POLA PENYIARAN RADIO BAHANA KUSUMA FM (99,5
MHz) DAN MINAT DENGAR
(Studi Deskriptif Tentang Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM
Dalam Menarik Minat Dengar Anak Muda Kota Kabanjahe)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan
Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Departemen Ilmu Komunikasi
Diajukan Oleh:
Herika Karunia Kaban
060922068
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
PROGRAM ILMU KOMUNIKASI EKSTENSI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : Herika Karunia Kaban
Nim : 060922068
Departemen : Ilmu Komunikasi Ekstension
Judul : POLA PENYIARAN RADIO BAHANA KUSUMA FM
(99,5 MHz) DAN MINAT DENGAR
(Studi Deskriptif Tentang Pola Penyiaran Radio Bahana
Kusuma FM Dalam Menarik Minat Dengar Anak Muda
Kota Kabanjahe)
Medan, juni 2009
Dosen Pembimbing Ketua Departemen
Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A Drs. Amir Purba, M.A
NIP. 131.654.103 NIP. 131.654.104
Dekan Fisip USU
Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A
ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas anugerah dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini, guna melengkapi
syarat untuk mencapai gelar Sarjana pada Universitas Sumatera Utara. Adapun
judul skripsi ini adalah “Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM (99,5 MHz)
dan Minat Dengar.”
Penulisan skripsi ini merupakan hasil terbaik yang telah dilakukan penulis
selama di bangku perkuliahan. Dengan penuh kerja keras dan pengorbanan serta
harapan, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak
baik berupa bimbingan maupun pengarahan, oleh karenanya penulis pada
kesempatan ini menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan skripsi ini , terutama kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H . M. Arif Nasution, M. A, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Amir Purba, M. A, selaku ketua Jurusan Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A, selaku dosen pembimbing yang telah
sabar membimbing selama proses penyusunan skripsi ini, terima kasih
untuk segala nasehat dan saran-saran yang diberikan untuk penulis.
5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan
membimbing penulis selama ini.
6. Teristimewa kepada kedua orang tuaku Ayahanda Rimbun Kaban dan
Ibunda Hermida Br Ginting atas semua kasih sayang, dukungan,
perhatian, cinta, doa yang tiada habisnya Ananda terima.
7. Untuk adikku indah Karina Kaban, yang berada di Jogja, terima kasih atas
dukungan, saran dan kritik yang kakak terima.
8. Bang dicky Darmawan, terima kasih telah menjadi motivator saya untuk
segera menyelesaikan skripsi ini.
9. Bapak Andri Yansen Bangun,SE selaku Penanggung Jawab dan Direktur
Utama PT.Radio Bahana Kusuma (RBK) FM yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian.
10. Untuk para karyawan di kantor jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara : kak Icut, kak Ros,Bu
Dewi yang turut memperlancar pengerjaan skripsi.
11. Akhirya buat teman-temanku Ilmu Komunikasi Ekstensi stambuk 2006 :
Maya, Ana, Lena, kak Inne , Wina, Mustafa, Try, bang Ijal, terimakasih
dukungannya, bang Boby terima kasih telah meminjamkan skripsi
deskriptifnya, Thomas, Habibie, Kocek yang juga sama-sama berjuang,
Irma, Uci, shinta, Yuni, Wana terimakasih atas bantuannya, dan lainnya
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Yang pasti terima kasih banyak untuk semua bantuan dan dukungan yang
Medan, juni 2009
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAKSI ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Pembatasan Masalah ... 6
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Kerangka Teori ... 7
1). Komunikasi ... 7
2). Komunikasi Massa ... 9
a. Sejarah Media Massa ... 11
b. Fungsi Media Massa ... 14
c. Proses Komunikasi Massa ... 15
3). Media Massa Radio ... 18
a. Sejarah Perkembangan Radio ... 19
b. Keunggulan dan Kelemahan Radio... 21
4). Pola Penyiaran Radio ... 24
Acara Siaran Radio ... 25
5). Teori Uses and Gratification ... 29
1.6 Kerangka Konsep ... 31
1.7 Model Teoritis ... 32
1.8 Operasional Variabel ... 33
1.9 Defenisi Operasional ... 34
1.10 Sistematika Penulisan ... BAB 2 URAIAN TEORITIS ... 36
2.1 Komunikasi ... 36
a. Proses Komunikasi ... 37
b. Proses Komunikasi Massa ... 47
2.3 Media Massa Radio ... 49
Sejarah Perkembangan Radio ... 50
2.4 Pola Penyiaran Radio ... 51
2.5 Teori Uses and Gratification ... 61
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 64
3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 64
a. Radio Bahana Kusuma FM (99,5 MHz)... 64
Sejarah Singkat Radio Bahana Kusuma FM ... 64
Maksud Pendirian ... 64
Tujuan Pendirian ... 65
b. Kota Kabanjahe ... 71
3.2 Metode Penelitian ... 77
3.3 Populasi dan Sampel ... 77
Populasi ... 77
Sampel ... 78
3.4 Tekhnik Penarikan Sampel ... 80
3.5 Tekhnik Pengumpulan Data ... 80
3.6 Tekhnik Analisis Data ... 81
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 82
a. Tahap Awal ... 82
b. Pengumpulan Data ... 82
4.2. Proses Pengumpulan Data ... 83
a.Penomoran Kuesioner ... 83
b. Editing ... 83
c. Coding ... 83
d. Inventarisasi Variabel... 83
e. Menyediakan Kerangka Tabel ... 83
f. Tabulasi Data... 84
4.3 Karakteristik Responden ... 84
4.4 Pola Siaran Radio RBK FM ... 88
4.5 Minat Dengar Anak Muda Kota Kabanjahe ... 95
4.6 Pembahasan ... 106
5.1 Kesimpulan ... 107 5.2 Saran ... 108
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Operasional Variabel ... 33
Tabel 2 Fungsi Komunikasi Massa Alexis S Tan ... 47
Tabel 3 Formula Lasswell ... 48
Tabel 4 Program Acara RBK FM (99,5 MHz) ... 69
Tabel 5 Populasi ... 78
Tabel 6 Proporsional Sampling ... 80
Tabel 7 Usia Responden ... 84
Tabel 8 Pekerjaan Responden ... 85
Tabel 9 Jenis Kelamin Responden ... 86
Tabel 10 Kepemilikan Radio ... 86
Tabel 11 Status Perkawinan Responden ... 87
Tabel 12 Fungsi Siaran RBK FM ... 88
Tabel 13 Tujuan Siaran RBK FM ... 89
Tabel 14 Program Siaran RBK FM ... 90
Tabel 15 Jadwal Acara RBK FM... 91
Tabel 16 Target Siaran RBK FM... 92
Tabel 17 Strategi Siaran RBK FM... 93
Tabel 18 Kekuatan Siaran RBK FM ... 94
Tabel 19 Kelemahan Siaran RBK FM ... 95
Tabel 20 Motif Mendengar Acara RBK FM ... 95
Tabel 21Manfaat Sairan RBK FM ... 97
Tabel 22 Kepuasan Pendengar RBK FM ... 98
Tabel 23 Frekwensi Mendengarkan RBK FM ... 99
Tabel 24 Waktu Mendengarkan RBK FM ... 100
Tabel 25 Lokasi Mendengarkan RBK FM ... 100
Tabel 26 Lama Mendengarkan Siaran RBK FM ... 101
Tabel 27 Program Acara Favorit RBK FM ... 102
Tabel 28 Acara Favorit RBK FM ... 103
Tabel 29 Penyiar Favorit RBK FM... 104
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Model Teoritis ... 32
Gambar 2 Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Pemahaman ... 43
Gambar 3 Alat Komunikasi Massa ... 45
Gambar 4 Penyiar RBK FM ... 59
Gambar 5 Bekerjanya Teori uses and gratifications ... 62
Gambar 6 Logika yang Mendasari Kepentingan uses and gratification ... 63
Gambar 7 Struktur Organisasi ... 75
LAMPIRAN
1. Denah Lokasi Studio RBK FM
2. Denah Studio PT.Radio Bahana Kusuma FM
3. Peta Wilayah Jangkauan Pemancar Radio Bahana Kusuma FM
4. Kuesioner
5. Tabel Foltron cobol
6. Curriculum Vitae
7. Surat Penelitian
8. Surat Izin Penelitian
ABSTRAKSI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Radio adalah media elektronik tertua dan sangat luwes. Selama hampir
satu abad lebih keberadaannya. Radio siaran telah berhasil mengatasi persaingan
keras dengan bioskop, rekaman kaset, televisi, kabel, electronic games dan
personal casset players.
