• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Willingness To Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab (Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Willingness To Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab (Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS WILLINGNESS TO PAYMASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN MATA AIR CIRAHAB (Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)

ANNISSA MERRYNA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN (Studi Kasus : Desa Curug Goong,

Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)” BELUM PERNAH

DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN

MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK

TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR

HASIL KARYA SENDRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN

YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN

KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM

NASKAH.

Bogor, 27 Agustus 2009

(3)

ABSTRACT

Annissa Merryna (H44053639). Analysis of Willingness to Pay Community for Payment Environmental Services (Case Study : Curug Goong Village, Padarincang District, Serang Regency, Banten). Under the guidance of Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc and Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si

Water is one of important elements in human life. Water is also used for a variety of interest such as drinking, cooking, washing, and all other activities that directly relate to human walfare. The purpose of research is to determine the value of willingness to pay (WTP) for community economic instruments, namely payment environmental services, the factors that affect respondents’s willingness to do a payment environmental services and the factors that affect the value of preparedness. Willingness of respondents to pay for environmental services is influenced by several factors, such as the assessment of water quality, the amount of water needs, and the distance to the water source. The assessment of water quality impacts is significant at 90 percent, variable amount of water needs is significant at 95 percent, while variable distance to the water source is significant at 99 percent.

WTP value in this research is the value that will be given by the respondents to environmental services generated by Cirahab spring per liter per household. Average WTP is Rp. 101/liter/household, while total WTP is Rp. 83.835/liter. The factors affecting the value of respondents’s WTP are influenced by the assessment of water quality, the amount of water need, the distance to the water source, and the average household income. The assessment of water quality impacts is significant at 90 percent, variable anount of water needs is significant at 95 percent, variable distance to water source is significant at 99 percent, and variable average household income is significant at 90 percent.

Once established average WTP value per liter per household has been determined the potential value of water Cirahab spring is calculated by multiplying the average WTP value with the number of respondents environmental services utilization. The value of environmental services by community is around 51.887.305/liter/year that can be generated by 4,94 Ha of land through transfer benefit method. Land should be planted to absorp tree so that the quality water and quantity water of Cirahab spring be sustainable.

The potential valus of Cirahab spring was obtained from the multiplication number of environmental services by community with average WTP value, so the potential value of Cirahab spring is Rp. 5.240.617.805/year which is more greater than the cost restoration of forest ecology is Rp. 544.758.500/Ha/year.

(4)

RINGKASAN

Annissa Merryna (H44053639). Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan (Studi Kasus : Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten). Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si

Air merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Air juga dipergunakan untuk berbagai kepentingan diantaranya untuk minum, masak, mencuci, dan segala aktifitas lainnya yang langsung berhubungan dengan kesejahteraan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mencari nilai willingness to pay (WTP) masyarakat terhadap instrumen ekonomi yaitu pembayaran jasa lingkungan, faktor-faktor yang mempengaruhi kesedian responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kesediaan tersebut. Kesediaan responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu penilaian terhadap kualitas air, jumlah kebutuhan air, dan jarak rumah ke sumber air. Variabel penilaian terhadap kualitas air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen, variabel jumlah kebutuhan air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen, sedangkan variabel jarak rumah ke sumber air berpengaruh nyata pada taraf 99 persen.

Nilai WTP dalam penelitian ini adalah nilai yang akan diberikan oleh responden terhadap jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab per liter per KK. Nilai rataan WTP responden adalah Rp. 101/liter/KK sedangkan nilai total WTP adalah Rp. 83.835/liter. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden dipengaruhi oleh penilaian kualitas air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber air dan rata-rata pendapatan rumah tangga. Variabel penilaian terhadap kualitas air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen, variabel jumlah kebutuhan air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen, variabel jarak rumah ke sumber air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 99 persen, dan variabel rata-rata pendapatan rumah tangga berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen.

Setelah didapatkan nilai rataan WTP per liter per KK maka akan dicari nilai potensial pemanfaatan dari mata air Cirahab dengan cara mengalikan nilai rataan responden dengan jumlah pemanfaatan jasa lingkungan oleh masyarakat. Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan mata air Cirahab oleh masyarakat sebanyak 51.887.305/liter/tahun yang dapat dihasilkan oleh 4,94 Ha lahan melalui metode

transfer benefit. Lahan tersebut dapat ditanami pohon penyerap air sehingga kualitas dan kuantitas mata air Cirahab dapat lestari.

Sedangkan nilai potensial pemanfaatan mata air Cirahab didapatkan dari perkalian jumlah pemanfaatan jasa lingkungan oleh masyarakat dengan nilai

rataan WTP sehingga nilai potensial pemanfaatan adalah sebesar Rp. 5.240.617.805/tahun yang nilainya jauh lebih besar dibandingkan dengan

biaya pemulihan ekologi hutan sebesar Rp. 544.758.500/Ha/tahun.

Kata kunci : air, pembayaran jasa lingkungan, willingness to pay, transfer benefit,

(5)

ANALISIS WILLINGNESS TO PAYMASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN MATA AIR CIRAHAB (Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)

ANNISSA MERRYNA H44053639

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(6)

Judul Skripsi : Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab (Studi Kasus : Desa Curug Goong Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)

Nama : Annissa Merryna

NRP : H44053639

Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si NIP. 196.204.211.986.031.003

Diketahui,

Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya danLingkungan

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc NIP. 196.204.211.986.031.003

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdullillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan (Studi Kasus : Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan dapat digunakan sebagai bahan rujukan lain bagi masyarakat ilmiah yang ingin menyusun penelitian yang sejenis.

Skripsi ini bertujuan untuk menghitung besarnya willingness to pay

masyarakat terhadap pembayaran jasa lingkungan yang akan diterapkan dan faktor-faktor yang akan mempengaruhi kesediaan dan nilai dari willingness to pay

tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan masukan bagi pemerintah dan masyarakat setempat dalam mengambil langkah untuk menyusun kebijakan pengelolaan sebagai upaya konservasi di mata air Cirahab serta dapat bermanfaat bagi pihak lain yang berkepentingan.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc sebagai dosen pembimbing pertama dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si sebagai dosen pembimbing kedua yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan masukannya selama penyusunan skripsi ini. Serta pihak-pihak lain yang senantiasa membantu dan memberi motivasi serta doa kepada penulis.

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Januari 1987. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Ir. Mawardi Muchtar dan Elfiani Mawardi.

Penulis mengawali pendidikan di TK Nurul Hidayah Pejaten Pasar Minggu pada tahun 1991, kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) Anyelir 1 Depok. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTP) 2 Depok dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum (SMU) 1 Depok dan masuk dalam program studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan sebagai staf divisi Komunikasi dan Informasi Badan Ekskutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen Periode 2006/2007, kepala divisi Enterpreneurship Resources Environmental and Economic Student Association (REESA) Periode 2007/2008, anggota Forum Mahasiswa Cinta Lingkungan (Formalin), dan aktif dalam kepanitiaan beberapa event kampus. Selain itu, penulis juga tercatat sebagai salah satu finalis Abang Mpok Depok

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan kasih sayangNya yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan baik mulai dari proses penyusunan sampai penyelesaian skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, pada kesempatan oini penulis ingin menyampaikan ucapan teri kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Keluargaku tersayang : Papa (Ir. Mawardi Muchtar), Mama (Elfiani Mawardi), Adik-adikku (Niko Avila dan Nesya Yolanda) atas do’a, perhatian, dukungan, kesabaran, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M. Sc dan Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi atas arahan, bimbingan, masukan, kesabaran, semangat, pengertian, perhatian yang telah diberikan kepada penulis.

3. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP sebagai dosen penguji utama.

