• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis indeks kepekaan lingkungan pesisir selat malaka di wilayah sumatera utara terhadap tumpahan minyak (oil spill)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis indeks kepekaan lingkungan pesisir selat malaka di wilayah sumatera utara terhadap tumpahan minyak (oil spill)"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)

ANALISIS INDEKS KEPEKAAhT

LINGKUNGAN PESISIR

SELAT MALAKA D1 WILAYAH SUMATERA lJTARA

TERliADAP TUMPANAN RIIN\'AK

(OIL SPILL)

Oleh

:

M U A R L F

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN

BOGOK

(93)

ABSTRAK

MUAIIIF. Analisis Indeks Kepekaan Lingkungan Pesisir Selat Malaka di Wilayah Sumatera Utara l'erhadap Turnpallan Minyak (Oil ,Spill). Dibawah bimbingan Dr. Ir. Rokhinin Daliuri, MS sebagai kettla, Dr. Ir. Indra Jaya dan Dr. Ir. Yuli Suharnoto sebagai anggota.

Pesisir Selat Malaka bagian barat mcrupakacan salah satu daerah pesisir di

Indonesia yang paling rawan terkena pencemaran minyak. Faktor penyeball

terjadinya kecelakaan kapal di perairan ini adalah padatnya lalu Iintas kapal dan

selnpitnya alur lalu lintas di selat Malaka. Untuk lnenyelalnatkan sulnberdaya

alam pesisir di daerah ini secara maksimal, diperlukan upaya pengendalian

pencemaran yang terprogra~ii dengan baik. Penyelamatan yang delnikian dapat

dilakukan apabila tersedia informas; yang meniadai ~nengenai jenis sulnberdaya

alam, lokasi dan tingkat kerentanannga terhadap pencemaran minyak.

Penelitian ini meiniliki dua tu.juan. Pertama unttlk iiienginventarisasi

sumberda:,:a alaln pesisir Selat Malaka di wilayah Sumatera Utara. Ked1.m untulc

lnenyusun indeks kepekaan lingkungan pesisir Selat Malaka di wilayah Sumatera

Utara terhadap tumpahan tninyak ((111 .<pi//).

Pengumpulan data untuk penelilian ini dilaksallakan lnr~lai Agustc~s 1997

Agustus 1999. Lokasi yang ilienjadi kajiali penelitian melipuli kecamalan-

kecamatan di pesisir tiniur Propinsi Sumatra Utara yang berlxtasan langsung

dengan Selat Malaka. Pengolahan data menggunakan program Arcllnfo dilakukan

di Laboratorium Sistem lnformasi Geografi (SIC) Pusat Kajiati Surnberdaya

Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB.

Masil analisis indeks kepekaan lingkungan (IKL) terhadap tumpahan

(94)

IKL sangat peka, JKL pekal IKL sedang dan 1KL kurang peka. Wilayah daratan

(pantai) memiliki nilai IKL yang tersebar dari sedang sampai sangat peka,

sedankan wilayah perairan laut nle~niliki nilai IKI, sedang dan kurang peka.

IKL sangat peka di daerah pantai terdapat pada 10 kecamatan yang

tersebar pada 3 kabupaten. Kecamatan yang memiliki pantai dengan nilai IKL

sangat peka adalah Kecamatan Pangkalan Susu, Babalan, Tanjung Pura,

Secanggang di Kabupaten Langkat; Kecamatan Medang Deras, Tanjung 'Tirani;

Tajung Balai, Sei Kepayang di Kabupaten Asahan ; dan Kecamatan Kualuh Nilir

dan Panai hilir di Kabupaten Labuhan Batu.

Sebaran nilai IKL peka di daerah pantai terdapat di I 1 kecalnatan yang

tersebar pada 5 kabupaten. Kecamatan yang rnemiliki wilayah pantai dengan nilai IKL peka adalah Keca~natan Berandan Barat, Gebang di Kabupaten Langkat;

Labuhan Deli, Pantai Labu, Pantai cennin,Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin di

Kabupaten Deli serdang; Keca~natan Medan belawan, Medan Labuhan di Kota

Medan; Kecalnata~~ Air Putih, Lima Puluh, Talawi, di Kabupaten Asahan; dan

Kecamatan Panai Tengah di Kabupaten Labuhan Batu.

1KL pantai dengan nilai sedang terdapat di dua Kabupaten yaitu

Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Asahan. Keca~natan di kabupaten Deli

Serdang yang me~niliki nilai IKL pantai sedang adalah Kecaniatan I-laniparan,

Percut Sei Tuan, Perbaungan, dan Bandar Kholifah. Di Kabupaten Asahan nilai

IKL pantai sedang tezdapat di Kecamatan Air Joman.

Kecamatan yang rnerniliki perairan laut dengan nilai IKL kurang peka

adalah Kecamatan Pangkalan Susu, Berandan Barat, Babalan, Gebang, Tanjung

(95)

I'ercot Sei Tuan, Pantai Labu,, Perbaungan Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin,

Bandar Kholifah di Kabupaten Deli Serdang, Kccanlatan Medan Belawan di kota

Medan; Keca~natan Air Putih, Lima Puluh, Talawi, Air Jornan di Kabupaten

Asahan.

IKL h a n g peka disebabkan wilayah ini tidak rnerniliki habitat-habitat

yang bersifat peka terhadap pencemaran rninyak Habitat di \vilayah ini berupa

perairan terbuka yang me~iiiliki tingkat kerentaan yang rendah. Faktor lain yang

mendukung wilayah ini merniliki nilai IKL kurang peka adalah kelimpahan biota

perairan yang rendah.

Kecarnatan yang merniliki perairan laut dengan nilai IKL sedang adalah

Kecamatan Pantai Cennin di Kabupaten Deli serdang; Kecarnatan Medan

Labuhan di Kota Medan; Kecamatan Medang Deras, Tanjung Tiram, Talijung

Balai, Sei Kepayang di Kabupaten Asahan; dan Kecamatan Kualuh Hilir, Panai

hilir, Panai Tengalah di Kabupaten Labuhan Batu.

Nilai IKL sedang untuk perairan laut di \vilayah ini disebabkan oleh

kelimpahan biota air yang cukup tinggi. Di Kecarnatan Panai Tengah, Panai Hilir

dan Kualuh Hilir keberadaan perairan latrt yang semi tertutup rnendukung nilai

(96)

Judul Tesis : Analisis Indeks Kepekaan Lingkungan Pesisir Selat Malaka di Wilayah Sumatera Utara Terhadap Tumpahan Minyak (011 Spill)

Naina Mahasiswa : M u a r i f

N R P : 96197

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)

Menyetujui :

1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS. Ketua

Dr. Ir. Indra Java Anggota

Dr. Ir. Yuli Suharnoto Anggota

2. Ketua Program Studi PSL

,

4

C

Prof. Dr. Ir. H. Sri Saeni. MS. Tanggal lulus:

0

9

(97)

RIWAYAT I-IIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Agustus 1968 di Desa Cialnpel Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes sebagai anak keempat dari keluarga Bapak

Muharun dan Ibu Nuramah. Pada tahun 1995 mernpersunting puteri Bojonegoro

bernama Yuli Kurniawati dan sampai saat ini dikaruniai oleh Allah SWT seorang

puteri bernama Zahroh Qolbaina Ariybah, seorang putera bernarna Muhammad

Wafiy Ulhaq dan puteri kecil Lulu Aufia Hasanah.

Jenjang pendidikan penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri Ciainpel I -

Kersana - Brebes, berhasil lulus pada tahun 1981. Pada tahun yang sama penulis

melanjutkan studi ke SMP Negeri Tanjung - Brebes dan lulus pada tahun 1984. Jenjang pendidikan SLTA ditempuh di SMA Negeri Tanjung Brebes dan lulus

tahun 1987. Pada Tahun 1987 penulis berhasil lulus Sipemnaru dan diterima di

Institut Pertanian Bogor tepatnya di Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Perikanan dan berhasil meraih gelar sajana pada tahun 1992.

Satu Tahun kemudian penulis diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil

Edukatif di Kopertis IV Jawa Barat. Pada Tahun yang sama penulis dipekerjakan

oleh Kopertis IV sebagai dosen di Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian

Universitas Djuanda (-A) Bogor. Pada Tahun 1995 sampai 1996 penulis

dipercaya menjabat sebagai Sekretaris Jurusan Perikanan Universitas Djuanda.

Pada tahun 1998 sampai awal tahun 2002 penulis diberi arnanat menjadi

Pembantu Dekan I11 Fakultas Pertanian Universitas Djuanda Bogor. Satu tahun

kemudian (1999) penulis diberi amanat tambahan sebagai Kepala Perpustakaan

Fakultas Pertanian. Tugas lain yang penulis terima adalah sebagai ketua Panitia

Penerimaan Mahasiswa Baru Fakultas Pertanian tahun 2000-2001. Pada awal

tahun 2002 penulis diangkat menjadi Pembantu Dekan I1 Fakultas Pertanian

UNIDA Bogor.