Radio sebagai media massa terus mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Dimulai dari Zaman Belanda, Zaman Jepang, Zaman Kemerdekaan, dan
Zaman Orde Baru. Mulai dari radio yang segmentasinya luas, sampai yang
mempersempit diri dalam segmentasi (fragmentasi). Sehingga radio yang dulunya
bersifat umum, sekarang dikenal dengan radio wanita, radio untuk anak muda,
radio untuk remaja, radio khusus berita dan lain sebagainya.
Lembaga penyiaran dalam menjalankan fungsi penyiaran diatur oleh
Undang-undang No. 32 tahun 2002, dikatakan bahwa lembaga penyiaran
merupakan media komunikasi massa yang mempunyai peran penting dalam
kehidupan sosial, budaya, politik, dan ekonomi, memiliki kebebasan dan
tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi,
pendidikan, hiburan, serta kontrol dan perekat sosial.
(www.sukabumi.go.id/hukum/uu_32_2002.pdf)
Siaran yang dipancarkan dan diterima secara bersamaan, serentak dan
bebas, memiliki pengaruh yang dalam pembentukan pendapat, sikap, dan perilaku
menjaga nilai moral, tata susila, budaya, kepribadian dan kesatuan bangsa yang
berlandaskan kepada keTuhanan Yang Maha Esa dan kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Dalam pasal 5, UU No.32 tahun 2002, disebutkan bahwa penyiaran
diarahkan untuk : (a) menjunjung tinggi pelaksanaan pancasila dan UUD RI 1945,
(b) menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati diri
bangsa, (c) meningkatkan kualitas sumber daya manusia, (d) menjaga dan
mempererat persatuan dan kesatuan bangsa, (e) meningkatkan kesadaran kekuatan
hukum dan disiplin nasional, (f) menyalurkan pendapat umum dan mendorong
peran aktif masyarakat dalam pembangunan nasional dan daerah dan melestarikan
lingkungan hidup, (g) mencegah monopoli kepemilikan dan mendukung
persaingan yang sehat di bidang penyiaran, (h) mendorong peningkatan
kemampuan perekonomian rakyat, mewujudkan pemerataan, memperkuat daya
saing bangsa dalam era globalisasi, (i) memberikan informasi yang benar,
seimbang, dan bertanggung jawab, (j) memajukan kebudayaan nasional.
(www.sukabumi.go.id/hukum/uu_32_2002.pdf)
Dengan adanya UU No.32 Tahun 2002 tersebut berdampak terhadap
tumbuh suburnya radio penyiaran di Indonesia, dalam hal ini di kota Kabanjahe.
Sedikitnya terdapat tujuh besar stasiun radio siaran di kota Kabanjahe, yaitu:
ERSENA FM, GRAY FM, RBK FM, GUNDALING FM, TURANG FM, BAYU
FM, dan IRFA FM.
Ersena FM merupakan radio yang programnya mengedepankan etnik karo
seperti lagu-lagu yang diputarkan adalah lagu tradisional karo. Radio Ersena FM
yang memiliki program siaran yang lebih variatif, seperti lagu Indonesia yang
persentasenya hingga 30%, lagu barat, dangdut 10%, dan lagu daerah 40%.
Meskipun persentasenya lebih besar pada lagu daerah, Gray Fm kuat dalam
kegiatan off air. Yang menjadi sasaran pendengar Gray FM adalah khalayak yang
berusia 15-40 tahun.
Lain halnya dengan radio Turang FM, yang memutar 60% lagu daerah di
samping lagu Indonesia 20% dan lagu dangdut 5%. Sedangkan Bayu FM
memiliki program 20% lagu Indonesia, lagu barat 10%, lagu dangdut 5%, dan
lagu daerah 40%. Dan juga memiliki sasaran pendengar yang sama yaitu usia
antara 15-40 tahun.
Selain keempat radio yang telah disebutkan di atas, terdapat dua stasiun
radio yaitu Irfa FM dan Gundaling FM. Irfa FM merupakan suatu radio komunitas
bagi petani dan hampir selalu memperdengarkan musik dari etnik karo, sedangkan
radio Gundaling hampir sama dengan radio-radio yang lain di Tanah Karo yang
hampir 50% orientasinya adalah kepada lagu-lagu etnik karo dan sisanya terbagi
kepada jenis musik, dan acara-acara lain.
Yang menarik dari semua stasiun radio yang ada di Kabanjahe adalah
Radio Bahana Kusuma FM atau yang lebih akrab dengan sebutan RBK FM ini
mengkhususkan siaran radio bagi anak muda. Dengan demikian RBK FM
dirancang khusus untuk anak muda. RBK FM menyajikan hal-hal yang up to date
bagi anak muda masa kini. Misalnya saja musik yang sedang hits, gosip anak
muda, trend, hingga lifestyle. RBK FM juga memiliki acara khusus anak muda,
sekaligus dijadikan daya tarik minat dengar khalayak, khususnya anak muda kota
kabanjahe.
Persaingan stasiun radio siaran tersebut cukup keras karena populasi
penduduk Kabanjahe yang tidak begitu besar. Populasi yang hanya sebesar 66.388
demikian program jiwa harus dibagi dengan setiap stasiun radio siaran tersebut,
belum termasuk dengan stasiun radio siaran pemula.
Cukup sulit untuk menarik minat dengar khalayak yang demikian. Untuk
itu pemilik stasiun radio siaran harus menentukan target pendengar agar dapat
menentukan pola penyiaran. Masing-masing stasiun radio memiliki pola
penyiaran yang berbeda-beda. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan target
pendengarnya. Pola penyiaran yang disusun harus memiliki ciri khas tersendiri
agar dapat menjadi pilihan pendengar.
Dalam hal ini, khalayak dianggap sebagai individu yang aktif. Khalayak
selalu berusaha menentukan media apa yang paling tepat yang dapat memenuhi
kebutuhannya, seperti kebutuhan akan hiburan, informasi, pendidikan, dan
sebagainya. Untuk itu, Radio Bahana Kusuma (RBK) FM, membuat segmentasi
radio anak muda yang dikhususkan bagi anak muda kota Kabanjahe.
Yang dikatakan anak muda menurut Fitri R. Ghozally dalam bukunya
“Psikologi Remaja” adalah seseorang yang berusia 17-22 tahun (Ghozally,
2007:18). Usia 17-22 tahun merupakan masa perkembangan baik secara fisik
Maupun pola pikir. Anak muda membutuhkan banyak informasi tentang
perkembangan anak muda seperti informasi pendidikan, dan lifestyle. Anak muda
juga membutuhkan hiburan dimana kita ketahui bahwa anak muda identik dengan
maupun grup band pendatang baru dan yang sedang naik daun, seperti grup band
Soul ID dan Derby Romero, dan lain-lain.
Dewasa ini nilai sebuah informasi tidaklah murah. Harga sebuah majalah
juga relatif mahal bagi anak muda yang pada umumnya pelajar dan mahasiswa
yang belum memiliki penghasilan. Browsing di internet juga membutuhkan biaya.
Tetapi informasi dari radio diperoleh dengan cuma-cuma atau gratis yang
tentunya sangat sesuai dengan kondisi anak muda.
Siaran radio juga cocok dikonsumsi oleh anak muda yang dinamis. Anak
muda dapat mendengarkan siaran radio sambil beraktifitas. Hanya saja siaran
radio tidak dapat diulang.
Dengan demikian dapat memudahkan pemilik stasiun radio siaran dalam
menentukan pola penyiaran yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan anak
muda kota Kabanjahe. Meskipun pada akhirnya RBK FM tidak hanya
dikomsumsi oleh kalangan anak muda tetapi juga dikonsumsi oleh kalangan ibu
rumah tangga, buruh, dan lain-lain.