4. Bapak Adi Hadianto, SP sebagai dosen penguji wakil departemen.

5. Bapak N. P. Rahadian selaku Direktur Eksekutif Rekonvasi Bhumi atas informasi yang telah diberikan kepada penulis.

6. Bapak Mamat dan keluarga atas tumpangan kamar di rumah Beliau selama penulis melakukan penelitian.

7. Masyarakat Desa Curug Goong yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

8. Sahabatku tersayang Aufa Hilliyun Aidha Syafril atas semangat, doa, bantuan yang diberikan kepada penulis.

9. Teman-teman penulis antara lain, Cici, Midun, Gareth, Mia, Bude Mila, Mutiara, Titut, Dhibo, Tata, Etha, Ani, Danti, Rani, Achy, Tri, Ratih, Mega, Mita, Evi, Atung, Dores, Hans, Buja dan teman-teman ESL 42 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas kebersamaan, bantuan, doa, dan dukungan yang diberikan.

(10)

11. Teman-teman Asrama A1-115 (Shinta, Ocha, Nia, Shely, dan Vbee) atas kebersamaan, keceriaan, semangat dan doa yang diberikan.

12. Teman-teman KKP Kelurahan Sukadamai, Kecamatan Tanah Sareal (Irvan, Dhofir, Farida, Siti) atas pengalaman yang diberikan selama KKP.

13. Ibu Us, Bapak Joko, Mbak Dewi dan teman-teman Kos Tridara Perwira 53 atas doa dan semangat yang diberikan kepada penulis.

(11)

ANALISIS WILLINGNESS TO PAYMASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN MATA AIR CIRAHAB (Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)

ANNISSA MERRYNA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN (Studi Kasus : Desa Curug Goong,

Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)” BELUM PERNAH

DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN

MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK

TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR

HASIL KARYA SENDRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN

YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN

KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM

NASKAH.

Bogor, 27 Agustus 2009

(13)

ABSTRACT

Annissa Merryna (H44053639). Analysis of Willingness to Pay Community for Payment Environmental Services (Case Study : Curug Goong Village, Padarincang District, Serang Regency, Banten). Under the guidance of Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc and Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si

Water is one of important elements in human life. Water is also used for a variety of interest such as drinking, cooking, washing, and all other activities that directly relate to human walfare. The purpose of research is to determine the value of willingness to pay (WTP) for community economic instruments, namely payment environmental services, the factors that affect respondents’s willingness to do a payment environmental services and the factors that affect the value of preparedness. Willingness of respondents to pay for environmental services is influenced by several factors, such as the assessment of water quality, the amount of water needs, and the distance to the water source. The assessment of water quality impacts is significant at 90 percent, variable amount of water needs is significant at 95 percent, while variable distance to the water source is significant at 99 percent.

WTP value in this research is the value that will be given by the respondents to environmental services generated by Cirahab spring per liter per household. Average WTP is Rp. 101/liter/household, while total WTP is Rp. 83.835/liter. The factors affecting the value of respondents’s WTP are influenced by the assessment of water quality, the amount of water need, the distance to the water source, and the average household income. The assessment of water quality impacts is significant at 90 percent, variable anount of water needs is significant at 95 percent, variable distance to water source is significant at 99 percent, and variable average household income is significant at 90 percent.

Once established average WTP value per liter per household has been determined the potential value of water Cirahab spring is calculated by multiplying the average WTP value with the number of respondents environmental services utilization. The value of environmental services by community is around 51.887.305/liter/year that can be generated by 4,94 Ha of land through transfer benefit method. Land should be planted to absorp tree so that the quality water and quantity water of Cirahab spring be sustainable.

The potential valus of Cirahab spring was obtained from the multiplication number of environmental services by community with average WTP value, so the potential value of Cirahab spring is Rp. 5.240.617.805/year which is more greater than the cost restoration of forest ecology is Rp. 544.758.500/Ha/year.

(14)

RINGKASAN

Annissa Merryna (H44053639). Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan (Studi Kasus : Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten). Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si

Air merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Air juga dipergunakan untuk berbagai kepentingan diantaranya untuk minum, masak, mencuci, dan segala aktifitas lainnya yang langsung berhubungan dengan kesejahteraan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mencari nilai willingness to pay (WTP) masyarakat terhadap instrumen ekonomi yaitu pembayaran jasa lingkungan, faktor-faktor yang mempengaruhi kesedian responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kesediaan tersebut. Kesediaan responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu penilaian terhadap kualitas air, jumlah kebutuhan air, dan jarak rumah ke sumber air. Variabel penilaian terhadap kualitas air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen, variabel jumlah kebutuhan air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen, sedangkan variabel jarak rumah ke sumber air berpengaruh nyata pada taraf 99 persen.

Nilai WTP dalam penelitian ini adalah nilai yang akan diberikan oleh responden terhadap jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab per liter per KK. Nilai rataan WTP responden adalah Rp. 101/liter/KK sedangkan nilai total WTP adalah Rp. 83.835/liter. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden dipengaruhi oleh penilaian kualitas air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber air dan rata-rata pendapatan rumah tangga. Variabel penilaian terhadap kualitas air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen, variabel jumlah kebutuhan air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen, variabel jarak rumah ke sumber air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 99 persen, dan variabel rata-rata pendapatan rumah tangga berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen.

Setelah didapatkan nilai rataan WTP per liter per KK maka akan dicari nilai potensial pemanfaatan dari mata air Cirahab dengan cara mengalikan nilai rataan responden dengan jumlah pemanfaatan jasa lingkungan oleh masyarakat. Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan mata air Cirahab oleh masyarakat sebanyak 51.887.305/liter/tahun yang dapat dihasilkan oleh 4,94 Ha lahan melalui metode

transfer benefit. Lahan tersebut dapat ditanami pohon penyerap air sehingga kualitas dan kuantitas mata air Cirahab dapat lestari.

Sedangkan nilai potensial pemanfaatan mata air Cirahab didapatkan dari perkalian jumlah pemanfaatan jasa lingkungan oleh masyarakat dengan nilai

rataan WTP sehingga nilai potensial pemanfaatan adalah sebesar Rp. 5.240.617.805/tahun yang nilainya jauh lebih besar dibandingkan dengan

biaya pemulihan ekologi hutan sebesar Rp. 544.758.500/Ha/tahun.

Kata kunci : air, pembayaran jasa lingkungan, willingness to pay, transfer benefit,

(15)

ANALISIS WILLINGNESS TO PAYMASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN MATA AIR CIRAHAB (Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)

ANNISSA MERRYNA H44053639

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(16)

Judul Skripsi : Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab (Studi Kasus : Desa Curug Goong Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)

Nama : Annissa Merryna

NRP : H44053639

Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si NIP. 196.204.211.986.031.003

Diketahui,

Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya danLingkungan

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc NIP. 196.204.211.986.031.003

(17)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdullillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan (Studi Kasus : Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan dapat digunakan sebagai bahan rujukan lain bagi masyarakat ilmiah yang ingin menyusun penelitian yang sejenis.

Skripsi ini bertujuan untuk menghitung besarnya willingness to pay

masyarakat terhadap pembayaran jasa lingkungan yang akan diterapkan dan faktor-faktor yang akan mempengaruhi kesediaan dan nilai dari willingness to pay

tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan masukan bagi pemerintah dan masyarakat setempat dalam mengambil langkah untuk menyusun kebijakan pengelolaan sebagai upaya konservasi di mata air Cirahab serta dapat bermanfaat bagi pihak lain yang berkepentingan.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc sebagai dosen pembimbing pertama dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si sebagai dosen pembimbing kedua yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan masukannya selama penyusunan skripsi ini. Serta pihak-pihak lain yang senantiasa membantu dan memberi motivasi serta doa kepada penulis.

