• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI MANAJEMEN PENYIARAN RADIO SWIBA FM DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI SEBAGAI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL KABUPATEN KARANGANYAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI MANAJEMEN PENYIARAN RADIO SWIBA FM DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI SEBAGAI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL KABUPATEN KARANGANYAR"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

SEBAGAI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL KABUPATEN KARANGANYAR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh:

Indah Octary 11170510000164

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

2021 M / 1443 H

(2)

STRATEGI MANAJEMEN PENYIARAN RADIO SWIBA FM DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI SEBAGAI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL

KABUPATEN KARANGANYAR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Oleh:

Indah Octary NIM: 11170510000164

Pembimbing:

Dr. Fatmawati, M.Ag NIP: 197609172001122002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021 M / 1443 H

(3)

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Strategi Manajemen Penyiaran Radio Swiba FM Dalam Mempertahankan Eksistensi Sebagai Lembaga Penyiaran Publik Lokal Kabupaten Karanganyar yang disusun oleh Indah Octary Nomor Induk Mahasiswa 11170510000164 telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 5 Oktober 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana program Strata Satu (S1) pada jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Jakarta, 5 Oktober 2021

Tim Ujian Munaqasah Tanda Tangan,

Ketua

Dr. Armawati Arbi, M.Si NIP. 196502071991032002 Sekretaris

Dr. H. Edi Amin, M.A NIP. 197609082009011010 Penguji I

Dr. Dudun Ubaedullah, M.Ag NIP. 197505082008011012 Penguji II

Zakaria, M.Ag

NIP. 197208072003121003 Pembimbing

Dr. Fatmawati, M.Ag

NIP: 197609172001122002

(4)

LEMBAR PERYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika di kemudai hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 5 Oktober 2021

Indah Octary

(5)

i ABSTRAK INDAH OCTARY

Strategi Manajemen Penyiaran Radio Swiba FM Dalam Mempertahankan Eksistensi Sebagai Lembaga Penyiaran Publik Lokal Kabupaten Karanganyar.

Radio Swiba FM merupakan sebuah Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL) milik Pemerintah Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Dewasa ini, persaingan antar media penyiaran semakin kompleks. Kompetitor yang bermunculan dan selera audience yang semakin beragam. Akibatnya, sebuah radio dituntut bisa menerapkan strategi manajemen yang tepat untuk bertahan dalam industri media penyiaran.

Dari latar belakang di atas, sebagai tujuan dari penelitian ini maka penelitian ini memiliki fokus pada satu pertanyaan mayor, yaitu bagaimana strategi manajemen Radio Swiba FM dalam mempertahankan eksistensi sebagai Lembaga Penyiaran Publik Lokal Kabupaten Karanganyar? Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif.

Sebagai alat analisis, penelitian ini menggunakan teori ekologi media dari Dimmick dan Rohtenbuhler. Dimmick dan Rohtenbuhler menyatakan bahwa untuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya sebuah media memerlukan sumber penunjang hidupnya. Ada tiga sumber utama penunjang hidup media, yaitu: types of content (jenis isi media), types of audience (jenis khalayak sasaran), dan capital (modal).

Penelitian ini menunjukkan hasil temuan bahwa untuk mempertahankan eksistensinya manajemen Radio Swiba FM menerapkan strategi: meningkatkan kualitas program, mengikuti era digitalisasi, menerapkan segmenting, targeting, dan positioning, melakukan pemasaran program, serta mengembangkan SDM. Sebagai implikasi dari penelitian ini adalah diketahui bahwa Radio Swiba FM bisa menjaga ekistensinya dalam industri penyiaran lokal dengan menerapkan strategi manajemen seperti disebutkan di atas.

Kata Kunci: Strategi, Eksistensi, LPPL, Ekologi Media

(6)

ii

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Dengan mengucapkan Alhamdulilahirabbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, kasih sayang, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

Tak lupa shalawat serta salam penulis curahkan ke hadirat Baginda Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan dalam memperoleh gelar sarjana sosial di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Setelah melalui berbagai tahap dan rintangan akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Manajemen Penyiaran Radio Swiba FM dalam Mempertahankan Eksistensinya Sebagai Lembaga Penyiaran Publik Lokal Kabupaten Karanganyar”.

Penulis menyadari dalam proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang terlibat secara langsung ataupun tidak langsung. Baik berupa gagasan, nasihat, tenaga, dan dukungan materiil ataupun non materiil. Sebab itu, dalam kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Hj. Amany

Burhanuddin Umar Lubis, Lc. M.A.

(7)

iii

2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M.Ed. Ph.D.; Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Siti Napsiyah, MSW.; Wakil Dekan II Bidang Administrasi, Dr.

Sihabbudin Noor, M.A.; Wakin Dekan II Bidang Kemahasiswaan, Dr. Cecep Castrawijaya, M.A.

3. Kepala Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Dr.

Armawati Arbi, M.Si;

4. Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Dr. H. Edi Amin, S.Ag., M.A.

5. Dosen Pembimbing Akademik, Ibu Umi Musyarrofah, M.A yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama masa perkuliahan.

6. Dosen Pembimbing Skripsi, Ibu Dr. Fatmawati, M.Ag yang telah dengan sabar membimbing, memberikan arahan, kritikan, saran, dan motivasi kepada penulis dalam menyusun hingga menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah mengajarkan dan memberikan ilmu dan pengalaman yang luar biasa kepada penulis.

8. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan pelayanan yang maksimal kepada penulis dalam mengurus administrasi selama masa perkuliahan hingga skripsi ini selesai.

9. Orangtua penulis, Ibu Tarwini dan Alm. Bapak Wahid

Wahyudin yang telah memberikan kasih sayang, pengorbanan,

perjuangan, serta doanya hingga penulis bisa menyelesaikan

skripsi ini dan memperoleh gelar sarjana sosial.

(8)

iv

10. Mbah Parti, yang telah memberi kasih sayang, mendidik, dan menasehati, sehingga penulis bisa menjadi pribadi yang seperti sekarang.

11. Keluarga besar penulis, Budhe, Bulik, dan semua sepupu yang sudah memberikan dukungan dan semangat.

12. Dyah Putri Ayu dan Diana Novita Sari, terima kasih karena selalu ada dan memberikan dukungan dalam keadaan suka maupun duka di kehidupan penulis.

13. Faisal Ramdani, terima kasih atas segala kasih sayang, motivasi, dan doa-doanya untuk penulis. Serta terima kasih karena selalu mau menjadi pendengar yang baik bagi penulis.

14. Indah Pratiwi, Desi Ramawati, dan Ayu Pratiwi, sahabat sejak SMK yang selalu menjadi panutan bagi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi. Terima kasih karena selalu membuka diri dan menerima segala cerita keluh kesah penulis.

15. Girls Area (Novia, Ika, Salsa, Inay, Niyah, Izza, Vira, Jani, dan Acil), sahabat seperjuangan yang telah menghiasi masa-masa kuliah penulis dengan cerita-cerita random-nya. Terima kasih untuk semua cerita, canda, tawa, suka, duka selama masa perkuliahan yang telah dilalui bersama.

16. Riski Widayat dan Nur Diyansah, yang selalu memberikan semangat dan mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

17. Keluarga Cemara (KPI C Angkatan 2017), yang telah menjadi

keluarga baru bagi penulis.

(9)

v

18. Teman-teman Jurnalis Televisi (JTV) KPI, khususnya angkatan 8, terima kasih telah menjadi wadah bagi penulis untuk berorganisasi dan mengasah bakat dalam ilmu jurnalistik.

19. Seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih banyak semuanya.

20. Indah Octary, terima kasih untuk tetap hidup dan tidak menyerah dalam apapun keadaannya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Namun begitu, penulis berharap skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis ataupun pembaca. Penulis juga terbuka bagi kritik dan saran dari pembaca untuk skripsi ini.

Jakarta, 5 Oktober 2021

Indah Octary

(10)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR PUSTAKA ... vii

LAMPIRAN ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Tinjauan Pustaka ... 10

E. Metodologi Penelitian ... 13

F. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II LANDASAN TEORI ... 21

A. Teori Ekologi Media ... 21

B. Manajemen Media Penyiaran ... 24

C. Radio ... 26

D. Strategi Program... 28

E. Strategi Menarik Audien ... 32

F. Pemasaran Program Radio ... 35

G. Strategi Sumber Daya Manusia (SDM) ... 39

H. Pengertian Eksistensi ... 41

I. Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL) ... 42

J. Kerangka Pemikiran ... 47

BAB III GAMBARAN UMUM ... 49

A. Sejarah Radio Swiba FM Karanganyar ... 49

B. Profil Radio SWIBA FM Karanganyar ... 51

C. Bentuk Logo Radio SWIBA FM Karanganyar ... 53

(11)

vii

D. Visi dan Misi Radio SWIBA FM Karanganyar ... 54

E. Segmentasi Audience ... 55

F. Program Siaran Radio SWIBA FM Karanganyar ... 56

G. Struktur Organisasi Radio SWIBA FM ... 64

H. Eksistensi Radio Swiba FM Sebagai Lembaga Penyiaran Publik Lokal ... 65

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 67

A. Strategi Manajemen Radio Swiba Fm dalam Mempertahankan Eksistensi Sebagai Lembaga Penyiaran Publik Lokal ... 67

1. Melakukan Strategi Program Radio ... 67

2. Mengikuti Era Digitalisasi ... 74

3. Menerapkan Segmenting, Targeting, dan Positioning . 79 4. Melakukan Promosi Program Radio ... 82

5. Mengembangkan Sumber Daya Manusia ... 89

BAB V PEMBAHASAN ... 92

A. Analisis Strategi Manajemen Penyiaran Radio Swiba FM untuk Mempertahankan Eksistensi Berdasarkan Teori Ekologi Media ... 92

1. Strategi Program Radio ... 93

2. Strategi Menarik Audien ... 98

3. Strategi Pemasaran Program Radio ... 105

4. Strategi Sumber Daya Manusia (SDM) ... 115

BAB VI PENUTUP ... 121

A. Kesimpulan ... 121

B. Implikasi ... 122

C. Saran ... 122 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Format Siaran ... 56

Tabel 3. 2 Format Siaran Musik ... 57

Tabel 4.1 Segmentasi pendengar berdasarkan usia ... 79

Tabel 4.2 Segmentasi pendengar berdasarakan gender... 79

Tabel 4.3 Segmentasi pendengar berdasarkan tingkat pendidikan ... 80

Tabel 4.4 Segmentasi pendengar berdasarkan status ekonomi ... 80

Tabel 4.5 Alokasi dana APBD di Radio Swiba FM ... 84

Tabel 5.1 Segmentasi pendengar berdasarkan usia ... 99

Tabel 5.2 Segmentasi pendengar berdasarakan gender... 100

Tabel 5.3 Segmentasi pendengar berdasarkan tingkat pendidikan ... 100

Tabel 5.4 Segmentasi pendengar berdasarkan status ekonomi . 100

Tabel 5.5 Alokasi dana APBD di Radio Swiba FM ... 106

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sejarah media penyiaran dunia terbagi menjadi dua bagian, yaitu sejarah media penyiaran sebagai penemuan teknologi dan sejarah media penyiaran sebagai industri. Radio yang ditemukan oleh para ahli teknik dari Eropa dan Amerika menjadi awal sejarah media penyiaran sebagai teknologi.

Sedangkan sebagai media penyiaran sejarah radio dimulai dari Amerika. Di Indonesia sendiri sejarah radio sebagai media industri terbagi ke dalam empat bagian periode, yaitu zaman penjajahan Belanda, zaman penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan, dan zaman setelah reformasi.

Radio merupakan media massa tertua dan sangat luwes.

Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia dengan mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan saling melengkapi dengan media lain.

1

Berbeda dengan jenis komunikasi massa yang lain, radio yang berbasis audio memiliki ciri dan sifat tersendiri. Radio memiliki definisi sebagai teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Radio merupakan media komunikasi massa yang dapat mengirimkan suara atau bunyi melalui siaran gelombang atau frekuensi yang bisa dinikmati melalui indera

1

Ardianto, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa

Rekatama Media, 2007), h. 123.

(14)

pendengaran. Fungsi dari radio diantaranya adalah menyebarkan informasi, mendidik, membujuk, dan menghibur.

2

Karakteristik radio yang sederhana, murah, dan mudah digunakan membuatnya disukai oleh berbagai kalangan, dari anak muda hingga orang tua. Radio-radio swasta mulai bermunculan di Indonesia sejak adanya UU No. 32 Tahun 2002 tentang penyiaran. Beragam cara digunakan oleh radio-radio swasta untuk menjaring pendengar, mulai dari menyajikan konten hiburan, menjadikan artis sebagai penyiar pada waktu

“prime time”, hingga bekerja sama dengan beberapa label rekaman untuk membagikan tiket konser atau promo-promo menarik lainnya. Media penyiaran merupakan organisasi organisasi yang menyebarkan informasi yang berupa produk budaya atau pesan yang memengaruhi dan mencerminkan budaya dalam masyarakat.

3

Semenjak lahirnya Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran tatanan media media penyiaran di Indonesia mulai mengalami perubahan. Lembaga penyiaran yang mencakup televisi dan radio tumbuh berkembang dengan jalur dan tujuan masing-masing. Disebutkan dalam pasal 14 ayat 1 UU Nomor 32 tahun 2002 bahwa: “Lembaga Penyiaran

2

Muhammad Samih Rozin, Fatmawati, “Manajemen Dakwah Program Kisah Menawan Sang Teladan di Radio Rodja 75,6 AM Bogor”, Jurnal Darussalam; Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol.

10 No. 1, September 2018, h. 135.

3

Morissan, Manajemen Media Penyiaran (Jakarta: Prenada Media Group)

h. 14.

(15)

Publik sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (2) huruf a adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Sedangkan dalam pasal yang sama pada ayat (3) Di daerah provinsi, kabupaten, atau kota dapat didirikan Lembaga Penyiaran Publik Lokal.

Selanjutnya menurut Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik. Dalam pasal 1 ayat (3) PP menyebutkan bahwa: “Lembaga Penyiaran Publik Lokal adalah lembaga penyiaran berbentuk badan hukum yang didirikan oleh pemerintah daerah, menyelenggarakan kegiatan penyiaran radio atau penyiaran televisi, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat yang siarannya berjaringan dengan Radio Republik Indonesia (LPP RRI) untuk radio dan Televisi Republik Indonesia (TVRI) untuk televisi”.

4

Radio Swiba FM adalah sebuah Lembaga Penyiaran Publik Lokal milik pemerintah Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Berdiri pada 15 November 1971 dengan nama awal Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) Kabupaten Karanganyar. Dasar hukumnya adalah Perda No. 4 Tahun 2013 tentang Lembaga Penyiaran Publik Lokal Radio

4

Liliek Budiastuti Wiratmo, dkk, “Model Pengembangan Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL) Radio di Jawa Tengah”. Jurnal The Messenger.

