• Tidak ada hasil yang ditemukan

Radio merupakan media komunikasi massa periodik yang memiliki kemampuan menjangkau khalayak yang luas dalam waktu bersamaan. Disamping itu, harga pesawatnya yang relatif murah sehingga khalayak banyak yang memilikinya. Berdasarkan data pemilikan radio, selama dua dasawarsa terakhir ini terus berkembang.

Dengan jumlah yang cukup besar itu radio akan memiliki potensi yang besar dalam menyebarluaskan informasi. Persoalannya adalah bagaimana memanfaatkan semaksimal mungkin kemampuan yang dimiliki radio, agar setiap program yang disajikan memberikan manfaat.

Salah satu aspek yang dapat menentukan keberhasilan radio adalah berkaitan dengan program-program acara yang disiarkan. Rangkaian acara yang menarik diformulasikan kedalam program yang meliputi waktu pagi, siang dan malam. Program tersebut merupakan suatu rangkaian yang dikemas dalam satu format. Setiap stasiun pada pada dasarnya harus mempunyai format yang jelas. Format setiap stasiun dapat menjadi ciri khas dari stasiun yang bersangkutan.

Dengan demikian format menjadi penting bagi suatu stasiun pemancar radio, karena akan berkaitan juga dengan segmentasi khalayak. Dalam hal ini radio Bahana Kusuma mengkhususkan target pendengarnya pada anak muda,

namun pada prakteknya radio ini juga dikonsumsi oleh khalayak yang heterogen, yaitu:

a. Kalangan dunia usaha b. Ibu rumah tangga c. Mahasiswa/Pelajar d. Petani/Buruh

(Redaksi RBK FM)

Dari pernyataan diatas, dalam upaya pencapaian target pendengar tersebut, diperlukan suatu strategi penyusunan pola penyiaran radio. Adapun pola penyiaran radio Bahana Kusuma FM adalah;

Pendidikan 25%

Hiburan 60%

Informasi 15%

(Redaksi RBK FM)

Acara Siaran Radio

Pendengar radio selektif memilih acara. Hanya acara yang menurut pilihannya baik yang dinikmati, sementara acara yang menurutnya tidak baik akan dilewatkan begitu saja.

Agar acara yang disiarkan menarik, ada beberapa petunjuk yang dapat dijadikan sebagai patokan yaitu (Munthe, 1996: 58-61):

1. Acara harus sesuai sasaran

Pastikanlah siapa sasaran yang akan dituju. Hal ini penting untuk memudahkan pengelola siaran dalam mengolah bahan siaran. Acara- acara yang tidak mempinyai sasaran yang konkrit tidak pernah populer dan biasanya akan turun dengan sendirinya.

2. Acara harus spesifik

Isi acara hendaknya membahas materi yang khusus. Umpama saja bidang masalahnya olahraga, maka isinya hanya mempersoalkan

salah satu cabang olahraga, misalnya sepakbola. Jadi hanya satu topik yang dibahas secara menyeluruh. Artinya, dalam membahas harus diperhatikan aaspek yang terkait dengan bidang olahraga sepakbola.

3. Acara harus utuh

Pembahasan materi harus terjaga. Tidak keluar dari konsep yang telah dipatok. Mulai dari pengantar, permasalahan, pembahasan, dan penyelesaian masalah secara sistematis.

4. Kemasan harus bervariasi

Acara dikemas dalam bentuk yang bervariasi. Variasi dapat ditampilkan dalam dua bentuk yaitu dialog dan monolog. Dalam dialog dapat ditampilkan dua orang atau lebih yang memiliki warna suara berbeda. Kontras warna suara ini sangat mendukung acara karena radio merupakan media audio yang hanya mampu menstimuli indera pendengaran. Dengan warna suara yang berbeda memudahkan pendengar untk mengenali tokoh-tokoh yang terlibat dalam dialog tersebut.

5. Acara harus ditempatkan pada waktu yang tepat

Pengelola program harus yakin bahwa waktu yang dipilih untuk penyiaran suatu acara sudah tepat. Ketepatan ini didasari pada kebiasaan mendengar dari khalayak. Dengan demikian, acara tersebut akan efektif.

6. Acara harus orisinil

Penyelenggara siaranharus menyajikan acara yang benar-benar hasilkerja tim kreatif studio tersebut. Bukan tiruan, dalam arti acara seperti ini pernah disajikan stasiun lain yang kemudian dimodifikasi di sana-sini sehingga tampaknya orisinil. Bukan juga acara jiplakan. Acara tiruandan jiplakan tidak akan membawa banyak keuntungan bagi stasiun penyelenggara, malahan sebaliknya, acapkali menjadi bumerang.

7. Acara harus disajikan dengan kualitas baik

Mutu tekhnik suatu acara ikut menentukan sukses tidaknya acara di pasar. Pendengar selalu menuntut hasil yang prima tanpa noise (gangguan). Sebab pendengar sangat mendambakan kenyamanan dalam mendengarkan suatu acara siaran.

8. Acara harus disajikan dengan bahasa sederhana

Gunakan bahasa sederhana, artinya bahasa yang dipakai sehari-hari atau bahasa pergaulan. Jangan disajikan acara dengan bahasa ilmiah, kata-kata asing, atau kata-kata baru. Pendengar akan mengalami kesulitan mencerna isi acara. Sebab tidak semua pendengar memiliki kemampuan yang merata sehingga kemudahan menangkap isi acara berbeda-beda.