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Januari 1987. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Ir. Mawardi Muchtar dan Elfiani Mawardi.

Penulis mengawali pendidikan di TK Nurul Hidayah Pejaten Pasar Minggu pada tahun 1991, kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) Anyelir 1 Depok. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTP) 2 Depok dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum (SMU) 1 Depok dan masuk dalam program studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan sebagai staf divisi Komunikasi dan Informasi Badan Ekskutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen Periode 2006/2007, kepala divisi Enterpreneurship Resources Environmental and Economic Student Association (REESA) Periode 2007/2008, anggota Forum Mahasiswa Cinta Lingkungan (Formalin), dan aktif dalam kepanitiaan beberapa event kampus. Selain itu, penulis juga tercatat sebagai salah satu finalis Abang Mpok Depok

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan kasih sayangNya yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan baik mulai dari proses penyusunan sampai penyelesaian skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, pada kesempatan oini penulis ingin menyampaikan ucapan teri kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Keluargaku tersayang : Papa (Ir. Mawardi Muchtar), Mama (Elfiani Mawardi), Adik-adikku (Niko Avila dan Nesya Yolanda) atas do’a, perhatian, dukungan, kesabaran, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M. Sc dan Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi atas arahan, bimbingan, masukan, kesabaran, semangat, pengertian, perhatian yang telah diberikan kepada penulis.

3. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP sebagai dosen penguji utama.

4. Bapak Adi Hadianto, SP sebagai dosen penguji wakil departemen.

5. Bapak N. P. Rahadian selaku Direktur Eksekutif Rekonvasi Bhumi atas informasi yang telah diberikan kepada penulis.

6. Bapak Mamat dan keluarga atas tumpangan kamar di rumah Beliau selama penulis melakukan penelitian.

7. Masyarakat Desa Curug Goong yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

8. Sahabatku tersayang Aufa Hilliyun Aidha Syafril atas semangat, doa, bantuan yang diberikan kepada penulis.

9. Teman-teman penulis antara lain, Cici, Midun, Gareth, Mia, Bude Mila, Mutiara, Titut, Dhibo, Tata, Etha, Ani, Danti, Rani, Achy, Tri, Ratih, Mega, Mita, Evi, Atung, Dores, Hans, Buja dan teman-teman ESL 42 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas kebersamaan, bantuan, doa, dan dukungan yang diberikan.

(20)

11. Teman-teman Asrama A1-115 (Shinta, Ocha, Nia, Shely, dan Vbee) atas kebersamaan, keceriaan, semangat dan doa yang diberikan.

12. Teman-teman KKP Kelurahan Sukadamai, Kecamatan Tanah Sareal (Irvan, Dhofir, Farida, Siti) atas pengalaman yang diberikan selama KKP.

13. Ibu Us, Bapak Joko, Mbak Dewi dan teman-teman Kos Tridara Perwira 53 atas doa dan semangat yang diberikan kepada penulis.

(21)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

ABSTRACT... ii

RINGKASAN ... iii

KATA PENGANTAR ... vi

RIWAYAT HIDUP... viii

UCAPAN TERIMA KASIH... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1 Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan... 6

2.2 Metode Estimasi Penilaian Nilai Jasa Lingkungan ... 7

2.2.1 The Dose-Response Method (DRM) ... 7

2.2.2 Hedonic Price Method (HPM)... 8

2.2.3 Travel Cost Method(TCM) ... 9

2.2.4 The Averting Behaviour Method (ABM) ... 10

2.2.3 Contingent Valuation Method (CVM) ... 11

2.3 Instrumen Ekonomi ... 12

(22)

2.3.2 Fungsi Instrumen Ekonomi ... 13 2.3.3 Tipologi Instrumen Ekonomi... 14

2.4 Pembayaran Jasa Lingkungan ... 17

2.4.1 Definisi Pembayaran Jasa Lingkungan... 17 2.4.2 Fungsi Jasa Lingkungan ... 17

2.4.3 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan... 19

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 20

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis... 20

3.1.1 Contingent Valuation Method... 20

3.1.2 Analisis Regresi Logit... 28

3.1.3 Analisis Regresi Berganda ... 30 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional... 31

3.3 Hipotesis Operasional... 32

IV. METODE PENELITIAN ... 35

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 35

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 35

4.3 Penentuan Jumlah Responden ... 36

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data... 36 4.4.1 Analisis Tingkat Penerimaan Responden terhadap Pembayaran Jasa

Lingkungan... 36 4.4.2 Analisis Nilai WTP Responden terhadap Pembayaran Jasa

Lingkungan... 38

(23)

4.4.6 Uji Statistik F... 47 4.5.7 Uji Multikolinear (multicollinearity)... 48 4.5.8 Uji Heteroskedastisitas ... 48

4.5.9 Uji Kenormalan ... 49 4.6 Batasan Operasional ... 49

V. KEADAAN UMUM ... 51

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 51 5.2 Kondisi Lingkungan ... 53

5.3 Karakteristik Responden ... 54

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60

6.1 Analisis Tingkat Penerimaan Responden terhadap Pembayaran Jasa

Lingkungan Mata Air Cirahab... 60

6.2 Analisis Willingness to PayMasyarakat terhadap Pembayaran Jasa

Lingkungan Mata Air Cirahab... 66 6.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Willingness to Pay... 70 6.4 Analisis Pembayaran Jasa Lingkungan terhadap Biaya Pemulihan Ekologi

Hutan... 73 6.5 Kebijakan Pengelolaan Mata Air Cirahab melalui Pembayaran Jasa

Lingkungan ... 75

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

7.1 Kesimpulan... 79 7.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(24)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perbandingan antara Metode Valuasi Ekonomi terhadap Kebijaksanaan Lingkungan ... 12

2. Metode Prosedur Penelitian ... 35

3. Peubah DummyVariabel Penilaian Terhadap Kualitas Air ... 37 4. Sebaran wilayah Desa Curug Goong Tahun 2008 ... 52

5. Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter Pilihan Bersedia atau Tidak Bersedia Responden dalam Membayar Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab... 62

6. Classification Table ... 63

7. Perbandingan Nilai Odds Ratiopada Variabel dummyPenilaian Kualitas Air ... 64

8. Distribusi WTP Responden Masyarakat Desa Curug Goong ... 67

9. Total WTP Responden Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab ... 69

10. Hasil Analisis Nilai WTP Responden Masyarakat Desa Curug Goong ... 71

11. Jumlah Pemanfaatan Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab untuk Kebutuhan Rumah Tangga Masyarakat Desa Curug Goong... 74

12. Biaya Total Pemulihan Ekologi Hutan per Hektar per Tahun ... 75

(25)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan ... 19

2. Transformasi Logit... 29

3. Diagram Alur Kerangka Berfikir ... 34

4. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Jenis Kelamin Tahun 2009... 54

5. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Tingkat Usia Tahun 2009... 55

7. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Jenis Pekerjaan Tahun 2009... 57

8. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Tingkat Pendapatan Tahun 2009 ... 58

9. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Jumlah Tanggungan Tahun 2009... 59

10. Distribusi Pilihan Bersedia dan Tidak Bersedia Responden Membayar

Pembayaran Jasa Lingkungan sebagai Upaya Konservasi Mata Air Cirahab 61

11. Kurva Penawaran WTP terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan ... 68

(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter... 85

2. Hasil Regresi Berganda dengan Metode Enter ... 89

3. Uji Kenormalan... 93

4. Kuisioner Penelitian... 94

5. Kondisi Lokasi Penelitian ... 99

(27)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya alam diantaranya lahan,

mineral, batu bara, ikan, air, dan lain-lain. Menurut Fauzi (2006) sumber daya

alam tersebut dibagi menjadi sumber daya alam yang dapat pulih dan tidak dapat

pulih. Sumber daya alam memiliki nilai intrinsik yaitu nilai yang terkandung

dalam sumber daya, terlepas apakah sumber daya tersebut dikonsumsi atau tidak.