Jenjang pendidikan pascasarjana ditempuh di IPB Bogor pada program

studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL), setelah penulis

(98)

PRAKAT A

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan barokah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan thesis ini.

Thesis ini memuat hasil penelitian tentang analisis indeks kepekaan

lingkung-an pesisir Sela: Malaka terhadap tmnpahan minyak (oil spill).

Pendekatan yang dila-kukan dalam penelitian ini merupakan aplikasi dari sistem

informasi geografi (SIG).

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS. selaku ketua komisi pembimbing yang

telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam thesis ini. 2. Dr. Ir. lndra Jaya dan Dr. Ir. Yuli Suhamoto, Selaku anggota kolnisi

pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan-

masukan dalam penyusunan thesis ini.

3. Rekan-rekan di Lab. GIS PKSPL dan semua pihak yang telah

membantu penyelesaian penelitian maupun penyusunan thesis ini.

Penulis menyadari thesis ini masih memiliki banyak kelemahan, untuk itu

kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Walaupun

demikian, penulis berharap thesis ini dapat berguna b a g semua pihak yang

memerlukan.

Bogor, Juni 2002

(99)

DAFTAR IS1

PRAKATA

. . DAFTAR IS1 ... i1

... ...

DAFTAR TABEL 111

...

DAFTAR GAMBAR iv

I

.

PENDAHULUAN ... 1

...

1.1 Latar Belakang 1

...

1.2 Perumusan Masalah 3

. . ...

1.3 Kerangka P e ~ n ~ k ~ r a n 4

1.4 Tujuan ... . . 7 1.5 Manfaat Peneht~an ...

7

...

I1 . TINJAUAN PUSTAKA 8

...

2.1 Ekosisteln dan Sumberdaya Pesisir 8

...

2.2 Bahaya Pencemaran Minyak di Wilayah Pesisir 10

...

2.3 Indeks Kepekaan Linglcungan 15

...

111 . METODE PENELITIAN 22

...

3.1 Waktu dan Tempat 22

...

3.2 Pengumpulan data 22

3.3 Analisis Data 23

... IV

.

HASIL DAN PEMBAI.IASA;,

... 4.1 Karakteristik Pesisir Timur Sumatera Utara . .

4.1. i Kond~sl Geografi ... 4.1.2 Kondisi Musim dan Oseanografi ...

... 4.1.3 Komposisi Sumberdaya Alam

... 4.1.4 Kependudukan

... 4.2 Analisis Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL)

... 4.2.1 IKL Pantai

4.2.2 IKL Perairan Laut 4.3 Hubungan IKL dengan Pe

...

V . KESIMPULAN DAN SARAN 51

...

5.1 KESIMPULAN 51

...

5.2 SARAN 52

...

(100)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Malaman

Teks

1. Kerangka pemikiran analisis indeks kepekaan lingkungan di pesisir Selat 5

Malaka terhadap pencemaran minyak .

.

.

. . .

. . .

.

. . .

.,.

2. Kecamatan di Pesisir Timur Propinsi Sumatera Utara .... .. . ... . . .. ... . . . .. 22

3. Model diagram analisis indeks kepekaan lingkungan (IKL) ... ... ... ... ...

.

25 4. Kondisi arus di Perairan Selat Malaka ... ... ... ... ... ... ... .... ... ... ... 30

5. Sebaran Landuse di Kecamatan-kecamatan Pesisir Kabupaten Langkat . . . 32

6. Sebaran Landuse di Kecamatan-kecamatan Pesisir Kabupaten Deli

Serclang dan Kota Medan

. . . ... .. . .

.

. .

...

. .

. . .

.

. . . .. . . .. . . .... 33

7. Sebaran Landuse di Kecamatan-kecamatan Pesisir Kabi~paten Asahan .

. .

34 8. Sebaran Landuse di Kecamatan-kecamatan Pesisir Kabupaten Labuhan

Batu ... . . .. . . .. . ...

. . ...

... ... ... ... . . . .. . . .. .

.

.. ... ... ... ... ... ... ... .. 35

9. Sebaran IKL di Pesisir Kabupaten Langkat ... ... ... ... ...

...

... ... . ... ... . 43

10. Sebaran IKL di Pesisir Kabi~paten Deli serdang dan Kota Medan ... . . . 44

11. Sebaran IKL di Pesisir Kabupaten Asahan .. . . ... . . . ... . . .. . . ... . . . 45

(101)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

I. Analisis IKL Pantai di Pesisir Timur Propinsi Sumatera Utara ... .

. . .

.

.

... .. 61

2. Analisis IKL Perairan Laut di Pesisir Timur Propinsi Sumatera Utara

... 67

(102)

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki potensi surnberdaya

pesisir dan lautan yang besar. Dari 17.508 pulau yang dimilikinya, Indonesia

memiliki panjang garis pantai sepanjang 81.000 km. Wilayah ini menyimpan

potensi sumberdaya alam yang besar yang sangat penting ariinya bagi

pembangunan di Indonesia.

Wilayah pesisir merupakan daerah yang memiliki peran ekonomi dan

ekologi yang sangat penting. Secara ekonorni, wilayah pesisir merniliki potensi

sumberdaya alam yang besar. Sumberdaya alam tersebut mencakup sumberdaya

alam yang dapat diperbaharui seperti ikan, mnput laut, kerang, hewan karang dan

lain-lain) sampai sumberdaya alam yang tidak dapat dipebahami (seperti: minyak

dan gas bumi, bahan tambang dan mineral). Secara ekologi, wilayah pesisir

ditempati oleh berbagai macam ekosistem penting, seperti mangrove, terumbu

karang, padang lamun, estuana dan lain-lain, yang menjadi tempat meinijah,

membesarkan anak dan mencari makan berbagai biota laut.

Program pembangunan di Indonesia menempatkan upaya peningkatan

taraf hidup masyarakat melalui pola pembangunan yang berkelanjutan.

Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang berupaya meman-

faatkan sumberdaya alam secara maksimal dengan tetap menjaga kelestariannya.

Dengan demikian pembangunan wilayah pesisir di Indonesia, diupayakan akan

(103)

Pelestarian wilayah pesisir lnerupakan upaya yang wajib dilakukan.

Kegagalan upaya pelestarian wilayah ini akan banyak menimbulkan kerugian bagi

petnbangunan bangsa ini. Kerusakan terutnbu karang akan tnengakibatkan

hilangnya tempat hidup berbagai macam biota laut, yang berarti akan menurunkan

hasil tangkapan dari laut. Kerusakan mangrove bukan hanya lneniinbulkan

hilangnya tempat memijah clan mencari makan berbagai biota laut, juga akan

ineningkatkan abrasi pantai dan menimbulkan berbagai bencana di daratan.

Pengendalian pencemaran di wilayah pesisir merupakan salah satu wujud

usaha pelestarian lingkungan pesisir dan sumberdaya alam yang dikandungnya.

Keberhasilan kegiatan ini sangat ditentukan oleh penggunaan metode yang tepat

dan tersedianya informasi keadaan lingkungan yang lengkap.

Pesisir Selat Malaka merupakan salah satu daerah pesisir di Indonesia

yang paling rawan terkena penceinaran minyak. Faktor penyebabnya adalah

karena daerah ini menjadi alur lalu lintas kapal intemasional. Kejadian terakhir

adalah tumpahnya minyak sekitar 4.000 ton akibat tabrakan antara Kapal Ovikos

(Cyprus) dan Kapal Ora Pin Global (Thailand) pada tanggal 17 Oktober 1997

(Republika, 1997).

Untuk menyelamatkan sumberdaya alarn pesisir di daerah ini secara

maksimal, diperlukan upaya pengendalian pencemaran yang terprogram dengan

baik. Penyelamatan yang demikian dapat dllakukan apabila tersedia infomasi

yang memadai mengenai jenis sumberdaya alam, lokasi dan tingkat

(104)

1.2 Perumusan Masalah

Menurut Nas (1975) dalarn Cautrier (1976) tumpahan minyak terbesar

ditirnbulkan oleh angkutan laut (34 %). Tumpahan Ininyak bersuinber pada:

(1). Pembuangan air ballast dan pencucian tanki (16,6 %)

(2).Penyambungan dan pelnutusan sambungan pipa kapal dan pipa darat,

serta pembuangan minyak bekas (1 1%)

(3).Kecelakaan kapal tanker (3,9 %) dan kapal non tanker (2,5 %)

Pesisir Selat Malaka merupakan daerah yang rawan tejadi pencemaran

minyak dari kecelakaan kapal akibat perarairan yang seinpit dengan lalulintas

kapal yang padat. Menurut Keh et a1 (1997) rata-rata 98-100 kapal tanker dengan

lnuatan sekitar 7 juta barel minyak melintasi kawasan ini setiap hari. Kecelakaan

kapal yang pernah tejadi diantaranya peristiwa Showa Maru tahun 1975 telah

menumpahkan minyak sekitar 3.000-4.000 ton (Cautrier, 1976), sedangkan

peristiwa tanggal 17 Oktober 1997 akibat tabrakan antara Kapal Ovikos (Cyprus)

dan Kapal Ora Pin Global (Thailand) telah menumpahkan minyak sekitar 4.000

ton (Republika, 1997).