Vol. 3 No. 2, 2016, h. 8.

(16)

Publik Kabupaten Karanganyar SWIBA FM dan Perbup No.

21 Tahun 2019 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda Kabupaten Karanganyar No. 4 Tahun 2013.

Perkembangan zaman yang semakin pesat diiringi pula dengan banyaknya media massa yang bermunculan, baik media massa elektronik maupun digital. Keunggulan media massa dibanding dengan media komunikasi lain adalah terbebas dari hambatan ruang dan waktu. Dengan dem ikian media massa adalah alat yang menyebarkan informasi atau pesan-pesan secara serempak, cepat, dan kepada audience yang luas dan heterogen.

Radio dan televisi menjadi pemimpin media massa di bidang elektronik, dalam bidang cetak media massa dipimpin oleh koran dan majalah, yang mana keduanya kini dianggap sebagai media massa tradisional atau disebut juga media konvensional. Sedangkan media massa modern adalah media massa baru atau lazim juga disebut new media. New media adalah salah satu media yang menggunakan media lain selain udara, sementara content-nya tetap penyiaran. Sehingga dari definisi tersebut, maka ada dua media yang masuk dalam kategori new media, yaitu televisi-kabel dan internet yang dalam hal ini adalah streaming.

5

Jaringan internet yang semakin luas jangkauannya, dari kota besar hingga ke desa semakin mendukung kemudahan

5

Djamal dan Fachruddin, Dasar-Dasar Penyiaran (Jakarta: Prenadamedia

Group, 2011), h. 33.

(17)

dalam mengakses informasi dari media online. Kehadiran media digital yang serba mudah ini tentunya berdampak pada eksistensi media konvensional seperti radio. Radio dituntut untuk terus bertahan menghadapi gempuran kemajuan zaman.

Berbagai kreasi dan inovasi harus dilakukan radio agar tidak ditinggalkan oleh pendengar.

Dengan tagline siaran “Swiba Radionya Karanganyar”, Radio Swiba memiliki visi menjadi radio publik yang terpercaya, sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan perekat sosial masyarakat. Dari visi tersebut telah tercapai oleh Radio Swiba, diantaranya yaitu terwujudnya kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan LPPL Radio Swiba FM;

terciptanya informasi yang akurat, dapat dipercaya, dan bertanggung jawab; terwujudnya masyarakat yang cerdas, informatif, dan partisipatif dalam pembangunan; terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan hiburan sehat dan mencerahkan;

serta terciptanya kondisi Kabupaten Karanganyar yang harmoni dan kondusif.

6

Diketahui dari observasi peneliti, pendengar atau audience Radio Swiba FM di dominasi oleh pendengar usia dewasa dan kalangan menengah. Sebab itu manajemen Radio Swiba FM perlu menerapkan strategi untuk memperluas segmentasi audiens mereka. Hal ini bisa dilakukan dengan

6

Profile Radio Swiba FM Karanganyar.

(18)

mempelajari lingkungan dan faktor pendukung kemajuan Radio Swiba FM.

Radio akan mampu bertahan dalam industri media massa apabila keadaan lingkungan penunjangnya mendukung.

Ekologi media bersamaan dengan hubungan timbal balik antara media massa dengan lingkungan penunjangnya. Jika sumber penunjang kehidupan media yang diperlukan terbatas maka akan terjadi persaingan dan perebutan. Pada dasarnya ada tiga sumber utama yang menjadi penunjang kehidupan media sebagai industri, yaitu: modal (capital), misalnya pemasukan iklan, iuran berlangganan; jenis isi media (type of content) misalnya acara kuis, sinetron, informasi; dan jenis khalayak sasaran (type of audience), misalnya kalangan menengah ke atas, regional atau berdasarkan jenis kelaminnya, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, rentang usia, dan sebagainya. Dengan demikian kompetensi antar media pada dasarnya kompetensi untuk memperebutkan ketiga sumber daya tersebut.

7

Berbicara strategi untuk menjaga eksistensi dari sebuah perusahaan atau media, dalam hal ini adalah Radio Swiba, tentunya tidak lepas dari peran manajemennya. Untuk menjaga konsistensi kearah pencapaian tujuan manajemen, setiap usaha harus didahului oleh proses perencanaan yang baik. Allah SWT berfirman dalam Quran Surat Al-Imran ayat 103:

7

Rachmat Kriyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta:

Kencana, 2006), h. 276-277.

(19)

اوُم ِصَتْعا َو ِلْبَحِب

َِللّا اًعيِمَج َل َو اوُق َرَفَت او ُرُكْذا َو ۚ

َتَمْعِن

َِللّا ْمُكْيَلَع ْذِإ ْمُتْنُك ْعَأ ًءاَد َفَلَأَف َنْيَب ْمُكِبوُلُق ْمُتْحَبْصَأَف ِهِتَمْعِنِب

ًنا َوْخِإ ا

ْمُتْنُك َو ىَلَع اَفَش ة َرْفُح َن ِم ِراَنلا ْمُكَذَقْنَأَف اَهْنِم َكِل َذَك ۗ ُنِ يَبُي َُللّا ْمُكَل

ِهِتاَيآ ْمُكَلَعَل َنوُدَتْهَت

Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

Pesan yang dimaksud adalah berpegang teguhlah, yakni upayakan sekuat tenaga untuk mengaitkan diri satu dengan yang lain dengan tuntunan Allah sambil menegakkan disiplin kamu semua tanpa terkecuali. Sehingga kalau ada yang lupa ingatkan dia, atau ada yang tergelincir, bantu dia bangkit agara semua dapat bergantung pada tali agama Allah.

Kalau kamu lengah atau ada seorang yang menyimpang, maka keseimbangan akan kacau dan disiplin akan rusak, karena itu bersatu padulah, dan janganlah kamu bercerai-berai dan ingatlah nikmat Allah kepadamu.

8

8

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h.

169-170.

(20)

Ayat di atas menerangkan bahwa organisasi merupakan kumpulan orang-orang yang bisa diorganisir dengan baik. Maka hendaklah bersatu padu dalam bekerja dan memegang komitmen untuk mencapai tujuan dari organisasi atau perusahaan tersebut. Peneliti bermaksud mencari tahu adakah hal baru yang kreatif dan inovatif yang dilakukan oleh manajemen Radio Swiba dalam membuat strategi untuk mempertahankan eksistensinya sebagai Lembaga Penyiaran Publik Lokal di Kabupaten Karanganyar.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti mengambil penelitian dengan judul sebagai berikut: Strategi Manajemen Penyiaran Radio Swiba FM Dalam Mempertahankan Eksistensi Sebagai Lembaga Penyiaran Publik Lokal Kabupaten Karanganyar.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dewasa ini kehadiran berbagai media menjadikan

masyarakat mempunyai beragam pilihan media untuk

memenuhi kebutuhan informasi, pendidikan, hingga

hiburan. Agar pembahasan tidak meluas, maka peneliti

membuat batasan masalah. Permasalahan pada penelitian

ini dibatasi hanya pada bentuk strategi Manajemen

penyiaran Radio Swiba FM dalam mempertahankan

eksistensi sebagai Lembaga Penyiaran Publik Lokal di

Kabupaten Karanganyar.