Dalam ilmu ekonomi konvensional, nilai intrinsik ini sering diabaikan sehingga

menggunakan alat ekonomi konvensional semata untuk memahami pengelolaan

sumber daya alam sering tidak mengenai sasaran yang tepat.

Air merupakan salah satu unsur yang penting di dalam kehidupan. Air juga

dipergunakan untuk beberapa kepentingan diantaranya untuk minum, masak,

mencuci, dan segala aktifitas lain yang langsung berhubungan dengan

kesejahteraan manusia. Peningkatan jumlah penduduk akan mengakibatkan

peningkatan kebutuhan air bersih. Air bersih yang tersedia di alam semakin buruk

kondisinya sehingga air menjadi tidak tersedia dengan baik secara kuantitatif dan

kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena

pengelolaan untuk mendapatkan air yang baik secara kuantitatif dan kualitatif

memerlukan biaya yang sangat tinggi.

Pengadaan air yang baik secara kualitas dan kuantitas dipengaruhi oleh

proses hidroligis yaitu siklus yang menggambarkan perjalanan siklus air dengan

proses alami. Daur hidrologis menyebabkan air selalu tersedia di bumi untuk

(28)

Kerusakan jaringan penyimpan air yang terjadi belakangan ini dapat disebabkan

oleh kerusakan hutan, padatnya pemukiman dan lain-lain yang menyebabkan air

tidak dapat bertahan lama di bumi karena menguap ke atmosfer atau mengalir

langsung ke laut sehingga air yang tersedia di bumi menjadi sedikit jumlahnya.

Penurunan kualitas dan kuantitas air berkaitan erat dengan Daerah Aliran

Sungai (DAS). Menurut Asdak (1995), DAS merupakan satuan wilayah

tangkapan air (catchman area) yang dibatasi oleh pemisah topografi yang menerima hujan, menampung dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke danau

dan laut serta mengisi air bawah tanah. Salah satu bagian dari DAS Cidanau

adalah mata air Cirahab.

Mata air Cirahab merupakan mata air di DAS Cidanau yang memiliki

debit air terbesar yaitu 300 liter/detik. Sebagian besar kebutuhan air masyarakat

Desa Curug Goong bergantung pada kualitas dan kuantitas mata air Cirahab.

Penggunaan mata air secara terus-menerus oleh semua stakeholder terkait dikhawatirkan akan mengancam kualitas dan kuantitas mata air Cirahab. Salah

satu instrumen ekonomi untuk kelestarian lingkungan melalui pembayaran jasa

lingkungan (PJL) salah satu contoh penerapan PJL DAS Cidanau yang dilakukan

oleh PT. Krakatau Tirta Industri (PT. KTI) sebagai pemanfaat jasa lingkungan

kepada masyarakat sebagai penyedia jasa lingkungan yang bertujuan untuk DAS

Cidanau tercapainya keberlanjutan produksi air yang dibutuhkan oleh PT. KTI.

Berdasarkan contoh pemodelan tersebut dibutuhkan sebuah penelitian

awal dalam penerapan PJL di mata air Cirahab sehingga nantinya diharapkan mata

air dapat lestari dan memberikan manfaat secara berkelanjutan. Berikut ini akan

(29)

lingkungan yaitu masyarakat sebagai pemanfaat jasa lingkungan yang dihasilkan

oleh mata air Cirahab, mata air Cirahab merupakan bagian dari DAS Cidanau

yang terletak di Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang,

Banten.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan ketersediaan air yang baik secara kualitatif dan kuantitatif

saat ini merupakan problematika yang sering terjadi. Problematika ini tidak hanya

terjadi pada masyarakat perkotaan namun juga pada masyarakat pedesaan yang

memiliki sumber daya alam yang melimpah. Keterbatasan pendanaan sering kali

menjadi kendala dalam pengelolaan sumber daya alam tersebut dengan baik

sehingga dikhawatirkan suatu saat nanti sumber daya alam tersebut mengalami

degradasi yang akan merugikan berbagai pihak.

Menurut Fauzi (2006), air saat ini merupakan barang publik yang dapat

dinikmati oleh siapapun. Air juga merupakan barang ultra essential bagi kelangsungan hidup manusia. Tanpa air, manusia tidak akan mungkin bisa

bertahan hidup. Bahkan dalam ilmu ekonomi dikenal istilah water-diamond paradox atau paradoks air dan berlian, dimana air yang begitu esential dinilai begitu murah sementara berlian yang sebatas perhiasan dinilai begitu mahal.

Kontribusi air terhadap pembangunan ekonomi dan sosial juga sangat vital

sehingga seiiring bertambahnya penduduk dan eskalasi pembangunan ekonomi,

fungsi ekonomi dan sosial air sering terganggu karena semakin kritisnya suplai

air, sementara permintaan semakin meningkat.

Melihat kekhawatiran ini, maka sumber daya air seharusnya tidak lagi

(30)

Pengelolaan sumber daya air tersebut sebaiknya berbasis lingkungan agar

pemanfaat jasa lingkungan air dapat menikmati jasa lingkungan secara

berkelanjutan. Sehingga diperlukan sebuah penelitian mengenai pengelolaan

sumber daya air melalui instrumen ekonomi yaitu PJL.

Kemunculan PJL saat ini belum dikaitkan dengan tingginya kompetisi

yang nyata dalam keseimbangan penawaran dan permintaan pemanfaat dan

penyedia jasa lingkungan. Sehingga dalam penelitian ini akan mencoba untuk

mencari nilai willingness to pay (WTP) terhadap PJL dari persepsi masyarakat yang memanfaatkan jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab di

Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten.

Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik beberapa perumusan masalah

antara lain :

1) Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesediaan responden untuk

melakukan pembayaran jasa lingkungan terhadap mata air Cirahab?

2) Berapakah besarnya WTP responden terhadap pembayaran jasa lingkungan?

3) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai WTP responden terhadap

pembayaran jasa lingkungan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk menilai jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab melalui

instrumen ekonomi yaitu pembayaran jasa lingkungan. Penilaian atas jasa

lingkungan tersebut dikaitkan dengan:

1) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden untuk

(31)

2) Menganalisis nilai pembayaran jasa lingkungan oleh responden untuk

melakukan pembayaran jasa lingkungan.

3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden terhadap

pembayaran jasa lingkungan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian tentang penilaian pembayaran jasa lingkungan yang dihasilkan

oleh mata air Cirahab dapat bermanfaat bagi :

1) Akademisi dan peneliti, penelitian ini diharapkan menjadi pelengkap khasanah

keilmuan ekonomi sumberdaya dan lingkungan.

2) Pemerintah Daerah, sebagai bahan acuan dalam penerapan kebijakan

pengelolaan mata air Cirahab.

3) Masyarakat setempat untuk menambah pengetahuan mengenai keilmuan

ekonomi sumberdaya dan lingkungan khususnya mengenai pembayaran jasa

(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang

dipandang memiliki nilai ekonomi. Sumber daya itu sendiri memiliki dua aspek

yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana sumber daya dimanfaatkan

dan aspek kelembagaan yang menentukan siapa yang mengendalikan sumber daya

dan bagaimana teknologi digunakan. Dapat juga dikatakan bahwa sumber daya

adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang

bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Barang dan jasa yang dihasilkan tersebut

seperti ikan, kayu, air bahkan pencemaran sekalipun dapat dihitung nilai

ekonominya karena diasumsikan bahwa pasar itu eksis (market based), sehingga transaksi barang dan jasa tersebut dapat dilakukan.

