 1020 1021 1022 1023 1024 1025 1026 1027 1028 Utara Kecamatan Pangkalan Susu Berandan Barat Babalan Gebang Tanjung Pura Secanggang Labuhan Deli Hamparan Perak Medan Belawan Medan Labuhan Percut Sei Tuan Pantai Labu Pantai Cermin Perbaungan Teluk Mengkudu Tanjung Beringin Bandar Kholifah Medang Deras AirPutih Lima Puluh Talawi Tanjung Tiram AirJoman Tanjung Balai Sei Kepayang Kualuh Hilir Panai Hilir Panai Tengah
Kecamatan dan Kabupaten Dalam
Kabupaten Langkat Langkat Langkat Langkat Langkat Langkat Deli Serdang Deli Serdang Medan Medan Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Asahan Asahan Asahan Asahan Asahan Asahan Asahan Asahan Labuhan Batu Labuhan Batu Labuhan Batu
Angka di Proplnsi Sumatera
[image:128.605.97.488.282.719.2]4.1.2 Kondisi Musim dan Oseanografi
Wilayah Selat Malaka memiliki iklim muson. Angin muson timur laut
melnbawa huian yang terjadi dari bulan Deselnber sa~npai bulan Pebruari. Angin
muson barat daya memberikan suasana kering yang terjadi pada bulan Juni sampai
Agustus. Masa peralihan terjadi pada bulan Maret sampai Mei dan bulan
September sampai Nopember, dmana kondisi cuaca tidak stabil.
Pola pasang surut di Perairan Selat Malaka pada uinunnya semidiurnal.
Di Pesisir Timur Pulau Sumatera pasang surut biasanya berkisar antara 2-3 m,
kecuali di daerah Asahan, lndra Giri dan Bagan Siapi-api dapat mencapai 4-5 m.
Arus permukaan dipengaruhi secara dominan oleh dua musim. Arus ke
arah barat masuk dari arah tenggara (Laut Cina Selatan) menuju barat laut (Laut
Andaman). Pola Arus di Selat Malaka disajikan pada Gambar 4.
Keadaan gelombang di Perairan Selat Malaka dipengaruhi oleh angin
muson. Selama muson timur laut clan berlanjut sampai ke musim peralihan
(Desember-Mei) tercatat sekitar 27% gelombang kurang dari lm, 43% lebih dari
1.5 m dan 60% mencapai 2 m. Pada musim muson barat daya sampai musim
peralihan (Juni-Nopember) tercatat 52% mencapai tinggi gelombang lm, 72%
mencapai 1,5 m dan 82% mencapai 2 m (Chua Tia Eng el. ul., 1997).
Karakteristik oseanografi lain yang dapat diketahui adalah beberapa faktor
fisika dan kimia air laut. Kondisi kualitas air di perairan Selat Malaka berada
pada kisaran yang normal. Snhu perairan yang cukup hangat menurut Uktolseja
dan Birowo (1976) akan mempennudah proses penanggulangan tumpahan
minyak. Parameter-parameter fisika dan kimia air laut & Pesisir Selat Malaka
Tabel 5. Nilai Beberaua Parameter Fisika dan Kiinia Air Selat Malaka (Chua Tia ~ n g el. ul., 1997)
No
a. Pemukaan b. Di Dekat Dasar
Parameter Kualitas Air
-~ 1 2 3 4 5 6 7 8 mgll Suhu Kecerahan
a. Didekat Muara Sungai b. DiPerairan Bebas Salinitas
a. Pemukaan b. Di Dekat Dasar Oksigen Terlarut
a. Pemukaan b. Di Dekat Dasar PO,-P
a. Pemukaan b. Di Dekat Dasar NO3-N
a. Pemukaan b. Di Dekat Dasar Si0,-Si
a. Pemukaan
b. Di Dekat Dasar pH
mgll
Satuan pH
Nilai
26-30
4.1.3 Komposisi Sumberdaya Alam
Pesisir Timur Propinsi Sumatera Utara memiliki sumberdaya alam yang
potensial dan beragam. Secara m u m sumberdaya alam yang terdapat di wilayah
ini dapat digolongkan menjadi mangrove, sumberdaya perikanan dan sumberdaya
pertanian. Suinberdaya perikanan terdiri dari Perairan Laut, Mangrove, dan
Tambak. Sumberdaya pertanian terdiri dari Sawah, Kebun, dan Tegalan. Tanjung
Tiram, dan Tanjung Balai (Kabupaten Asahan) merupakan kecamatan-kecamatan
I '
I ,$ $:so 1111!'33
SEBARAN
LANDUSE
DI KQ"B
MEBAN
DAN KABBlPATEN
DELISERDANG
[image:132.842.131.721.89.511.2])>.no
I. Landuse
@ Tegalan @ Tambak
;@ Pemuklman
I=, Perairan laut
saw
at?Mangrove Nebun *->* **....