Dengan kespesifikan tersebut, RBK FM dapat terus diingat dan mendapat
tempat dihati khalayak Kabanjahe selama 25 tahun. Selain itu, RBK FM memiliki
ciri khas lain yang dapat menarik minat dengar khalayak Kabanjahe, yaitu RBK
FM selalu menyajikan informasi seputar tanah karo setiap paginya.
Oleh sebab itu, peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang pola
penyiaran Radio Bahana Kusuma FM yang berada pada frekuensi 99,5 MHz di
kota Kabanjahe, dalam menarik minat dengar anak muda kota Kabanjahe.
Beranjak dari latar belakang masalah yang tertera diatas, maka dapat
dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:
“ Bagaimana pola penyiaran radio Bahana Kusuma dalam menarik minat
dengar anak muda kota Kabanjahe ?”
I.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas dan agar dapat
menempatkan penelitian lebih fokus, maka peneliti membuat pembatasan masalah
sebagai berikut:
1. Penelitian ini bersifat deskriptif yang menggambarkan tentang pola
penyiaran radio Bahana Kusuma (99,5 MHz), dalam menarik minat dengar
khalayak kota Kabanjahe.
2. Penelitian ini dilakukan dari Desember 2008, sampai dengan selesai.
I.4 Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui strategi penyusunan pola penyiaran radio Bahana
Kusuma FM, Kabanjahe.
2. Untuk mengetahui minat dan motif pendengar siaran radio Bahana
Kusuma FM.
3. Untuk mengetahui manfaat dan kepuasan yang diperoleh pendengar Radio
Bahana Kusuma FM.
Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan memperkaya khasanah
penelitian di bidang ilmu komunikasi, khususnya mengenai dunia
penyiaran radio.
2. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan
penulis mengenai ilmu komunikasi, khususnya di bidang media massa.
3. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam menyusun pola penyiaran radio.
I.5 Kerangka Teori
Menurut Nawawi (2001:39) suatu penelitian memerlukan kejelasan titik
tolak landasan berpikir dalam memecahkan masalahnya. Untuk itu disusun
kerangka teori yang memuat pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana
masalah penelitian akan disorot.
Menurut Kerlinger, teori adalah sekumpulan konstruk atau konsep, definisi,
dan dalil yang saling terkait yang menghadirkan suatu pandangan sistematis
tentang gejala dengan menetapkan hubungan diantara beberapa variabel, dengan
maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Dalam Black and
Champion, 2001:48)
Adapun teori-teori yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1). Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari
kata latin Communicatio, dan bersumber dari kata Communis yang berarti sama.
Sama disini maksudnya adalah sama makna. Akan tetapi, pengertian komunikasi
yang dipaparkan diatas sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu
Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar
orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia
menerima suatu paham, melakukan sesuatu perbuatan, dll.(Effendi, 2004:9).
Selanjutnya menurut Muhammad Arni (2005:5) dalam bukunya “
Komunikasi Organisasi “, disebutkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses
penyampaian pesan atau pengoperan lambang-lambang dalam bentuk informasi,
sehingga terjadi perubahan pada diri si komunikan.
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilangsungkan
secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang
dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The structure And Function
Of Communication In Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk
menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut:
“ Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect “.
Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur
sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:(Effendi, 2004:10).
a. Komunikator (Communicator, Source, Sender).
b. Pesan (Message)
c. Media (Channel)
d. Komunikan (Communicant, Communicate)
e. Efek (Impact, Influence)
2). Komunikasi Massa
Komunikasi Massa sebagai bagian dari komunikasi memiliki definisi
sederhana dikemukakan oleh Brittner, yakni; komunikasi massa adalah pesan
2004:3). Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner.
Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berdasarkan teknologi dan
lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam
masyarakat industri (Dalam Ardianto, 2004:4).
Joseph A. Devito dalam bukunya, Communicology: An Introduction To The
Study Of Communication, menampilkan definisinya mengenai komunikasi massa
dengan lebih tegas, yakni sebagai berikut: (Dalam Ardianto, 2004:3)
Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada
massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa
khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang mebaca atau semua
orang yang menonton TV, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada
umumnya agak sukar untuk didefinisikan.
Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh
pemancar-pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa barangkali akan
lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: TV, radio,
surat kabar, majalah, film, buku, dan pita.
Seperti yang dikatakan oleh Severin dan Tankard, Jr, komunikasi massa
adalah keterampilan, seni, dan ilmu, dikaitkan dengan pendapat Devito bahwa
komunikasi massa itu ditujukan kepada massa dengan melalui media massa
dibandingkan dengan jenis komunikasi lainnya, maka komunikasi massa
mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya.
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut(Dalam Effendi, 2004:22-25):
Berbeda dengan komunikasi antarpersona yang berlangsung dua arah (two-way traffic communication), komunikasi massa berlangsung satu arah (one-way communication). Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik
dari komunikan kepada komunikator. Setidaknya komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikannya secara langsung.
Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Oleh karena itu, komunikatornya melembaga.
Komunikator melembaga
Pesan yang disalurkan melalui media massa bersifat umum karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau kepada sekelompok orang tertentu.
Pesan yang bersifat umum
Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan
Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan. Hal inilah yang merupakan ciri yang paling hakiki dibandingkan dengan media komunikasi lainnya.
.
Komunikan atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam keberadaannya secara terpencar-pencar dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai hal: jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, cita-cita, dan sebagainya. Heterogenitas khalayak seperti itulah yang menjadi kesulitan seorang komunikator dalam menyebarkan pesannya melalui media massa karena setiap individu dari khalayak itu menghendaki agar keinginannya dipenuhi.
Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen
Media massa atau pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media massa yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas.dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering disingkat menjadi media.
Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada sumber/ahli dibandingkan mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu
Media massa yang pertama kali muncul adalah surat kabar. Oleh sebab itu
Jerman pada tahun 1609. di Inggris juga terbit surat kabar pada tahun 1621.
sedangkan di Amerika Serikat terbit surat kabar Pensylvania Evening Post dan
Daily Advertiser pada tahun 1783. Diikuti pula oleh surat kabar yang terbit di
Indonesia yang ditandai dengan perjalanan panjang melalui lima periode yakni
pada masa penjajahan Belanda pada tahun 1828, terbit Javasche Courant di
Jakarta. Pada zaman Jepang, zaman kemerdekaan, zaman orde lama, dan zaman
orde baru.
Untuk selanjutnya terbitlah media massa majalah. Edisi perdana majalah
diluncurkan di Amerika pada pertengahan 1930-an memperoleh kesuksesan besar.
Sebagaimana surat kabar, sejarah majalah diawali dari negara-negara Eropa dan
Amerika. Di Inggris terbit majalah review yang diterbitkan oleh Daniel Depoe
pada tahun 1704. Di Amerika, Benjamin Franklin telah mempelopori penerbitan
majalah di Amerika tahun 1740, yakni General Magazine dan Historical
Chronicle. Tahun 1820-an sampai 1840-an merupakan zamannya majalah (the age
of magazines). Di Indonesia keberadaan majalah sebagai media massa dimulai
pada massa menjelang dan awal kemerdekaan Indonesia. [a]. Awal kemerdekaan,
Soemanang, SH. yang menerbitkan majalah Revue Indonesia, dalam salah satu
edisinya pernah mengemukakan gagasan perlunya koordinasi penerbitan surat
kabar, yang jumlahnya sudah mencapai ratusan. [b]. Zaman Orde Lama, pada
masa ini perkembangan majalah tidak begitu baik, karena relatif sedikit majalah
yang terbit. [c]. Zaman Orde Baru, awal orde baru (1966) banyak majalah yang
terbit dan cukup beragam jenis, diantaranya adalah majalah Selecta pimpinan
Setelah surat kabar dan majalah, berkembanglah radio siaran di Indonesia
dimulai dari masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan
dan zaman Orde Baru. [a]. Zaman Belanda, radio siaran yang pertama di
Indonesia (Nederland Indie – Hindia Belanda), ialah Bataviase radio siaran
Vereniging (BRV) di Batavia (Jakarta tempo dulu) yang resminya didirikan pada
tanggal 16 Juni 1925 pada saat Indonesia masih dijajah Belanda, dan berstatus
swasta. [b]. Zaman Jepang, ketika Belanda menyerah pada Jepang tanggal 8 Maret
1942, sebagai konsekuensinya, radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan
swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri
Kyoku.n [c]. Zaman kemerdekaan, Dibuat pemancar gelap dan berhasil
berkumandang di udara radio siaran dengan stasiun call “Radio Indonesia
Merdeka” pada tanggal 11 September 1945 diperoleh kesepakatan dari hasil
pertemuan antara para pemimpin radio siaran untuk mendirikan sebuah organisasi
radio siaran. [d]. Zaman Orde Baru, sampai akhir tahun 1966 RRI adalah
satu-satunya radio siaran di Indonesia yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah.