Menurut Fauzi (2006), sumber daya alam selain menghasilkan barang dan

jasa yang dapat dikonsumsi baik langsung maupun tidak langsung juga dapat

menghasilkan jasa-jasa lingkungan yang memberikan manfaat dalam bentuk lain,

misalnya manfaat amenityseperti keindahan, ketenangan dan sebagainya. Manfaat tersebut sering kita sebut sebagai manfaat fungsi ekologis yang sering tidak

terkuantifikasikan dalam perhitungan menyeluruh terhadap nilai dari sumber daya.

Nilai tersebut tidak saja nilai pasar barang yang dihasilkan dari suatu sumber daya

melainkan juga nilai jasa lingkungan yang ditimbulkan oleh sumber daya tersebut

(Fauzi, 2006).

Penggunaan metode analisis biaya dan manfaat (cost-benefit analysis)

yang konvensional sering tidak mampu menjawab permasalahan dalam

(33)

memasukkan manfaat ekologis di dalam analisisnya (Fauzi, 2006). Oleh karena

itu lahirlah pemikiran konsep valuasi ekonomi, khususnya valuasi non-pasar (non-market valuation).

2.2 Metode Estimasi Penilaian Nilai Jasa Lingkungan

Metode penilaian ekonomi terhadap barang lingkungan sampai saat ini

telah berkembang sekitar 15 jenis metode menurut Yakin (1997). Diantaranya

adalah the Dose-Response Method(DRM), Hedonic Price Method(HPM), Travel Cost Method (TCM), dan the Averting Behaviour Method (ABM). Namun, yang paling populer saat ini adalah Contingent Valuation Method (CVM) dan superior

karena bisa mengukur dengan baik nilai penggunaan (use values) dan nilai dari non pengguna (non use values). Berikut ini akan disinggung sedikit mengenai metode penilaian ekonomi terhadap lingkungan selain CVM karena konsep CVM

akan dijelaskan lebih lanjut pada bab berikutnya.

2.2.1 The Dose-Response Method (DRM)

Metode ini menurut Yakin (1997) berdasarkan pada gagasan bahwa

kualitas lingkungan bisa dianggap sebagai suatu faktor produksi. Peningkatan

kualitas lingkungan akan mengakibatkan perubahan dalam biaya produksi yang

selanjutnya akan mengakibatkan terjadinya sutu perubahan harga, output, dan atau

tingkat pengembalian modalnya. Masalah yang bisa diterapkan dengan metode

ini misalnya dampak kualitas air terhadap produktivitas pertanian, perikanan

komersial, industri pengguna air bersih, dan dampak polusi udara terhadap

bahan/material, kesehatan, produktivitas manusia, serta kebersihan rumah tangga

atau bangunan. Saat ini metode ini umumnya diaplikasikan pada penilaian

(34)

2.2.1.1 Kelebihan DRM

Adapun kelebihan dari metode ini adalah sebagai berikut :

1) Metode ini dapat diterapkan pada kasus-kasus dimana orang tidak sadar

terhadap dampak yang diakibatkan oleh polusi.

2) Merupakan metode pengukuran manfaat yang sulit dan biasanya menjadi

perhatian pembuat kebijaksanaan

2.2.1.2 Kelemahan DRM

Adapun kelemahan dari metode ini adalah sebagai berikut :

1) Metode ini kesulitan untuk memperkirakan fungsi dose-response, yaitu

modellingrespon produsen dan memasukkan efek dari output dan harga. 2) Jika nilai non pengguna cukup tinggi maka metode ini akan menyebabkan

estimasi yang terlalu rendah terhadap keuntungan dari kebijaksanaan

lingkungan.

2.2.2 Hedonic Price Method (HPM)

Menurut Yakin (1997), metode ini berdasarkan asumsi bahwa barang

pasar menyediakan pembeli dan sejumlah jasa yang beberapa diantaranya bisa

merupakan kualitas lingkungan. Misalnya, bangunan rumah dengan kualitas udara

segar disekitarnya, pembelinya akan menerima sebagai pelengkap. Jika seseorang

merasa tertarik dengan panorama lingkungan pelengkap tersebut, mereka mau

membayar lebih untuk rumah yang berada di area kualitas lingkungan yang baik

dibandingkan dengan rumah dengan kualitas yang sama pada tempat lain yang

kualitas lingkungannya lebih jelek.

2.2.2.1 Kelebihan HPM

(35)

1) Hasil perhitungan manfaat yang diperoleh berdasarkan tingkah laku pasar

yang diteliti. Akibatnya, banyak ahli ekonomi telah memperlakukan metode

ini baik daripada hasil survei.

2) Metode ini dapat digunakan untuk mengestimasi nilai dari ”green premium”

pada barang konsumen ramah lingkungan atau nilai dari resiko lingkungan

pada kesehatan manusia melalui pembedaan upah.

2.2.2.2 Kelemahan HPM

Adapun kelemahan dari metode HPM adalah sebagai berikut :

1) Harga yang tersedia harus valid.

2) Tidak mampu mendapatkan pilihan estimasi harga dengan terdapatnya

ketidakpastian.

3) Tidak bisa mengestimasi nilai pengukuran kesejahteraan yang didasarkan

pada surplus konsumen.

4) Adanya tingkat multikolinearitas yang tinggi dalam persamaan HPM.

5) Memiliki reabilitas yang rendah karena data yang dibutuhkan sangat besar

dan sulit diperoleh.

2.2.3 Travel Cost Method(TCM)

Menurut Yakin (1997), model yang mendasari metode ini yaitu dengan

asumsi bahwa orang lain akan melakukan perjalanan berulang-ulang ke tempat

tersebut sampai pada titik dimana nilai marginal dari perjalanan terakhir bernilai

sama dengan jumlah uang dan waktu yang dikeluarkan untuk mencapai lokasi

tersebut dan untuk mengestimasi besarnya nilai manfaat dari upaya perubahan

(36)

2.2.3.1 Kelebihan TCM

Adapun kelebihan dari metode TCM adalah sebagai berikut :

1) Hasil perhitungan manfaat berdasarkan tingkah laku pasar yang diteliti

2) Metode ini dapat mengestimasi besarnya surplus konsumen

2.2.3.2 Kelemahan TCM

Adapun Kelemahan dari metode TCM adalah sebagai berikut :

1) Biaya perjalanan yang dipakai harus valid sedangkan dalam kenyataannya

susah untuk mengestimasi dengan tepat.

2) Opportunity costharus dimasukkan dalam perhitungan

3) Teori ekonomi gagal untuk menjelaskan hubungan jumlah kunjungan dengan

biaya perjalanan. Metode ini hanya berdasarkan pada ketegasan (fitting)garis regresi pada satu set data yang dikumpulkan karena dibatasi pada nilai yang

memanfaatkan lokasi tersebut, sehingga jika pelestarian lingkungan pada

lokasi tersebut penting bagi non pengguna, maka manfaat yang diestimasi jauh

lebih kecil dari yang sebenarnya.

2.2.4 The Averting Behaviour Method (ABM)

Menurut Yakin (1997) metode ini menilai kualitas lingkungan berdasarkan

pada pengeluaran untuk mengurangi atau mengatasi efek negatif dari polusi.

Misalnya, dalam kasus keabnormalan yang disebabkan oleh polusi udara yang

mengharuskan seseorang berobat ke dokter. Biaya berobat ke dokter ini dianggap

(37)

2.2.4.1 Kelebihan ABM

Kelebihan dari metode ABM adalah pengukuran manfaat yang dihasilkan

berdasarkan karakteristik pasar yang diselidiki.

2.2.4.2 Kelemahan ABM

Adapun kelemahan dari metode ABM adalah sebagai berikut :

1) Membutuhkan data yang memuaskan dan rumit.

