• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM (99,5 MHz) Dan Minat Dengar (Studi Deskriptif Tentang Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM Dalam Menarik Minat Dengar Anak Muda Kota Kabanjahe)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM (99,5 MHz) Dan Minat Dengar (Studi Deskriptif Tentang Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM Dalam Menarik Minat Dengar Anak Muda Kota Kabanjahe)"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PENYIARAN RADIO BAHANA KUSUMA FM (99,5

MHz) DAN MINAT DENGAR

(Studi Deskriptif Tentang Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM

Dalam Menarik Minat Dengar Anak Muda Kota Kabanjahe)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan

Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Departemen Ilmu Komunikasi

Diajukan Oleh:

Herika Karunia Kaban

060922068

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

PROGRAM ILMU KOMUNIKASI EKSTENSI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Herika Karunia Kaban

Nim : 060922068

Departemen : Ilmu Komunikasi Ekstension

Judul : POLA PENYIARAN RADIO BAHANA KUSUMA FM

(99,5 MHz) DAN MINAT DENGAR

(Studi Deskriptif Tentang Pola Penyiaran Radio Bahana

Kusuma FM Dalam Menarik Minat Dengar Anak Muda

Kota Kabanjahe)

Medan, juni 2009

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A Drs. Amir Purba, M.A

NIP. 131.654.103 NIP. 131.654.104

Dekan Fisip USU

Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A

(3)

ABSTRAKSI

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas anugerah dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini, guna melengkapi

syarat untuk mencapai gelar Sarjana pada Universitas Sumatera Utara. Adapun

judul skripsi ini adalah “Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM (99,5 MHz)

dan Minat Dengar.”

Penulisan skripsi ini merupakan hasil terbaik yang telah dilakukan penulis

selama di bangku perkuliahan. Dengan penuh kerja keras dan pengorbanan serta

harapan, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak

baik berupa bimbingan maupun pengarahan, oleh karenanya penulis pada

kesempatan ini menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu menyelesaikan skripsi ini , terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H . M. Arif Nasution, M. A, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba, M. A, selaku ketua Jurusan Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara.

3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A, selaku dosen pembimbing yang telah

sabar membimbing selama proses penyusunan skripsi ini, terima kasih

untuk segala nasehat dan saran-saran yang diberikan untuk penulis.

(5)

5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan

membimbing penulis selama ini.

6. Teristimewa kepada kedua orang tuaku Ayahanda Rimbun Kaban dan

Ibunda Hermida Br Ginting atas semua kasih sayang, dukungan,

perhatian, cinta, doa yang tiada habisnya Ananda terima.

7. Untuk adikku indah Karina Kaban, yang berada di Jogja, terima kasih atas

dukungan, saran dan kritik yang kakak terima.

8. Bang dicky Darmawan, terima kasih telah menjadi motivator saya untuk

segera menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak Andri Yansen Bangun,SE selaku Penanggung Jawab dan Direktur

Utama PT.Radio Bahana Kusuma (RBK) FM yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk melakukan penelitian.

10. Untuk para karyawan di kantor jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara : kak Icut, kak Ros,Bu

Dewi yang turut memperlancar pengerjaan skripsi.

11. Akhirya buat teman-temanku Ilmu Komunikasi Ekstensi stambuk 2006 :

Maya, Ana, Lena, kak Inne , Wina, Mustafa, Try, bang Ijal, terimakasih

dukungannya, bang Boby terima kasih telah meminjamkan skripsi

deskriptifnya, Thomas, Habibie, Kocek yang juga sama-sama berjuang,

Irma, Uci, shinta, Yuni, Wana terimakasih atas bantuannya, dan lainnya

yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Yang pasti terima kasih banyak untuk semua bantuan dan dukungan yang

(6)

Medan, juni 2009

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Pembatasan Masalah ... 6

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Kerangka Teori ... 7

1). Komunikasi ... 7

2). Komunikasi Massa ... 9

a. Sejarah Media Massa ... 11

b. Fungsi Media Massa ... 14

c. Proses Komunikasi Massa ... 15

3). Media Massa Radio ... 18

a. Sejarah Perkembangan Radio ... 19

b. Keunggulan dan Kelemahan Radio... 21

4). Pola Penyiaran Radio ... 24

Acara Siaran Radio ... 25

5). Teori Uses and Gratification ... 29

1.6 Kerangka Konsep ... 31

1.7 Model Teoritis ... 32

1.8 Operasional Variabel ... 33

1.9 Defenisi Operasional ... 34

1.10 Sistematika Penulisan ... BAB 2 URAIAN TEORITIS ... 36

2.1 Komunikasi ... 36

a. Proses Komunikasi ... 37

(8)

b. Proses Komunikasi Massa ... 47

2.3 Media Massa Radio ... 49

Sejarah Perkembangan Radio ... 50

2.4 Pola Penyiaran Radio ... 51

2.5 Teori Uses and Gratification ... 61

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 64

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 64

a. Radio Bahana Kusuma FM (99,5 MHz)... 64

Sejarah Singkat Radio Bahana Kusuma FM ... 64

Maksud Pendirian ... 64

Tujuan Pendirian ... 65

b. Kota Kabanjahe ... 71

3.2 Metode Penelitian ... 77

3.3 Populasi dan Sampel ... 77

Populasi ... 77

Sampel ... 78

3.4 Tekhnik Penarikan Sampel ... 80

3.5 Tekhnik Pengumpulan Data ... 80

3.6 Tekhnik Analisis Data ... 81

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 82

a. Tahap Awal ... 82

b. Pengumpulan Data ... 82

4.2. Proses Pengumpulan Data ... 83

a.Penomoran Kuesioner ... 83

b. Editing ... 83

c. Coding ... 83

d. Inventarisasi Variabel... 83

e. Menyediakan Kerangka Tabel ... 83

f. Tabulasi Data... 84

4.3 Karakteristik Responden ... 84

4.4 Pola Siaran Radio RBK FM ... 88

4.5 Minat Dengar Anak Muda Kota Kabanjahe ... 95

4.6 Pembahasan ... 106

(9)

5.1 Kesimpulan ... 107 5.2 Saran ... 108

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Operasional Variabel ... 33

Tabel 2 Fungsi Komunikasi Massa Alexis S Tan ... 47

Tabel 3 Formula Lasswell ... 48

Tabel 4 Program Acara RBK FM (99,5 MHz) ... 69

Tabel 5 Populasi ... 78

Tabel 6 Proporsional Sampling ... 80

Tabel 7 Usia Responden ... 84

Tabel 8 Pekerjaan Responden ... 85

Tabel 9 Jenis Kelamin Responden ... 86

Tabel 10 Kepemilikan Radio ... 86

Tabel 11 Status Perkawinan Responden ... 87

Tabel 12 Fungsi Siaran RBK FM ... 88

Tabel 13 Tujuan Siaran RBK FM ... 89

Tabel 14 Program Siaran RBK FM ... 90

Tabel 15 Jadwal Acara RBK FM... 91

Tabel 16 Target Siaran RBK FM... 92

Tabel 17 Strategi Siaran RBK FM... 93

Tabel 18 Kekuatan Siaran RBK FM ... 94

Tabel 19 Kelemahan Siaran RBK FM ... 95

Tabel 20 Motif Mendengar Acara RBK FM ... 95

Tabel 21Manfaat Sairan RBK FM ... 97

Tabel 22 Kepuasan Pendengar RBK FM ... 98

Tabel 23 Frekwensi Mendengarkan RBK FM ... 99

Tabel 24 Waktu Mendengarkan RBK FM ... 100

Tabel 25 Lokasi Mendengarkan RBK FM ... 100

Tabel 26 Lama Mendengarkan Siaran RBK FM ... 101

Tabel 27 Program Acara Favorit RBK FM ... 102

Tabel 28 Acara Favorit RBK FM ... 103

Tabel 29 Penyiar Favorit RBK FM... 104

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model Teoritis ... 32

Gambar 2 Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Pemahaman ... 43

Gambar 3 Alat Komunikasi Massa ... 45

Gambar 4 Penyiar RBK FM ... 59

Gambar 5 Bekerjanya Teori uses and gratifications ... 62

Gambar 6 Logika yang Mendasari Kepentingan uses and gratification ... 63

Gambar 7 Struktur Organisasi ... 75

(12)

LAMPIRAN

1. Denah Lokasi Studio RBK FM

2. Denah Studio PT.Radio Bahana Kusuma FM

3. Peta Wilayah Jangkauan Pemancar Radio Bahana Kusuma FM

4. Kuesioner

5. Tabel Foltron cobol

6. Curriculum Vitae

7. Surat Penelitian

8. Surat Izin Penelitian

(13)

ABSTRAKSI

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Radio adalah media elektronik tertua dan sangat luwes. Selama hampir

satu abad lebih keberadaannya. Radio siaran telah berhasil mengatasi persaingan

keras dengan bioskop, rekaman kaset, televisi, kabel, electronic games dan

personal casset players.