II. Batas Wilayah
- -
Batas KabupatenlKota-
Batas Kecamatan [image:133.842.120.722.101.505.2]I I
Legenda:
I. Landuse @ Tsgalan
@ Tambak
g; Pemukiman
rf$ Peralran laut
aw*
Mangrove
Kebw
11. Batas Wllayah
--
Batas KabupateniKota [image:134.842.148.711.96.507.2]-
Batas Kecamafan4.1.3.1 Man, urove
Pesisir timur Sumalera Utara memiliki areal mangrove seluas 60.000 Ha
(Chua Tia Eng el. Al., 1997). Jenis-jenis mangrove yang ditemukan antara lain
ca.seoluris, Avicenniu ulbu, Avicenniu nzurilia, Hruguieru eriopefulu, Hruguieru
~ ~ n n o r r l z i z u , Rruguieru purvlfloru, Rruguieru curyophylloides, Ceriops lUgL1l, Xylocarp~rs granutu~n. Iferirieru liltoralis. Excoecuriu ugulloclzu, Deris uliginosu,
Acros[iclium uureutn, Scyphiphoru hydrophylluceu, Duemonorops leplopus, Nypu
,fiulicuns, Lunznilzeru ruce~nosu, dan Pulclzea indicu.
Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Asahan memiliki kondisi mangrove
yang lebih baik dibanding daerah lainnya. Kecamatan ini meiniliki mangrove
dengan tingkat kepadatan 2.000 pohon per 0.1 Ha dengan 12 jenis tumbuhan.
Tingkat kepadatan dan jumlah jenis tumbuhan di berbagai kecamatan disajikan
dalam Tabel 5
Tabel 6. Densitas danjumlah jenis mangrove di Pesisir Timur Propinsi Suinatera Utara ( Mc Padden, 1993)
Jundah Jenis 3 5 7 4 2 4 1 12 4 3 2 1 4 Densitas
Idv,O,, Ha
Menurut Baker (1991) dan Sloan (1992) lnangrove akan mengalami
gangguan yang sangat serius apabila tercemar minyak. Hal ini disebabkan
minyak yang terperangkap di luinpur susah dibersihkan, akan rneinpengaruhi
pernapasan dan selanjutnya terjadi kematian mangrove. Rusaknya mangrove akan
menimbulkan kerugian dari sisi ekologis dan ekonorni.
4.1.3.2 Perikanan
Surnberdaya perikanan yang terdapat di Pesisir Timur Propinsi Sumatera
Utara antara lain laut, tambak, kolam, perairan ulnuin dan mina padi. Total
produksi perikanan di wilayah ini sebesar 147.894,8 ton (Tabel 7).
Perikanan laut rnemiliki produksi terbesar (130.986,4 ton) dibanding
produksi perikanan lainnya. Sebaran hasil tangkapan laut di lima daerah tingkat LI
adalah 9.912 ton, 21.384,5 ton, 24.506,9 ton, 50.342 ton dan 24.841 ton masing-
masing untuk Kabupaten Langkat, Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang,
Kabupaten Asahan dan Kabupaien Labuhan Batu. Juinlah nelayan yang berada di
pesisir ini sebanyak 68.138 orang.
