ANALISIS WILLINGNESS TO PAYMASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN MATA AIR CIRAHAB (Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)
ANNISSA MERRYNA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP
PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN (Studi Kasus : Desa Curug Goong,
Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)” BELUM PERNAH
DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN
MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK
TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR
HASIL KARYA SENDRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN
YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN
KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM
NASKAH.
Bogor, 27 Agustus 2009
ABSTRACT
Annissa Merryna (H44053639). Analysis of Willingness to Pay Community for Payment Environmental Services (Case Study : Curug Goong Village, Padarincang District, Serang Regency, Banten). Under the guidance of Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc and Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si
Water is one of important elements in human life. Water is also used for a variety of interest such as drinking, cooking, washing, and all other activities that directly relate to human walfare. The purpose of research is to determine the value of willingness to pay (WTP) for community economic instruments, namely payment environmental services, the factors that affect respondents’s willingness to do a payment environmental services and the factors that affect the value of preparedness. Willingness of respondents to pay for environmental services is influenced by several factors, such as the assessment of water quality, the amount of water needs, and the distance to the water source. The assessment of water quality impacts is significant at 90 percent, variable amount of water needs is significant at 95 percent, while variable distance to the water source is significant at 99 percent.
WTP value in this research is the value that will be given by the respondents to environmental services generated by Cirahab spring per liter per household. Average WTP is Rp. 101/liter/household, while total WTP is Rp. 83.835/liter. The factors affecting the value of respondents’s WTP are influenced by the assessment of water quality, the amount of water need, the distance to the water source, and the average household income. The assessment of water quality impacts is significant at 90 percent, variable anount of water needs is significant at 95 percent, variable distance to water source is significant at 99 percent, and variable average household income is significant at 90 percent.
Once established average WTP value per liter per household has been determined the potential value of water Cirahab spring is calculated by multiplying the average WTP value with the number of respondents environmental services utilization. The value of environmental services by community is around 51.887.305/liter/year that can be generated by 4,94 Ha of land through transfer benefit method. Land should be planted to absorp tree so that the quality water and quantity water of Cirahab spring be sustainable.
The potential valus of Cirahab spring was obtained from the multiplication number of environmental services by community with average WTP value, so the potential value of Cirahab spring is Rp. 5.240.617.805/year which is more greater than the cost restoration of forest ecology is Rp. 544.758.500/Ha/year.
RINGKASAN
Annissa Merryna (H44053639). Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan (Studi Kasus : Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten). Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si
Air merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Air juga dipergunakan untuk berbagai kepentingan diantaranya untuk minum, masak, mencuci, dan segala aktifitas lainnya yang langsung berhubungan dengan kesejahteraan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mencari nilai willingness to pay (WTP) masyarakat terhadap instrumen ekonomi yaitu pembayaran jasa lingkungan, faktor-faktor yang mempengaruhi kesedian responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kesediaan tersebut. Kesediaan responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu penilaian terhadap kualitas air, jumlah kebutuhan air, dan jarak rumah ke sumber air. Variabel penilaian terhadap kualitas air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen, variabel jumlah kebutuhan air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen, sedangkan variabel jarak rumah ke sumber air berpengaruh nyata pada taraf 99 persen.
Nilai WTP dalam penelitian ini adalah nilai yang akan diberikan oleh responden terhadap jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab per liter per KK. Nilai rataan WTP responden adalah Rp. 101/liter/KK sedangkan nilai total WTP adalah Rp. 83.835/liter. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden dipengaruhi oleh penilaian kualitas air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber air dan rata-rata pendapatan rumah tangga. Variabel penilaian terhadap kualitas air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen, variabel jumlah kebutuhan air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen, variabel jarak rumah ke sumber air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 99 persen, dan variabel rata-rata pendapatan rumah tangga berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen.