Selain berfungsi sebagai media informasi dan hiburan, pada masa orde baru, radio
siaran melalui RRI menyajikan acara pendidikan dan persuasi.
Selanjutnya Televisi, pada tahun 1928 General Electronic Company
mulai menyelenggarakan acara siaran televisi secara regular. Pada tahun 1939
Presiden Franklin D. Roosevelt tampil di layar televisi. Sedangkan siaran televisi
komersial di Amerika dimulai pada tanggal 1 September 1940. Kegiatan
penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962.
Media massa film juga muncul pada tahun 1903. Film yang pertama kali
Fireman dan film The Grent Train Robbery yang dibuat oleh Edwin S. Porter pada
tahun 1903. Dari catatan sejarah perfilman di Indonesia, film pertama yang
diputar berjudul Lady Van Java yang diproduksi di Bandung pada tahun 1926
oleh David.
Pertumbuhan dan kelarisan internet juga perlu dipahami. Di satu sisi
internet dapat dibandingkan dengan perkembangan mesin faksimili pada akhir
dasawarsa –an. Sistem faksimili yang mendunia itu tidaklah dibangun dalam
waktu semalam, ia berkembang dari beberapa mesin faksimili di sini dan di sana.
Media massa terdiri dari media massa cetak, elektronik, dan media online
seperti dibawah ini (Ardianto, 2004 : 104-144):
(1). Surat Kabar
Secara kontemporer surat kabar memiliki tiga fungsi utama dan fungsi sekunder. Fungsi utama media adalah : (1) to inform, (2) to Comment, dan (3) to
provide. Sedangkan fungsi sekunder media adalah : (1) untuk kampanye
proyek-proyek yang bersifat kemasyarakatan, yang diperlukan sekali untuk membantu kondisi-kondisi tertentu, (2) memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita komik, kartun, dan cerita-cerita khusus, dan (3) melayani pembaca sebagai konselor yang ramah, menjadi agen informasi dan memperjuangkan hak.
Surat kabar sebagai media massa memiliki lima karakteristik, yaitu: publisitas, periodisitas, universalitas, aktualitas, dan terdokumentasikan.
(2). Majalah
Mengacu pada sasaran khalayaknya yang spesifik, maka fungsi utama media berbeda satu dengan yang lainnya. Majalah berita lebih berfungsi sebagai media informasi. Majalah wanita lebih bersifat menghibur, majalah pertanian fungsi utamanya adalah memberi pendidikan mengenai cara bercocok tanam.
Majalah memiliki karakteristik tersendiri sebagai media cetak, yaitu: penyajian lebih dalam, nilai aktualitas lebih lama, gambar/foto lebih banyak, dan cover sebagai daya tarik.
(3). Radio siaran
Keunggulan radio siaran adalah berada dimana saja. Selain itu, radio memiliki kemampuan menjual pada khalayak bagi pengiklan yang produknya dirancang khusus untuk khalayak tertentu.
Radio siaran juga memiliki beberapa karakteristik, yaitu: imaginatif, auditori, dan gaya percakapan yang akrab.
(4). Televisi
menghibur lebih dominan. Televisi memiliki beberapa karakteristik, yaitu: audiovisual, berpikir dalam gambar, dan pengoperasian yang lebih kompleks. (5). Film
Seperti halnya televisi siaran, tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif, maupun edukatif, bahkan persuasif.
Faktor-faktor yang dapat menunjukkan karakteristik film adalah layar lebar, pengambilan gambar, konsentrasi penuh, dan identifikasi psikologis.
(6). Komputer dan Internet
Internet adalah perkakas sempurna untuk menyiagakan dan mengumpulkan sejumlah besar orang secara elektronis. Informasi menenai suatu peristiwa tertentu dapat ditransisikan secara langsung, sehingga membuatnya menjadi piranti meriah yang sangat efektif.
Selain memiliki ciri-ciri, komunikasi massa juga memiliki fungsi. Fungsi
komunikasi massa bagi masyarakat terdiri dari surveillance (pengawasan),
interpretation (penafsiran), linkage (ketertarikan), transmission of values
(penyebaran nilai), dan entertainment (hiburan) (Ardianto, 2004 : 16 – 20). b. Fungsi Media Massa
a. Surveillance (pengawasan)
fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama : (1)
warning or beware surveillance (pengawasan peringatan) ; (2) instrumental surveillance (pengawasan instrumental)
b. Interpretation (penafsiran)
fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting.
c. Linkage (pertalian)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.
d. Transmission
Fungsi ini juga disebut socialization (sosialisasi). Sosialisasi kepada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok.
e. Entertainment
Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua media menjalankan fungsi hiburan. Tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak.
Gejala umum yang dapat dilihat dari suatu proses adalah bahwa proses
merupakan suatu peristiwa yang berlangsung secara kontinyu, tidak diketahui
kapan mulainya dan kapan akan berakhirnya. Dalam operasionalnya, proses
memerlukan berbagai komponen (elemen) penunjang. Demikian pula dengan
komunikasi yang pada hakikatnya merupakan suatu proses, berlangsungnya
komunikasi sudah pasti memerlukan berbagai komponen (elemen). Pengertian
komponen di sini adalah bagian-bagian yang terpenting dan mutlak harus ada
pada suatu keseluruhan atau kesatuan. (Ardianto, 2004 : 32).
Willbur Schramm mengatakan bahwa untuk berlangsungnya suatu
kegiatan komunikasi, minimal diperlukan tiga komponen yaitu source, message,
destination atau komunikator, pesan, komunikan. Apabila salah satu dari ketiga
komponen tersebut tidak ada, maka komunikasi tidak dapat berlangsung. Namun
demikian, selain ketiga komponen tersebut masih terdapat komponen lainnya
yang berfungsi sebagai pelengkap. Artinya, jika komponen tersebut tidak ada,
maka tidak berpengaruh terhadap komponen lainnya. Oleh karena itu,
komponen-komponen utama (komunikator – pesan – komunikan) mutlak harus ada pada
proses komunikasi.
Pengertian proses komunikasi massa pada hakikatnya merupakan proses
pengoperan lambang-lambang yang berarti, yang dilakukan melalui saluran
(channel), biasanya dikenal dengan media printed (press), media auditif (radio),
media visual (gambar, lukisan) atau media audio visual (televisi dan film). Yang
dimaksud dengan media di sini adalah alat yang digunakan untuk mencapai massa
(sejumlah orang yang tidak terbatas). Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa
komunikator menggunakan teknologi media massa secara proporsional guna
menyebarluaskan pesannya melampaui jarak untuk mempengaruhi khalayak
dalam jumlah yang banyak.
Harold D. Lasswell seorang ahli politik di Amerika Serikat
mengemukakan suatu ungkapan yang sangat terkenal dalam teori dan penelitian
komunikasi massa. Ungkapan tersebut merupakan suatu formula dalam
menentukan scientific study dari suatu proses komunikasi massa dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: who (siapa), says what (berkata
apa), in which channel (melalui saluran apa), to whom (kepada siapa), with what
effect (dengan efek apa)?
Masing –masing unsur dalam Formula Lasswell mengandung problema
tertentu. Formula tersebut, meskipun sangat sederhana telah membantu
mengorganisasikan dan memberikan struktur kajian bidang komunikasi massa.