(21)

2. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana manajemen penyiaran Radio Swiba FM dalam mempertahankan eksistensinya sebagai Lembaga Penyiaran Publik Lokal Kabupaten Karanganyar?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi manajemen penyiaran Radio Swiba FM dalam mempertahankan eksistensi sebagai Lembaga Penyiaran Publik Lokal Kabupaten Karanganyar.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi pada bidang Ilmu Komunikasi khususnya pada

kajian Manajemen Media Penyiaran terkait strategi

manajemen penyiaran radio sebagai media massa dalam

mempertahankan eksistensi. Selain itu penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

atau referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan

memberikan tambahan informasi khususnya mengenai

strategi manajemen penyiaran.

(22)

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberikan masukan dan menjadi pertimbangan bagi pihak-pihak terkait, baik itu peneliti sendiri ataupun pihak manajemen Radio Swiba FM dalam mempertahankan eksistensi sebagai Lembaga Penyiaran Publik Lokal.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini peneliti telah melakukan tinjauan pada beberapa kajian skripsi terdahulu yang diperoleh dari berbagai sumber untuk dijadikan acuan dan rujukan dalam penulisan skripsi ini. Rujukan yang digunakan oleh peneliti adalah jurnal dan skripsi dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sendiri maupun universitas lainnya. Selain itu, tinjauan ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dan persamaan diantara tulisan peneliti dengan kajian yang telah ada sebelumnya.

Sebagai bahan rujukan yang pertama adalah skripsi yang berjudul “Strategi Radio Singosari 103.9 FM Brebes dalam Membangun Eksistensi Sebagai Lembaga Penyiaran Publik Lokal di Kalangan Pendengar”. Ditulis oleh Siska Meilinda mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

9

Persamaan penelitian Siska dengan

9

Siska Meilinda, Skripsi: “Strategi Manajemen Penyiaran Dalam

Membangun Eksistensi Sebagai Lembaga Penyiaran Publik Lokal di Kalangan

Pendengar” (Jakarta: UIN Jakarta, 2020)

(23)

peneliti adalah sama-sama meneliti strategi radio untuk mempertahankan eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik lokal. Perbedaannya adalah penelitian Siska subjeknya Radio Singosari 103.9 FM Brebes, sedangkan penelitian ini subjeknya Radio Swiba FM Karanganyar.

Bahan rujukan yang kedua adalah skripsi yang ditulis oleh Hakiki Handayani Soryanto, mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Skripsi tersebut berjudul

“Manajemen Penyiaran Radio El John 102.6 FM Dalam Mempertahankan Eksistensinya Sebagai Radio Pariwisata di Kota Pekanbaru”.

10

Persamaan penelitian Hakiki dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang manajemen penyairan radio untuk mempertahankan eksistensi. Kemudian perbedaannya yaitu subjek penelitian Hakiki adalah Radio El John, sedangkan penelitian ini subjeknya adalah Radio Swiba FM. Radio El John merupakan radio pariwisata di Kota Pekanbaru, sedangkan Radio Swiba FM merupakan LPPL di Kabupaten Karanganyar.

Dari penelitian Siska dan Hakiki didapat kesimpulan bahwa dalam membangun eksistensinya dalam industri penyiaran sebuah radio harus memperkuat strateginya dalam meraih content, audience, dan capital. Strategi yang harus dilakukan sebuah radio diantaranya adalah memperkuat

10

Hakiki Handayani Soryanto, Skripsi: “Manajemen Penyiaran Radio El

John 102.6 FM Dalam Mempertahankan Eksistensinya Sebagai Radio

Pariwisata di Kota Pekanbaru (Riau: UIN Riau, 2018).

(24)

program radio; membuat segmentasi, targeting, dan positioning dalam merebut pasar audien; memperkuat pemasaran program; dan melakukan pengembangan SDM.

Selanjutnya bahan rujukan yang ketiga adalah jurnal, yaitu Jurnal Interaksi volume 1 nomor 1, edisi Januari 2017.

Dengan judul “Strategi Komunikasi Radio Komunitas Usukom Fm dalam Mempertahankan Eksistensinya”, ditulis oleh Corry Novrica AP Sinaga dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

11

Persamaan jurnal Corry dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti strategi radio dalam mempertahankan eksistensinya. Kemudian perbedaanya adalah penelitian Corry meneliti strategi komunikasi radio komunitas, sedangkan penelitian ini lebih spesifik pada strategi manajemen media penyiaran radio sebagai Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL). Subjek penelitiannya pun berbeda, penelitian Corry subjeknya adalah Radio Komunitas Usukom Fm. Sedangkan penelitian ini subjeknya adalah Radio Swiba Fm Karanganyar.

Penelitian Corry memperoleh kesimpulan bahwa perlu adanya perbaikan kinerja dalam berbagai bidang sebagai upaya mempertahankan eksistensi Radio Komunitas Usukom Fm.

Hal-hal yang perlu diperbaiki antara lain adalah manajemen radio, jadwal siaran, dukungan civitas akademika kampus,

11

Corry Novrica AP Sinaga, “Strategi Komunikasi Komunitas USUKOM

FM dalam Mempertahankan Eksistesnsinya”. Jurnal Interaksi. Vol. 1 No. 1,

2017.

(25)

sarana dan prasarana yang lebih mendukung, kreatifitas program, serta kemampuan mempertahankan audiens.

Berdasarkan uraian di atas tentu terdapat persamaan dan perbedaan antara kajian terdahulu dan penelitian ini.

Sejalan dengan penelitian ini, ketiga bahan tinjauan pustaka di atas juga menggunakan metode penelitian kualitatif. Kajian terdahulu ini menjadi bahan referensi bagi peneliti untuk mengembangkan penelitian. Dengan menilik kajian terdahulu sebagai bahan tinjauan pustaka, maka diharapkan dapat memudahkan peneliti dalam menyelesaikan permasalahan penelitian.

E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Menurut Strauss dan Corbin dalam Ruslan pendekatan kualitatif merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau cara kuantitatif lainnya. Penelitian kualitatif ini dapat dipergunakan untuk penelitian kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsional organisasi, peristiwa tertentu, pergerakan-pergerakan sosial, dan hubungan kekerabatan dalam keluarga.

12

12

Ruslan, Metodologi Penelitian Public Relations dan Komunikasi

(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), h. 214-215.

(26)

Menurut Sugiyono metode kualitatif disebut juga sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. Pendekatan penelitian kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi.

13

Salah satu metode dalam penelitian kualitatif adalah dengan cara deskriptif. Cara ini biasanya bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau obyek tertentu.

14

Cara atau metode deskriptif ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai strategi manajemen media penyiaran. Pada penelitian ini nantinya akan digambarkan fakta-fakta mengenai strategi Radio Swiba FM dalam mempertahankan eksistensi sebagai Lembaga Penyiaran Publik Lokal.

13

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung:

Alfabeta, 2010), h. 8-9.

14

Kriyantono, Teknik Praktis Riset Kominikasi Disertai Contoh Praktis

Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi

Pemasaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 69.

(27)

2. Paradigma Penelitian

Paradigma adalah sebuah sudut pandang untuk memahami kompleksitass dunia nyata. paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut praktisinya.

Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Memiliki sifat normatif, paradigma menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epitemologis yang panjang.

15

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme. Paradigma kontruktivisme adalah paradigma yang merupakan antitesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realtitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningfull action melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan mengelola dunia sosial mereka.

