• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyiapan Bahan

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 52-57)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penyiapan Bahan

Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah Persea americana Mill. Bagian tanaman yang digunakan untuk determinasi adalah buah Persea americana Mill. Determinasi tanaman dilakukan dengan mencocokkan kesamaan ciri buah Persea americana Mill. dengan literatur Agrilink tahun 2001. Hasil determinasi membuktikan bahwa bahan yang digunakan dalam penelitian benar merupakan tanaman Persea americana Mill.

2. Penetapan kadar air serbuk kulit buah Persea americana Mill.

Penetapan kadar air bertujuan untuk mengetahui kadar air dalam serbuk kulit buah Persea americana Mill. dan melalui uji ini dapat diketahui apakah serbuk kulit buah Persea americana Mill. telah memenuhi persyaratan serbuk yang baik, yaitu memiliki kadar air kurang dari 10% (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995). Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Gravimetri yang

dilakukan di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Serbuk kulit buah Persea

americana Mill. yang akan digunakan, dipanaskan pada suhu diatas 1050C karena diasumsikan pada suhu diatas 1050C kandungan air didalam serbuk kulit buah Persea

americana Mill. dapat menguap. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa serbuk

kulit buah Persea americana Mill. memiliki kadar air 7,1%. Hal ini menyatakan bahwa serbuk kulit buah Persea americana Mill. memenuhi syarat serbuk yang baik. Kelemahan pada penelitian ini yaitu tidak dilakukan uji kadar air ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai hal tersebut.

3. Hasil penimbangan bobot ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill.

Metode yang digunakan dalam pembuatan ekstrak etanol dalam penelitian ini adalah metode maserasi. Metode maserasi dipilih karena digunakan untuk menyari simplisia dimana zat aktif yang terkandung di dalamnya mudah larut dalam cairan penyari. Selain itu dalam proses pengerjaan dan peralatan yang digunakan begitu sederhana. Cairan penyari yang digunakan adalah etanol karena senyawa hipotesis yang diketahui adalah senyawa golongan glikosida fenolik yang dapat larut dalam pelarut polar. Berdasarkan penelitian Malangngi, dkk., pada tahun 2012, ekstrak etanol biji Persea americana Mill. memiliki kandungan antioksidan.

Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 400 gram serbuk kering Persea

americana Mill. menghasilkan berat tetap 4,48 gram ekstrak kental, dengan hasil

B. Uji Pendahuluan 1. Penentuan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida

Senyawa hepatotoksik yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon tetraklorida. Pada penelitian ini penentuan dosis karbon tetraklorida bertujuan untuk mengetahui pada dosis berapa karbon tetraklorida dapat menyebabkan kerusakan hati pada tikus yang ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas enzim ALP. Pada penelitian Janakat dan Merie (2002) dan penelitian Garri (2013) menyatakan bahwa dosis karbon tetraklorida yang mampu menimbulkan efek hepatotoksik adalah 2 ml/kg BB. Berdasarkan penelitian Nirmala, Girija, Lakshman dan Divya (2012), menunjukkan bahwa dengan peningkatan nilai ALT lebih dari 1,5 kali lipat menunjukkan peningkatan pada aktivitas ALP serum. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian Ruqiah, dkk. (2007), yang menyatakan bahwa dengan peningkatan aktivitas ALT juga meningkatkan aktivitas ALP.

2. Penentuan waktu pencuplikan darah hewan uji

Penentuan waktu pencuplikan darah pada hewan uji bertujuan untuk mengetahui efek hepatotoksik karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB mencapai maksimal, yang ditunjukkan dengan peningkatan ALT tertinggi pada waktu tertentu. Pencuplikan darah dilakukan melalui sinus orbitalis mata dengan selang waktu tertentu yaitu jam ke 0, 24 dan 48 setelah pemberian larutan karbon tetraklorida dosis 2 ml/kg BB. Hasil uji berupa aktivitas ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/kg BB yang tersaji pada Tabel I dan gambar 2.