Selain dapat menggambarkan komponen dalam proses komunikasi massa,
Laswell sendiri menggunakan formula ini dengan tujuan untuk membedakan
berbagai jenis penelitian komunikasi. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut
ini:
Formula Lasswell
WHO SAYS WHAT IN WHICH
CHANNEL
TO WHOM WITH WHAT EFFECT
Siapa Berkata Apa Melalui
Saluran Apa
Kepada Siapa Dengan Efek
Apa
Control Studies
Analisis
Pesan
Analisis
Media
Analisis
Khalayak
Analisis Efek
(Ardianto, 2004 : 33)
Dengan mengikuti Formula Lasswell dapat dipahami bahwa dalam proses
komunikasi massa terdapat lima unsur yang disebut komponen atau unsure dalam
proses komunikasi yaitu : (Ardianto, 2004: 33-34)
a. Who (siapa): komunikator, orang yang menyampaikan pesan dalam
proses komunikasi massa, bisa perorangan atau mewakili suatu
lembaga, organisasi maupun instansi. Segala masalah yang
bersangkutan dengan unsur “siapa” memerlukan analisis control
(control analysis) yaitu analisis yang merupakan subdivisi dari riset
lapangan.
b. Says what (apa yang dikatakan): pernyataan umum, dapat berupa suatu
ide, informasi, opini, pesan dan sikap, yang sangat erat kaitannya
dengan masalah analisis pesan.
c. In which channel (melalui saluran apa): media komunikasi atau
saluran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan komunikasi.
Dalam hal ini dapat digunakan primary technique, secondary
technique, direct communication atau indirect communication.
d. To whom (kepada siapa): komunikan atau audience yang menjadi
sasaran komunikasi. Kepada siapa pernyataan tersebut ditujukan,
berkaitan dengan masalah penerima pesan. Dalam hal ini diperlukan
adanya analisis khalayak (audience analysis).
e. With what effect (dengan efek apa): hasil yang dicapai dari usaha
penyampaian pernyataan umum itu pada sasaran yang dituju berkaitan
dengan efek ini dipelukan adanya analisis efek.
3. Media Massa Radio
Radio adalah media elektronik yang bersifat khas sebagai media audio
pesan dalam bentuk modulasi berupa tanda-tanda (morse), suara (voice), kalimat
(talk), bunyi-bunyian (sounds), dan sebagainya, yang dipancarkan melalui
gelombang elektromagnetik dengan frekwensi tinggi ke udara melalui antena,
yang kemudian disebut dengan pemancar (transmiter). Sinyal-sinyal modulasi
tersebut kemudian diterima oleh suatu alat penerima yang disebut radio penerima
(receive). (Djuroto, 2007 : 3).
Radio siaran mendapat julukan “kekuasaan ke lima” atau “the fifth estate”
setelah pers dianggap sebagai kekuasaan ke empat. Radio dijuluki sebagai
kekuasaan ke lima karena tiga faktor yang mendukung. (Ardianto, 2004:119)
1. Radio Siaran Bersifat Langsung.
Sifat langsung radio siaran adalah bahwa suatu pesan yang akan disiarkan
dapat dilakukan tanpa melalui proses yang rumit.
2. Radio Siaran Tidak Mengenal Jarak Dan Rintangan.
Bagi radio tidak ada jarak waktu, begitu suatu pesan diucapkan oleh penyiar
pada saat itu juga dapat diterima oleh khalayak. Bagi radio tidak ada pula jarak
ruang. Suatu pesan yang disiarkan dari satu tempat dapat sampai seketika dengan
baik
3. Radio Siaran Memiliki Daya Tarik
Radio memiliki daya tarik disebabkan oleh tiga unsur yang melekat
padanya, yakni:
a. Kata-kata lisan (Spoken Words)
b. Musik (music)
Dengan adanya musik ataupun sound effect, siaran radio dapat lebih hidup
dan menarik. Meskipun setelah munculnya TV, radio masih tetap diminati. Selain
dari segi ekonomis, khalayak juga dapat lebih santai, tidak seperti halnya ketika
menonton TV. Siaran radio dapat dinikmati sambil santai, bekerja, maupun saat
mengemudi.
a. Sejarah Perkembangan Radio
Sejarah ditemukannya radio dimulai di Inggris dan Amerika Serikat. Donald
Mc. Nicol dalam bukunya Radio’s Conquest of Space menyatakan bahwa
terkalahkannya ruang angkasa oleh radio dimulai tahun 1802 oleh Dane, yaitu
dengan ditemukannya suatu pesan dalam jarak pendek dengan menggunakan alat
sederhana berupa kawat beraliran listrik.
Penemuan berikutnya adalah oleh tiga orang cendikiawan muda,
diantaranya adalah James Maxwell berkebangsaan Inggris pada tahun 1865. ia
dijuluki scientific father of wireless, karena berhasil menemukan rumus-rumus
yang diduga mewujudkan gelombang elegtromagnetik, yakni gelombang yang
digunakan radio dan televisi.
Radio yang digunakan sebagai alat atau media komunikasi massa
mula-mula diperkenalkan oleh David Sarnoff pada tahun 1915. kemudian Le De Forrest
melalui eksperimen siaran radionya telah menyiarkan kampanye pemilihan
presiden Amerika Serikat tahun 1916, sehingga Ia dikenal sebagai pelopor radio
siaran.
Perkembangan radio siaran di Indonesia dimulai dari masa penjajahan
Belanda, Penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan, dan zaman orde baru.
a.
Radio siaran yang pertama di Indonesia (waktu itu bernama Nederlands Indie – Hindia Belanda), ialah Bataviase radio siaran Vereniging (BRV) di Batavia, yang resminya didirikan pada tanggal 16 Juni 1925, pada saat Indonesia masih dijajah Belanda, dan berstatus swasta.
Zaman Belanda
b.
Ketika Belanda menyerah pada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, sebagai konsekuensinya, radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku, merupakan pusat radio siaran yang berkedudukan di Jakarta, serta mempunyai cabang-cabang yang dinamakan Hoso Kyoku di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. Rakyat Indonesia pada masa ini hanya boleh mendengarkan siaran dari Hoso Kyoku saja
Zaman Jepang
c. Zaman Kemerdekaan
Dengan demikian, ketika Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, tidak dapat disiarkan langsung melalui radio siaran karena radio siaran masih dikuasai oleh Jepang. Tak lama kemudian dibuat pemancar gelap yang berhasil berkumandang di udara radio siaran denagn stasiun
call “Radio Indonesia Merdeka”.
.
Sampai akhir tahun 1966 RRI adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah. Peran dan fungsi radio siaran ditingkatkan. Selain berfungsi sebagai media informasi dan hiburan, pada masa orde baru, radio siaran melalui RRI menyajikan acara pendidikan dan persuasi. d. Zaman Orde Baru
Pada saat ini stasiun radio sudah sangat tumbuh pesat. Di Kabanjahe pun
telah terdapat tujuh stasiun radio, yaitu Ersena FM (93,9 MHz), Bayu FM (94,9
MHz), RBK FM (99,5 MHz), Turang FM (100,6 MHz), Irfa FM (101,6 MHz)
Gray FM (102,4 MHz), dan Gundaling FM (103,7 MHz).
RBK FM atau Radio Bahana Kusuma FM sudah bersiaran selama 25 tahun.
Radio ini sudah cukup dikenal dan diingat di hati pendengar di Tanah Karo
simalem, dan sudah mempunyai pangsa pasar tersendiri. Radio Bahana Kusuma
memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan stasiun radio lainnya yang ada di tanah
karo. Radio Bahana Kusuma menghadirkan informasi seputar Tanah Karo setiap
pagi.
Radio memiliki keunggulan sebagai media penyiaran. Adapun
keunggulannya sebagai berikut: (Brandt, 2001:4-13)
1.Langsung
Radio adalah satu-satunya media yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan isi/kandungan programnya secara langsung ke hadapan pendengar. Begitu suara dipancarkan, telinga pendengar langsung menangkap dan mencernanya.
2. Cepat
Radio juga memiliki kecepatan yang sulit ditandingi oleh media jenis lain. Suatu peristiwa yang terjadi di sebuah tempat, bisa dengan cepat disiarkan oleh sebuah stasiun radio.