Radio sebagai media massa terus mengalami perkembangan yang sangat

pesat. Dimulai dari Zaman Belanda, Zaman Jepang, Zaman Kemerdekaan, dan

Zaman Orde Baru. Mulai dari radio yang segmentasinya luas, sampai yang

mempersempit diri dalam segmentasi (fragmentasi). Sehingga radio yang dulunya

bersifat umum, sekarang dikenal dengan radio wanita, radio untuk anak muda,

radio untuk remaja, radio khusus berita dan lain sebagainya.

Lembaga penyiaran dalam menjalankan fungsi penyiaran diatur oleh

Undang-undang No. 32 tahun 2002, dikatakan bahwa lembaga penyiaran

merupakan media komunikasi massa yang mempunyai peran penting dalam

kehidupan sosial, budaya, politik, dan ekonomi, memiliki kebebasan dan

tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi,

pendidikan, hiburan, serta kontrol dan perekat sosial.

(www.sukabumi.go.id/hukum/uu_32_2002.pdf)

Siaran yang dipancarkan dan diterima secara bersamaan, serentak dan

bebas, memiliki pengaruh yang dalam pembentukan pendapat, sikap, dan perilaku

(15)

menjaga nilai moral, tata susila, budaya, kepribadian dan kesatuan bangsa yang

berlandaskan kepada keTuhanan Yang Maha Esa dan kemanusiaan yang adil dan

beradab.

Dalam pasal 5, UU No.32 tahun 2002, disebutkan bahwa penyiaran

diarahkan untuk : (a) menjunjung tinggi pelaksanaan pancasila dan UUD RI 1945,

(b) menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati diri

bangsa, (c) meningkatkan kualitas sumber daya manusia, (d) menjaga dan

mempererat persatuan dan kesatuan bangsa, (e) meningkatkan kesadaran kekuatan

hukum dan disiplin nasional, (f) menyalurkan pendapat umum dan mendorong

peran aktif masyarakat dalam pembangunan nasional dan daerah dan melestarikan

lingkungan hidup, (g) mencegah monopoli kepemilikan dan mendukung

persaingan yang sehat di bidang penyiaran, (h) mendorong peningkatan

kemampuan perekonomian rakyat, mewujudkan pemerataan, memperkuat daya

saing bangsa dalam era globalisasi, (i) memberikan informasi yang benar,

seimbang, dan bertanggung jawab, (j) memajukan kebudayaan nasional.

(www.sukabumi.go.id/hukum/uu_32_2002.pdf)

Dengan adanya UU No.32 Tahun 2002 tersebut berdampak terhadap

tumbuh suburnya radio penyiaran di Indonesia, dalam hal ini di kota Kabanjahe.

Sedikitnya terdapat tujuh besar stasiun radio siaran di kota Kabanjahe, yaitu:

ERSENA FM, GRAY FM, RBK FM, GUNDALING FM, TURANG FM, BAYU

FM, dan IRFA FM.

Ersena FM merupakan radio yang programnya mengedepankan etnik karo

seperti lagu-lagu yang diputarkan adalah lagu tradisional karo. Radio Ersena FM

(16)

yang memiliki program siaran yang lebih variatif, seperti lagu Indonesia yang

persentasenya hingga 30%, lagu barat, dangdut 10%, dan lagu daerah 40%.

Meskipun persentasenya lebih besar pada lagu daerah, Gray Fm kuat dalam

kegiatan off air. Yang menjadi sasaran pendengar Gray FM adalah khalayak yang

berusia 15-40 tahun.

Lain halnya dengan radio Turang FM, yang memutar 60% lagu daerah di

samping lagu Indonesia 20% dan lagu dangdut 5%. Sedangkan Bayu FM

memiliki program 20% lagu Indonesia, lagu barat 10%, lagu dangdut 5%, dan

lagu daerah 40%. Dan juga memiliki sasaran pendengar yang sama yaitu usia

antara 15-40 tahun.

Selain keempat radio yang telah disebutkan di atas, terdapat dua stasiun

radio yaitu Irfa FM dan Gundaling FM. Irfa FM merupakan suatu radio komunitas

bagi petani dan hampir selalu memperdengarkan musik dari etnik karo, sedangkan

radio Gundaling hampir sama dengan radio-radio yang lain di Tanah Karo yang

hampir 50% orientasinya adalah kepada lagu-lagu etnik karo dan sisanya terbagi

kepada jenis musik, dan acara-acara lain.

Yang menarik dari semua stasiun radio yang ada di Kabanjahe adalah

Radio Bahana Kusuma FM atau yang lebih akrab dengan sebutan RBK FM ini

mengkhususkan siaran radio bagi anak muda. Dengan demikian RBK FM

dirancang khusus untuk anak muda. RBK FM menyajikan hal-hal yang up to date

bagi anak muda masa kini. Misalnya saja musik yang sedang hits, gosip anak

muda, trend, hingga lifestyle. RBK FM juga memiliki acara khusus anak muda,

(17)

sekaligus dijadikan daya tarik minat dengar khalayak, khususnya anak muda kota

kabanjahe.

Persaingan stasiun radio siaran tersebut cukup keras karena populasi

penduduk Kabanjahe yang tidak begitu besar. Populasi yang hanya sebesar 66.388

demikian program jiwa harus dibagi dengan setiap stasiun radio siaran tersebut,

belum termasuk dengan stasiun radio siaran pemula.

Cukup sulit untuk menarik minat dengar khalayak yang demikian. Untuk

itu pemilik stasiun radio siaran harus menentukan target pendengar agar dapat

menentukan pola penyiaran. Masing-masing stasiun radio memiliki pola

penyiaran yang berbeda-beda. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan target

pendengarnya. Pola penyiaran yang disusun harus memiliki ciri khas tersendiri

agar dapat menjadi pilihan pendengar.

Dalam hal ini, khalayak dianggap sebagai individu yang aktif. Khalayak

selalu berusaha menentukan media apa yang paling tepat yang dapat memenuhi

kebutuhannya, seperti kebutuhan akan hiburan, informasi, pendidikan, dan

sebagainya. Untuk itu, Radio Bahana Kusuma (RBK) FM, membuat segmentasi

radio anak muda yang dikhususkan bagi anak muda kota Kabanjahe.

Yang dikatakan anak muda menurut Fitri R. Ghozally dalam bukunya

“Psikologi Remaja” adalah seseorang yang berusia 17-22 tahun (Ghozally,

2007:18). Usia 17-22 tahun merupakan masa perkembangan baik secara fisik

Maupun pola pikir. Anak muda membutuhkan banyak informasi tentang

perkembangan anak muda seperti informasi pendidikan, dan lifestyle. Anak muda

juga membutuhkan hiburan dimana kita ketahui bahwa anak muda identik dengan

(18)

maupun grup band pendatang baru dan yang sedang naik daun, seperti grup band

Soul ID dan Derby Romero, dan lain-lain.

Dewasa ini nilai sebuah informasi tidaklah murah. Harga sebuah majalah

juga relatif mahal bagi anak muda yang pada umumnya pelajar dan mahasiswa

yang belum memiliki penghasilan. Browsing di internet juga membutuhkan biaya.

Tetapi informasi dari radio diperoleh dengan cuma-cuma atau gratis yang

tentunya sangat sesuai dengan kondisi anak muda.

Siaran radio juga cocok dikonsumsi oleh anak muda yang dinamis. Anak

muda dapat mendengarkan siaran radio sambil beraktifitas. Hanya saja siaran

radio tidak dapat diulang.

Dengan demikian dapat memudahkan pemilik stasiun radio siaran dalam

menentukan pola penyiaran yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan anak

muda kota Kabanjahe. Meskipun pada akhirnya RBK FM tidak hanya

dikomsumsi oleh kalangan anak muda tetapi juga dikonsumsi oleh kalangan ibu

rumah tangga, buruh, dan lain-lain.