16

Dalam metodologi, paradigma konstruktivisme menggunakan berbagai macam jenis pengonstruksian dan menggabungkannya dalam sebuah consensus. Proses ini

15

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 9.

16

Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik (Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia, 2003) h.

3.

(28)

melibatkan dua aspek, yaitu hermeunetik dan dialetik.

Hermeunetik merupakan aktivitas dalam mengaitkan teks- percakapan, tulisan, atau gambar. Sedangkan dialetik adalah penggunaan dialog sebagai pendekatan agar subjek yang diteliti dapat ditelaah pemikirannya dan membandingkannya dengan cara berpikir peneliti. Dengan begitu, harmonitas komunikasi dan interaksi dapat dicapai dengan maksimal.

17

3. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah informan, yang artinya orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.

18

Subjek dalam penelitian ini adalah pegawai manajemen Radio Swiba FM.

b. Objek Penelitian

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, objek adalah hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan. Dengan kata lain objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi fokus dari sebuah penelitian.

Objek inilah yang akan dikupas dan dianalisis oleh peneliti berdasarkan teori-teori yang sesuai dengan

17

Neuman, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Aproaches (London: Pearson Education, 2003) h. 75.

18

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2010) h. 132.

(29)

objek penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah strategi manajemen penyiaran Radio Swiba FM dalam mempertahankan eksistensi sebagai Lembaga Penyiaran Publik Lokal di Kabupaten Karanganyar.

4. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono dalam bukunya “ Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&D” menyatakan pada penelitian

kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting dan teknik pengumpulan lebih banyak pada observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentasi.

19

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data Primer 1) Wawancara

Wawancara mendalam yaitu pengumpulan yang dilakukan dengan mengadakan sesi tanya jawab terhadap orang-orang yang erat kaitannya dengan permasalahan penelitian, baik secara tertulis maupun secara lisan guna mendapat informasi mengenai masalah yang diteliti dalam penelitian. Sumber yang menjadi data dalam

19

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung:

Alfabeta, 2010), h. 63.

(30)

penelitian ini adalah staff dari manajemen Radio

Swiba FM .

(31)

2) Observasi

Observasi langsung untuk mengamati bagaimana strategi manajemen penyiaran Radio Swiba FM dengan cara mengamati secara langsung kegiatan yang dilakukan oleh manajemen Radio Swiba FM.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan lain sebagainya. Data sekunder dalam penelitian ini berupa catatan-catatan mengenai manajemen media penyiaran dan buku dan jurnal mengenai manajemen media penyiaran dan juga teori ekologi media.

5. Teknik Analisa Data

Setelah mengamati dan mendapatkan berbagai data

yang dibutuhkan, selanjutnya peneliti melakukan analisis

data. Menurut Sugiyono analisis data adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke

dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih

mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri

(32)

maupun orang lain.

20

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dimulai dengan menelaah data-data hasil wawancara dan observasi langsung yang telah dilakukan sebelumnya. Kemudian setelah itu data disusun dan diolah dengan teknik penelitian kualitatif deskriptif.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini sitematika penulisan terbagi ke dalam enam bab. Setiap bab akan terdiri dari sub-bab sub-bab yang sesuai, lebih jelasnya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI, meliputi manajemen media penyiaran, radio, strategi program, pengertian eksitensi, lembaga penyiaran publik lokal, dan teori ekologi media.

BAB III GAMBARAN UMUM RADIO SWIBA FM, meliputi sejarah Radio Swiba FM, profil Radio Swiba FM, visi dan misi Radio Swiba FM, struktur organisasi Radio Swiba FM, serta program siaran Radio Swiba FM.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN, isi dalam bab ini meliputi hasil temuan data dari lapangan mengenai bagaimana strategi manajemen penyiaran Radio Swiba FM

20

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 244.

(33)

dalam mempertahankan eksistensi sebagai Lembaga Penyiaran Publik Lokal Kabupaten Karanganyar.

BAB V PEMBAHASAN, bab ini meliputi uraian-uraian yang menjelaskan keterkaitan latar belakang masalah dan landasan teori dengan hasil temuan penelitian.

BAB VI PENUTUP, bab terakhir meliputi kesimpulan dari

penelitan dan saran.

(34)

21 BAB II

LANDASAN TEORI A. Teori Ekologi Media

Secara etimologi kata ekologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari kata oikos yang berarti tempat tinggal dan logos yang berarti ilmu, berdasarkan ini ekologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Selanjutnya Hawley dalam Sills yang dikutip Resosoedarmo mendefinisikan ekologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara makhluk hidup atau suatu organisme hidup dalam suatu lingkungan tertentu. Jadi, ekologi merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana makhluk hidup mempertahankan hidupnya di lingkungan dimana mereka tinggal.

21

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ekologi pun turut berkembang ke berbagai bidang. Salah satunya ekologi media yang memiliki inti yang sama yaitu bagaimana hubungan timbal balik antara media dan lingkungannya agar mampu mempertahankan hidupnya. Sumber alam menurut Dimmick dan Rohtenbuhler diartikan sebagai: “… the elements of the environments that are required for industries in our society, a minimal set of resources would include content, audience, capital”

yakni elemen-elemen yang berasal dari lingkungan sekitar yang

21

Resosoedarmo, dkk. Pengantar Ekologi (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1990), h. 1.

(35)

dibutuhkan oleh industri sebagai penunjang hidupnya antara lain konten, audien, dan modal.

22

Dimmick dan Rohtenbuhler mencoba menganalogikan fenomena kompetisi antar industri media sebagai suatu proses ekologis. Dalam pandangannya kompetisi media dapat digambarkan seperti makhluk-makhluk hidup yang harus mempertahankan hidupnya dalam suatu lingkungan (pasar).

Bagaimana ia bertahan adalah bagaimana makhluk media tersebut mampu mencari, mendapatkan, dan merebut sumber makanan yang tersedia dalam lingkungan tersebut. Persoalannya adalah jika sumber makanan yang ada di lingkungan tersebut terbatas, sementara makhluk hidup yang menggantungkan dirinya kepada sumber tersebut semakin banyak maka faktor kompetisi tidak terelakkan.

23

Berdasarkan penjelasan di atas Dimmick dan Rohtenbuhler dalam Kriyantono menyampaikan bahwa untuk mempertahankan hidupnya media memerlukan sumber penunjang hidup. Pada dasarnya, ada tiga sumber utama penunjang hidup media, yaitu:

types of content (jenis isi media), types of audien (jenis khalayak sasaran), dan capital (modal).

24

22

John Dimmick dan Eric Rohtenbuhler, Competitive Displacement In the Communication Industries New Media in The Old Environment “in” The New Media Communication, Research and Technology By Ronald E. Rice Beverly Hills (California: Ssage Publication, 1984), h. 293.

23

Prasetiya, L. 2011. Kompetisi Surat Kabar Lokal Yogyakarta Berdasarkan Tingkat Kepuasan Biro Iklan Pada Layanan Jasa Mediasurat Kabar. FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta , hal 5.

24

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta:

Kencana, 2006), h. 272.

(36)

Types of content menunjukkan aspek program dan atau jenis media, termasuk didalamnya variasi program, jenis program, dan banyaknya program. Content merupakan deskripsi isi dari media yang bersangkutan, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai jenis program yang ada. Alan B. Albarran dalam Handbook of Media studies yang dikutip oleh Syafri dan Pannindriya mengatakan bahwa konten media adalah produk-produk yang diciptakan oleh perusahaan media, konten media berbentuk program televisi (dalam media televisi), film, suara dan rekaman video, dan cetak (misalnya buku, majalah, koran). Konten media secara luas diklasifikasikan ke dalam kategori informasi (terkait konten berita) dan hiburan (drama, komedi, action, music, games, dan sebagainya). Konten media merupakan produk yang dapat secara berulang digunakan dan dipasarkan kepada audien dan pengiklan.