Tabel I. Purata aktivitas serum ALT tikus setelah pemberian karbon tetraklorida

dosis 2 ml/kgBB pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam (n = 3) Selang waktu (jam) Purata kadar ALT± SE (U/L)

0 72,3 ± 10,0

24 217,3 ± 4,7

48 90,3 ± 6,5

Gambar 2. Diagram batang rata-rata aktivitas serum ALT tikus setelah pemberian

karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam Berdasarkan data serum ALT yang telah dianalisis dengan menggunakan analisis variansi satu arah menunjukkan nilai signifikansi 0,000 (<0,05). Hal itu menyatakan bahwa antara ketiga kelompok terdapat perbedaan. Lakukan analisis

menggunakan uji Scheffe untuk mengetahui kebermaknaan perbedaan antar kelompok. Hasil analisis yang diperoleh dari uji Scheffe dapat dilihat pada tabel II.

Tabel II. Hasil uji Scheffe aktivitas serum ALT tikus setelah pemberian karbon

tetraklorida dosis 2 ml/kgBB pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam

Selang waktu Jam ke 0 Jam ke 24 Jam ke 48

Jam ke 0 BB BTB

Jam ke 24 BB BB

Jam ke 48 BTB BB

Keterangan : BB = Berbeda bermakna (p ≤ 0,05) BTB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05)

Berdasarkan data tabel I, terlihat aktivitas ALT yang paling tinggi yaitu pada jam ke 24, yaitu 217,3 ± 4,7 U/L. Aktivitas ALT pada jam ke 24 memberikan peningkatan yang signifikan dan berbeda bermakna dibandingkan jam ke 0 dan 48 (Tabel II). Aktivitas serum ALT mengalami penurunan pada jam ke 48 yakni 90,3 ± 6,5, yang berbeda tidak bermakna dengan aktivitas ALT pada jam ke 0. Hal ini menunjukan pada jam ke 24 setelah pemberian karbon tetraklorida terjadi peningkatan aktivitas ALT, sedangkan pada jam 48 aktivitas ALT sudah kembali normal, seperti pada jam ke 0. Dari hasil ini dapat dinyatakan bahwa pada jam ke-24, karbon tetraklorida akan menyebabkan kerusakan hati paling parah. Akan tetapi pada jam ke-48, metabolit karbon tetraklorida sudah mulai diekskresikan sehingga kerusakan yang disebabkan oleh senyawa tersebut sudah mulai tersenti. Maka pada penelitian ini menggunakan waktu pencuplikan darah pada jam ke 24 setelah pemberian karbon tetraklorida.

Menurut penelitian Sivakrishnani dan Kottaimuthu (2013) menunjukkan bahwa dengan peningkatan ALT yang lebih dari 1,5 kali lipat maka nilai aktivitas enzim ALP pun akan meningkat. Selain itu, didukung pula oleh penelitian Arhoghro1, Ekpo dan Ibeh (2009) yang menyatakan hal yang sama mengenai peningkatan ALP ketika ALT meningkat. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dapat dinyatakan bahwa dengan peningkatan ALT dapat menjamin nilai aktivitas ALP juga akan meningkat.

3. Penetapan dosis ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill.

Penetapan dosis ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. bertujuan untuk menentukan tingkatan dosis dari ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. yang akan digunakan dalam penelitian ini. Penentuan dosis ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. didasarkan pada penelitian Nopitasari (2013) dimana dosis maksimal ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. pada tikus yang merupakan konsentrasi tertinggi ekstrak kulit buah Persea americana Mill. Konsentrasi tertinggi ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian sebelumnya adalah 70 mg/ml sehingga diperoleh dosis maksimal 1,40 g/kg BB. Kemudian ditentukan tingkatan dosis ekstrak etanol kulit bauh Persea americana Mill., yaitu 0,35; 0,70; dan 1,40 g/kgBB.

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 52-57)

Dokumen terkait