3. Menciptakan gambar dalam ruang imajinasi pendengar
Radio makes pictures. Radio menciptakan gambar. Inilah salah satu
ungkapan paling terkenal mengenai radio. Tidak salah memang untuk mengatakan bahwa hanya radiolah satu-satunya media komunikasi modern yang memiliki kemampuan istimewa dalam menciptakan “gambar” atau rekaan di ruang imajinasi pendengarnya. Memang, radio memiliki kekuranglengkapannya dibandingkan televisi, yaitu dari aspek visualnya.
4. Tanpa Batas
Radio praktis tidak memiliki batas, baik batas geografis maupun batas-batas usia, ras, tingkat ekonomi-sosial-pendidikan (ingat, orang buta huruf pun bisa menikmati radio. Hanya orang tuna rungu yang tidak bisa menikmati radio.
5. Tak banyak pernik
Radio adalah media yang tak memerlukan banyak pernik, paling tidak jika dibandingkan dengan televisi. Untuk meliput sebuah peristiwa, televisi memerlukan setidaknya dua orang kru, satu kamerawan dan seorang reporter.
1. Murah
Radio jelaslah media yang relatif murah, dibandingkan dengan televisi dan bahkan media cetak. Murah dari segi investasi awal (hanya butuh peralatan audio, transmitter atau pemancar, menara dan antene), maupun dari segi biaya produksi.
2. Bisa dinikmati sambil mengerjakan hal lain
Radio bisa dinikmati sambil sang pendengar melakukan aktivitas lain, entah itu membaca, menyetrika, memasak, menyusui anak, menyetir mobil, dan berbagai kegiatan lainnya. Keistimewaan ini tidak dimiliki media cetak dan televisi.
3. Hangat dan dekat
Sampai saat ini, rasanya tidak ada media selain radio yang memiliki kemampuan untuk selalu hangat dan dekat dengan penikmatnya. Suratkabar jelas tidak bisa berakrab-akrab dengan pembaca, karena yang hadir di hadapan pembaca adalah benda mati, berupa tumpukan kertas dan deretan huruf.
4. Mendidik
Radio sangat efektif untuk dipakai sebagai media pendidikan. Apalagi jika diingat jangkauan pendengarnya yang luas dan sebagian besar pendengar radio di Indonesia bermukim di wilayah-wilayah pinggiran yang mungkin belum memiliki sarana pendidikan formal yang memadai.
Radio adalah media yang paling andal untuk menikmati musik. Hampir tidak ada radio di dunia ini yang tidak menyiarkan musik sama sekali dalam programya. Radio merupakan salah satu media yang memegang peran terpenting dalam perjalanan musik dunia.
6. Memberi kejutan
Radio mampu menyuguhkan kejutan-kejutan lewat program-programnya. Program musik, misalnya, bisa membawa kejutan-kejutan ini, karena perndengar tidak tahu sebelumya musik apa yang disuguhkan oleh penyiar yang sedang bertugas di studio pada saat itu.
7. Memberi manfaat bagi individu
Karena karakternya yang intim dan hangat, radio memiliki kemampuan untuk lekas diakrabi oleh pribadi-pribadi atau individu pendengarnya. Radio pun kemudian menjadi tumpuan bagi pribadi-pribadi pendengarnya untuk mencari berbagai informasi yang dapat berharga bagi mereka.
8. Memberi manfaat bagi masyarakat
Selain berfungsi sebagai media pribadi yang hangat dan intim, radio tetaplah media yang menjangkau massa. Dengan demikian, radio juga memiliki potensi untuk menyumbang manfaat bagi masyarakat.
Selain memiliki keunggulan, radio sebagai media penyiaran juga memiliki
kelemahan, yaitu: (Brandt, 2001:13-16)
1.Cepat hilang
Radio adalah media yang sifatnya “selintas”. Apa yang disiarkan menit ini, akan gampang dilupakan orang pada menit berkutnya. Penyebabnya jelas. Pertama, sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas, pendengar radio biasanya mendengarkan radio sambil mengerjakan kegiatan lain, sehingga konsentrasinya tidak penuh. Dan kedua, siaran yang sudah berlalu, tak bisa dirujuk kembali. Karakter radio yang serba selintas ini sering diibaratkan sebagai “tulisan di atas pasir pantai”.
2. Ruang yang relatif terbatas
Radio adalah medium dengan ruangan yang relatif terbatas. Sebuah stasiun radio swasta rata-rata mengudara selama 18 jam setiap hari. Jumlah jam siaran maksimal tentu saja hanya 24 jam, sebuah pembatas alamiah yang tak mungkin lagi diakali oleh pengelola radio.
3. Beralur Liner
Kelemahan lainnya yang melekat pada karakter radio adalah sifatnya yang liner. Maksudnya adalah: program yang disiarkan oleh radio mengikuti perjalanan waktu, di mana program B yang disiarkan pukul 10.00 WIB misalnya, muncul setelah program A yang disiarkan antara pukul 09.00-10.00 WIB. Ibarat urutan abjad, pendengar radio hanya bisa mendengarkan program-program yang disuguhkan dengan mengikuti program urutan A sampai Z.
Lembaga penyiaran radio di Indonesia sesuai Undang-undang No. 32
penyiaran komersial, lembaga penyiaran komunitas, dan lembaga penyiaran
berlangganan.
a. Lembaga penyiaran Publik
Lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independent, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan pelayanan untuk kepentingan masyarakat.
b. Lembaga Penyiaran Komersial
Lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya khusus menyelenggarakan siaran radio.
c. Lembaga Penyiaran Komunitas
Lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya pencar rendah, luas wilayah jangkauan terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya.
d. Lembaga Penyiaran Berlangganan
Merupakan lembaga penyiaran berbentuk badan hukum Indonesia,yang bidang usahanya menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan melalui satelit, melalui kabel dan melalui terrestrial (Djuroto, 2007: 64-66).
Berdasarkan hal di atas RBK FM termasuk ke dalam kategori lembaga
penyiaran komersial. Oleh karena itu RBK FM juga menerima pemasangan iklan
guna mencari pemasukan guna mengembangkan RBK FM agar dapat terus
bersaing dengan stasiun radio baru.
Siaran radio mempunyai tiga sasaran untuk membidik atau memancing
pendengar agar mendengarkan dengan seksama, mengerti, dan menyetujui. Ketiga
sasaran kesediaan pendengar ini disebut sebagai acceptance. Acceptance dalam
konteks komunikasi melalui radio, merupakan faktor terpenting. Karena jika
faktor itu bisa dicapai, maka pesan yang disampaikan oleh penyiar radio dapat
berjalan lancar. Ini biasanya mudah karena pendengar radio mempunyai rasa
percaya diri dan hormat sekali kepada penyiarnya. Sifat ini disebut mutual truth
and respect. Jika mutual truth and respect pendengar siaran radio amat tinggi,
maka tingkat acceptance-nya pun menjadi tebal, ini berarti mudah bagi penyiar
bila mutual truth and respect-nya rendah, otomatis acceptance pendengarnya pun
menjadi tipis pula.
4. Pola Penyiaran Radio
Radio merupakan media komunikasi massa periodik yang memiliki
kemampuan menjangkau khalayak yang luas dalam waktu bersamaan. Disamping
itu, harga pesawatnya yang relatif murah sehingga khalayak banyak yang
memilikinya. Berdasarkan data pemilikan radio, selama dua dasawarsa terakhir ini
terus berkembang.
Dengan jumlah yang cukup besar itu radio akan memiliki potensi yang
besar dalam menyebarluaskan informasi. Persoalannya adalah bagaimana
memanfaatkan semaksimal mungkin kemampuan yang dimiliki radio, agar setiap
program yang disajikan memberikan manfaat.
Salah satu aspek yang dapat menentukan keberhasilan radio adalah
berkaitan dengan program-program acara yang disiarkan. Rangkaian acara yang
menarik diformulasikan kedalam program yang meliputi waktu pagi, siang dan
malam. Program tersebut merupakan suatu rangkaian yang dikemas dalam satu
format. Setiap stasiun pada pada dasarnya harus mempunyai format yang jelas.
Format setiap stasiun dapat menjadi ciri khas dari stasiun yang bersangkutan.