Dengan kespesifikan tersebut, RBK FM dapat terus diingat dan mendapat

tempat dihati khalayak Kabanjahe selama 25 tahun. Selain itu, RBK FM memiliki

ciri khas lain yang dapat menarik minat dengar khalayak Kabanjahe, yaitu RBK

FM selalu menyajikan informasi seputar tanah karo setiap paginya.

Oleh sebab itu, peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang pola

penyiaran Radio Bahana Kusuma FM yang berada pada frekuensi 99,5 MHz di

kota Kabanjahe, dalam menarik minat dengar anak muda kota Kabanjahe.

(19)

Beranjak dari latar belakang masalah yang tertera diatas, maka dapat

dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:

“ Bagaimana pola penyiaran radio Bahana Kusuma dalam menarik minat

dengar anak muda kota Kabanjahe ?”

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas dan agar dapat

menempatkan penelitian lebih fokus, maka peneliti membuat pembatasan masalah

sebagai berikut:

1. Penelitian ini bersifat deskriptif yang menggambarkan tentang pola

penyiaran radio Bahana Kusuma (99,5 MHz), dalam menarik minat dengar

khalayak kota Kabanjahe.

2. Penelitian ini dilakukan dari Desember 2008, sampai dengan selesai.

I.4 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui strategi penyusunan pola penyiaran radio Bahana

Kusuma FM, Kabanjahe.

2. Untuk mengetahui minat dan motif pendengar siaran radio Bahana

Kusuma FM.

3. Untuk mengetahui manfaat dan kepuasan yang diperoleh pendengar Radio

Bahana Kusuma FM.

Manfaat Penelitian

(20)

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan memperkaya khasanah

penelitian di bidang ilmu komunikasi, khususnya mengenai dunia

penyiaran radio.

2. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan

penulis mengenai ilmu komunikasi, khususnya di bidang media massa.

3. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

dalam menyusun pola penyiaran radio.

I.5 Kerangka Teori

Menurut Nawawi (2001:39) suatu penelitian memerlukan kejelasan titik

tolak landasan berpikir dalam memecahkan masalahnya. Untuk itu disusun

kerangka teori yang memuat pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana

masalah penelitian akan disorot.

Menurut Kerlinger, teori adalah sekumpulan konstruk atau konsep, definisi,

dan dalil yang saling terkait yang menghadirkan suatu pandangan sistematis

tentang gejala dengan menetapkan hubungan diantara beberapa variabel, dengan

maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Dalam Black and

Champion, 2001:48)

Adapun teori-teori yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1). Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari

kata latin Communicatio, dan bersumber dari kata Communis yang berarti sama.

Sama disini maksudnya adalah sama makna. Akan tetapi, pengertian komunikasi

yang dipaparkan diatas sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu

(21)

Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar

orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia

menerima suatu paham, melakukan sesuatu perbuatan, dll.(Effendi, 2004:9).

Selanjutnya menurut Muhammad Arni (2005:5) dalam bukunya “

Komunikasi Organisasi “, disebutkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses

penyampaian pesan atau pengoperan lambang-lambang dalam bentuk informasi,

sehingga terjadi perubahan pada diri si komunikan.

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilangsungkan

secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang

dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The structure And Function

Of Communication In Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk

menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut:

“ Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect “.

Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur

sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:(Effendi, 2004:10).

a. Komunikator (Communicator, Source, Sender).

b. Pesan (Message)

c. Media (Channel)

d. Komunikan (Communicant, Communicate)

e. Efek (Impact, Influence)

2). Komunikasi Massa

Komunikasi Massa sebagai bagian dari komunikasi memiliki definisi

sederhana dikemukakan oleh Brittner, yakni; komunikasi massa adalah pesan

(22)

2004:3). Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner.

Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berdasarkan teknologi dan

lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam

masyarakat industri (Dalam Ardianto, 2004:4).

Joseph A. Devito dalam bukunya, Communicology: An Introduction To The

Study Of Communication, menampilkan definisinya mengenai komunikasi massa

dengan lebih tegas, yakni sebagai berikut: (Dalam Ardianto, 2004:3)

Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada

massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa

khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang mebaca atau semua

orang yang menonton TV, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada

umumnya agak sukar untuk didefinisikan.

Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh

pemancar-pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa barangkali akan

lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: TV, radio,

surat kabar, majalah, film, buku, dan pita.

Seperti yang dikatakan oleh Severin dan Tankard, Jr, komunikasi massa

adalah keterampilan, seni, dan ilmu, dikaitkan dengan pendapat Devito bahwa

komunikasi massa itu ditujukan kepada massa dengan melalui media massa

dibandingkan dengan jenis komunikasi lainnya, maka komunikasi massa

mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya.

Ciri-cirinya adalah sebagai berikut(Dalam Effendi, 2004:22-25):

Berbeda dengan komunikasi antarpersona yang berlangsung dua arah (two-way traffic communication), komunikasi massa berlangsung satu arah (one-way communication). Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik

(23)

dari komunikan kepada komunikator. Setidaknya komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikannya secara langsung.

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Oleh karena itu, komunikatornya melembaga.

Komunikator melembaga

Pesan yang disalurkan melalui media massa bersifat umum karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau kepada sekelompok orang tertentu.

Pesan yang bersifat umum

 Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan. Hal inilah yang merupakan ciri yang paling hakiki dibandingkan dengan media komunikasi lainnya.

.

Komunikan atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam keberadaannya secara terpencar-pencar dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai hal: jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, cita-cita, dan sebagainya. Heterogenitas khalayak seperti itulah yang menjadi kesulitan seorang komunikator dalam menyebarkan pesannya melalui media massa karena setiap individu dari khalayak itu menghendaki agar keinginannya dipenuhi.

Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen

Media massa atau pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media massa yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas.dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering disingkat menjadi media.

Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada sumber/ahli dibandingkan mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu

Media massa yang pertama kali muncul adalah surat kabar. Oleh sebab itu

(24)

Jerman pada tahun 1609. di Inggris juga terbit surat kabar pada tahun 1621.

sedangkan di Amerika Serikat terbit surat kabar Pensylvania Evening Post dan

Daily Advertiser pada tahun 1783. Diikuti pula oleh surat kabar yang terbit di

Indonesia yang ditandai dengan perjalanan panjang melalui lima periode yakni

pada masa penjajahan Belanda pada tahun 1828, terbit Javasche Courant di

Jakarta. Pada zaman Jepang, zaman kemerdekaan, zaman orde lama, dan zaman

orde baru.

Untuk selanjutnya terbitlah media massa majalah. Edisi perdana majalah

diluncurkan di Amerika pada pertengahan 1930-an memperoleh kesuksesan besar.

Sebagaimana surat kabar, sejarah majalah diawali dari negara-negara Eropa dan

Amerika. Di Inggris terbit majalah review yang diterbitkan oleh Daniel Depoe

pada tahun 1704. Di Amerika, Benjamin Franklin telah mempelopori penerbitan

majalah di Amerika tahun 1740, yakni General Magazine dan Historical

Chronicle. Tahun 1820-an sampai 1840-an merupakan zamannya majalah (the age

of magazines). Di Indonesia keberadaan majalah sebagai media massa dimulai

pada massa menjelang dan awal kemerdekaan Indonesia. [a]. Awal kemerdekaan,

Soemanang, SH. yang menerbitkan majalah Revue Indonesia, dalam salah satu

edisinya pernah mengemukakan gagasan perlunya koordinasi penerbitan surat

kabar, yang jumlahnya sudah mencapai ratusan. [b]. Zaman Orde Lama, pada

masa ini perkembangan majalah tidak begitu baik, karena relatif sedikit majalah

yang terbit. [c]. Zaman Orde Baru, awal orde baru (1966) banyak majalah yang

terbit dan cukup beragam jenis, diantaranya adalah majalah Selecta pimpinan

(25)

Setelah surat kabar dan majalah, berkembanglah radio siaran di Indonesia

dimulai dari masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan

dan zaman Orde Baru. [a]. Zaman Belanda, radio siaran yang pertama di

Indonesia (Nederland Indie – Hindia Belanda), ialah Bataviase radio siaran

Vereniging (BRV) di Batavia (Jakarta tempo dulu) yang resminya didirikan pada

tanggal 16 Juni 1925 pada saat Indonesia masih dijajah Belanda, dan berstatus

swasta. [b]. Zaman Jepang, ketika Belanda menyerah pada Jepang tanggal 8 Maret

1942, sebagai konsekuensinya, radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan

swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri

Kyoku.n [c]. Zaman kemerdekaan, Dibuat pemancar gelap dan berhasil

berkumandang di udara radio siaran dengan stasiun call “Radio Indonesia

Merdeka” pada tanggal 11 September 1945 diperoleh kesepakatan dari hasil

pertemuan antara para pemimpin radio siaran untuk mendirikan sebuah organisasi

radio siaran. [d]. Zaman Orde Baru, sampai akhir tahun 1966 RRI adalah

satu-satunya radio siaran di Indonesia yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah.