Jenis-jenis ikan yang tertangkap oleh nelayan di pesisir timur Propinsi
Sumatera Utara meliputi ikan Sebelah, Lidah, Pepetek, Manyung, Biji Nangka,
Merah Bambangan, Kerapu, Lencam, Kakap, Kurisi, Tiga Waja, Cucut, Pari,
Bawal Hitam, Bawal Putih, Layang, Selar, Tetengkek, Belanak, Kuro, Teri,
Tembang, Lemuru, Parang-parang, Kembung, Tenggiri, Layur, Tongkol, dan lain-
lain. Selain ikan nelayan juga menangkap kepiting, rajungan, udang, kerang,
Tabel 7. Produksi perikanan di Pesisir Timur Propinsi Suinatera Uara
Sumber: Kecamatan Dalam Angka, Kabupaten Dalam Angka dan Statistik Perikanan di Propinsi Sumatera Utara
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Penggunaan lahan untuk tambak terdapat hampir di seluruh kecamatan
yang berada di pesisir timur Propinsi Sumatera Utara. Luas lahan pesisir yang
dipergunakan untuk tambak udang adalah 5.002,23 Ha dengan total produksi
14.477,6 Ton. Jenis-jenis biota air yang dibudidayakan di tambak antara lain:
&an Bandeng, Mujair, Udang WindyUdang putih dan Kepiting.
Kecamatan Pangkalan Susu Berandan Barat Babalan Gebang Tanjung Pura Secanggang Labuhan Dell Hamparan Perak Medan Belawan Medan Labuhan Percut Sei Tuan Pantai Labu Pantai Cemlin Perbaungan Teluk Mengkudu Tanjung Beringln Bandar Kholifah Medang Deras Air Putih Lima Puluh Talaw! Tanjung Tiram Air Joman Tanjung Balal Sei Kepayang Kualuh Hilir Panai Hil~r Panai Tengah Kabupaten Langkat Langkat Langkat Langkat Langkat Langkat Dell Serdang Dell Serdang Medan Medan Dell Serdang Dell Serdang Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Asahan Asahan Asahan Asahan Asahan Asahan Asahan Asahan Labuhan Batu Labuhan Batu Labuhan Batu Total Pmduksi 3356.9 1100.2 1095.4 1278 0 2876 2 3501.2 4048 3
3103.5 6048.9 15771.6 3812.3 4941.1 4635.9 873.6 3847.3 5776.9 3898.7 5501.9 579.9 1676.4 2215.1 1599.3 348.6 36497.2 2157.4 12181.0 12461 .O
[image:137.595.126.498.128.522.2]Produksi ta~nbak tertinggi ierdapat di Kabupaten Deli Serdang yaitu
sebesar 1.731,3 ton. Produksi tarnbak yang tinggi didukung oleh luasnya lahan
tarnbak (10.430,7 Ha) yang dimiliki kabupaten ini. Kecamatan Tanjung Beringin
di Kabupaten ini lnerniliki produksi tarnbak tertinggi yaitu sebesar 1.975,5 ton.
Sernua jenis sumberdaya perikanan akan terganggu secara serius apabila
lerkena pencemaran minyak. Hal ini disebabkan minyak dapat lnenyebabkan
gangguan perturnbuhan sarnpai kematian ikan. Perairan yang bersifat tertutup dan
semi tertutup akan mengalarni pengaruh yang lebih berbahaya akibat
penanggulangan pencemaran minyak di lokasi ini lebih sulit.
4.1.4 Kependudukan
Jurnlah Penduduk terbesar di wilayah pesisir Propinsi Sumatera Utara
terdapat di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Kecarnatan ini
memiliki tingkat kepadatan penduduk 1.222 jiwa/km2. Nilai kepadatan penduduk
tersebut bukan nilai tertinggi, karena kepadatan penduduk tertinggi terdapat di
Kecamatan Medan Belawan Kota ~ e d a n dengan nilai 3.39 1 jiwa/km2. Kecarnatan
Percut Sei Tuan juga merniliki jumlah rumah terbanyak yaitu 46.804 ruinah
(Tahel 9).