Dengan demikian format menjadi penting bagi suatu stasiun pemancar
radio, karena akan berkaitan juga dengan segmentasi khalayak. Dalam hal ini
namun pada prakteknya radio ini juga dikonsumsi oleh khalayak yang heterogen,
yaitu:
a. Kalangan dunia usaha
b. Ibu rumah tangga
c. Mahasiswa/Pelajar
d. Petani/Buruh
(Redaksi RBK FM)
Dari pernyataan diatas, dalam upaya pencapaian target pendengar tersebut,
diperlukan suatu strategi penyusunan pola penyiaran radio. Adapun pola
penyiaran radio Bahana Kusuma FM adalah;
Pendidikan 25%
Hiburan 60%
Informasi 15%
(Redaksi RBK FM)
Acara Siaran Radio
Pendengar radio selektif memilih acara. Hanya acara yang menurut
pilihannya baik yang dinikmati, sementara acara yang menurutnya tidak baik akan
dilewatkan begitu saja.
Agar acara yang disiarkan menarik, ada beberapa petunjuk yang dapat
dijadikan sebagai patokan yaitu (Munthe, 1996: 58-61):
1. Acara harus sesuai sasaran
Pastikanlah siapa sasaran yang akan dituju. Hal ini penting untuk memudahkan pengelola siaran dalam mengolah bahan siaran. Acara-acara yang tidak mempinyai sasaran yang konkrit tidak pernah populer dan biasanya akan turun dengan sendirinya.
2. Acara harus spesifik
salah satu cabang olahraga, misalnya sepakbola. Jadi hanya satu topik yang dibahas secara menyeluruh. Artinya, dalam membahas harus diperhatikan aaspek yang terkait dengan bidang olahraga sepakbola.
3. Acara harus utuh
Pembahasan materi harus terjaga. Tidak keluar dari konsep yang telah dipatok. Mulai dari pengantar, permasalahan, pembahasan, dan penyelesaian masalah secara sistematis.
4. Kemasan harus bervariasi
Acara dikemas dalam bentuk yang bervariasi. Variasi dapat ditampilkan dalam dua bentuk yaitu dialog dan monolog. Dalam dialog dapat ditampilkan dua orang atau lebih yang memiliki warna suara berbeda. Kontras warna suara ini sangat mendukung acara karena radio merupakan media audio yang hanya mampu menstimuli indera pendengaran. Dengan warna suara yang berbeda memudahkan pendengar untk mengenali tokoh-tokoh yang terlibat dalam dialog tersebut.
5. Acara harus ditempatkan pada waktu yang tepat
Pengelola program harus yakin bahwa waktu yang dipilih untuk penyiaran suatu acara sudah tepat. Ketepatan ini didasari pada kebiasaan mendengar dari khalayak. Dengan demikian, acara tersebut akan efektif.
6. Acara harus orisinil
Penyelenggara siaranharus menyajikan acara yang benar-benar hasilkerja tim kreatif studio tersebut. Bukan tiruan, dalam arti acara seperti ini pernah disajikan stasiun lain yang kemudian dimodifikasi di sana-sini sehingga tampaknya orisinil. Bukan juga acara jiplakan. Acara tiruandan jiplakan tidak akan membawa banyak keuntungan bagi stasiun penyelenggara, malahan sebaliknya, acapkali menjadi bumerang.
7. Acara harus disajikan dengan kualitas baik
Mutu tekhnik suatu acara ikut menentukan sukses tidaknya acara di pasar. Pendengar selalu menuntut hasil yang prima tanpa noise (gangguan). Sebab pendengar sangat mendambakan kenyamanan dalam mendengarkan suatu acara siaran.
8. Acara harus disajikan dengan bahasa sederhana
Gunakan bahasa sederhana, artinya bahasa yang dipakai sehari-hari atau bahasa pergaulan. Jangan disajikan acara dengan bahasa ilmiah, kata-kata asing, atau kata-kata baru. Pendengar akan mengalami kesulitan mencerna isi acara. Sebab tidak semua pendengar memiliki kemampuan yang merata sehingga kemudahan menangkap isi acara berbeda-beda.
Pada umumnya terdapat dua metode penggolongan bahan siaran yang dianut
“unsur acara siaran”, yang kedua menurut “tujuan acara siaran”. (Effendy, 1990:
114-117).
a. Pembagian Menurut Unsur Acara Siaran
Berdasarkan unsur acara siaran, bahan siaran dibagi menjadi dua golongan.
1. Siaran kata
2. Siaran seni suara
Yang dimaksud dengan siaran kata adalah segala bahan siaran yang pokok
isinya dilukiskan dengan kata-kata (Spoken Words). Sedang yang dimaksud
dengan seni suara adalah segala bentuk kesenian yang pokok isinya dilukiskan
dengan musik.
b. Pembagian menurut tujuan acara siaran.
Seperti halnya dengan negara-negara lain yang tergabung dalam Asian
Broadcasting Union (ABU) dan European Broadcasting Union (EBU), dalam
menentukan penggolongan acara siaran, Indonesia mengikuti pola yang dianut
oleh UNESCO.
Berikut ini adalah penggolongan jenis-jenis acara siaran:
1. Siaran pemberitaan dan penerangan
a. Warta Berita
b. Reportase
c. Penerangan Umum
d.Pengumuman
2. Siaran Pendidikan
b. Siaran Remaja
c. Siaran Sekolah
d. Siaran Pedesaan
e. Siaran Keluarga
f. Siaran Agama
g. Siaran Wanita
h. Pengetahuan Umum
3. Siaran Kebudayaan
a. Kesusasteraan
b. Kesenian Daerah
c. Apresiasi Seni
4. Siaran Hiburan
a. Musik Daerah
b. Musik Indonesia
c. Musik Asing
d. Hiburan Ringan
5. Siaran Lain-lain
a. Ruangan Iklan
b. Pembukaan/ penutup Siaran
5. Teori Uses And Gratification
Teori Uses And Gratification adalah teori yang menjelaskan bagaimana
komunikan memilih medianya sendiri sesuai dengan kebutuhannya. Uses and
gratification menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah
memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah pada
khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan
khusus. (Effendy, 2004:289-290).
Model ini memandang individu sebagai pribadi yang secara sosiologis dan
psikologis bertindak aktif dalam memilih media yang sesuai dengan
kebutuhannya. Mereka sangat rasional dan selektif. Sehingga khalayak yang
diterpa pesan media massa sadar dan selektif dalam memperoleh terpaan media
dan memilih atau tidak memilih untuk tidak terlibat dengan pesan media massa
sesuai dengan kebutuhan yang telah dimotivasi.
Katz, Blumler dan Gurevitch menjelaskan mengenai asumsi dasar dari Teori
Uses And Gratification, yaitu: (Ardianto, 2004:71)
1. Khalayak dianggap aktif, artinya khalayak dianggap sebagai bagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.
2. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak.
3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas, bergantung kepada khalayak yang bersangkutan.
4. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak. Artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.
5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus dipertangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.
Katz dan Dennis McQuail, menggambarkan logika yang mendasari
kepentingan Uses And Gratification sebagai berikut: (Dalam Ardianto, 2004:72)
Setiap individu memilih media yang mampu memenuhi kebutuhannya.
Adapun yang menjadi kebutuhan individu atau individual needs adalah:
1. Kebutuhan Kognitif (Cognitive Needs)
Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi,
pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungan; juga memuaskan rasa
penasaran kita dan dorongan penyelidikan.
2. Kebutuhan Afektif (Afektive Needs)
Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan
pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional.
3. Kebutuhan Pribadi Secara Integratif (Personal Integrative Needs)
Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas,
kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari
hasrat dan harga diri.
4. Kebutuhan Sosial Secara Integratif (Social Integrative Needs)
Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga,
teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.
5. Kebutuhan Pelepasan (Escapist Needs)
Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan upaya
menghindari tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman.(Effendy,
Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang
bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai.