Pencemaran minyak merupakan jenis pencemaran yang bersifat

membahayakan ekosistem di wilayah pesisir. Menurut Baker (1992) tumpahan

minyak di daerah mangrove akan menutupi akar-akar tunjang dan akar-akar

nafas, sehingga menghalangi tranfer oksigen dan mematikan pohon. Terhadap

ikan, minyak dapat berpengaruh racun secara langsung (jangka pendek),

pengaruh fisik dan kontaminasi kronis (jangka panjang). Dengan demikian

pencemaran minyak dapat menyebabkan kerusakan atau kematian biota pesisir

(105)

Kelnatian biota dan kerusakan fungsi ekologis wilayah pesisir akan

memberikan dampak yang luas. Dalam jangka pendek akan tejadi penurunan

hasil tangkapan dari laut. Keadaan ini dalarn jangka panjang akan menyebabkan

meningkatnya angka pengangguran di wilayah pesisir. Darnpak sosial ini akan

inerambat kearali peningkatan urbanisasi dan peningkatan angka kriliiinalitas di

kota.

Mengingat dampak yamg ditimbulkan oleh pencemaran minyak dapat

bersifat luas, maka langkah pengendalian pencemaran rninyak memiliki nilai yang

sangat penting. Analisis indeks kepekaan lingkungan mempakan salah satu

sumber informasi yang sangat diperlukan bagi penentuan strategi pengendalian

pencemaran minyak yang efektif dan efisien.

1.3 K erangka Pemikiran

Tumpahan minyak (oil spill) akibat kecelakaan kapal di perairan Selat

Malaka akan menyebar ke seluruh perairan tersebut bahkan dapat mencapai

daratan. Respon setiap wilayah pesisir dalam menerima pencemaran minyak akan

berbeda-beda, tergantung pada tingkat kepekaan ekosistem yang ada di wilayah

tersebut (Tabel 1). Perbedaan tersebut menjadi faktor penting yang hams

diperhatikan dalam pegendalian pencemaran minyak. Wilayah yang di tempati

oleh ekosistem yang paling rentan m e ~ p a k a n daerah yang harus dilindungi dan

(106)

I

I

WILAYAI-I

PESISIR

I

i

DATA ATRIBL~I'

I'EI'A

DASAR TEMATIK FISIKA, KIMIA. BlOLOGI. SOSEK DAN SOSBUD

I

PETA KOhlPOSISI WILAYAH PESlSlR (hf,4NGRO\'E, TERUMBU KARANG , PANTAI

BERPASIR DAN LAIN-L4IN)

I

I

ANALISIS INDEKS

/

KEI'EKAAN - -

LINGKVNGAN TERFfADA1' TUIMPAI-IAN MINYAK (OIL SPILL)

INDEKS KEPEKAAN LINGKUNGAN 'TERHADAP PENCEMAR AN MINY AK

[image:106.602.88.506.118.717.2]

PENCEMARA

(107)

Tingkat kerentanan setiap wilayah dalam kawasan pesisir Selat Malaka

dapat diketahui dengan menginventarisasi jenis-jenis ekosistem yang menempati

lokasi tersebut. Peta dasar, peta tematik dan data hasil pengamatan akan

menginventarisasi secara detail komposisi ekosistem yang menempati suatu

wilayah dan keadaan oseanografinya. Analisis indeks kepekaan lingkungan akan

mengolah keseluruhan data menjadi peta indeks kepekaan lingkungan terhadap

pencemaran minyak, yang akan mampu memberikan infonnasi tingkat kerawanan

setiap wilayah di Pesisir Selat Malaka dalam menerima tumpahan minyak.

Langkah pengendalian pencemaran minyak harus dapat berjalan secara

efektif dan efisien. Langkah yang demikian hanya akan dapat dicapai apabila

tersedia siste~u informasi pengendalian pencemaran minyak yang baik. Hasil

analisis indeks kepekaan lingkungan terhadap pencemaran minyak akan menjadi

sistem informasi indeks kepekaan lingungan ( E L ) pencemaran minyak yang

sangat berharga untuk menentukan strategi pengendalian pencemaran minyak,

sehingga mampu menyelamatkan aset nasional di kawasan tersebut. Informasi

IKL diikuti dengan valuasi ekonomi sumberdaya alam juga akan sangat berguna

dalam menentukan tuntutan ganti rugi yang tepat pada setiap kejadian tumpahan

minyak di kawasan tersebut. Penelitian ini tidak melakukan kajian valuasi

(108)

1.4 Tujuan

Penelitian ini bertujuan:

1. Menginventarisasi sumberdaya alam pesisir Selat Malaka di Pesisir

Tiinur Propinsi Sumatera Utara

2. Menyusun indeks kepekaan lingkungan pesisir Selat Malaka di Pesisir Tiinur Propinsi Sumatera Utara terhadap tuinpahan ininyak (Oil spill)

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini meiniliki manfaat sebagai:

I . Data base yang akan memberikan informasi dasar untuk menentukan

strategi yang efektif dan efisien dalaln menanggulangi dampak

tumpahan minyak yang terjadi di Selat Malaka

2.

Data base untuk inembantu peinerintah dalain menentukan tuntutan

ganti rugi yang tepat (sesuai kerusakan sumberdaya yang terjadi)

dalam setiap peristiwa tuinpahan minyak di pesisir Selat Malaka

3. Data base untuk keperluan pengelolaan dan konservasi sumberdaya

(109)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem dan Sumberdaya Pesisir

Ketchum (1972) in Kay and Alder (1999) mendefinisikan pesisir sebagai batas wilayah antara daratan dan laut dimana proses dan lahan di daratan

~ne~npengaruhi proses di laut dan sebaliknya. Hildebrand and Norrena (1992)

menjelaskan wilayah pesisir meliputi wilayah sekitar pertemuan daratan dan

lautan sepanjang ratusan meter sampai beberapa hlometer. Wilayah pesisir

rnelipuli perairan pesisir dan semua daratan yang secara fisik, ekologis atau

proses-proses alami atau aktivitas manusia baik langsung maupun tidak langsung

berpotensi me~npengaruhi sumberdaya pesisir.

Menurut Soegiarto (1976), pesisir merupakan daerah pertemuan antara

darat dan laut, ke arah darat meliputi bagian darat, baik kering lnaupun basah yang

masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan

air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh

proses-proses alami yang terjadi

d~

darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar,

lnaupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan

hutan dan pencemaran. Menurut Dahuri dkk. (1996), penentuan batas pesisir

untuk kepentingan pengelolaan didasarkan atas faktor-faktor yang me~npengaruhi

pembangunan (pemanfaatan) dan pengelolaan ekosistem pesisir dan lautan beserta

segenap sumberdaya yang ada di dalamnya, serta tujuan dari pengelolaan itu

(110)

Ekosistern pesisir dapat bersifat ala~ni ataupun buatan. Ekosistern alami

yang terdapat di wilayah pesisir antara lain: terumbu karang, hutan mangrove,

padang lamun, pantai berpasir, for~nasi pes-caprae, fonnasi baringtonia, estuaria,

laguna dan delta. Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa: tambak, sawah

pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan industri, kawasan agroindustri dan

pemukiman (Dahuri dkk., 1996).

Sumberdaya di wilayah pesisir terdiri dari sumberdaya alam yang dapat

pulih dan sumberdaya alam yang tidak dapat pulih. Sumberdaya yang dapat pulih

antara lain meliputi: sumberdaya perikanan (plankton, benthos, ikan, moluska,

krustasea, marnalia laut), m p u t laut, padang lamun, hutan mangrove dan

temmbu karang. Sedangkan sumberdaya tidak dapat pulih mencakup: minyak

dan gas, bijih besi, pasir, tirnah, bauksit, dan mineral serta bahan tarnbang

lainnya(Dahuri dkk., 1996).