Setelah didapatkan nilai rataan WTP per liter per KK maka akan dicari nilai potensial pemanfaatan dari mata air Cirahab dengan cara mengalikan nilai rataan responden dengan jumlah pemanfaatan jasa lingkungan oleh masyarakat. Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan mata air Cirahab oleh masyarakat sebanyak 51.887.305/liter/tahun yang dapat dihasilkan oleh 4,94 Ha lahan melalui metode
transfer benefit. Lahan tersebut dapat ditanami pohon penyerap air sehingga kualitas dan kuantitas mata air Cirahab dapat lestari.
Sedangkan nilai potensial pemanfaatan mata air Cirahab didapatkan dari perkalian jumlah pemanfaatan jasa lingkungan oleh masyarakat dengan nilai
rataan WTP sehingga nilai potensial pemanfaatan adalah sebesar Rp. 5.240.617.805/tahun yang nilainya jauh lebih besar dibandingkan dengan
biaya pemulihan ekologi hutan sebesar Rp. 544.758.500/Ha/tahun.
Kata kunci : air, pembayaran jasa lingkungan, willingness to pay, transfer benefit,
ANALISIS WILLINGNESS TO PAYMASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN MATA AIR CIRAHAB (Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)
ANNISSA MERRYNA H44053639
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Judul Skripsi : Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab (Studi Kasus : Desa Curug Goong Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)
Nama : Annissa Merryna
NRP : H44053639
Disetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si NIP. 196.204.211.986.031.003
Diketahui,
Ketua Departemen
Ekonomi Sumberdaya danLingkungan
Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc NIP. 196.204.211.986.031.003
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdullillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan (Studi Kasus : Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan dapat digunakan sebagai bahan rujukan lain bagi masyarakat ilmiah yang ingin menyusun penelitian yang sejenis.
Skripsi ini bertujuan untuk menghitung besarnya willingness to pay
masyarakat terhadap pembayaran jasa lingkungan yang akan diterapkan dan faktor-faktor yang akan mempengaruhi kesediaan dan nilai dari willingness to pay
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan masukan bagi pemerintah dan masyarakat setempat dalam mengambil langkah untuk menyusun kebijakan pengelolaan sebagai upaya konservasi di mata air Cirahab serta dapat bermanfaat bagi pihak lain yang berkepentingan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc sebagai dosen pembimbing pertama dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si sebagai dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan masukannya selama penyusunan skripsi ini. Serta pihak-pihak lain yang senantiasa membantu dan memberi motivasi serta doa kepada penulis.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Januari 1987. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Ir. Mawardi Muchtar dan Elfiani Mawardi.
Penulis mengawali pendidikan di TK Nurul Hidayah Pejaten Pasar Minggu pada tahun 1991, kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) Anyelir 1 Depok. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTP) 2 Depok dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum (SMU) 1 Depok dan masuk dalam program studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan sebagai staf divisi Komunikasi dan Informasi Badan Ekskutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen Periode 2006/2007, kepala divisi Enterpreneurship Resources Environmental and Economic Student Association (REESA) Periode 2007/2008, anggota Forum Mahasiswa Cinta Lingkungan (Formalin), dan aktif dalam kepanitiaan beberapa event kampus. Selain itu, penulis juga tercatat sebagai salah satu finalis Abang Mpok Depok
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan kasih sayangNya yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan baik mulai dari proses penyusunan sampai penyelesaian skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, pada kesempatan oini penulis ingin menyampaikan ucapan teri kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Keluargaku tersayang : Papa (Ir. Mawardi Muchtar), Mama (Elfiani Mawardi), Adik-adikku (Niko Avila dan Nesya Yolanda) atas do’a, perhatian, dukungan, kesabaran, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M. Sc dan Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi atas arahan, bimbingan, masukan, kesabaran, semangat, pengertian, perhatian yang telah diberikan kepada penulis.
3. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP sebagai dosen penguji utama.