Untuk itu kerangka konsep dapat berupa teori-teori baru yang akan diuji atau
pengembangan teori-teori yang sudah ada dan bahkan berupa
kemungkinan-kemungkinan implementasi hasil penelitian bagi kehidupan nyata. Perumusan
kerangka konsep itu merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan
hipotesis penelitian. (Nawawi, 2001:40)
Kerangka konsep disusun sebagai perkiraan teoritis dan hasil yang akan
dicapai, secara dianalisa secara kritis berdasarkan bahan persepsi (pengamatan)
yang dimiliki dan kerangka konsep disusun sebagai perkiraan teoritis dan hasil
yang dicapai. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus
dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel, yaitu pola penyiaran
Radio Bahana Kusuma FM dalam menarik minat dengar khalayak Kabanjahe.
Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan sebelumnya maka ada
beberapa konsep yang harus dioperasionalisasikan:
1. Variabel bebas (X), merupakan variabel yang diduga sebagai
penyebab atau pendahulu dari variabel lain (Rakhmat, 2004:12).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola penyiaran Radio
Bahana Kusuma Fm (99,5 MHz).
2. Variabel terikat (Y), variabel yang merupakan akibat atau yang
dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rakhmat,
2004:12). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat dengar
3. Variabel antara (Z), sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol,
akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel
bebas (Nawawi, 2001:58). Variabel antara dalam penelitian ini
adalah karakteristik responden.
I.7 Model Teoritis
I.8 Operasional Variabel
Operasional variabel berfungsi untuk memudahkan kerangka konsep
dalam penelitian. Maka berdasarkan kerangka konsep dibuatlah operasionalisasi
variabel-variabel untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian.
Komponen Indikator
Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM (99,5
MHz)
a. Fungsi Siaran
b. Tujuan Siaran
c. Program Siaran
d. Jadwal Acara
e. Target Siaran
f. Strategi Siaran
g. Kekuatan Siaran
h. Kelemahan Siaran
Pola Penyiaran Radio
Bahana Kusuma FM (99,5
Minat Dengar Anak
Muda Kota Kabanjahe
Minat Dengar Anak Muda Kota Kabanjahe
a. Motif
b. Manfaat Bagi Pendengar
c. Kepuasan yang Diperoleh
d. Frekwensi Mendengarkan Radio
e. Waktu Mendengarkan
f. Tempat Mendengarkan
g. Durasi/Hari
h. Program yang Didengarkan
i. Acara Favorit
j. Penyiar Favorit
k. Materi yang Disukai
Karakteristik Responden
a. Umur
b. Pekerjaan
c. Jenis Kelamin
d. Kepemilikan Radio
I.9 Defenisi Operasional
1. Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM (99,5 MHz)
a. Fungsi siaran : Informasi, hiburan, pendidikan
b. Tujuan Siaran : Menarik minat dengar anak muda kota
Kabanjahe agar menjadi pendengar setia.
c. Program Siaran : Acara yang disiarkan di RBK FM, meliput i
musik, berita/informasi, iklan, dan acara
khusus.
d. Jadwal Acara : waktu siaran suatu acara.
e. Target Siaran : Hasil yang ingin dicapai dari suatu acara.
f. Strategi Siaran : Pemilihan acara dan jadwal acara serta
penyiarnya.
g. Kekuatan Siaran : Nilai lebih atau keistimewaan dari RBK FM.
2. Minat Dengar Anak Muda kota Kabanjahe
a. Motif Bagi Pendengar : Kebutuhan anak muda kota
Kabanjahe akan informasi dan
hiburan.
b. Manfaat Bagi Pendengar : Manfaat yang diperoleh anak muda
dari mendengarkan siaran radio.
c. Kepuasan yang Diperoleh : Kepuasan yang diperoleh anak
muda setelah mendengarkan RBK
FM.
d. Frekuensi Mendengarkan Radio : Berapa jam mendengarkan radio
dalam sehari.
e. Waktu Mendengarkan : waktu mendengarkan radio, apakah
pagi, siang atau malam
f. Tempat Mendengarkan : Tempat dimana pendengar
mendengarkan siaran radio RBK.
g. Durasi/Hari : Lamanya mendengarkan siaran
RBK FM dalam sehari.
h. Program yang Didengarkan : Acara yang biasanya didengarkan
oleh anak muda.
i. Acara Favorit : Acara yang paling banyak disukai
pendengar.
j. Penyiar Favorit : Penyiar yang paling disukai
k. Materi yang Disukai : materi yang banyak diminati
pendengar RBK FM.
3. Karakteristik Responden
a. Umur : Usia responden.
b. Jenis Kelamin : Jenis kelamin responden.
c. Kepemilikan Radio : Kepemilikan responden atas radio.
d. Pekerjaan : Pekerjaan responden
BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1. Komunikasi
Sebagai mahluk sosial dan individual, manusia memiliki keingin tahuan
dan berkembang. Salah satu sarana untuk mencapai semua itu adalah melalui
komunikasi. Oleh karena itu, komunikasi merupakan kebutuhan mutlak bagi
manusia.
Istilah komunikasi berasal dari perkataan bahasa Inggris ”communication”
yang berasal dari istilah bahasa latin ”communis” yang dalam bahasa Indonesia
berarti ”sama” dan menurut Sir Gerald Barry dalam Effendy, ”communicare”
yang berarti bercakap-cakap. Jika kita berkomunikasi, berarti kita mengadakan
kesamaan dalam hal ini kesamaan makna/pengertian. Informasi yang disampaikan
seseorangkepada orang lain harus sama-sama dan dimengerti. Kalau tidak
dimengerti, komunikasi tidak akan terjadi. Percakapan berlangsung apabila hal
yang dipercakapkan dan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu
sama-sama dimengerti. Kalau tidak, percakapan tidak akan terjadi (Effendy, 1991:1)
Komunikasi pada hakekatnya adalah proses pernyataan antar manusia.
Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam “bahasa”
komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message), orang yang menyampaikan
pesan disebut komunikator (communicator), sedangkan orang yang menerima
pernyataan diberi nama (communicate). Untuk tegasnya, komunikasi berarti
2004:10). William Albig dalam bukunya Public Opinion, mengatakan bahwa
komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti antara
individu. Sedangkan menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah : upaya
yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi
serta pembentukan pendapat dan silkap (Effendy, 2004:10). Defenisi Hovland
tersebut menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan
saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum
(public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial
dan kehidupan politik memainkan peranan yang amt penting. Bahkan, dalam
defenisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland
mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain
(communication is the process to modify the behaviour of other individuals).
Selanjutnya, menurut Muhammad Arni (2005:5) dalam bukunya “komunikasi
organisasi”, disebutkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian
atau pengoperan lambang-lambang dalam bentuk informasi sehingga terjadi
perubahan pada diri si komunikan. Akan tetapi, seseorang akan dapat mengubah
sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang
komunikatif.
a. Proses Komunikasi
proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan
secara sekunder.
Proses Komunikasi Secara Primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan
(symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi
adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara
langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator
kepada komunikan. Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam
komunikasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang mampu “menerjemahkan”
pikiran seseorang kepada orang lain. Apakah itu berbentuk ide, informasi atau
opini, baik mengenai hal yang konkret maupun yang abstrak; bukan saja tentang
hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu
yang lalu dan masa yang akan datang. Adalah berkat kemampuan bahasa maka
kita dapat mempelajari ilmu pengetahuan sejak ditampilkan oleh Aristoteles,
Plato, dan Socrates; dapat menjadi manusia yang beradap dan berbudaya; dan
dapat memperkirakan apa yang akan terjadi pada tahun, dekade bahkan abad yang
akan datang.
Kial (gesture) memang dapat “menerjemahkan” pikiran seseorang
sehingga terekspresikan secara fisik. Akan tetapi menggapaikan tangan, atau
memainkan jari-jemari, atau mengedipkan mata, atau menggerakkan anggota
tubuh lainnya hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja (sangat
terbatas).
Demikian pula isyarat dengan menggunakan alat seperti tongtong, bedug,
sirene, dan lain-lain serta warna yang mempunyai makna tertentu. Kedua lambang
itu amat terbatas kemampuannya dalam mentransmisikan pikiran seseorang
kepada orang lain. Gambar sebagai lambang yang banyak dipergunakan dalam
komunikasi memang melebihi kial, isyarat, dan warna dalam hal kemampuan