Kay and Alder (1999) menjelaskan bahwa pennasalahan pesisir timbul

akibat aktivitas manusia di daratan dan lautan. Aktivitas di daratan antara lain

bempa: pelabuhan, pembangkit energi, bangunan-bangunan. Aktivitas di laut

meliputi pembuangan sampah, penangkapan ikan, olah raga air, produksi minyak

(111)

2.2 Bahaya Pencemaran Minyak di Wilayah Pesisir

2.2.1 Mangrove

Mangrove lnempakan habitat pesisir yang paling rawan apabila

terkena tumpahan minyak. Minyak akan terjebak di mangrove sehingga

upaya membersihkannya sangat sulit (Taylor, 1991).

Darnpak pencemaran minyak terhadap komunitas mangrove lebih

mengarah ke gangguan fisik. Dalam pencemaran ~ninyak yang akut, lapisan

~ninyak menutupi seluruh siste~n perakaran mangrove, sehingga terjadi

penyumbatan total lentisel pada akar napas, akibatnya pertukaran gas C02 di

mulut-tnulut lentisel terputus. Jika ha1 itu terjadi maka tu~nbuhan mangrove

yang bersangkutan akhirnya mati (Soemodihardjo dan Soeroyo, 1994).

Anakan mangrove tennasuk rentan terhadap ceinaran minyak. Hasil

pengamatan pada anakan mangrove yang ditumbuhkan dalam kotak-kotak

plastik dan diberi perlakuan ~ninyak diesel dan air laut dengan konsentrasi

100 ppm, 1.000 ppm, 10.000 ppm dan 100.000 pprn, diketahui anakan

mangrove mengalami kematian pada konsentrasi 1.000 ppm ke atas (Mathias

(1977) dalum Soemodihardjo dan Soeroyo (1994)).

Duke and Pinzon (1986) dan Garrity et. al. (1994) melaporkan,

dampak tumpahan minyak dari kilang minyak Panama, yang terjadi pada

bulan April 1986 adalah sekitar 75 hektar mangrove dewasa mengalami

kematian, setelah terlebih dahulu mengalami rontok daun. Tiga tahun

kemudian daerah tersebut belum memperlihatkan tanda-tanda adanya

(112)

Menurut Hardjosoewarno (1989), Hasil penelitian efek limbah kilang

minyak terhadap tumbuhan mangrove di Cilacap, Rhizophoru lebih rentan

terhadap cemaran minyak dari pada Avice~zniu dan Sonneraliu. Jenis-jenis

tumbuhan bawah seperti Surcolnzobus glohosus, Derris heteropizylla dan

Achantizus ilic~folius menghilang dari sekitar kilang ininyak ini.

Michel (1991) dalam Soemodihardjo dan Soeroyo (1994)

menjelaskan ttunpahnya minyak sebanyak 3-7 juta barel pada saat perang teluk lelah mencemari pantai kuwait dan Saudi Arabia sepanjang 500 km

dengan lebar kurang lebih 1 km. Di daerah pasang surut, tutupan ininyak

rnencapai 100 %. Proses pemulihan di daerah mangrove dan rawa payau berjalan lambat. Minyak terperangkap di antara akar-akar mangrove dalan

waktu lama serta meresap ke substrat sedalam lebih dari 15 cm.

2.2.2 Terumbu Karang

Salah satu faktor penting yang membatasi terumbu karang adalah

cahaya

.

Cahaya yang cukup hams tersedia agar fotosintesis oleh

zooxanthellae simbiotik dalam jaringan karang dapat terlaksana. Tanpa

cahaya yang cukup

,

laju fotosintesis akan akan berkurang dan bersalna

dengan itu kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat dan

membentuk terumbu akan berkurang pula. Titik kompensasi untuk karang

merupakan kedalaman dimana intensitas cahaya berkurang sampai 15-20 %

(113)

Penutupan pennukaan air oleh minyak akan menurunkan laju

fotosintesis, dan penutupan dalam jumlah besar akan menyebabkan kerusakan

karang. Minyak menutupi polip dan mematikan karang (Taylor, 199 1).

2.2.3 Pantai Berpasir

Menurut Nybakken (1988), partikel-partikel pasir atau kerlkil tidak

cukup kuat untuk letap stabil jika ada ombak. Akibatnya, setiap ombak

memukul, partikel-partikel substrat akan terangkut, teraduk dan terdeposit

kembali. Hasil penelitian Michel (1991) dalurn Soemodihardjo dan Soeroyo

(1994) menunjukkan bahwa proses pemulihan pencemaran minyak di daerah

pasang surut yang berpantai pasir dan terbuka berlangsung cepal.

Sloan (1993) mengkiasifikasi panfai berpasir menjadi tiga kelas

berdasarkan kerentanannnya terhadap pencemaran minyak, yaitu:

a. Pantai berpasir dan berkerikil.

Minyak akan mengalami penetralan cepat dan terkubur oleh keadaan

energi ombak yang sedang sampai rendah dan dapat bertahan lama.

b. Pantai berpasir kasar

Minyak akan rnengendap dan terkubur dengan cepat. Pada kondisi

energi gelombang sedang sampai besar, minyak akan menghilang

secara alami dalam beberapa bulan.

c. Pantai berpasir halus

Minyak biasanya tidak menembus jauh ke dalain endapan dan dapat

(114)

2.2.4 Padang Lainun

Lapisan minyak pada daun lamun menghalangi cahaya untuk sampai

ke pennukaan daun dan menernbusnya, dan dengan demikian lamun tidak

dapat berfotosintesis yang mengakibatkan kematiannya (Dahuri dkk., 1996).

Pencemaran minyak akan mematikan rumput laut akibat tertutupnya

daun dan batang. Kemsakan nunput laut juga dapat terjadi akibat

penumpukan minyak pada sedimen. Selanjutnya gelombang dapat mencabut

rumput laut dari sedimen (Taylor, 1991)

2.2.5 Sumberdaya Perikanan

2.2.5.1 Plankton

Dampak minyak terhadap fitoplankton dapat mematikan atau

mengurangi fotosintesis dan pertumbuhan fitoplankton, akan tetapi pada

konsentrasi rendah dapat merangsang pertumbuhan fitoplankton, pengaruh

tersebut bergantung kepada jumlah dan jenis minyak (Dahl et.ul, 1983).

Menurut Johanson et.al (1980), Kelimpahan zooplankton di dekat

tumpahan minyak menurun secara nyata, tetapi biomassanya pulih kernbali

dalam lima hari. Capuvo ( I 987) menyatakan Zooplankton dapat berperan

penting dalam mengendapkan minyak, misalnya Copepoda akan rnencema

butiran minyak (tetapi tidak memetabolismenya), kemudian melepaskan

(115)

2.2.5.2 Benthos

Biota penghuni dasar seperti lobster, kerang, bintang laut dapat mati

akibat terkena minyak. Pasir pantai dapat mengabsorbsi ininyak sehingga

biota yang hidup di dalamnya mati akibat terkena minyak atau kehabisan

udara (US Fish and Wild life Science, 1998).

Habitat mempengaruhi lamanya dampak pencemaran minyak

terhadap benthos. Pengaruh minyak terlama terjadi pada sedimen halus di

daerah yang terlindung, sedang spesies di tepi laut terbuka berbatu karang

akan pulih kembali dalam waktu jauh lebih cepat

.

Kecepatan pulih

tergantung pada keterbukaan terhadap ombak, ukuran butiran substrat,

jumlah dan jenis minyak, musirn, komunitas spesies dan sifat biologis

pantai (Baker, 1991).

Menurut Levings and Garrity (1994), Setelah lima tahun kejadian

tumpahan minyak di pantai Karibia (Panama), Kelimpahan organisma

yang hidup di dalam liang (seperti isopoda) relatif sama antara daerah yang

tercemar dan tidak terceinar. Adapun hewan yang tidak membuat liang

(seperti juwenil Panulirus argus) menurun populasinya sekitar 40 - 50 %.

Minyak berpengaruh kronis terhadap Mytilus edul~s (Berg, 1999).

Biota lain, Nematoda memiliki kemampuan pulih yang baik. Tumpahan

minyak menurunkan diversitas koinunitas nematoda, akan tetapi dalam

satu bulan pola diversitasnya sama dengan sebelum terjadi pencemaran

(116)

2.2.5.3 Ikan

Dampak langsung minyak terhadap ikan dapat berupa pengaruh

racun secara langsung (jangka Pendek), pengaruh fisik (mekanis) dan

kontaminasi kronis (jangka Panjang). Pengaruh akut secara langsung

mencakup kernatian, menjadi lemah karena adanya gangguan sistem syaraf

pusat, pengaturan tekanan osmosis tidak berfungsi, metabolisme terganggu

atau kerusakan jaringan secara (histologis). Gangyan pada sistem syaraf

pusat dapat menyebabkan kematian secara langsung atau mematikan

secara tidak langsung melalui perubahan tingkah laku yang lnenyebabkan

ikan tidak marnpu lagi menghindar dari predator (Tim Fak. Perikanan IPB,

1995).