25

Kedua, types of audience, menerangkan jenis khalayak sasaran atau target audien, jenis pendengar, misalnya menengah ke atas, atau berdasarkan jenis kelamin, rentang usia, tingkat pendidikan, jeni pekerjaan, dan lain-lain. Ketiga, capital, yang meliputi struktur permodalan dan pemasukan iklan. Faktor capital (modal) ini mencakup modal finansial, dana pemasukan iklan, sumber daya manusia, sarana teknologi dan fasilitas lainnya.

25

Peramasdino Syafri, Sri Tunggul Pannindriya, “Strategi Riau Televisi

(Riau TV) Menghadapi Persaingan dengan TV Nasional Untuk Tetap Eksis

Sebagai TV Lokal”, Jurnal Eko dan Bisnis (Riau Economics and Business

Reviewe) Vol. 10 No. 3, September 2019, h. 289.

(37)

Sumber penunjang kehidupan media yang terdiri dari tiga elemen itu merupakan tiang utama yang menjadi penyangga untuk media bisa survive dan mengembangkan dirinya dalam kondisi kompetisi yang ketat dengan media lainnya. Dan ketiga elemen ini yang berusaha untuk diperebutkan oleh berbagai media agar tetap bertahan.

26

B. Manajemen Media Penyiaran

Howard Carlisle dalam Morissan menjelaskan definisi manajemen lebih menekankan pada pelaksanaan fungsi manajer yaitu mengarahkan, mengkoordinasikan, dan mempengaruhi operasional suatu organisasi agar mencapai hasil yang diinginkan serta mendorong kinerjanya secara total (directing, coordinating and influencing the operation of an organization so as to obtain desired result and echance total performance).

27

Pada struktur media penyiaran, general manager bertanggung jawab kepada pemilik dan pemegang saham dalam melaksanakan kordinasi sumber daya yang ada (manusia dan barang) sedemikian rupa sehingga tujuan dari media penyiaran yang bersangkutan dapat tercapai. Manajer umum pada dasarnya bertanggung jawab dalam setiap aspek operasional suatu stasiun penyiaran. Dalam melaksanakan tanggung jawab manajemennya

26

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Rist Komunikasi, h. 272.

27

Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio &

Televisi (Jakarta: Kencana, 2018), h. 135.

(38)

tersebut, general manager mempunyai empat fungsi dasar sebagai berikut:

a. Perencanaan

Kegiatan perencanaan (planning) mencakup penentuan tujuan (objectives) media penyiaran serta mempersiapkan rencana dan strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam perencanan harus ditentukan 5W+1H dari rencana tersebut, yaitu apa yang harus dilakukan, mengapa harus dilakukan, kapan melakukannya, siapa yang melakukan, dan bagaimana melakukannya.

b. Pengorganisasian

Kegiatan pengorganisasian (organizing) adalah proses penyuunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimiliki dan lingkungan yang melingkupinya. Dua aspek utama dari pengorganisasian adalah departementalisasi dan pembagian kerja. Departementalisasi adalah pengelompokan kegiatan-kegiatan kerja suatu organisasi agar kegiatan-kegiatan yang sejenis dan saling berhubungan dapat dikerjakan bersama.

c. Pengarahan

Fungsi pengarahan (directing) dan memberikan

pengaruh atau mempengaruhi (influencing) tertuju pada

upaya untuk merangsang antusiasme karyawan untuk

melaksanakan tanggung jawab mereka secara efektif.

(39)

Fungsi pengarahan ini diawali dengan motivasi karena para manajer tidak dapat mengarhkan kecuali bawahan dimotivasi untuk bersedia mengikuti arahannya.

d. Pengawasan

Fungsi pengawasan (controlling) antara lain terdiri dari evaluasi (evaluating), penilaian (appraising), dan perbaikan (correcting). Pengawasan merupakan kegiatan untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan organisasi atau perusahaan sudah tercapai atau belum. Pengawasan membantu penilaian apakah perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan telah berjalan secara efektif.

28

C. Radio

Radio merupakan salah satu jenis media massa, yaitu sarana atau saluran komunikasi massa (channel of mass communication), seperti halnya koran, majalah, atau televisi. Ciri khas utama radio adalah auditif, yaitu dikonsumsi telinga atau pendengaran.

29

Radio adalah teknologi yang menggunakan modulasi dan radiasi gelombang elektromagnetik yang melintas dan juga merambat melalui udara.

28

Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio &

Televisi, h. 138-150.

29

Khomsahrial Romli, Komunikasi Massa (Jakarta: PT. Grasindo, 2016),

h. 77.

(40)

Sebagai media massa radio memiliki karakter tersendiri.

Karakteristik radio tersebut adalah sebagai berikut

30

:

a. Auditori: karena untuk didengar, isi siaran bersifat sepintas dan tidak bisa diulang.

b. Transmisi: proses penyampaian informasi melalui pemancar

c. Mengandung gangguan: gangguan timbul-tenggelam (fading) dan gangguan teknis seperti channel noise factor.

d. Theater of mind: sifatnya yang auditif, menjadikan radio mencipta gambar dalam imajinasi pendengar dengan kekuatan kata dan suara.

e. Identik dengan musik: ada daya surprise seketika, karena pendengar biasanya tidak mengetahui lagu apa yang akan dihadirkan.

Radio hadir sebagai media massa yang menyajikan informasi beragam. Radio menjadi salah satu institusi masyarakat, kehadiran radio sebagai institusi masyarakat, membawa kewajiban sebagai medium atau saluran penyebar informasi dan penyedia hiburan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Radio sebagai media massa memikul tanggung jawab menjadikan masyarakat well – informed akan lingkungan sosialnya. Sebab itulah radio sebagai

30

Dinda Helsa dan Besti Rohana, “Strategi Komunikasi Penyiar Radio Sla

Fm 105.6 Mhz Takengon Kabupaten Aceh Tengah Dalam Meningkatkan Minat

Pendengar”. Jurnal Social Opinion. Vol. 4 No. 1, 2009, h. 4.

(41)

institusi harus seimbang dalam menjalankan fungsinya. Namun sebuah radio juga siaran dengan tujuan komersial, dengan menyediakan berbagai program untuk memikat pendengar, yang bertujuan memeroleh keuntungan material.

D. Strategi Program

Secara etimologi kata strategi berasal dari bahasa Yunani (strategia) yang artinya perang atau panglima perang. Menurut Effendy dalam Fatmawati secara terminologi strategi adalah perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan.

31

Menurut KBBI strategi merupakan rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Menurut Jadi secara umum strategi merupakan suatu teknik atau rencana yang digunakan oleh suatu organisasi/perusahaan untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu.

Persaingan nyata dalam industri penyiaran adalah bagaimana statsiun penyiaran saling berkompetisi untuk merebut perhatian audience. Berbagai strategi diterapkan, termasuk programming yaitu merencanakan program sebaik mungkin, sehingga tetap menarik dan menjaga ketertarikan pendengarnya untuk radio dan pemirsanya untuk televisi.