4. Bapak Adi Hadianto, SP sebagai dosen penguji wakil departemen.
5. Bapak N. P. Rahadian selaku Direktur Eksekutif Rekonvasi Bhumi atas informasi yang telah diberikan kepada penulis.
6. Bapak Mamat dan keluarga atas tumpangan kamar di rumah Beliau selama penulis melakukan penelitian.
7. Masyarakat Desa Curug Goong yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
8. Sahabatku tersayang Aufa Hilliyun Aidha Syafril atas semangat, doa, bantuan yang diberikan kepada penulis.
9. Teman-teman penulis antara lain, Cici, Midun, Gareth, Mia, Bude Mila, Mutiara, Titut, Dhibo, Tata, Etha, Ani, Danti, Rani, Achy, Tri, Ratih, Mega, Mita, Evi, Atung, Dores, Hans, Buja dan teman-teman ESL 42 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas kebersamaan, bantuan, doa, dan dukungan yang diberikan.
11. Teman-teman Asrama A1-115 (Shinta, Ocha, Nia, Shely, dan Vbee) atas kebersamaan, keceriaan, semangat dan doa yang diberikan.
12. Teman-teman KKP Kelurahan Sukadamai, Kecamatan Tanah Sareal (Irvan, Dhofir, Farida, Siti) atas pengalaman yang diberikan selama KKP.
13. Ibu Us, Bapak Joko, Mbak Dewi dan teman-teman Kos Tridara Perwira 53 atas doa dan semangat yang diberikan kepada penulis.
ANALISIS WILLINGNESS TO PAYMASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN MATA AIR CIRAHAB (Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)
ANNISSA MERRYNA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP
PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN (Studi Kasus : Desa Curug Goong,
Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)” BELUM PERNAH
DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN
MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK
TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR
HASIL KARYA SENDRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN
YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN
KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM
NASKAH.
Bogor, 27 Agustus 2009
ABSTRACT
Annissa Merryna (H44053639). Analysis of Willingness to Pay Community for Payment Environmental Services (Case Study : Curug Goong Village, Padarincang District, Serang Regency, Banten). Under the guidance of Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc and Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si
Water is one of important elements in human life. Water is also used for a variety of interest such as drinking, cooking, washing, and all other activities that directly relate to human walfare. The purpose of research is to determine the value of willingness to pay (WTP) for community economic instruments, namely payment environmental services, the factors that affect respondents’s willingness to do a payment environmental services and the factors that affect the value of preparedness. Willingness of respondents to pay for environmental services is influenced by several factors, such as the assessment of water quality, the amount of water needs, and the distance to the water source. The assessment of water quality impacts is significant at 90 percent, variable amount of water needs is significant at 95 percent, while variable distance to the water source is significant at 99 percent.
WTP value in this research is the value that will be given by the respondents to environmental services generated by Cirahab spring per liter per household. Average WTP is Rp. 101/liter/household, while total WTP is Rp. 83.835/liter. The factors affecting the value of respondents’s WTP are influenced by the assessment of water quality, the amount of water need, the distance to the water source, and the average household income. The assessment of water quality impacts is significant at 90 percent, variable anount of water needs is significant at 95 percent, variable distance to water source is significant at 99 percent, and variable average household income is significant at 90 percent.
Once established average WTP value per liter per household has been determined the potential value of water Cirahab spring is calculated by multiplying the average WTP value with the number of respondents environmental services utilization. The value of environmental services by community is around 51.887.305/liter/year that can be generated by 4,94 Ha of land through transfer benefit method. Land should be planted to absorp tree so that the quality water and quantity water of Cirahab spring be sustainable.
The potential valus of Cirahab spring was obtained from the multiplication number of environmental services by community with average WTP value, so the potential value of Cirahab spring is Rp. 5.240.617.805/year which is more greater than the cost restoration of forest ecology is Rp. 544.758.500/Ha/year.
RINGKASAN
Annissa Merryna (H44053639). Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan (Studi Kasus : Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten). Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si
Air merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Air juga dipergunakan untuk berbagai kepentingan diantaranya untuk minum, masak, mencuci, dan segala aktifitas lainnya yang langsung berhubungan dengan kesejahteraan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mencari nilai willingness to pay (WTP) masyarakat terhadap instrumen ekonomi yaitu pembayaran jasa lingkungan, faktor-faktor yang mempengaruhi kesedian responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kesediaan tersebut. Kesediaan responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu penilaian terhadap kualitas air, jumlah kebutuhan air, dan jarak rumah ke sumber air. Variabel penilaian terhadap kualitas air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen, variabel jumlah kebutuhan air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen, sedangkan variabel jarak rumah ke sumber air berpengaruh nyata pada taraf 99 persen.