Selain berfungsi sebagai media informasi dan hiburan, pada masa orde baru, radio

siaran melalui RRI menyajikan acara pendidikan dan persuasi.

Selanjutnya Televisi, pada tahun 1928 General Electronic Company

mulai menyelenggarakan acara siaran televisi secara regular. Pada tahun 1939

Presiden Franklin D. Roosevelt tampil di layar televisi. Sedangkan siaran televisi

komersial di Amerika dimulai pada tanggal 1 September 1940. Kegiatan

penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962.

Media massa film juga muncul pada tahun 1903. Film yang pertama kali

(26)

Fireman dan film The Grent Train Robbery yang dibuat oleh Edwin S. Porter pada

tahun 1903. Dari catatan sejarah perfilman di Indonesia, film pertama yang

diputar berjudul Lady Van Java yang diproduksi di Bandung pada tahun 1926

oleh David.

Pertumbuhan dan kelarisan internet juga perlu dipahami. Di satu sisi

internet dapat dibandingkan dengan perkembangan mesin faksimili pada akhir

dasawarsa –an. Sistem faksimili yang mendunia itu tidaklah dibangun dalam

waktu semalam, ia berkembang dari beberapa mesin faksimili di sini dan di sana.

Media massa terdiri dari media massa cetak, elektronik, dan media online

seperti dibawah ini (Ardianto, 2004 : 104-144):

(1). Surat Kabar

Secara kontemporer surat kabar memiliki tiga fungsi utama dan fungsi sekunder. Fungsi utama media adalah : (1) to inform, (2) to Comment, dan (3) to

provide. Sedangkan fungsi sekunder media adalah : (1) untuk kampanye

proyek-proyek yang bersifat kemasyarakatan, yang diperlukan sekali untuk membantu kondisi-kondisi tertentu, (2) memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita komik, kartun, dan cerita-cerita khusus, dan (3) melayani pembaca sebagai konselor yang ramah, menjadi agen informasi dan memperjuangkan hak.

Surat kabar sebagai media massa memiliki lima karakteristik, yaitu: publisitas, periodisitas, universalitas, aktualitas, dan terdokumentasikan.

(2). Majalah

Mengacu pada sasaran khalayaknya yang spesifik, maka fungsi utama media berbeda satu dengan yang lainnya. Majalah berita lebih berfungsi sebagai media informasi. Majalah wanita lebih bersifat menghibur, majalah pertanian fungsi utamanya adalah memberi pendidikan mengenai cara bercocok tanam.

Majalah memiliki karakteristik tersendiri sebagai media cetak, yaitu: penyajian lebih dalam, nilai aktualitas lebih lama, gambar/foto lebih banyak, dan cover sebagai daya tarik.

(3). Radio siaran

Keunggulan radio siaran adalah berada dimana saja. Selain itu, radio memiliki kemampuan menjual pada khalayak bagi pengiklan yang produknya dirancang khusus untuk khalayak tertentu.

Radio siaran juga memiliki beberapa karakteristik, yaitu: imaginatif, auditori, dan gaya percakapan yang akrab.

(4). Televisi

(27)

menghibur lebih dominan. Televisi memiliki beberapa karakteristik, yaitu: audiovisual, berpikir dalam gambar, dan pengoperasian yang lebih kompleks. (5). Film

Seperti halnya televisi siaran, tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif, maupun edukatif, bahkan persuasif.

Faktor-faktor yang dapat menunjukkan karakteristik film adalah layar lebar, pengambilan gambar, konsentrasi penuh, dan identifikasi psikologis.

(6). Komputer dan Internet

Internet adalah perkakas sempurna untuk menyiagakan dan mengumpulkan sejumlah besar orang secara elektronis. Informasi menenai suatu peristiwa tertentu dapat ditransisikan secara langsung, sehingga membuatnya menjadi piranti meriah yang sangat efektif.

Selain memiliki ciri-ciri, komunikasi massa juga memiliki fungsi. Fungsi

komunikasi massa bagi masyarakat terdiri dari surveillance (pengawasan),

interpretation (penafsiran), linkage (ketertarikan), transmission of values

(penyebaran nilai), dan entertainment (hiburan) (Ardianto, 2004 : 16 – 20). b. Fungsi Media Massa

a. Surveillance (pengawasan)

fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama : (1)

warning or beware surveillance (pengawasan peringatan) ; (2) instrumental surveillance (pengawasan instrumental)

b. Interpretation (penafsiran)

fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting.

c. Linkage (pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

d. Transmission

Fungsi ini juga disebut socialization (sosialisasi). Sosialisasi kepada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok.

e. Entertainment

Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua media menjalankan fungsi hiburan. Tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak.

(28)

Gejala umum yang dapat dilihat dari suatu proses adalah bahwa proses

merupakan suatu peristiwa yang berlangsung secara kontinyu, tidak diketahui

kapan mulainya dan kapan akan berakhirnya. Dalam operasionalnya, proses

memerlukan berbagai komponen (elemen) penunjang. Demikian pula dengan

komunikasi yang pada hakikatnya merupakan suatu proses, berlangsungnya

komunikasi sudah pasti memerlukan berbagai komponen (elemen). Pengertian

komponen di sini adalah bagian-bagian yang terpenting dan mutlak harus ada

pada suatu keseluruhan atau kesatuan. (Ardianto, 2004 : 32).

Willbur Schramm mengatakan bahwa untuk berlangsungnya suatu

kegiatan komunikasi, minimal diperlukan tiga komponen yaitu source, message,

destination atau komunikator, pesan, komunikan. Apabila salah satu dari ketiga

komponen tersebut tidak ada, maka komunikasi tidak dapat berlangsung. Namun

demikian, selain ketiga komponen tersebut masih terdapat komponen lainnya

yang berfungsi sebagai pelengkap. Artinya, jika komponen tersebut tidak ada,

maka tidak berpengaruh terhadap komponen lainnya. Oleh karena itu,

komponen-komponen utama (komunikator – pesan – komunikan) mutlak harus ada pada

proses komunikasi.

Pengertian proses komunikasi massa pada hakikatnya merupakan proses

pengoperan lambang-lambang yang berarti, yang dilakukan melalui saluran

(channel), biasanya dikenal dengan media printed (press), media auditif (radio),

media visual (gambar, lukisan) atau media audio visual (televisi dan film). Yang

dimaksud dengan media di sini adalah alat yang digunakan untuk mencapai massa

(sejumlah orang yang tidak terbatas). Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa

(29)

komunikator menggunakan teknologi media massa secara proporsional guna

menyebarluaskan pesannya melampaui jarak untuk mempengaruhi khalayak

dalam jumlah yang banyak.

Harold D. Lasswell seorang ahli politik di Amerika Serikat

mengemukakan suatu ungkapan yang sangat terkenal dalam teori dan penelitian

komunikasi massa. Ungkapan tersebut merupakan suatu formula dalam

menentukan scientific study dari suatu proses komunikasi massa dengan

menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: who (siapa), says what (berkata

apa), in which channel (melalui saluran apa), to whom (kepada siapa), with what

effect (dengan efek apa)?

Masing –masing unsur dalam Formula Lasswell mengandung problema

tertentu. Formula tersebut, meskipun sangat sederhana telah membantu

mengorganisasikan dan memberikan struktur kajian bidang komunikasi massa.