2) Metode ini tergantung pada asumsi yang tidak bisa dijelaskan/dianalisis

dengan tepat yang berkaitan dengan spesifikasi fungsi utilitas oraang yang

diteliti.

2.2.3 Contingent Valuation Method(CVM)

Menurut Fauzi (2006), metode CVM ini sangat tergantung pada hipotesis

yang akan dibangun. Misalnya, seberapa besar biaya yang harus ditanggung,

bagaimana pembayarannya, dan sebagainya. Metode CVM ini secara teknis dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu teknis eksperimental melalui simulasi dan teknik

survei. Metode CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif sumber daya

alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaaan. Metode CVM pada

dasarnya bertujuan untuk mengetahui keinginan membayar dari masyarakat

terhadap perbaikan lingkungan dan keinginan menerima kompensasi dari

kerusakan lingkungan. Untuk lebih lengkapnya mengenai metode CVM akan

dijelaskan pada bab berikutnya.

Tabel-1 berikut ini menunjukan perbandingan teknik CVM dengan teknik

(38)

Tabel 1. Perbandingan antara Metode Valuasi Ekonomi terhadap

(DRM) Sedang Sangat Rendah Tinggi Sedang

Hedonic Price Method

(HPM) Sedang Sedang Rendah Sedang

Travel Cost Method

(TCM) Sedang Sedang Rendah Sedang

Averting Behaviour

Method (ABM) Sedang Sedang Rendah Sedang

Contingent Valuation

Method (CVM) Sedang Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sumber : Hoevanagel dalamYakin (1997)

Dilihat dari ruang lingkup penerapannya, CVM memiliki kemampuan

yang besar untuk mengestimasi manfaat lingkungan dari berbagai segi. CVM

pernah diterapkan pada berbagai kasus lingkungan seperti polusi udara, polusi air,

kecelakaan reaktor nuklir, pemburuan binatang, kepadatan konservasi dan

preservasi lahan, rekreasi, limbah beracun, populasi ikan, hujan asam, hutan,

lahan basah, spesies langka dan sebagainya. DRM baru diterapkan pada kasus

yang berkaitan dengan polusi. HPM telah diterapkan pada kasus-kasus seperti

kualitas air, kualitas udara, ketenangan, dan perburuan hewan liar. TCM

diterapkan khususnya pada kasus-kasus rekreasi dan kegiatan yang terkait. Akan

tetapi, berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan terdahulu tiap metode

mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing.

2.3 Instrumen Ekonomi

2.3.1 Definisi Instrumen Ekonomi

Menurut Fauzi (2007), instrumen ekonomi adalah sebagian dari kebijakan

lingkungan dalam mengendalikan dampak negatif yang terjadi pada lingkungan

(39)

instrumen ekonomi untuk pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan sebagai

mekanisme administratif yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi

perilaku siapapun yang mendapatkan nilai dari sumber daya, memanfaatkannya,

atau menyebabkan dampak sebagai efek lain atau eksternalitas yang disebabkan

aktivitas mereka. Sedangkan Robinson and Ryan (2002) diacu dalam Fauzi (2007) mengembangkan definisi instrumen ekonomi ini menjadi instrumen yang

berorientasi kearah peningkatkan alokasi ekonomi yang efisiensi ekonomi dari

sumber daya alam dengan memodifikasi perilaku agen ekonomi dengan cara

memberikan insentif kepada mereka untuk menginternalisasikan eksternalitas

yang mungkin timbul dari aktivitas mereka. Instrumen ekonomi ini didesain

untuk mempengaruhi keputusan produksi baik melalui mekanisme harga atau

dengan merubah atraksi dari aktivitas tertentu.

2.3.2 Fungsi Instrumen Ekonomi

Panayotou (1994) diacudalamFauzi (2007) menyebutkan paling tidak ada empat hal utama menyangkut fungsi instrumen ekonomi dalam pengelolaan

lingkungan, yaitu :

1) Menginternalisasikan eksternalitas dengan cara mengoreksi kegagalan pasar

melalui mekanisme full cost pricing dimana biaya subsidi, biaya lingkungan dan biaya eksternalitas diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.

2) Mampu mengurangi konflik pembangunan versus lingkungan, bahkan jika dilakukan secara tepat dapat menjadikan pembangunan ekonomi sebagai

wahana (vehicle) untuk perlindungan lingkungan dan sebaliknya.

3) Instrumen ekonomi berfungsi untuk menganjurkan efisiensi dalam

(40)

menimbulkan kelebihan konsumsi karena pasar, melalui isntrumen ekonomi

akan memberikan sinyal yang tepat terhadap penggunaan yang tidak efisien.

4) Instrumen ekonomi dapat digunakan sebagai sumber penerimaan (revenue generating).

2.3.3 Tipologi Instrumen Ekonomi

Menurut Fauzi (2007), instrumen ekonomi dapat dibagi berdasarkan tiga

kategori umum menurut dampaknya terhadap keuangan pemerintah, yaitu :

1) Instrumen peningkatan revenue, seperti pajak, dan biaya perijinan yang dapat meningkatkan biaya relatif dari teknologi intensif dan produk emisi. Instrumen

ini menciptakan insentif yang terus menerus pada inovasi untuk meningkatkan

efisiensi emisi atau untuk mengganti pada pengganti emisi yang lebih rendah,

serta memberikan penerimaan bagi pemerintah.

2) Instrumen Budget-neutral, yang meningkatkan biaya relatif emisi dan atau teknologi intensif energi dan produk, namun tidak meningkatkan penerimaan

bagi pemerintah. Kategori ini meliputi peraturan yang bersifat market-based, yang mengharuskan perusahaan memenuhi standar baku mutu tetapi

membolehkan mereka untuk menjual belikannya dengan pihak lain untuk

memenuhi komitmen standar ini. Instrumen budget-neutral ini dapat dikhususkan pada teknologi (misalnya renewable portfolio standard atau emisi kendaraan bermotor), atau dapat juga dikhususkan pada kinerja

(misalnya domestic emission trading program).

3) Instrumen Ekspenditur, seperti subsidi dan insentif lainnya yang menurunkan

biaya relatif dari teknologi dan produk dengan emisi yang lebih rendah dan

(41)

ada. Instrumen ini dapat ditujukan pada keputusan yang ada (misalnya melalui

akselerasi depresiasi untuk tujuan pajak) atau biaya kompetitif jangka panjang

melalui pembiayaan atau penelitian, pengembangan dan komersialisasi

teknologi baru. Dengan membiayai subsidi ini, pemerintah layaknya harus

meningkatkan pajak lainnya atau menurunkan ekspenditur.

Sedangkan Panayatou (1994) diacu dalam Fauzi (2007) lebih jauh membagi tipologi instrumen ekonomi secara lebih rinci lagi yakni berdasarkan:

1) Hak kepemilikan (property right) 2) Penciptaan pasar (market creation) 3) Instrumen fiskal

4) Sistem pungutan (charge system), instrumen ekonomi 5) Instrumen finansial

6) Instrumen pertanggung jawaban (liability) 7) Performancedan bond system

Perspektif lainnya dari instrumen ekonomi, dapat dibedakan berdasarkan

pada ruang lingkup aplikasinya, apakah diaplikasikan secara luas, dengan hanya

memberikan signal pada ekonomi dan membiarkan market menentukan sendiri responsnya. Atau dapat juga ditargetkan pada sektor, teknologi atau kegiatan yang

spesifik. Berkaitan dengan instrumen ekonomi ini, beberapa prinsip-prinsip umum

yang diaplikasikan dalam desain modelnya, yaitu :

1) Biaya kebijakan fiskal biasanya lebih rendah ketika didisain secara benar

(42)

2) Instrumen sebaiknya yang berfungsi luas dan bersifat fleksibel, karena

biasanya lebih murah daripada instrumen yang ditarget atau instrumen untuk

hal-hal khusus untuk mencapai penurunan yang sama.