Komponen minyak yang besifat volatile dapat membakar kulit,

iritasi pada hidung, mata dan mulut. Benzine, toluena dan hidrokarbon lain

yang masuk ke dalam tubuh dapat merusak sel darah merah, sistem

kekebalan, ginjal, hati dan sistem reproduksi (AMSA, 1998). Minyak dapat

mempengaruhi kehidupan ikan; misalnya memperlambat pertumbuhan,

menyebabkan penetasan lebih dini, perubahan pada proses pertmbuhan

dan genetis ( Carls and Rice, 1990).

Secara m u m telur dan larva lebih peka terhadap pencemaran

minyak dari pada anak ikan dan anak ikan lebih peka daripada ikan dewasa

( Carls and Rice, 1990). Sekelompok ikan finfish dewasa masih dapat

(117)

2.3 Indeks Kepekaan L i ~ i g k ~ ~ n g a n

Kepekaan adalah tidak tolerannya suatu habitat, komunitas atau spesies

terhadap faktor luar, sehingga mudah rusak atau bahkan mati (Mc Leod, 1996).

S L I ~ ~ L I habitat, komunitas atau spesies inenjadi rawan ketika terkena pengaruh dari

luar (lingkungan). Kepekaan disebabkan oleh kerentanan ketika berhubungan

dengan dainpak fisik atau kondisi lingkungan yang sangat ekstriin (Tyler-Walter

el. CI/. , 200 1 ).

Tingkat kerawanan merupakan gainbaran keinungkinan suatu habitat

terhadap faktor luar yang bersifat peka (Tyler-Walter el. ul., 2001). Tingkat

kerawanan (vulnerubilily ruling) suatu ekosistem terhadap dainpak kegiatan

pembangunan bergantung pada respons ekosistein tersebut terhadap suatu dampak

dan peluang terjadinya dampak atas ekosistem. Respon ekosistem pesisir

terhadap suatu dampak ada yang sangat peka sainpai yang tidak peka, bergantung

pada karakteristik biologi dan ekologi dari ekosistein yang bersangkutan. Peka

dalain ha1 ini artinya jika ekosiste~n tersebut terkena suatu dampak, maka

ekosistem ini akan inudah rusak tetapi sukar pulih untuk menjadi baik (Tim

Fakultas Perikanan IPB, 1995).

Indeks Kepekaan lingkungan (IKL) ~nerupakan pendekatan secara

sisternatis rnengkompilasi informasi inengenai kepekaan pantai, sumberdaya

biologi dan sumberdaya yang dimanfaatkan manusia. Peta IKL berguna untuk

mengidentifikasi sensitivitas sumberdaya sebelum terjadi tumpahan ininyak untuk

memperkirakan prioritas proteksi dan mendesain strategi meinbersihkan minyak

(118)

Sistem perangkingan kepekaan lingkungan digunakan dalain atlas untuk

membatasi dan menggainbarkan kepekaan relatif di daerah pantai dan perairan

terhadap dainpak tumpahan minyak. Rangking kepekaan menggunakan nilai

bertingkat mulai dari sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah. Elemen pang

dijadikan katagori adalah sulnberdaya alain yang digunakan manusia, keberadaan

biologis dan residensi ininyak. Peta kepekaan lingkungan terhadap tuinpahan

ininyak berguna untuk perencanaan respon terhadap turnpahan ininyak dan alat

uiituk mengidentifikasi suinberdaya alam yang beresiko; n~enentukan prioritas

proteksi lingkungan dan strategi mengatasinya (Mosbech el. ul., 2000).

Peta indeks kepekaan lingkungan (IKL) meliputi tiga tipe infonnasi, yaitu

klasifikasi garis pantai, sumberdaya alain dan habitat, serta pemanfaatan lahan

(aspek sosial) (NOAA, 1997 dan RPI, 1994). Hayes et.al (1999) liienyusun IKL

berdasarkan tingkat penutupan permukaan air, tingkatan percainpuran minyak di

kolom air, potensi retensi minyak, keinudahan membersihkan, kepekaan dan

kerawanan asosiasi rawa, pemanfaatan lahan, kepekaan dan nilai penting biota.

Nilai sosial merupakan pola penggunaan lahan pada prinsipnya dapat

dibagi dalam 4 komponen utama, yaitu: (1) rekreasi dan pemanfaatan pantai, (2)

manajeinen wilayah, (3) pemanfaatan sumberdaya alam, dan (4) arkheologi, situs

(119)

Menurut RPI (1994) tingkat kepekaan habitat di wilayah pesisir terhadap

tu~npahan Ininyak akan dipengaruhi oleh faktor-faktor: (1) tipe garis pantai

(substrat, ukuran partikel, elevasi), (2) tingkat keterbukaan pantai terhadap pasang

dan gelombang, (3) produktivitas dan kepekaan secara biologi, dan (4)

ke~i~udahan ~nembersihkan minyak.

Tabel 1. Tingkatan kepekaan habitat terhadap tumpahan rninyak (RPI, 1999)

Rangking

1 A 1B 2A 2B 3A 3B 3C 4 5 6A 6B 7 8A 8B 8C 8D 8E 9A 9B 10A 10B 10C 1 OD

10E

Habitat

Pantai berbatu terbuka

Pantai dengan bangunan terbuka

Pantai berbatu, lu~npur atau liat dengan pemecah gelombang Pantai curam dengan substrat tanah liat

Pantai berpasir sedang - halus Pantai berpasir curam

Pantai berupa tebing Panta~ pasir-koarsa

Pantai calnpuran pasir dan kerikil Pantai kerikil

Pantai dengan penghalang gelo~nbang Pantai landai terbuka

Pantai berbatu terlindung

Pantai dengan bangunan terlindung

Pantai dengan penghalang gelombang terllndung Pantai curam bervegetasi

Pantai Gambut

Pantai landai terlindung Pinggiran rendah bervegetasl Rawa asin dan payau

Rawa air tawar Rawa-rawa

[image:119.602.84.488.262.771.2]
(120)

RPI (1999) rnenibuat tingkatan kepekaan lingkungan pesisir terhadap

t~~mpahan minyak didasarkan pada faktor-faktor berikut: (1) besarnya gelombang

dan pasang, (2) ke~niringan pantai, (3) tipe substrat, dan (4) produktivitas dan

kepekaan biologi. Penentuan perangkingan merupakan hubungan antara proses-

proses fisik, tipe substrat, asosiasi biota yang ~nelnbentuk geornorfik atau ekologi

habitat pesisir dan dugaan pergerakan tumpahan tninyak, pola transport sedimen

serla dalnpak biologi yang timbul. U.S. Fish and Wild Live Service (1998)

~nengemukakan ada 4 faktor penting yang harus diperhatikan pada saat terjadi

tu~npahan minyak, yaitu ( I ) gelombang dan pasang, (2) tipe pantai, (3) inusirn dan

cuaca, (4) kelimpahan dan kepekaan biota dan habitatnya.

Kunci perangkingan kepekaan lingkungan didasarkan pada hubungan

antara proses-proses fisik, substrat, tipe pantai, tipe produk, dan pola transport

sedimen. lntensitas energi yang berasal dari gelombang, pasang dan arus sungai

~ne~npengaruhi secara langsung darnpak pencemaran niinyak (NOAA dan CDFG,

1998).

Indeks kepekaan lingkungan (IKL) dapat dipergunakan untuk

pengendalian pencemaran minyak. Mekanis~ne yang dapat dilakukan adalah

melalui pendeteksian wilayah yang akan terkena pengaruh buruk tumpahan

minyak dan wilayah yang dapat diproteksi dari pencemaran minyak (NOOA,

(121)
[image:121.595.82.467.140.678.2]

Tabel 2. Tingkatan kepekaan lingkungan pesisir terhadap tu~npahan tninyak

(NOAA, 1997)

Pantai berbatu, lumpur atau liat dengan pemecah gelombang

Pantai curaln dengan substrat tanah liat

Pantai berpasir sedang - halus

Pantai berpasir curaln

Pantai pasir-koarsa

Pantai calnpuran pasir dan kerikil

Pantai kerikil

Pantai dengan penghalang gelombang

Pantai landai terbuka

Pantai berbatu terlindung

Pantai dengan bangunan terlindung

Pantai dengan penghalang gelombang terlindung

Pantai curam bervegetasi

Pantai landai terlindung

Pinggiran rendah bervegetasi

Rawa asin dan payau

Rawa air tawar

Rawa

Lahan basar berselnak Rangking

1A

1 B

Menurut Sloan (1993), tingkat kerentanan ekosiste~n pesisir terhadap Habitat

Pantai berbatu terbuka

Pantai dengan bangunan terbuka

pencemaran lninyak di Indonesia dapat dikelompokan menjadi lima katagori,

yaitu rendah, kurang, sedang tinggi dan sangat tinggi. Secara terperinci tingkat

(122)

Tabel 3. lndeks kerentanan jenis-jenis ekosistern di pesisir

Tingkat Kerentanan

5

4

3

2

1

I

Keterangan

I

Tipe Ekosiste~n

I

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Kurang

Rendah

!