Pada umumnya terdapat dua metode penggolongan bahan siaran yang dianut oleh badan-badan radio siaran di dunia. Yang pertama adalah metode menurut

“unsur acara siaran”, yang kedua menurut “tujuan acara siaran”. (Effendy, 1990: 114-117).

a. Pembagian Menurut Unsur Acara Siaran

Berdasarkan unsur acara siaran, bahan siaran dibagi menjadi dua golongan.

1. Siaran kata 2. Siaran seni suara

Yang dimaksud dengan siaran kata adalah segala bahan siaran yang pokok isinya dilukiskan dengan kata-kata (Spoken Words). Sedang yang dimaksud dengan seni suara adalah segala bentuk kesenian yang pokok isinya dilukiskan dengan musik.

b. Pembagian menurut tujuan acara siaran.

Seperti halnya dengan negara-negara lain yang tergabung dalam Asian

Broadcasting Union (ABU) dan European Broadcasting Union (EBU), dalam

menentukan penggolongan acara siaran, Indonesia mengikuti pola yang dianut oleh UNESCO.

Berikut ini adalah penggolongan jenis-jenis acara siaran: 1. Siaran pemberitaan dan penerangan

a. Warta Berita b. Reportase c. Penerangan Umum d.Pengumuman 2. Siaran Pendidikan a. Siaran Kanak-Kanak

b. Siaran Remaja c. Siaran Sekolah d. Siaran Pedesaan e. Siaran Keluarga f. Siaran Agama g. Siaran Wanita h. Pengetahuan Umum 3. Siaran Kebudayaan a. Kesusasteraan b. Kesenian Daerah c. Apresiasi Seni 4. Siaran Hiburan a. Musik Daerah b. Musik Indonesia c. Musik Asing d. Hiburan Ringan 5. Siaran Lain-lain a. Ruangan Iklan

b. Pembukaan/ penutup Siaran 5. Teori Uses And Gratification

Teori Uses And Gratification adalah teori yang menjelaskan bagaimana

komunikan memilih medianya sendiri sesuai dengan kebutuhannya. Uses and

gratification menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah

memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus. (Effendy, 2004:289-290).

Model ini memandang individu sebagai pribadi yang secara sosiologis dan psikologis bertindak aktif dalam memilih media yang sesuai dengan kebutuhannya. Mereka sangat rasional dan selektif. Sehingga khalayak yang diterpa pesan media massa sadar dan selektif dalam memperoleh terpaan media dan memilih atau tidak memilih untuk tidak terlibat dengan pesan media massa sesuai dengan kebutuhan yang telah dimotivasi.

Katz, Blumler dan Gurevitch menjelaskan mengenai asumsi dasar dari Teori

Uses And Gratification, yaitu: (Ardianto, 2004:71)

1. Khalayak dianggap aktif, artinya khalayak dianggap sebagai bagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.

2. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak.

3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas, bergantung kepada khalayak yang bersangkutan.

4. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak. Artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus dipertangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.

Katz dan Dennis McQuail, menggambarkan logika yang mendasari kepentingan Uses And Gratification sebagai berikut: (Dalam Ardianto, 2004:72)

Faktor sosial psikol ogis yang meni m bulka n (1) Kebut uhan yang melah irkan (2) Harapan- harapan terhadap media massa atau sumber lain yang mengarah pada (3-4) Berbagai pola penghada pan media (5) Menghasilkan gratifikasi kebutuhan (6) Konsekuensi lain yang tidak diinginkan (7)

Setiap individu memilih media yang mampu memenuhi kebutuhannya. Adapun yang menjadi kebutuhan individu atau individual needs adalah:

1. Kebutuhan Kognitif (Cognitive Needs)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungan; juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan penyelidikan.

2. Kebutuhan Afektif (Afektive Needs)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman- pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional.

3. Kebutuhan Pribadi Secara Integratif (Personal Integrative Needs)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat dan harga diri.

4. Kebutuhan Sosial Secara Integratif (Social Integrative Needs)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.

5. Kebutuhan Pelepasan (Escapist Needs)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan upaya menghindari tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman.(Effendy, 2004:294)

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai. Untuk itu kerangka konsep dapat berupa teori-teori baru yang akan diuji atau pengembangan teori-teori yang sudah ada dan bahkan berupa kemungkinan- kemungkinan implementasi hasil penelitian bagi kehidupan nyata. Perumusan kerangka konsep itu merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian. (Nawawi, 2001:40)

Kerangka konsep disusun sebagai perkiraan teoritis dan hasil yang akan dicapai, secara dianalisa secara kritis berdasarkan bahan persepsi (pengamatan) yang dimiliki dan kerangka konsep disusun sebagai perkiraan teoritis dan hasil yang dicapai. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel, yaitu pola penyiaran Radio Bahana Kusuma FM dalam menarik minat dengar khalayak Kabanjahe.

Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan sebelumnya maka ada beberapa konsep yang harus dioperasionalisasikan:

1. Variabel bebas (X), merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel lain (Rakhmat, 2004:12). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola penyiaran Radio Bahana Kusuma Fm (99,5 MHz).

2. Variabel terikat (Y), variabel yang merupakan akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rakhmat, 2004:12). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat dengar anak muda kota Kabanjahe.

3. Variabel antara (Z), sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Nawawi, 2001:58). Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.

Dokumen terkait