Selain dapat menggambarkan komponen dalam proses komunikasi massa,

Laswell sendiri menggunakan formula ini dengan tujuan untuk membedakan

berbagai jenis penelitian komunikasi. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut

ini:

Formula Lasswell

WHO SAYS WHAT IN WHICH

CHANNEL

TO WHOM WITH WHAT EFFECT

Siapa Berkata Apa Melalui

Saluran Apa

Kepada Siapa Dengan Efek

Apa

(30)

Control Studies

Analisis

Pesan

Analisis

Media

Analisis

Khalayak

Analisis Efek

(Ardianto, 2004 : 33)

Dengan mengikuti Formula Lasswell dapat dipahami bahwa dalam proses

komunikasi massa terdapat lima unsur yang disebut komponen atau unsure dalam

proses komunikasi yaitu : (Ardianto, 2004: 33-34)

a. Who (siapa): komunikator, orang yang menyampaikan pesan dalam

proses komunikasi massa, bisa perorangan atau mewakili suatu

lembaga, organisasi maupun instansi. Segala masalah yang

bersangkutan dengan unsur “siapa” memerlukan analisis control

(control analysis) yaitu analisis yang merupakan subdivisi dari riset

lapangan.

b. Says what (apa yang dikatakan): pernyataan umum, dapat berupa suatu

ide, informasi, opini, pesan dan sikap, yang sangat erat kaitannya

dengan masalah analisis pesan.

c. In which channel (melalui saluran apa): media komunikasi atau

saluran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan komunikasi.

Dalam hal ini dapat digunakan primary technique, secondary

technique, direct communication atau indirect communication.

d. To whom (kepada siapa): komunikan atau audience yang menjadi

sasaran komunikasi. Kepada siapa pernyataan tersebut ditujukan,

berkaitan dengan masalah penerima pesan. Dalam hal ini diperlukan

adanya analisis khalayak (audience analysis).

e. With what effect (dengan efek apa): hasil yang dicapai dari usaha

penyampaian pernyataan umum itu pada sasaran yang dituju berkaitan

dengan efek ini dipelukan adanya analisis efek.

3. Media Massa Radio

Radio adalah media elektronik yang bersifat khas sebagai media audio

(31)

pesan dalam bentuk modulasi berupa tanda-tanda (morse), suara (voice), kalimat

(talk), bunyi-bunyian (sounds), dan sebagainya, yang dipancarkan melalui

gelombang elektromagnetik dengan frekwensi tinggi ke udara melalui antena,

yang kemudian disebut dengan pemancar (transmiter). Sinyal-sinyal modulasi

tersebut kemudian diterima oleh suatu alat penerima yang disebut radio penerima

(receive). (Djuroto, 2007 : 3).

Radio siaran mendapat julukan “kekuasaan ke lima” atau “the fifth estate”

setelah pers dianggap sebagai kekuasaan ke empat. Radio dijuluki sebagai

kekuasaan ke lima karena tiga faktor yang mendukung. (Ardianto, 2004:119)

1. Radio Siaran Bersifat Langsung.

Sifat langsung radio siaran adalah bahwa suatu pesan yang akan disiarkan

dapat dilakukan tanpa melalui proses yang rumit.

2. Radio Siaran Tidak Mengenal Jarak Dan Rintangan.

Bagi radio tidak ada jarak waktu, begitu suatu pesan diucapkan oleh penyiar

pada saat itu juga dapat diterima oleh khalayak. Bagi radio tidak ada pula jarak

ruang. Suatu pesan yang disiarkan dari satu tempat dapat sampai seketika dengan

baik

3. Radio Siaran Memiliki Daya Tarik

Radio memiliki daya tarik disebabkan oleh tiga unsur yang melekat

padanya, yakni:

a. Kata-kata lisan (Spoken Words)

b. Musik (music)

(32)

Dengan adanya musik ataupun sound effect, siaran radio dapat lebih hidup

dan menarik. Meskipun setelah munculnya TV, radio masih tetap diminati. Selain

dari segi ekonomis, khalayak juga dapat lebih santai, tidak seperti halnya ketika

menonton TV. Siaran radio dapat dinikmati sambil santai, bekerja, maupun saat

mengemudi.

a. Sejarah Perkembangan Radio

Sejarah ditemukannya radio dimulai di Inggris dan Amerika Serikat. Donald

Mc. Nicol dalam bukunya Radio’s Conquest of Space menyatakan bahwa

terkalahkannya ruang angkasa oleh radio dimulai tahun 1802 oleh Dane, yaitu

dengan ditemukannya suatu pesan dalam jarak pendek dengan menggunakan alat

sederhana berupa kawat beraliran listrik.

Penemuan berikutnya adalah oleh tiga orang cendikiawan muda,

diantaranya adalah James Maxwell berkebangsaan Inggris pada tahun 1865. ia

dijuluki scientific father of wireless, karena berhasil menemukan rumus-rumus

yang diduga mewujudkan gelombang elegtromagnetik, yakni gelombang yang

digunakan radio dan televisi.

Radio yang digunakan sebagai alat atau media komunikasi massa

mula-mula diperkenalkan oleh David Sarnoff pada tahun 1915. kemudian Le De Forrest

melalui eksperimen siaran radionya telah menyiarkan kampanye pemilihan

presiden Amerika Serikat tahun 1916, sehingga Ia dikenal sebagai pelopor radio

siaran.

Perkembangan radio siaran di Indonesia dimulai dari masa penjajahan

Belanda, Penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan, dan zaman orde baru.

(33)

a.

Radio siaran yang pertama di Indonesia (waktu itu bernama Nederlands Indie – Hindia Belanda), ialah Bataviase radio siaran Vereniging (BRV) di Batavia, yang resminya didirikan pada tanggal 16 Juni 1925, pada saat Indonesia masih dijajah Belanda, dan berstatus swasta.

Zaman Belanda

b.

Ketika Belanda menyerah pada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, sebagai konsekuensinya, radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku, merupakan pusat radio siaran yang berkedudukan di Jakarta, serta mempunyai cabang-cabang yang dinamakan Hoso Kyoku di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. Rakyat Indonesia pada masa ini hanya boleh mendengarkan siaran dari Hoso Kyoku saja

Zaman Jepang

c. Zaman Kemerdekaan

Dengan demikian, ketika Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, tidak dapat disiarkan langsung melalui radio siaran karena radio siaran masih dikuasai oleh Jepang. Tak lama kemudian dibuat pemancar gelap yang berhasil berkumandang di udara radio siaran denagn stasiun

call “Radio Indonesia Merdeka”.

.

Sampai akhir tahun 1966 RRI adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah. Peran dan fungsi radio siaran ditingkatkan. Selain berfungsi sebagai media informasi dan hiburan, pada masa orde baru, radio siaran melalui RRI menyajikan acara pendidikan dan persuasi. d. Zaman Orde Baru

Pada saat ini stasiun radio sudah sangat tumbuh pesat. Di Kabanjahe pun

telah terdapat tujuh stasiun radio, yaitu Ersena FM (93,9 MHz), Bayu FM (94,9

MHz), RBK FM (99,5 MHz), Turang FM (100,6 MHz), Irfa FM (101,6 MHz)

Gray FM (102,4 MHz), dan Gundaling FM (103,7 MHz).

RBK FM atau Radio Bahana Kusuma FM sudah bersiaran selama 25 tahun.

Radio ini sudah cukup dikenal dan diingat di hati pendengar di Tanah Karo

simalem, dan sudah mempunyai pangsa pasar tersendiri. Radio Bahana Kusuma

memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan stasiun radio lainnya yang ada di tanah

karo. Radio Bahana Kusuma menghadirkan informasi seputar Tanah Karo setiap

pagi.

(34)

Radio memiliki keunggulan sebagai media penyiaran. Adapun

keunggulannya sebagai berikut: (Brandt, 2001:4-13)

1.Langsung

Radio adalah satu-satunya media yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan isi/kandungan programnya secara langsung ke hadapan pendengar. Begitu suara dipancarkan, telinga pendengar langsung menangkap dan mencernanya.

2. Cepat

Radio juga memiliki kecepatan yang sulit ditandingi oleh media jenis lain. Suatu peristiwa yang terjadi di sebuah tempat, bisa dengan cepat disiarkan oleh sebuah stasiun radio.

3. Menciptakan gambar dalam ruang imajinasi pendengar

Radio makes pictures. Radio menciptakan gambar. Inilah salah satu

ungkapan paling terkenal mengenai radio. Tidak salah memang untuk mengatakan bahwa hanya radiolah satu-satunya media komunikasi modern yang memiliki kemampuan istimewa dalam menciptakan “gambar” atau rekaan di ruang imajinasi pendengarnya. Memang, radio memiliki kekuranglengkapannya dibandingkan televisi, yaitu dari aspek visualnya.