Jumlah penduduk terendah terdapat di Kecamatan Berandan Barat
Kabupaten Langkat yaitu sebesar 19.330 jiwa dengan tingkat kepadatan
40
paling sedikit yaiiu sebanyak 3.867 rumah. Adapun tingkat kepadatan terendah
terdapat di keca~natan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu dengan nilai 62
Tabel No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Sumber:
nlah r u ~ n a h Jumlah Rumah tan penduduk Jumlah Penduduk 45286 19330 53843 36606 60053 54977 42212 185384 89008 71587 233146 35638 35636 116359 36745 32953 27184 35280 84457 74885 44522 83038 48704 27063 33178 56682 28559
470781 62
1
94511 ;a di Propinsi Sumatera Utara9. Julnlah dan
Kecamatan Pangkalan Susu Berandan Barat Babalan Gebang Tanjung Pura Secanggang Labuhan Deli Harnparan Perak Medan Belawan Medan Labuhan Percut Sei Tuan Pantai Labu Pantai Cerrnin Perbaungan Teluk Mengkudu Tanjung Beringin Bandar Kholifah Medang Deras Air Putih Lima Puluh Talawi Tanjung Tirarn Air Jornan Tanjung Balai Sei Kepayang Kualuh Hilir Panai Hilir Panai Tengah Kecamatan dan
serta J L Kepadatan (ldv/km2) 167 210 529 225 362 221 332 805 3391 1952 1222 435 411 549 460 508 375 539 347 313 496 293 314 487 72 78 83
Pencemaran minyak yang mencapai pemukiman akan menimbulkan polusi tingkat kepad Kabupaten Langkat Langkat Langkat Langkat Langkat Langkat Deli Serdang Deli Serdang Medan Medan Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Asahan Asahan Asahan Asahan Asahan Asahan Asahan Asahan Labuhan Batu Labuhan Batu Labuhan Batu Kabupaten Dalam An!
udara, tanah dan air. Ketiga polusi tersebut akan lnempengaruhi penduduk dari
sisi kesehatan dan kenyamanan tinggal. Perpindahan penduduk akan terjadi untuk
[image:139.595.134.466.189.597.2]4.2 1NDEKS KEPEKAAN LINGKUNGAN (IKL)
4.2.1 IKL Pantai
IKL Pantai merupakan indeks kepekaan lingkungan daratan di pesisir
timur Propinsi Sumatera Utara terhadap tumpahan minyak. Nilai IKL pantai
berkisar dari sedang sarnpai sangat peka (Tabel 10, Gambar 9-12).
IKL sangat peka terdapat pada 9 kecainatan yang tersebar pada 2
kabupaten. Kecamatan yang memiliki pantai dengan nilai IKL sangat peka adalah
Kecamatan Pangkalan Susu, Babalan, Gebang, Tanjung Pura, Secanggang di
Kabupaten Langkat; Kecamatan Medang Deras, Tanjung Tiram, Tajung Balai, Sei
Kepayang di Kabupaten Asahan.
Sebaran nilai IKL peka terdapat di 9 kecamatan yang tersebar pada 4
kabupaten. Kecamatan yang memiliki wilayah pantai dengan nilai IKL peka
adalah Kecamatan Berandan Barat di Kabupaten Langkat; Kecamatan Labuhan
Deli, Pantai Labu, Pantai cermin, Teluk Mengkudu di Kabupaten Deli serdang;
Kecamatan Medan Labuhan di Kota Medan; Kecamatan Kualuh Hilir, Panai
Tengah dan Panai Hilir di Kabupaten Labuhan Batu.
Wilayah yang memiliki nilai IKL peka dan sangat peka merupakan daerah
yang sangat rentan apabila terkena pencemaran minyak. Faktor penyebabnya
adalah keberadaan mangrove sebagai suatu habitat penting yang kerusakannya
akan memberikan kerugian yang sangat besar baik secara ekologis maupun secara
ekonomis. Nilai sosial dan kelimpahan biota di wilayah ini yang juga tinggi tu