-Mangrove -Rawa Payau

-Daerah pasang surut berbatu terlindung -Dataran banjir terlindung

-Penggunaan khusus (rnisalnya jenis langka)

-Terurnbu karang -Padang larnun

-Perairan semi terbuka (teluk, der~naga)

I

-Pantai berbatu -Pantai berpasir

-Daerah pasang surut berbatu terbuka -1-Iutan Kelp

-Perairan terbuka (lepas pantai)

-Subtidal berbatu (karang-karang kerasldasar berbatu)

[image:122.595.74.537.144.803.2]
(123)

1II. METODE PENELITIAN

3.1 Walctu dan Tempat

Pengumpulan data untuk penelitian ini dilaksanakan mulai Agustus 1997 -

Agustus 1999. Lokasl yang inenjadi kajian penelltian ~neliputi kecamatan-

keca~natan di pesisir timur Propinsi Sumatra Utara yang berbatasan langsung

dengan Selat Malaka (Gambar 2). Pengolahan data menggunakan program PC

ArcIInfo dan ArcView dilakukan Di Lab. Sistem Informasi Geografi (SIG) Pusat

Kajian Suinberdaya Pesisir dan Latitan (PKSPL) IPB.

3.2 Metode Penelitian

3.1 .Metode Pengumpulan Data

Analisis indeks kepekaan lingkungan menggunakan aplikasi sistem

inforrnasi geografi (SIG) mempergunakan dua jenis data, yaitu data spasial dan

data atribut. Data spasial adalah data yang bempa peta dasar, sedangkan data

atribut meliputi data-data fisik-kimia dan biologi, serta sosial ekonomi dan sosial

budaya.

Data spasial yang berupa peta dasar diperoleh dari Bakosurtanal. Data

ilsik-kimia dan biologi, serta sosial ekonomi dan sosial budaya menggunakan

data-data hasil penelitian dari P30-LIPI, PKSPL-IPB, Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan - IPB, BPPT, BPS, Di jen Perikanan dan Kementerian Lingkungan

(124)

3.2. Analisis Data

3.2.1 Klasifikasi Data

Data yang digunakan dalam aplikasi sistem informasi geografi (SIG)

dikelolnpokkan inenjadi 2 macam, yaitu data spasial dan data atribut. Data

spasial, yaitu data yang berhubungan dengan posisi permukaan bumi, diperoleh

dari peta dasar rupa bumi skala 1:50.000 yang dibuat oleh BAKOSURTANAL.

Data atribut merupakan data deskriptif dari data spasial.

Data spasial dikelompokkan inenjadi 2 macam layer, yailu layer dasar dan

layer tematik. Layer dasar terdiri dari data wilayah administrasi, hidrologi, nama-

nalna kota. Sedangkan layer tematik terdiri dari data sumberdaya habitat

lingkungan pesisir yang didefinisikan sebagai layer penggunaan lahan

(LANDUSE).

3.2.2 Pembuatan Peta Digital

Pembuatan peta digital dilakukan melalui 3 tahap. Ketiga tahap tersebut

meliputi: tahap digitasi, tahap editing dan tahap pe~nasukan data atribut ke dala~n

basis data.

Digitasi data dilakukan dengan menggunakan digitizer, komputer pentium

100 dan pemgkat lunak SIG PC ArciInfo versi 3.4 D. Masing-masing layer

didigitasi berdasarkan peta rupa bumi dengan menggunakan fuzzy tolerance 0.003

inci. Apabila semua tampilan telah selesai didigitasi, maka topologinya dibuat

(125)

Editing dimaksudkan untuk lnemperbaiki kesalahan-kesalahan pada waktu

digitasi. Setelah proses editing selesai, dibuat topologi tampilan dengan

menggunakan perintah RUlLL). Pembuatan topologi disesuaikan dengan tipe

tampilan yang ada dalam setiap layer (poligon, line atau point).

Pemasukan data atribut menggunakan perangkat lunak Microsoft Access,

Microsoft Excel dan DBASE 111 Plus. Data tersebut kemudian digabungkan

dengan atribut yang ada dalam peta spasial (file PAT atau AAT), yaitu dengan

menggunakan .JOINITEM.

3.2.3 Overlay Modeling

Analisis indeks kepekaan lingkungan akan dilakukan dengan

menggunakan overlay modeling (Gambar 3). Layer-layer yang diperlukan untuk

pemantauan nilai

IKL

di-overlay-kan satu sama lain dengan menggunakan

perintah UNION.

3.2.4 Penentuan Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL)

Unit-unit Poligon hasil overlay, akan ditentukan nilai IKL-nya dengan

rumus Mosbech et. al. (2000):

S: Indeks kepekaan lingkungan (IKL)

PI

: Indeks Prioritas
(126)

Nilai indeks kepekaan lingkungan (IICL) yang diperoleh kemudian

diklasifikasikan menjadi:

- sangat peka (S 2 46) - peka (34

<

S < 46) - sedang ( 22

<

S < 34) - kurang peka (10 S S < 22) - tidak peka ( S < 10 ) [image:126.595.84.500.175.622.2]
(127)

1V.

NASIL DAN I'EMBAHASAN

4.1 Karakteristik Pesisir Timur Sumatera Utara

4.1.1 Kondisi Geografi

Propinsi Sumatera Utara secara ulnuln berada pada posisi 1"-4" LU dan

89"-100" BT. Bagian tilnur propinsi ini berbatasan dengan Selat Malaka yang

merupakan jalur pelayaran dunia. Di pesisir Selat Malaka terdapat 4 Kabupaten

yaitu Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Asahan, dan Labuhan Batu. Disa~nping

keempat kabupaten tersebut, di pesisir timur Propinsi Sumatera Utara juga

terdapat satu wilayah Kota yaitu Kota Medan.

Kabupaten Langkat merupakan kabupaten yang berada di ujung utara

pesisir ti~nur Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang ~ne~niliki luas sebesar

6.263,29 k ~ n ini secara geografis terletak pada 3'14' - 4"13' LU dan 97'52' -

98"45' BT. Batas wilayah kabupaten ini tneliputi sebelah utara Kabupaten Ace11

Ti~nur dan Selat Malaka. sebelah selatan Kabupaten Karo, sebelah timur

Kabupaten Deli Serdang dan sebelah barat Kabupaten Aceh Tenggara.

Kabupaten Langkat terbagi dalaln 17 kecarnatan, dan 6 kecamatan

diantaranya berada di daerah pesisir. Keenam kecalnatan yang berada di daerah

pesisir adalah Kecatnatan Pangkalan Susu, Kecamatan Berandan Barat,

Keca~natan Babalan, Kecamatan Gebang, Kecamatan Tanjung Pura dan

Kecalnatan Secangang. Luas wilayah setiap keca~natan dapat dilihat pada

Tabel 4.

Kabupaten Deli Serdang terletak pada 2"57' - 3'16' LU dan 98'33' - 9g027' BT. Batas wilayah kabupaten ini meliputi sebelah utara Selat Malaka,

sebelah Barat Kabupaten Langkat, sebelah selatan Kabupaten Karo dan Sebelah

(128)

Kabupaten ini memiliki luas 4.397,94 km2 yang terbagi dalaln 33

kecamatan. Di pesisir timur yang berbatasan dengan Selat Malaka terdapat 8

kecainatan. Kedelapan kecamatan tersebut adalah Kecamatan Labuhan Deli,

Hamparan Perak, Percut Sei Tuan, Pantai Labu, Pantai Cermin, Perbaungan,

Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin dan Bandar Khalipah. Luas wilayah

kedelapan kecamatan tersebut disajikan dalam Tabel 4

Tabel 4 Luas Wilayah Kecamatan dl Pes~slr Tlmur Propinsi Sumatera

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Sumber. Kode 1001 1002 1003 1004 1005 1006 1007 1008 1009 1010 1011 1012 101 3 1014 1015 1016 1017 1018 1019 1020 1021 1022 1023 1024 1025 1026 1027 1028 Utara Kecamatan Pangkalan Susu Berandan Barat Babalan Gebang Tanjung Pura Secanggang Labuhan Deli Hamparan Perak Medan Belawan Medan Labuhan Percut Sei Tuan Pantai Labu Pantai Cermin Perbaungan Teluk Mengkudu Tanjung Beringin Bandar Kholifah Medang Deras AirPutih Lima Puluh Talawi Tanjung Tiram AirJoman Tanjung Balai Sei Kepayang Kualuh Hilir Panai Hilir Panai Tengah

Kecamatan dan Kabupaten Dalam

Kabupaten Langkat Langkat Langkat Langkat Langkat Langkat Deli Serdang Deli Serdang Medan Medan Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Asahan Asahan Asahan Asahan Asahan Asahan Asahan Asahan Labuhan Batu Labuhan Batu Labuhan Batu

Angka di Proplnsi Sumatera

[image:128.605.97.488.282.719.2]
(129)

4.1.2 Kondisi Musim dan Oseanografi

Wilayah Selat Malaka memiliki iklim muson. Angin muson timur laut

melnbawa huian yang terjadi dari bulan Deselnber sa~npai bulan Pebruari. Angin

muson barat daya memberikan suasana kering yang terjadi pada bulan Juni sampai

Agustus. Masa peralihan terjadi pada bulan Maret sampai Mei dan bulan

September sampai Nopember, dmana kondisi cuaca tidak stabil.