3) Instrumen sebaiknya dapat mendorong perusahaan dan rumah tangga untuk

berinvestasi pada peralatan dan proses produksi yang lebih efisien (kapan

dibutuhkan mengganti peralatan yang ada dan kapan dibutuhkan penambahan

peralatan) akan lebih murah biayanya dibandingkan instrumen yang

mengharuskan mereka menyesuaikan dengan perubahan kapital.

4) Instrumen diharapkan tidak membuat terjadinya transfer kesejahteraan

diantara pihak yang terlibat dan atau wilayah. Instrumen seperti inilah yang

mudah diterima masyarakat (misalnya dalam kondisi recycling target revenue, atau pengukuran transisi, carbon charge akan mentransfer kesejahteraan dari wilayah pemanfaat intensif bahan bakar fosil ke wilayah yang banyak

memanfaatkan sumber daya hidroelektrik.

Tipe dan besaran dari dampak ekonomi setiap instrumen ekonomi,

bervariasi walaupun keluaran lingkungannya bisa jadi sama. Sementara itu,

berbagai cara dapat dilakukan untuk mitigasi dampak dan meningkatkan

efektivitas detail disain berbagai instrumen ekonomi. Dalam penyusunan model

instrumen ekonomi ini biasanya ada trade off antara minimisasi biaya agregat dengan tujuan lainnya seperti minimisasi distribusi dampak.

Dalam pengembangan instrumen ini, penting sekali untuk memperhatikan

interaksi kebijakan yang ada dan dampak yang terjadi dari interaksi ini dengan

keluaran yang diharapkan. Pertimbangan lainnya adalah dalam mendisain paket

(43)

mengikuti laju alami dari perputaran stok kapital jangka panjang dan membuat

instrumen fiskal untuk membangun tahapan dari teknologi.

2.4 Pembayaran Jasa Lingkungan

2.4.1 Definisi Pembayaran Jasa Lingkungan

Jasa lingkungan adalah produk sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya

berupa manfaat langsung (tangible)dan manfaat tidak langsung (intangible) yang meliputi antara lain jasa wisata alam/rekreasi, jasa perlindungan tata air/hidrologi,

kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan, keunikan,

keanekaragaman hayati, penyerapan dan penyimpanan karbon (Dinas Kehutanan

dan Perkebunan Provinsi Banten, 2006).

Jasa lingkungan yang ada saat ini suatu saat nanti akan mengalami

penurunan kualitas. Salah satu instrumen ekonomi yang dapat mengatasi

penurunan kualitas lingkungan dalam penelitian ini adalah pembayaran jasa

lingkungan. Pembayaran jasa lingkungan adalah suatu transaksi sukarela yang

menggambarkan suatu jasa lingkungan yang perlu dilestarikan dengan cara

memberikan nilai oleh penerima manfaat kepada penerima manfaat jasa

lingkungan (Wunder, 2005).

2.4.2 Fungsi Jasa Lingkungan

Menurut Wunder (2005), suatu ekosistem menyediakan suatu jasa

lingkungan yang memiliki empat fungsi penting yaitu :

1) Jasa penyediaan (provising services), jasa penyediaan yang dimaksud disini adalah penyediaan sumber daya alam berupa sumber bahan makanan,

obat-obatan alamiah, sumber daya genetik, kayu bakar, serat, air, mineral dan

(44)

2) Jasa pengaturan (regulating services), jasa pengaturan yang dimaksud disini adalah jasa lingkungan memiliki fungsi menjaga kualitas udara, pengeturan

iklim, pengaturan air, pengontrol erosi, pengaturan untuk menjernihkan air,

pengaturan pengelolaan sampah, pengaturan untuk mengontrol penyakit,

pengaturan untuk mengurangi resiko yang menghambat perbaikan kualitas

lingkungan dan lain-lain.

3) Jasa kultural (cultural services), jasa cultural yang dimaksud disini adalah jasa lingkungan sebagai identitas dan keragamana budaya, nilai-nilai religious dan

spiritual, pengetahuan, inspirasi, nilai estetika, hubungan sosial, rekreasi, dan

lain-lain.

4) Jasa pendukung (supporting services), jasa pendukung yang dimaksud disini adalah jasa lingkungan sebagai produksi utama yang memproduksi oksigen.

Produk jasa lingkungan hutan atau kawasan konservasi umumnya dibagi

dalam 4 (empat) kategori berupa (Wunder, 2005) :

1) Penyerap dan penyimpangan karbon (carbon sequestration and storage) 2) Perlindungan keanekaragaman hayati (biodiversity protection)

3) Perlindungan daerah aliran sungai (watershed protection) 4) Keindahan bentang alam (landscape beauty)

Terkait dengan pemanfaatan air, hutan memberikan jasa lingkungan

manfaat berupa memperbaiki kualitas air dengan mengurangi sedimentasi dan

erosi, mengatur aliran dan supply air melalui kemampuan penyerapan, mengisi air bawah tanah dan menyimpannya, mencegah dan mengurangi bencana akibat air

seperti banjir, menahan air hujan pada sistem pengakaran selama musim hujan

(45)

2.4.3 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan

Mekanisme pembayaran lingkungan menurut World Bank (2003) diacu

dalamWunder (2005) akan dijelaskan pada Gambar-1.

Gambar 1. Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan

Penyedia manfaat dalam skema ini berarti lingkungan yang menyediakan

suatu jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran lingkungan ini tergantung oleh

mekanisme keuangan dan mekanisme pembayaran jasa lingkungan itu sendiri.

Kedua mekanisme tersebut sangat dipengaruhi oleh struktur pemerintah sehingga

menghasilkan suatu nilai yang sesuai dengan jasa lingkungan yang sesungguhnya

yang dibayarkan secara sukarela oleh penerima manfaat jasa lingkungan agar

dapat menghasilkan jasa lingkungan yang berkelanjutan untuk generasi

(46)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Contingent Valuation Method

3.1.1.1 Konsep Contingent Valuation Method

Contingent Valuation Method (CVM) adalah metode teknik survei untuk menanyakan kepada penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan

terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan (Yakin,

1997). CVM menggunakan pendekatan secara langsung yang pada dasarnya

menanyakan kepada masyarakat berapa besarnya Willingness to Pay(WTP) untuk manfaat tambahan dan/atau berapa besarnya Willingness to Accept(WTA) sebagai kompensasi dari kerusakan barang lingkungan. Dalam penelitian ini, pendekatan

yang digunakan adalah pendekatan WTP.

Tujuan dari CVM adalah untuk menghitung nilai atau penawaran yang

mendekati dari barang-barang lingkungan jika pasar dari barang-barang tersebut

benar-benar ada. Oleh karena itu, pasar hipotetik (kuisioner dan responden) harus

sebisa mungkin mendekati kondisi pasar yang sebenarnya. Responden harus

mengenal dengan baik komoditas yang ditanyakan dalam kuisioner. Responden

juga harus mengenal alat hipotetik yang digunakan untuk pembayaran.

3.1.1.2 Kelebihan Contingent Valuation Method

Penggunaan CVM dalam memperkirakan nilai ekonomi suatu lingkungan

memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut :

1) Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal penting yaitu

seringkali menjadi satu-satunya teknik untuk mengestimasi manfaat dan dapat

(47)

2) Dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian barang-barang lingkungan

di sekitar masyarakat.