4. Tanpa Batas

Radio praktis tidak memiliki batas, baik batas geografis maupun batas-batas usia, ras, tingkat ekonomi-sosial-pendidikan (ingat, orang buta huruf pun bisa menikmati radio. Hanya orang tuna rungu yang tidak bisa menikmati radio.

5. Tak banyak pernik

Radio adalah media yang tak memerlukan banyak pernik, paling tidak jika dibandingkan dengan televisi. Untuk meliput sebuah peristiwa, televisi memerlukan setidaknya dua orang kru, satu kamerawan dan seorang reporter.

1. Murah

Radio jelaslah media yang relatif murah, dibandingkan dengan televisi dan bahkan media cetak. Murah dari segi investasi awal (hanya butuh peralatan audio, transmitter atau pemancar, menara dan antene), maupun dari segi biaya produksi.

2. Bisa dinikmati sambil mengerjakan hal lain

Radio bisa dinikmati sambil sang pendengar melakukan aktivitas lain, entah itu membaca, menyetrika, memasak, menyusui anak, menyetir mobil, dan berbagai kegiatan lainnya. Keistimewaan ini tidak dimiliki media cetak dan televisi.

3. Hangat dan dekat

Sampai saat ini, rasanya tidak ada media selain radio yang memiliki kemampuan untuk selalu hangat dan dekat dengan penikmatnya. Suratkabar jelas tidak bisa berakrab-akrab dengan pembaca, karena yang hadir di hadapan pembaca adalah benda mati, berupa tumpukan kertas dan deretan huruf.

4. Mendidik

Radio sangat efektif untuk dipakai sebagai media pendidikan. Apalagi jika diingat jangkauan pendengarnya yang luas dan sebagian besar pendengar radio di Indonesia bermukim di wilayah-wilayah pinggiran yang mungkin belum memiliki sarana pendidikan formal yang memadai.

(35)

Radio adalah media yang paling andal untuk menikmati musik. Hampir tidak ada radio di dunia ini yang tidak menyiarkan musik sama sekali dalam programya. Radio merupakan salah satu media yang memegang peran terpenting dalam perjalanan musik dunia.

6. Memberi kejutan

Radio mampu menyuguhkan kejutan-kejutan lewat program-programnya. Program musik, misalnya, bisa membawa kejutan-kejutan ini, karena perndengar tidak tahu sebelumya musik apa yang disuguhkan oleh penyiar yang sedang bertugas di studio pada saat itu.

7. Memberi manfaat bagi individu

Karena karakternya yang intim dan hangat, radio memiliki kemampuan untuk lekas diakrabi oleh pribadi-pribadi atau individu pendengarnya. Radio pun kemudian menjadi tumpuan bagi pribadi-pribadi pendengarnya untuk mencari berbagai informasi yang dapat berharga bagi mereka.

8. Memberi manfaat bagi masyarakat

Selain berfungsi sebagai media pribadi yang hangat dan intim, radio tetaplah media yang menjangkau massa. Dengan demikian, radio juga memiliki potensi untuk menyumbang manfaat bagi masyarakat.

Selain memiliki keunggulan, radio sebagai media penyiaran juga memiliki

kelemahan, yaitu: (Brandt, 2001:13-16)

1.Cepat hilang

Radio adalah media yang sifatnya “selintas”. Apa yang disiarkan menit ini, akan gampang dilupakan orang pada menit berkutnya. Penyebabnya jelas. Pertama, sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas, pendengar radio biasanya mendengarkan radio sambil mengerjakan kegiatan lain, sehingga konsentrasinya tidak penuh. Dan kedua, siaran yang sudah berlalu, tak bisa dirujuk kembali. Karakter radio yang serba selintas ini sering diibaratkan sebagai “tulisan di atas pasir pantai”.

2. Ruang yang relatif terbatas

Radio adalah medium dengan ruangan yang relatif terbatas. Sebuah stasiun radio swasta rata-rata mengudara selama 18 jam setiap hari. Jumlah jam siaran maksimal tentu saja hanya 24 jam, sebuah pembatas alamiah yang tak mungkin lagi diakali oleh pengelola radio.

3. Beralur Liner

Kelemahan lainnya yang melekat pada karakter radio adalah sifatnya yang liner. Maksudnya adalah: program yang disiarkan oleh radio mengikuti perjalanan waktu, di mana program B yang disiarkan pukul 10.00 WIB misalnya, muncul setelah program A yang disiarkan antara pukul 09.00-10.00 WIB. Ibarat urutan abjad, pendengar radio hanya bisa mendengarkan program-program yang disuguhkan dengan mengikuti program urutan A sampai Z.

Lembaga penyiaran radio di Indonesia sesuai Undang-undang No. 32

(36)

penyiaran komersial, lembaga penyiaran komunitas, dan lembaga penyiaran

berlangganan.

a. Lembaga penyiaran Publik

Lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independent, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan pelayanan untuk kepentingan masyarakat.

b. Lembaga Penyiaran Komersial

Lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya khusus menyelenggarakan siaran radio.

c. Lembaga Penyiaran Komunitas

Lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya pencar rendah, luas wilayah jangkauan terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya.

d. Lembaga Penyiaran Berlangganan

Merupakan lembaga penyiaran berbentuk badan hukum Indonesia,yang bidang usahanya menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan melalui satelit, melalui kabel dan melalui terrestrial (Djuroto, 2007: 64-66).

Berdasarkan hal di atas RBK FM termasuk ke dalam kategori lembaga

penyiaran komersial. Oleh karena itu RBK FM juga menerima pemasangan iklan

guna mencari pemasukan guna mengembangkan RBK FM agar dapat terus

bersaing dengan stasiun radio baru.

Siaran radio mempunyai tiga sasaran untuk membidik atau memancing

pendengar agar mendengarkan dengan seksama, mengerti, dan menyetujui. Ketiga

sasaran kesediaan pendengar ini disebut sebagai acceptance. Acceptance dalam

konteks komunikasi melalui radio, merupakan faktor terpenting. Karena jika

faktor itu bisa dicapai, maka pesan yang disampaikan oleh penyiar radio dapat

berjalan lancar. Ini biasanya mudah karena pendengar radio mempunyai rasa

percaya diri dan hormat sekali kepada penyiarnya. Sifat ini disebut mutual truth

and respect. Jika mutual truth and respect pendengar siaran radio amat tinggi,

maka tingkat acceptance-nya pun menjadi tebal, ini berarti mudah bagi penyiar

(37)

bila mutual truth and respect-nya rendah, otomatis acceptance pendengarnya pun

menjadi tipis pula.

4. Pola Penyiaran Radio

Radio merupakan media komunikasi massa periodik yang memiliki

kemampuan menjangkau khalayak yang luas dalam waktu bersamaan. Disamping

itu, harga pesawatnya yang relatif murah sehingga khalayak banyak yang

memilikinya. Berdasarkan data pemilikan radio, selama dua dasawarsa terakhir ini

terus berkembang.

Dengan jumlah yang cukup besar itu radio akan memiliki potensi yang

besar dalam menyebarluaskan informasi. Persoalannya adalah bagaimana

memanfaatkan semaksimal mungkin kemampuan yang dimiliki radio, agar setiap

program yang disajikan memberikan manfaat.

Salah satu aspek yang dapat menentukan keberhasilan radio adalah

berkaitan dengan program-program acara yang disiarkan. Rangkaian acara yang

menarik diformulasikan kedalam program yang meliputi waktu pagi, siang dan

malam. Program tersebut merupakan suatu rangkaian yang dikemas dalam satu

format. Setiap stasiun pada pada dasarnya harus mempunyai format yang jelas.

Format setiap stasiun dapat menjadi ciri khas dari stasiun yang bersangkutan.

Dengan demikian format menjadi penting bagi suatu stasiun pemancar

radio, karena akan berkaitan juga dengan segmentasi khalayak. Dalam hal ini

(38)

namun pada prakteknya radio ini juga dikonsumsi oleh khalayak yang heterogen,

yaitu:

a. Kalangan dunia usaha

b. Ibu rumah tangga

c. Mahasiswa/Pelajar

d. Petani/Buruh

(Redaksi RBK FM)

Dari pernyataan diatas, dalam upaya pencapaian target pendengar tersebut,

diperlukan suatu strategi penyusunan pola penyiaran radio. Adapun pola

penyiaran radio Bahana Kusuma FM adalah;

Pendidikan 25%

Hiburan 60%

Informasi 15%

(Redaksi RBK FM)

Acara Siaran Radio

Pendengar radio selektif memilih acara. Hanya acara yang menurut

pilihannya baik yang dinikmati, sementara acara yang menurutnya tidak baik akan

dilewatkan begitu saja.