Pola pasang surut di Perairan Selat Malaka pada uinunnya semidiurnal.

Di Pesisir Timur Pulau Sumatera pasang surut biasanya berkisar antara 2-3 m,

kecuali di daerah Asahan, lndra Giri dan Bagan Siapi-api dapat mencapai 4-5 m.

Arus permukaan dipengaruhi secara dominan oleh dua musim. Arus ke

arah barat masuk dari arah tenggara (Laut Cina Selatan) menuju barat laut (Laut

Andaman). Pola Arus di Selat Malaka disajikan pada Gambar 4.

Keadaan gelombang di Perairan Selat Malaka dipengaruhi oleh angin

muson. Selama muson timur laut clan berlanjut sampai ke musim peralihan

(Desember-Mei) tercatat sekitar 27% gelombang kurang dari lm, 43% lebih dari

1.5 m dan 60% mencapai 2 m. Pada musim muson barat daya sampai musim

peralihan (Juni-Nopember) tercatat 52% mencapai tinggi gelombang lm, 72%

mencapai 1,5 m dan 82% mencapai 2 m (Chua Tia Eng el. ul., 1997).

Karakteristik oseanografi lain yang dapat diketahui adalah beberapa faktor

fisika dan kimia air laut. Kondisi kualitas air di perairan Selat Malaka berada

pada kisaran yang normal. Snhu perairan yang cukup hangat menurut Uktolseja

dan Birowo (1976) akan mempennudah proses penanggulangan tumpahan

minyak. Parameter-parameter fisika dan kimia air laut & Pesisir Selat Malaka

(130)

Tabel 5. Nilai Beberaua Parameter Fisika dan Kiinia Air Selat Malaka (Chua Tia ~ n g el. ul., 1997)

No

a. Pemukaan b. Di Dekat Dasar

Parameter Kualitas Air

-~ 1 2 3 4 5 6 7 8 mgll Suhu Kecerahan

a. Didekat Muara Sungai b. DiPerairan Bebas Salinitas

a. Pemukaan b. Di Dekat Dasar Oksigen Terlarut

a. Pemukaan b. Di Dekat Dasar PO,-P

a. Pemukaan b. Di Dekat Dasar NO3-N

a. Pemukaan b. Di Dekat Dasar Si0,-Si

a. Pemukaan

b. Di Dekat Dasar pH

mgll

Satuan pH

Nilai

26-30

4.1.3 Komposisi Sumberdaya Alam

Pesisir Timur Propinsi Sumatera Utara memiliki sumberdaya alam yang

potensial dan beragam. Secara m u m sumberdaya alam yang terdapat di wilayah

ini dapat digolongkan menjadi mangrove, sumberdaya perikanan dan sumberdaya

pertanian. Suinberdaya perikanan terdiri dari Perairan Laut, Mangrove, dan

Tambak. Sumberdaya pertanian terdiri dari Sawah, Kebun, dan Tegalan. Tanjung

Tiram, dan Tanjung Balai (Kabupaten Asahan) merupakan kecamatan-kecamatan

(131)
[image:131.842.147.716.102.499.2]

I '

I ,$ $:so 1111!'
(132)

33

SEBARAN

LANDUSE

DI KQ"B

MEBAN

DAN KABBlPATEN

DELISERDANG

[image:132.842.131.721.89.511.2]

)>.no

(133)

I. Landuse

@ Tegalan @ Tambak

;@ Pemuklman

I=, Perairan laut

saw

at?

Mangrove Nebun *->* **....

II. Batas Wilayah

- -

Batas KabupatenlKota

-

Batas Kecamatan [image:133.842.120.722.101.505.2]
(134)

I I

Legenda:

I. Landuse @ Tsgalan

@ Tambak

g; Pemukiman

rf$ Peralran laut

aw*

Mangrove

Kebw

11. Batas Wllayah

--

Batas KabupateniKota [image:134.842.148.711.96.507.2]

-

Batas Kecamafan
(135)

4.1.3.1 Man, urove

Pesisir timur Sumalera Utara memiliki areal mangrove seluas 60.000 Ha

(Chua Tia Eng el. Al., 1997). Jenis-jenis mangrove yang ditemukan antara lain

ca.seoluris, Avicenniu ulbu, Avicenniu nzurilia, Hruguieru eriopefulu, Hruguieru

~ ~ n n o r r l z i z u , Rruguieru purvlfloru, Rruguieru curyophylloides, Ceriops lUgL1l, Xylocarp~rs granutu~n. Iferirieru liltoralis. Excoecuriu ugulloclzu, Deris uliginosu,

Acros[iclium uureutn, Scyphiphoru hydrophylluceu, Duemonorops leplopus, Nypu

,fiulicuns, Lunznilzeru ruce~nosu, dan Pulclzea indicu.

Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Asahan memiliki kondisi mangrove

yang lebih baik dibanding daerah lainnya. Kecamatan ini meiniliki mangrove

dengan tingkat kepadatan 2.000 pohon per 0.1 Ha dengan 12 jenis tumbuhan.

Tingkat kepadatan dan jumlah jenis tumbuhan di berbagai kecamatan disajikan

dalam Tabel 5

Tabel 6. Densitas danjumlah jenis mangrove di Pesisir Timur Propinsi Suinatera Utara ( Mc Padden, 1993)

Jundah Jenis 3 5 7 4 2 4 1 12 4 3 2 1 4 Densitas

Idv,O,, Ha

(136)

Menurut Baker (1991) dan Sloan (1992) lnangrove akan mengalami

gangguan yang sangat serius apabila tercemar minyak. Hal ini disebabkan

minyak yang terperangkap di luinpur susah dibersihkan, akan rneinpengaruhi

pernapasan dan selanjutnya terjadi kematian mangrove. Rusaknya mangrove akan

menimbulkan kerugian dari sisi ekologis dan ekonorni.

4.1.3.2 Perikanan

Surnberdaya perikanan yang terdapat di Pesisir Timur Propinsi Sumatera

Utara antara lain laut, tambak, kolam, perairan ulnuin dan mina padi. Total

produksi perikanan di wilayah ini sebesar 147.894,8 ton (Tabel 7).

Perikanan laut rnemiliki produksi terbesar (130.986,4 ton) dibanding

produksi perikanan lainnya. Sebaran hasil tangkapan laut di lima daerah tingkat LI

adalah 9.912 ton, 21.384,5 ton, 24.506,9 ton, 50.342 ton dan 24.841 ton masing-

masing untuk Kabupaten Langkat, Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang,

Kabupaten Asahan dan Kabupaien Labuhan Batu. Juinlah nelayan yang berada di

pesisir ini sebanyak 68.138 orang.

Jenis-jenis ikan yang tertangkap oleh nelayan di pesisir timur Propinsi

Sumatera Utara meliputi ikan Sebelah, Lidah, Pepetek, Manyung, Biji Nangka,

Merah Bambangan, Kerapu, Lencam, Kakap, Kurisi, Tiga Waja, Cucut, Pari,

Bawal Hitam, Bawal Putih, Layang, Selar, Tetengkek, Belanak, Kuro, Teri,

Tembang, Lemuru, Parang-parang, Kembung, Tenggiri, Layur, Tongkol, dan lain-

lain. Selain ikan nelayan juga menangkap kepiting, rajungan, udang, kerang,

(137)

Tabel 7. Produksi perikanan di Pesisir Timur Propinsi Suinatera Uara

Sumber: Kecamatan Dalam Angka, Kabupaten Dalam Angka dan Statistik Perikanan di Propinsi Sumatera Utara

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

Penggunaan lahan untuk tambak terdapat hampir di seluruh kecamatan

yang berada di pesisir timur Propinsi Sumatera Utara. Luas lahan pesisir yang

dipergunakan untuk tambak udang adalah 5.002,23 Ha dengan total produksi

14.477,6 Ton. Jenis-jenis biota air yang dibudidayakan di tambak antara lain:

&an Bandeng, Mujair, Udang WindyUdang putih dan Kepiting.