32

Dalam suatu program di radio ada beberapa proses yang harus dilalui dengan Standart Operational Procedure (SOP) yang

31

Mia Kurnia Ningsih, Fatmawati, “Strategi Komunikasi Gerakan Mukenah Bersih (GMB) dalam Rekrutmen Relawan”, Jurnal Al-Tsiqoh (Dakwah dan Ekonomi) Vol. 5 No. 2, November 2020, h. 2.

32

Djamal dan Fachruddin, Dasar-Dasar Penyiaran (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2018), h. 127.

(42)

terdiri dari tiga tahap penting, yaitu Pra Produksi (penemuan ide, perencanaan, dan persiapan), Produksi (pelaksanaan proses siaran program), dan Pasca produksi (evaluasi pada program acara setelah produksi).

33

Sedangkan menurut Morissan strategi program ditinjau dari aspek manajemen atau manajemen strategic terdiri dari sebagai berikut:

34

a. Perencanaan Program

Morissan mengatakan pada stasiun radio komersial, pengelola program berupaya mengidentifikasi audien mereka yang spesifik dan menyiarkan program kepada audien yang spesifik itu sepanjang siarannya. Pada stasiun radio, perencanaan program mencakup pemilihan format dan isi program yang dapat menarik dan memuaskan kebutuhan audien yang terdapat pada suatu segmen audien berdasarkan demografi tertentu. Perencanaan program radio juga termasuk mencari penyiar yang memiliki gaya siaran yang sesuai dengan format yang telah ditentukan.

35

b. Produksi dan Pembelian Program

Manajer program memiliki tanggung jawab melaksanakan rencana program yang sudah ditentukan dengan cara melakukan produksi siaran, baik program yang

33

Muhammad Samih Rozin, Fatmawati, “Manajemen Dakwah Program Kisah Menawan Sang Teladan di Radio Rodja 75,6 AM Bogor”, Jurnal Darussalam; Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol.

10 No. 1, September 2018, h. 138.

34

Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio &

Televisi (Jakarta: Kencana, 2018), h. 231.

35

Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio &

Televisi, h. 232.

(43)

diproduksi oleh radio itu sendiri atau program yang didapat dari sumber lain dengan jalan akuisisi program (membeli program). Membeli program dilakukan jika stasiun penyiaran tidak memiliki peralatan produksi memadai namun memiliki ide untuk dikembangkan.

Produksi program radio harus disesuaikan dengan bentuk Lembaga Penyiaran Radio (LPR), apakah berbentuk lembaga publik, swasta, komunitas, atau berlangganan. Radio publik menyiarkan program acara sesuai dengan kebutuhan publik yang merupakan konsumen utamanya. Radio swasta biasanya merancang program untuk tujuan komersial, yakni program yang memiliki daya jual bagi pengiklan, yang mana tujuan utama dari radio swasta adalah untuk menghasilkan keuntungan. Selanjutnya, radio komunitas menciptakan program untuk memenuhi kebutuhan komunitasnya.

Sedangkan radio belangganan digunakan untuk menghasilkan program yang berkualitas khusus untuk pelanggannya.

c. Eksekusi Program

Eksekusi program meliputi kegiatan menayangkan program sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Eksekusi penayangan program ditentukan oleh bagaimana

manajemen menyusun jadwal berbagai program yang akan

ditayangkan. Menentukan jadwal penayangan suatu

program harus berdasarkan pada perilaku audien, yaitu

(44)

rotasi kegiatan mereka dalam satu hari dan juga kebiasaan mendengarkan radio pada jam-jam tertentu. Jadi suatu program harus ditayangkan dalam waktu yang tepat sesuai dengan sasaran audiensnya.

d. Pengawasan dan Evaluasi Program

Proses pengawasan dan evaluasi menentukan seberapa jauh suatu rencana dan tujuan sudah dapat dicapai atau diwujudkan oleh stasiun penyiaran. Kegiatan evaluasi ini dilakukan secara berkala terhadap masing-masing departemen dan individu karyawan. Hal ini memungkinkan manajer umum untuk membandingkan kinerja sebenarnya dengan kinerja yang direncanakan. Pengawasan dilakukan dengan melihat hasil kerja dan kinerja yang dapat diukur, seperti jumlah dan komposisi audien yang mendengarkan program, serta tingkat penjualan iklan stasiun penyiaran.

Menurut Peter Priengle dalam Morissan mengenai pengawasan program, manajer harus melakukan hal-hal sebagai berikut:

36

1) Mempersiapkan standar program stasiun penyiaran.

2) Mengawasi seluruh isi program agar sesuai dengan standar stasiun dan peraturan perundangan yang berlaku.

3) Memelihara catatan program yang disiarkan.

36

Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio &

Televisi, h. 315.

(45)

4) Mengarahkan dan mengawasi kegiatan staff departemen program.

5) Memastikan kepatuhan stasiun terhadap kontrak yang sudah dibuat.

6) Memastikan bahwa biaya program tidak melebihi jumlah yang sudah dianggarkan.

E. Strategi Menarik Audien

Kemampuan sebuah media penyiaran dalam memahami audiennya merupakan faktor penting yang memengaruhi keberhasilan media tersebut. Audien merupakan konsumen yang memiliki kebutuhan terhadap program sebagai produk dari media penyiaran, sehingga dalam hal ini audien dipahami dengan pendekatan ilmu pemasaran.

37

Dalam menghadapi era persaingan yang semakin kompetitif, setiap media penyiaran harus mempunyai strategi untuk menarik minat dan merebut audien. Strategi merebut audien sama halnya dengan strategi marketing atau pemasaran dalam arti yang luas. Audien adalah pasar, dan program yang disajikan merupakan produk yang ditawarkan. Menurut Kottler dalam Morissan, strategi merebut pasar audien terdiri dari beberapa langkah yang berkesinambungan yaitu segmentasi, targeting, dan positioning.

38

37

Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio &

Televisi, h. 163.

38

Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio &

Televisi, h. 166.

(46)

a. Segmentasi

Pada dasarnya segmentasi audien merupakan sebuah strategi untuk memahami struktur audien.

Dengan memahami audiennya, pengelola media penyiaran dapat menentukan bagaimana strategi untuk menjangkaunya, program seperti apa yang digemari, serta bagaimana cara mempertahankan audien agar tidak beralih ke media lain. Segmentasi audien adalah proses untuk mengelompokkan audien ke dalam bagian-bagian yang lebih homogen.

1) Segmentasi Demografis

Segmentasi audien yang berdasarkan demografi adalah pengelompokkan audien yang berdasar pada peta kependudukan, seperti:

usia, jenis kelamin, besarnya anggota keluarga, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, agama, suku, dan sebagainya.

2) Segmentasi Geografis

Geografis membagi khalayak audien

berdasarkan pada jangkauan geografis. Pasar

audien dikelompokkan ke dalam beberapa unit

geografis berbeda yang mencakup suatu

wilayah negara, provisinsi, kabupaten/kota,

desa, hingga ke lingkup terkecil kependudukan.