3) Dibandingkan dengan teknik penilaian lingkungan lainnya, CVM memiliki

kemampuan untuk mengestimasi nilai non-pengguna. Dengan CVM,

seseorang mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan barang

lingkungan bahkan jika tidak digunakan secara langsung.

4) Meskipun teknik dalam CVM membutuhkan analisis yang kompeten, namun

hasil dari penelitian menggunakan metode ini tidak sulit untuk dianalisis dan

dijabarkan.

3.1.1.3 Kelemahan Contingent Valuation Method

Teknik CVM memiliki kelemahan yaitu munculnya berbagai bias dalam

pengumpulan data. Bias dalam CVM menurut Hanley dan Spash (1993) terdiri

dari :

1) Bias Strategi (Strategic Bias)

Adanya responden yang memberikan suatu nilai WTP yang relatif kecil

karena alasan bahwa ada responden lain yang akan membayar upaya peningkatan

kualitas lingkungan dengan harga yang lebih tinggi kemungkinan dapat terjadi.

Alternatif untuk mengurangi bias strategi ini adalah melalui penjelasan bahwa

semua orang akan membayar nilai tawaran rata-rata atau penekanan sifat hipotetis

dari perlakuan. Hal ini akan mendorong responden untuk memberikan nilai WTP

yang benar.

Mitchell dan Carson (1989) diacu dalam Hanley dan Spash (1993) menyarankan empat langkah untuk meminimalkan bias strategi yaitu :

(48)

b) Penekanan bahwa pembayaran oleh responden adalah dapat dijamin

c) Menyembunyikan nilai tawaran responden lain

d) Membuat perubahan lingkungan bergantung pada nilai tawaran

Sedangkan Hoehn dan Randall (1987) diacu dalam Hanley dan Spash (1993) menyarankan bahwa bias strategi dapat dihilangkan dengan menggunakan

format referendum terhadap nilai WTP yang terlalu tinggi.

2) Bias Rancangan (Design Bias)

Rancangan studi CVM mencakup cara informasi yang disajikan, instruksi

yang diberikan, format pertanyaan, dan jumlah serta tipe informasi yang disajikan

kepada responden. Beberapa hal dalam rencangan survei yang dapat

mempengaruhi responden adalah :

a) Pemilihan jenis tawaran (bid vehicle). Jenis tawaran yang diberikan dapat mempengaruhi nilai-nilai rata-rata tawaran.

b) Bias titik awal (starting point bias). Pada metode bidding game, titik awal yang diberikan kepada responden dapat mempengaruhi nilai tawaran (bid) yang ditawarkan. Hal ini dapat dikarenakan responden yang ditanyai merasa

kurang sabar (ingin cepat selesai) atau karena titik awal yang mengemukakan

besarnya nilai tawaran adalah tepat dengan selera responden (disukai

responden karena responden tidak memiliki pengalaman tentang nilai

perdagangan benda lingkungan yang dipermasalahkan).

c) Sifat informasi yang ditawarkan (nature of information provided). Dalam sebuah pasar hipotesis, responden mengkombinasikan informasi benda

(49)

Tanggapan responden dapat dipengaruhi oleh pasar hipotesis maupun

komoditas spesifik yang diinformasikan pada saat survei.

3) Bias yang Berhubungan dengan Kondisi Kejiwaan Responden (Mental Account Bias)

Bias ini terkait dengan langkah proses pembuatan keputusan seorang

individu dalam memutuskan seberapa besar pendapatan, kekayaan, dan waktunya

yang dapat dihabiskan untuk benda lingkungan tertentu dalam periode waktu

tertentu.

4) Kesalahan Pasar Hipotetik (Hypotetical Market Error)

Kesalahan pasar hipotetik terjadi jika fakta yang ditanyakan kepada

responden di dalam pasar hipotetik membuat tanggapan responden berbeda

dengan konsep yang diinginkan peneliti sehingga nilai WTP yang dihasilkan

menjadi berbeda dengan nilai yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan studi CVM

tidak berhadapan dengan perdagangan aktual, melainkan suatu perdagangan atau

pasar yang murni hipotetik yang didapatkan dari pertemuan antara kondisi

psikologi dan sosiologi prilaku. Terjadinya bias pasar hipotetik bergantung pada :

a) Bagaimana pertanyaan disampaikan ketika melaksanakan survei.

b) Seberapa realitistik responden merasakan pasar hipotetik akan terjadi.

c) Bagaimana format WTP yang digunakan.

Solusi untuk menghilangkan bias ini salah satunya yaitu desain dari alat

survei sedemikian rupa sehingga maksimisasi realitas dari situasi yang akan diuji

(50)

3.1.1.4 Tahapan Studi Contingent Valuation Method

Menurut Hanley dan Spash (1993), beberapa tahap dalam penerapan

analisis CVM, yaitu :

1) Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypotetical Market)

Tahap awal dalam menjalankan CVM adalah membuat pasar hipotetik dan

pertanyaan mengenai nilai barang/jasa lingkungan. Pasar hipotetik tersebut

membangun suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya membayar terhadap

suatu barang/jasa lingkungan dimana tidak terdapat nilai dalam mata uang

berapa harga barang/jasa lingkungan tersebut. Dalam pasar hipotetik harus

menggambarkan bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan.

Skenario kegiatan harus diuraikan secara jelas dalam kuisioner sehingga

responden dapat memahami barang lingkungan yang dipertanyakan serta

keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan. Selain itu, di dalam kuisioner

juga perlu dijelaskan perubahan yang akan terjadi jika terdapat keinginan

masyrakat membayar.

2) Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP (Obtaining Bids)

Setelah kuisioner selesai di buat, maka dilakukan kegiatan pengambilan

sampel. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka,

dengan perantara telepon, atau surat. Wawancara dengan telepon telah

menjadi pilihan terakhir mengingat pengumpulan informasi mengenai suatu

barang lewat telepon tergolong cukup sulit, terkait dengan keterbatasan waktu.

Wawancara dengan surat cukup sering dilakukan tetapi sering mengalami bias

Gambar

Tabel 1. Perbandingan antara Metode Valuasi Ekonomi terhadap
Gambar 1. Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan
Gambar 2. Transformasi Logit
Gambar 3. Diagram Alur Kerangka Berfikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bangunan Sistem Penyelenggaraan 2.5.1 Penyelenggaraan Terancang 2.5.1.1 Penyelenggaraan Pencegahan Terancang 2.5.1.2 Penyelenggaraan Pembaikan Terancang. 2.5.2 Penyelenggaraan

Bismilllahirrahmanirrohim Alhamdulillah atas berkat rahmat dan hidayah yang telah dicurahkan kepada kami sehingga dengan segenap harapan dan doa yang tulus agar kami

Melalui jilbab modis yang dikenakan subjek berupaya untuk mengidentifikasikan diri mereka sebagai seorang perempuan Muslimah yang tetap menjalankan kewajiban, yakni dengan

Dalam menganalisa naskah drama Tir & Lir ditemukan unsur ± unsur intrinsik yang memperlihatkan kesimetrian berupa kesamaan ± kesamaan hal yang sepadan,

Pernikahan seperti ini biasa dilakukan apabila terdapat seorang wanita hamil diluar nikah, maka wanita tersebut wajib dinikahkan baik dengan laki-laki yang

Karakteristik-karakteristik tersebut berfungsi membantu meningkatkan dan memajukan kemampuan berpikir geometri siswa dari level dasar ke level berikutnya secara

Dari hasil data diatas, baik hasil temuan rancangan pembelajaran, maupun hasil pelaksanaan beserta hasil belajar yang diperoleh siswa dari siklus ke siklus mengalami

Oleh karenanya artikel ini akan menyampaikan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengkaji beberapa aspek dari tradisi tersebut seperti apa saja persyaratan dalam melaksanakan