Kecamatan Pangkalan Susu Berandan Barat Babalan Gebang Tanjung Pura Secanggang Labuhan Dell Hamparan Perak Medan Belawan Medan Labuhan Percut Sei Tuan Pantai Labu Pantai Cemlin Perbaungan Teluk Mengkudu Tanjung Beringln Bandar Kholifah Medang Deras Air Putih Lima Puluh Talaw! Tanjung Tiram Air Joman Tanjung Balal Sei Kepayang Kualuh Hilir Panai Hil~r Panai Tengah Kabupaten Langkat Langkat Langkat Langkat Langkat Langkat Dell Serdang Dell Serdang Medan Medan Dell Serdang Dell Serdang Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Asahan Asahan Asahan Asahan Asahan Asahan Asahan Asahan Labuhan Batu Labuhan Batu Labuhan Batu Total Pmduksi 3356.9 1100.2 1095.4 1278 0 2876 2 3501.2 4048 3

3103.5 6048.9 15771.6 3812.3 4941.1 4635.9 873.6 3847.3 5776.9 3898.7 5501.9 579.9 1676.4 2215.1 1599.3 348.6 36497.2 2157.4 12181.0 12461 .O

[image:137.595.126.498.128.522.2]
(138)

Produksi ta~nbak tertinggi ierdapat di Kabupaten Deli Serdang yaitu

sebesar 1.731,3 ton. Produksi tarnbak yang tinggi didukung oleh luasnya lahan

tarnbak (10.430,7 Ha) yang dimiliki kabupaten ini. Kecamatan Tanjung Beringin

di Kabupaten ini lnerniliki produksi tarnbak tertinggi yaitu sebesar 1.975,5 ton.

Sernua jenis sumberdaya perikanan akan terganggu secara serius apabila

lerkena pencemaran minyak. Hal ini disebabkan minyak dapat lnenyebabkan

gangguan perturnbuhan sarnpai kematian ikan. Perairan yang bersifat tertutup dan

semi tertutup akan mengalarni pengaruh yang lebih berbahaya akibat

penanggulangan pencemaran minyak di lokasi ini lebih sulit.

4.1.4 Kependudukan

Jurnlah Penduduk terbesar di wilayah pesisir Propinsi Sumatera Utara

terdapat di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Kecarnatan ini

memiliki tingkat kepadatan penduduk 1.222 jiwa/km2. Nilai kepadatan penduduk

tersebut bukan nilai tertinggi, karena kepadatan penduduk tertinggi terdapat di

Kecamatan Medan Belawan Kota ~ e d a n dengan nilai 3.39 1 jiwa/km2. Kecarnatan

Percut Sei Tuan juga merniliki jumlah rumah terbanyak yaitu 46.804 ruinah

(Tahel 9).

Jumlah penduduk terendah terdapat di Kecamatan Berandan Barat

Kabupaten Langkat yaitu sebesar 19.330 jiwa dengan tingkat kepadatan

(139)

40

paling sedikit yaiiu sebanyak 3.867 rumah. Adapun tingkat kepadatan terendah

terdapat di keca~natan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu dengan nilai 62

Tabel No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Sumber:

nlah r u ~ n a h Jumlah Rumah tan penduduk Jumlah Penduduk 45286 19330 53843 36606 60053 54977 42212 185384 89008 71587 233146 35638 35636 116359 36745 32953 27184 35280 84457 74885 44522 83038 48704 27063 33178 56682 28559

470781 62

1

94511 ;a di Propinsi Sumatera Utara

9. Julnlah dan

Kecamatan Pangkalan Susu Berandan Barat Babalan Gebang Tanjung Pura Secanggang Labuhan Deli Harnparan Perak Medan Belawan Medan Labuhan Percut Sei Tuan Pantai Labu Pantai Cerrnin Perbaungan Teluk Mengkudu Tanjung Beringin Bandar Kholifah Medang Deras Air Putih Lima Puluh Talawi Tanjung Tirarn Air Jornan Tanjung Balai Sei Kepayang Kualuh Hilir Panai Hilir Panai Tengah Kecamatan dan

serta J L Kepadatan (ldv/km2) 167 210 529 225 362 221 332 805 3391 1952 1222 435 411 549 460 508 375 539 347 313 496 293 314 487 72 78 83

Pencemaran minyak yang mencapai pemukiman akan menimbulkan polusi tingkat kepad Kabupaten Langkat Langkat Langkat Langkat Langkat Langkat Deli Serdang Deli Serdang Medan Medan Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Asahan Asahan Asahan Asahan Asahan Asahan Asahan Asahan Labuhan Batu Labuhan Batu Labuhan Batu Kabupaten Dalam An!

udara, tanah dan air. Ketiga polusi tersebut akan lnempengaruhi penduduk dari

sisi kesehatan dan kenyamanan tinggal. Perpindahan penduduk akan terjadi untuk

[image:139.595.134.466.189.597.2]
(140)

4.2 1NDEKS KEPEKAAN LINGKUNGAN (IKL)

4.2.1 IKL Pantai

IKL Pantai merupakan indeks kepekaan lingkungan daratan di pesisir

timur Propinsi Sumatera Utara terhadap tumpahan minyak. Nilai IKL pantai

berkisar dari sedang sarnpai sangat peka (Tabel 10, Gambar 9-12).

IKL sangat peka terdapat pada 9 kecainatan yang tersebar pada 2

kabupaten. Kecamatan yang memiliki pantai dengan nilai IKL sangat peka adalah

Kecamatan Pangkalan Susu, Babalan, Gebang, Tanjung Pura, Secanggang di

Kabupaten Langkat; Kecamatan Medang Deras, Tanjung Tiram, Tajung Balai, Sei

Kepayang di Kabupaten Asahan.

Sebaran nilai IKL peka terdapat di 9 kecamatan yang tersebar pada 4

kabupaten. Kecamatan yang memiliki wilayah pantai dengan nilai IKL peka

adalah Kecamatan Berandan Barat di Kabupaten Langkat; Kecamatan Labuhan

Deli, Pantai Labu, Pantai cermin, Teluk Mengkudu di Kabupaten Deli serdang;

Kecamatan Medan Labuhan di Kota Medan; Kecamatan Kualuh Hilir, Panai

Tengah dan Panai Hilir di Kabupaten Labuhan Batu.

Wilayah yang memiliki nilai IKL peka dan sangat peka merupakan daerah

yang sangat rentan apabila terkena pencemaran minyak. Faktor penyebabnya

adalah keberadaan mangrove sebagai suatu habitat penting yang kerusakannya

akan memberikan kerugian yang sangat besar baik secara ekologis maupun secara

ekonomis. Nilai sosial dan kelimpahan biota di wilayah ini yang juga tinggi tu

Gambar

Gambar I. Keran~ka peinikiran analisis indeks kepekaan lingkungan di pesisir
Tabel 1. Tingkatan kepekaan habitat terhadap tumpahan rninyak (RPI, 1999)
Tabel 2. Tingkatan kepekaan lingkungan pesisir terhadap tu~npahan tninyak
Tabel 3. lndeks kerentanan jenis-jenis ekosistern di pesisir
+7

Referensi

Dokumen terkait

1 JADWAL KULIAH PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNTAD JADWAL MATA KULIAH SEMESTER GANJIL.. PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN

Tipe lapisan beraspal yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi jalan yang akan ditingkatkan, yaitu sesuai dengan lalu lintas rencana serta kecepatan

Kepala MA Al-Fadlliyah Tasikmalaya telah memiliki Intellectual stimulation hal ini dibuktikan dengan mengembangkan budaya kerja positif dengan cara lebih mendekati

Apakah ada hubungan yang signifikan antara tiap dimensi adjustment problems (tugas sekolah yang tidak menantang, miskinnya hubungan interpersonal, harapan orang tua,

Lambang bunga seruni 16 daun mahkota lambang khusus istana kekaisaran yang. dilarang digunakan di luar rumah tangga

Akan tetapi dalam segi identitas diri perusahaan, Kiddy belum bisa disejajarkan dengan brand pemimpin sekelas Pigeon yang juga merupakan pencetus utama penjual produk bayi

literature that the profound impact of information technology (IT) 1 and its rapid adoption by individuals, groups, organizations, and communities has given rise to the

Keunggulan beras analog tidak hanya karena berbentuk menyerupai butiran beras, selain itu komposisi gizinya dapat didesain dengan menggunakan berbagai bahan baku sehingga