Agar acara yang disiarkan menarik, ada beberapa petunjuk yang dapat

dijadikan sebagai patokan yaitu (Munthe, 1996: 58-61):

1. Acara harus sesuai sasaran

Pastikanlah siapa sasaran yang akan dituju. Hal ini penting untuk memudahkan pengelola siaran dalam mengolah bahan siaran. Acara-acara yang tidak mempinyai sasaran yang konkrit tidak pernah populer dan biasanya akan turun dengan sendirinya.

2. Acara harus spesifik

(39)

salah satu cabang olahraga, misalnya sepakbola. Jadi hanya satu topik yang dibahas secara menyeluruh. Artinya, dalam membahas harus diperhatikan aaspek yang terkait dengan bidang olahraga sepakbola.

3. Acara harus utuh

Pembahasan materi harus terjaga. Tidak keluar dari konsep yang telah dipatok. Mulai dari pengantar, permasalahan, pembahasan, dan penyelesaian masalah secara sistematis.

4. Kemasan harus bervariasi

Acara dikemas dalam bentuk yang bervariasi. Variasi dapat ditampilkan dalam dua bentuk yaitu dialog dan monolog. Dalam dialog dapat ditampilkan dua orang atau lebih yang memiliki warna suara berbeda. Kontras warna suara ini sangat mendukung acara karena radio merupakan media audio yang hanya mampu menstimuli indera pendengaran. Dengan warna suara yang berbeda memudahkan pendengar untk mengenali tokoh-tokoh yang terlibat dalam dialog tersebut.

5. Acara harus ditempatkan pada waktu yang tepat

Pengelola program harus yakin bahwa waktu yang dipilih untuk penyiaran suatu acara sudah tepat. Ketepatan ini didasari pada kebiasaan mendengar dari khalayak. Dengan demikian, acara tersebut akan efektif.

6. Acara harus orisinil

Penyelenggara siaranharus menyajikan acara yang benar-benar hasilkerja tim kreatif studio tersebut. Bukan tiruan, dalam arti acara seperti ini pernah disajikan stasiun lain yang kemudian dimodifikasi di sana-sini sehingga tampaknya orisinil. Bukan juga acara jiplakan. Acara tiruandan jiplakan tidak akan membawa banyak keuntungan bagi stasiun penyelenggara, malahan sebaliknya, acapkali menjadi bumerang.

7. Acara harus disajikan dengan kualitas baik

Mutu tekhnik suatu acara ikut menentukan sukses tidaknya acara di pasar. Pendengar selalu menuntut hasil yang prima tanpa noise (gangguan). Sebab pendengar sangat mendambakan kenyamanan dalam mendengarkan suatu acara siaran.

8. Acara harus disajikan dengan bahasa sederhana

Gunakan bahasa sederhana, artinya bahasa yang dipakai sehari-hari atau bahasa pergaulan. Jangan disajikan acara dengan bahasa ilmiah, kata-kata asing, atau kata-kata baru. Pendengar akan mengalami kesulitan mencerna isi acara. Sebab tidak semua pendengar memiliki kemampuan yang merata sehingga kemudahan menangkap isi acara berbeda-beda.

Pada umumnya terdapat dua metode penggolongan bahan siaran yang dianut

(40)

“unsur acara siaran”, yang kedua menurut “tujuan acara siaran”. (Effendy, 1990:

114-117).

a. Pembagian Menurut Unsur Acara Siaran

Berdasarkan unsur acara siaran, bahan siaran dibagi menjadi dua golongan.

1. Siaran kata

2. Siaran seni suara

Yang dimaksud dengan siaran kata adalah segala bahan siaran yang pokok

isinya dilukiskan dengan kata-kata (Spoken Words). Sedang yang dimaksud

dengan seni suara adalah segala bentuk kesenian yang pokok isinya dilukiskan

dengan musik.

b. Pembagian menurut tujuan acara siaran.

Seperti halnya dengan negara-negara lain yang tergabung dalam Asian

Broadcasting Union (ABU) dan European Broadcasting Union (EBU), dalam

menentukan penggolongan acara siaran, Indonesia mengikuti pola yang dianut

oleh UNESCO.

Berikut ini adalah penggolongan jenis-jenis acara siaran:

1. Siaran pemberitaan dan penerangan

a. Warta Berita

b. Reportase

c. Penerangan Umum

d.Pengumuman

2. Siaran Pendidikan

(41)

b. Siaran Remaja

c. Siaran Sekolah

d. Siaran Pedesaan

e. Siaran Keluarga

f. Siaran Agama

g. Siaran Wanita

h. Pengetahuan Umum

3. Siaran Kebudayaan

a. Kesusasteraan

b. Kesenian Daerah

c. Apresiasi Seni

4. Siaran Hiburan

a. Musik Daerah

b. Musik Indonesia

c. Musik Asing

d. Hiburan Ringan

5. Siaran Lain-lain

a. Ruangan Iklan

b. Pembukaan/ penutup Siaran

5. Teori Uses And Gratification

Teori Uses And Gratification adalah teori yang menjelaskan bagaimana

komunikan memilih medianya sendiri sesuai dengan kebutuhannya. Uses and

gratification menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah

(42)

memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah pada

khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan

khusus. (Effendy, 2004:289-290).

Model ini memandang individu sebagai pribadi yang secara sosiologis dan

psikologis bertindak aktif dalam memilih media yang sesuai dengan

kebutuhannya. Mereka sangat rasional dan selektif. Sehingga khalayak yang

diterpa pesan media massa sadar dan selektif dalam memperoleh terpaan media

dan memilih atau tidak memilih untuk tidak terlibat dengan pesan media massa

sesuai dengan kebutuhan yang telah dimotivasi.

Katz, Blumler dan Gurevitch menjelaskan mengenai asumsi dasar dari Teori

Uses And Gratification, yaitu: (Ardianto, 2004:71)

1. Khalayak dianggap aktif, artinya khalayak dianggap sebagai bagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.

2. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak.

3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas, bergantung kepada khalayak yang bersangkutan.

4. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak. Artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus dipertangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.

Katz dan Dennis McQuail, menggambarkan logika yang mendasari

kepentingan Uses And Gratification sebagai berikut: (Dalam Ardianto, 2004:72)

(43)

Setiap individu memilih media yang mampu memenuhi kebutuhannya.

Adapun yang menjadi kebutuhan individu atau individual needs adalah:

1. Kebutuhan Kognitif (Cognitive Needs)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi,

pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungan; juga memuaskan rasa

penasaran kita dan dorongan penyelidikan.

2. Kebutuhan Afektif (Afektive Needs)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan

pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional.

3. Kebutuhan Pribadi Secara Integratif (Personal Integrative Needs)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas,

kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari

hasrat dan harga diri.

4. Kebutuhan Sosial Secara Integratif (Social Integrative Needs)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga,

teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.

5. Kebutuhan Pelepasan (Escapist Needs)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan upaya

menghindari tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman.(Effendy,

(44)

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang

bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai.

Untuk itu kerangka konsep dapat berupa teori-teori baru yang akan diuji atau

pengembangan teori-teori yang sudah ada dan bahkan berupa

kemungkinan-kemungkinan implementasi hasil penelitian bagi kehidupan nyata. Perumusan

kerangka konsep itu merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan

hipotesis penelitian. (Nawawi, 2001:40)

Kerangka konsep disusun sebagai perkiraan teoritis dan hasil yang akan

dicapai, secara dianalisa secara kritis berdasarkan bahan persepsi (pengamatan)

yang dimiliki dan kerangka konsep disusun sebagai perkiraan teoritis dan hasil

yang dicapai. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus

dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel, yaitu pola penyiaran

Radio Bahana Kusuma FM dalam menarik minat dengar khalayak Kabanjahe.

Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan sebelumnya maka ada

beberapa konsep yang harus dioperasionalisasikan:

1. Variabel bebas (X), merupakan variabel yang diduga sebagai

penyebab atau pendahulu dari variabel lain (Rakhmat, 2004:12).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola penyiaran Radio

Bahana Kusuma Fm (99,5 MHz).

2. Variabel terikat (Y), variabel yang merupakan akibat atau yang

dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rakhmat,

2004:12). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat dengar

(45)

3. Variabel antara (Z), sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol,

akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel

bebas (Nawawi, 2001:58). Variabel antara dalam penelitian ini

adalah karakteristik responden.