(47)

3) Segmentasi Psikografis

Segmentasi yang berdasar pada perilaku gaya hidup dan kepribadian audien. Seperti, bagaimana mereka menghabiskan waktu, minat, pandangan terhadap diri maupun di luar diri, dan lain-lain.

a. Targeting

Targeting atau target audien adalah persoalan bagaimana memilih, menyeleksi, dan menjangkau sasaran audien. Media penyiaran memilih segmen audien yang ingin dimasuki, setelah sebelumnya melakukan evaluasi terhadap berbagai peluang yang ditawarkan oleh berbagai segmen audien. Target audien ini nantinya akan menjadi fokus perhatian dari media penyiaran. Semakin jelas memahami target audien yang dituju, semakin mudah pula menentukan strategi apa yang sesuai sehingga dapat menarik dan meningkatkan audien media penyiaran tersebut.

b. Positioning

Tahap selanjutnya dan juga yang terakhir

adalah melakukan positioning, yaitu suatu strategi

untuk menciptakan persepsi positif di pikiran khalayak

audien. Positioning adalah suatu proses atau upaya

untuk menempatkan suatu produk, merek, perusahaan,

(48)

individ, atau apa saja dalam pikiran sasaran konsumennya.

Jadi positioning merupakan suatu strategi komunikasi yang berhubungan dengan bagaimana membangun citra yang positif dibenak khalaya atau auden terhadap suatu produk, merek, atau perusahaan yang ditawarkan. Sehingga khalayak atau audien memiliki penilaian tertentu.

F. Pemasaran Program Radio

Pemasaran atau marketing adalah bagian yang memegang peranan penting dalam mendorong kemajuan media penyiaran, bahkan berperan sangat menentukan kelangsungan hidup media penyiaran komersial. Pemasaran waktu siaran (airtime) merupakan sumber pendapatan utama bagi sebuah media penyiaran. Bagian pemasaran bertanggung jawab untuk menjual waktu siaran kepada para pemasang iklan. Divisi ini harus bisa meyakinkan calon pemasang iklan bahwa akan diperoleh feedback yang positif bagi produk mereka setelah memasang iklan di media penyiaran tersebut. Kesuksesan divisi pemasaran dalam menjalankan tugas dan fungsinya akan sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup media penyiaran, akankah tetap mengudara atau tenggelam dalam persaingan.

39

39

Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio &

Televisi, h. 413.

(49)

Menurut Pringle-Starr-McCavvit dalam Morissan, departemen pemasaran media penyiaran memiliki tanggung jawab sebagai berikut:

a. Menjual waktu siaran (airtime) kepada pemasang iklan.

b. Menyediakan sarana bagi pemasang iklan untuk mencapai target audiensnya dengan biaya iklan yang kompetitif.

c. Menghasilkan pendapatan yang cukup agar stasiun penyiaran dapat beroperasi secara kompetitif.

d. Menghasilkan keuntungan bagi pemilik stasiun.

40

Kreativitas sangat dibutuhkan untuk memasarkan iklan dalam keadaan ekonomi yang masih berkembang. Secara realistis, di daerah yang perekonomiannya masih berekembang, sudah bagus jika bagian pemasaran mampu menjual setengah atau 50%

dari waktu iklan yang tersedia. Sehubungan dengan ini, ada dua faktor yang memengaruhi strategi pemasaran, yaitu tingkat pertumbuhan ekonomi dan peran biro iklan dalam suatu perusahaan.

Pertama, pertumbuhan ekonomi. Semakin bagus pertumbuhan ekonomi di suatu daerah, maka akan semakin banyak uang yang beredar, yang berarti semakin terbuka peluang perusahaan untuk memasang iklan pada stasiun penyiaran di daerah tersebut. Stasiun penyiaran yang berada di daerah dengan pertumbuhan ekonomi tinggi, akan membutuhkan jumlah staf

40

Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio &

Televisi, h. 378.

(50)

pemasaran yang lebih besar dibandingkan daerah dengan keadaan ekonomi yang terbatas.

Kedua, peran biro iklan. Biro iklan bertugas membantu memasarkan waktu iklan stasiun penyiaran. Biro iklan memiliki peran terlibat langsung dengan calon pemasang iklan. Tugas bagian pemasaran adalah meyakinkan calon pemasang iklan bahwa uang yang dikeluarkan memasang iklan tidak akan percuma dan tentunya akan memberikan hasil yang diharapkan. Untuk itu, bagian pemasaran harus pro aktif dalam mendekati klien. Hal ini tentu saja mendorong staf pemasaran untuk berperan aktif mencari klien, tidak hanya duduk diam menunggu calon pemasang iklan yang datang.

41

Sebuah iklan bisa disiarkan di radio setelah melalui berbagai bentuk negoisasi antara stasiun radio dengan pemasang iklan. Berikut adalah tiga hal yang perlu disepakati dalam negoisasi tersebut:

1) Partisipasi pemasang iklan. Ada tiga bentuk partisipasi pemasang iklan, yaitu:

a. Sponsor Tunggal, pemasang iklan membayar keseluruhan program siaran.

b. Sponsor Bersama, beberapa pemasang iklan secara patungan menjadi sponsor siaran dengan membagi waktu iklan menjadi beberapa bagian.

41

Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio &

Televisi, h. 445.

(51)

c. Iklan Partisipasi, sejumlah pemasang iklan menayangkan iklann ya pada suatu program siaran.

2) Pengaturan waktu penayangan

a. Waktu tetap, iklan harus ditayangkan pada waktu yang telah ditetapkan dan tidak dapat dipindahkan.

b. Waktu tertentu, waktu penayangan iklan yang ditentukan oleh stasiun penyiaran bukan oleh pemasang iklan.

c. Preembility, penawaran iklan dengan harga murah, namun dengan syarat iklan itu akan diganti dengan iklan lain yang bersedia membayar lebih mahal.

3) Penentuan biaya iklan

Menentukan berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk iklan siaran tidaklah sederhana. Karena waktu siaran hanya berharga bagi pemasang iklan, jika tersedia audien yang cukup pada waktu siaran. Berikut adalah faktor-faktor penentu biaya iklan:

a. Ukuran atau jumlah audien b. Waktu penayangan

c. Rating acara d. Ukuran pasar

e. Fasilitas stasiun penyiaran, terkait frekuensi, daya, lokasi, antena pemancar, dan faktor teknis lainnya.

f. Afiliasi jaringan (seberapa besar suatu stasiun

berjaringan dengan stasiun lainnya)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sikap ini dipertegas dengan pernyataan menyukai penggunaan teknologi informasi dalam mendukung kelancaran pekerjaan; bahwa suatu ide yang baik apabila menggunakan

5. Pendaftaran dilakukan 2 [dua) tahap yaitu pendaftaran awal untuk akun Calon Peserta Seleksi di Portal SSCASN (https://sscasn.bkn.go.id) dilanjutkan dengan pendaftaran

Lembaga Penyiaran Publik Lokal Radio Handep Hapakat yang selanjutnya disingkat LPP Lokal Radio Handep Hapakat adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum

Sehingga umur suatu proyek tidak serta merta merupakan total waktu semua aktivitas akan tetapi hasil dari manajemen waktu atau durasi aktivitas yang

Hasil ini juga mendukung studi Angger (2015: 12) yang melakukan penelitian terhadap siswa SMA IPA di Jakarta menemukan bahwa efikasi diri tidak berkorelasi

memilih parpol atau kandidat yang berkuasa di pemerintahan dalam pemilu apabila merasa keadaan ekonomi rumah tangga pemilih tersebut atau ekonomi nasional pada saat itu lebih baik

WordPress merupakan salah satu CMS yang bersifat gratis, namun ada beberapa fasilitas yang dikembangkan oleh pihak ketiga yang mewajibkan untuk membelinya.. Bisa

permintaan akhir lebih besar sedikit dari kebutuhan penggunaan bahan baku. Upah dan gaji mewakili input tenaga kerja pada setiap sektor. Surplus usaha mewakili