I.7 Model Teoritis

I.8 Operasional Variabel

Operasional variabel berfungsi untuk memudahkan kerangka konsep

dalam penelitian. Maka berdasarkan kerangka konsep dibuatlah operasionalisasi

variabel-variabel untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian.

Komponen Indikator

Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM (99,5

MHz)

a. Fungsi Siaran

b. Tujuan Siaran

c. Program Siaran

d. Jadwal Acara

e. Target Siaran

f. Strategi Siaran

g. Kekuatan Siaran

h. Kelemahan Siaran

Pola Penyiaran Radio

Bahana Kusuma FM (99,5

Minat Dengar Anak

Muda Kota Kabanjahe

(46)

Minat Dengar Anak Muda Kota Kabanjahe

a. Motif

b. Manfaat Bagi Pendengar

c. Kepuasan yang Diperoleh

d. Frekwensi Mendengarkan Radio

e. Waktu Mendengarkan

f. Tempat Mendengarkan

g. Durasi/Hari

h. Program yang Didengarkan

i. Acara Favorit

j. Penyiar Favorit

k. Materi yang Disukai

Karakteristik Responden

a. Umur

b. Pekerjaan

c. Jenis Kelamin

d. Kepemilikan Radio

I.9 Defenisi Operasional

1. Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM (99,5 MHz)

a. Fungsi siaran : Informasi, hiburan, pendidikan

b. Tujuan Siaran : Menarik minat dengar anak muda kota

Kabanjahe agar menjadi pendengar setia.

c. Program Siaran : Acara yang disiarkan di RBK FM, meliput i

musik, berita/informasi, iklan, dan acara

khusus.

d. Jadwal Acara : waktu siaran suatu acara.

e. Target Siaran : Hasil yang ingin dicapai dari suatu acara.

f. Strategi Siaran : Pemilihan acara dan jadwal acara serta

penyiarnya.

g. Kekuatan Siaran : Nilai lebih atau keistimewaan dari RBK FM.

(47)

2. Minat Dengar Anak Muda kota Kabanjahe

a. Motif Bagi Pendengar : Kebutuhan anak muda kota

Kabanjahe akan informasi dan

hiburan.

b. Manfaat Bagi Pendengar : Manfaat yang diperoleh anak muda

dari mendengarkan siaran radio.

c. Kepuasan yang Diperoleh : Kepuasan yang diperoleh anak

muda setelah mendengarkan RBK

FM.

d. Frekuensi Mendengarkan Radio : Berapa jam mendengarkan radio

dalam sehari.

e. Waktu Mendengarkan : waktu mendengarkan radio, apakah

pagi, siang atau malam

f. Tempat Mendengarkan : Tempat dimana pendengar

mendengarkan siaran radio RBK.

g. Durasi/Hari : Lamanya mendengarkan siaran

RBK FM dalam sehari.

h. Program yang Didengarkan : Acara yang biasanya didengarkan

oleh anak muda.

i. Acara Favorit : Acara yang paling banyak disukai

pendengar.

j. Penyiar Favorit : Penyiar yang paling disukai

(48)

k. Materi yang Disukai : materi yang banyak diminati

pendengar RBK FM.

3. Karakteristik Responden

a. Umur : Usia responden.

b. Jenis Kelamin : Jenis kelamin responden.

c. Kepemilikan Radio : Kepemilikan responden atas radio.

d. Pekerjaan : Pekerjaan responden

(49)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi

Sebagai mahluk sosial dan individual, manusia memiliki keingin tahuan

dan berkembang. Salah satu sarana untuk mencapai semua itu adalah melalui

komunikasi. Oleh karena itu, komunikasi merupakan kebutuhan mutlak bagi

manusia.

Istilah komunikasi berasal dari perkataan bahasa Inggris ”communication”

yang berasal dari istilah bahasa latin ”communis” yang dalam bahasa Indonesia

berarti ”sama” dan menurut Sir Gerald Barry dalam Effendy, ”communicare”

yang berarti bercakap-cakap. Jika kita berkomunikasi, berarti kita mengadakan

kesamaan dalam hal ini kesamaan makna/pengertian. Informasi yang disampaikan

seseorangkepada orang lain harus sama-sama dan dimengerti. Kalau tidak

dimengerti, komunikasi tidak akan terjadi. Percakapan berlangsung apabila hal

yang dipercakapkan dan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu

sama-sama dimengerti. Kalau tidak, percakapan tidak akan terjadi (Effendy, 1991:1)

Komunikasi pada hakekatnya adalah proses pernyataan antar manusia.

Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain

dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam “bahasa”

komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message), orang yang menyampaikan

pesan disebut komunikator (communicator), sedangkan orang yang menerima

pernyataan diberi nama (communicate). Untuk tegasnya, komunikasi berarti

(50)

2004:10). William Albig dalam bukunya Public Opinion, mengatakan bahwa

komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti antara

individu. Sedangkan menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah : upaya

yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi

serta pembentukan pendapat dan silkap (Effendy, 2004:10). Defenisi Hovland

tersebut menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan

saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum

(public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial

dan kehidupan politik memainkan peranan yang amt penting. Bahkan, dalam

defenisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland

mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain

(communication is the process to modify the behaviour of other individuals).

Selanjutnya, menurut Muhammad Arni (2005:5) dalam bukunya “komunikasi

organisasi”, disebutkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian

atau pengoperan lambang-lambang dalam bentuk informasi sehingga terjadi

perubahan pada diri si komunikan. Akan tetapi, seseorang akan dapat mengubah

sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang

komunikatif.

a. Proses Komunikasi

proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan

secara sekunder.

Proses Komunikasi Secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan

(51)

(symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi

adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara

langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator

kepada komunikan. Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam

komunikasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang mampu “menerjemahkan”

pikiran seseorang kepada orang lain. Apakah itu berbentuk ide, informasi atau

opini, baik mengenai hal yang konkret maupun yang abstrak; bukan saja tentang

hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu

yang lalu dan masa yang akan datang. Adalah berkat kemampuan bahasa maka

kita dapat mempelajari ilmu pengetahuan sejak ditampilkan oleh Aristoteles,

Plato, dan Socrates; dapat menjadi manusia yang beradap dan berbudaya; dan

dapat memperkirakan apa yang akan terjadi pada tahun, dekade bahkan abad yang

akan datang.

Kial (gesture) memang dapat “menerjemahkan” pikiran seseorang

sehingga terekspresikan secara fisik. Akan tetapi menggapaikan tangan, atau

memainkan jari-jemari, atau mengedipkan mata, atau menggerakkan anggota

tubuh lainnya hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja (sangat

terbatas).

Demikian pula isyarat dengan menggunakan alat seperti tongtong, bedug,

sirene, dan lain-lain serta warna yang mempunyai makna tertentu. Kedua lambang

itu amat terbatas kemampuannya dalam mentransmisikan pikiran seseorang

kepada orang lain. Gambar sebagai lambang yang banyak dipergunakan dalam

komunikasi memang melebihi kial, isyarat, dan warna dalam hal kemampuan

Gambar

Gambar 2. Unsur-unsur yang mempengaruhi pemahaman
Gambar 3. Alat Komunikasi Massa
Tabel 3
Gambar 4 Penyiar RBK FM
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai strategi program siaran “ Sweet Afternoon ” Tirta FM dalam menarik minat pendengar dapat disimpulkan bahwa strategi

Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis data deskriptif kualitatif, karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen penyiaran radio yang diterapkan dalam

dari uraian tersebut, maka penulis menetapkan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Pola Penyiaran Siaran Keagamaan Pada Radio Birama Indah

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi manajemen penyiaran Radio Swiba FM dalam mempertahankan eksistensi

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, dimana peneliti berusaha menggambarkan

Hasil akhir penelitian ini bisa disimpulkan bahwa manajemen penyiaran yang dilakukan oleh radio Persada 102.2 FM dalam mempertahankan minat pendengar dapat

Skripsi ini disusun sebagai salah satu prasyarat dalam menyelesaikan pendidikan strata satu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Komunikasi, Konsentrasi

Pengelolaan manajemen dalam programsiaran Radio adalah seni, ilmu, teknik dan proses pengelolaan siaran radio di tingkat strategi yaitu, tingkat tertinggi yang biasanya disusun