Nilai WTP dalam penelitian ini adalah nilai yang akan diberikan oleh responden terhadap jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab per liter per KK. Nilai rataan WTP responden adalah Rp. 101/liter/KK sedangkan nilai total WTP adalah Rp. 83.835/liter. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden dipengaruhi oleh penilaian kualitas air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber air dan rata-rata pendapatan rumah tangga. Variabel penilaian terhadap kualitas air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen, variabel jumlah kebutuhan air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen, variabel jarak rumah ke sumber air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 99 persen, dan variabel rata-rata pendapatan rumah tangga berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen.
Setelah didapatkan nilai rataan WTP per liter per KK maka akan dicari nilai potensial pemanfaatan dari mata air Cirahab dengan cara mengalikan nilai rataan responden dengan jumlah pemanfaatan jasa lingkungan oleh masyarakat. Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan mata air Cirahab oleh masyarakat sebanyak 51.887.305/liter/tahun yang dapat dihasilkan oleh 4,94 Ha lahan melalui metode
transfer benefit. Lahan tersebut dapat ditanami pohon penyerap air sehingga kualitas dan kuantitas mata air Cirahab dapat lestari.
Sedangkan nilai potensial pemanfaatan mata air Cirahab didapatkan dari perkalian jumlah pemanfaatan jasa lingkungan oleh masyarakat dengan nilai
rataan WTP sehingga nilai potensial pemanfaatan adalah sebesar Rp. 5.240.617.805/tahun yang nilainya jauh lebih besar dibandingkan dengan
biaya pemulihan ekologi hutan sebesar Rp. 544.758.500/Ha/tahun.
Kata kunci : air, pembayaran jasa lingkungan, willingness to pay, transfer benefit,
ANALISIS WILLINGNESS TO PAYMASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN MATA AIR CIRAHAB (Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)
ANNISSA MERRYNA H44053639
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Judul Skripsi : Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab (Studi Kasus : Desa Curug Goong Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)
Nama : Annissa Merryna
NRP : H44053639
Disetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si NIP. 196.204.211.986.031.003
Diketahui,
Ketua Departemen
Ekonomi Sumberdaya danLingkungan
Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc NIP. 196.204.211.986.031.003
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdullillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan (Studi Kasus : Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan dapat digunakan sebagai bahan rujukan lain bagi masyarakat ilmiah yang ingin menyusun penelitian yang sejenis.
Skripsi ini bertujuan untuk menghitung besarnya willingness to pay
masyarakat terhadap pembayaran jasa lingkungan yang akan diterapkan dan faktor-faktor yang akan mempengaruhi kesediaan dan nilai dari willingness to pay
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan masukan bagi pemerintah dan masyarakat setempat dalam mengambil langkah untuk menyusun kebijakan pengelolaan sebagai upaya konservasi di mata air Cirahab serta dapat bermanfaat bagi pihak lain yang berkepentingan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc sebagai dosen pembimbing pertama dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si sebagai dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan masukannya selama penyusunan skripsi ini. Serta pihak-pihak lain yang senantiasa membantu dan memberi motivasi serta doa kepada penulis.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Januari 1987. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Ir. Mawardi Muchtar dan Elfiani Mawardi.
Penulis mengawali pendidikan di TK Nurul Hidayah Pejaten Pasar Minggu pada tahun 1991, kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) Anyelir 1 Depok. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTP) 2 Depok dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum (SMU) 1 Depok dan masuk dalam program studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan sebagai staf divisi Komunikasi dan Informasi Badan Ekskutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen Periode 2006/2007, kepala divisi Enterpreneurship Resources Environmental and Economic Student Association (REESA) Periode 2007/2008, anggota Forum Mahasiswa Cinta Lingkungan (Formalin), dan aktif dalam kepanitiaan beberapa event kampus. Selain itu, penulis juga tercatat sebagai salah satu finalis Abang Mpok Depok
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan kasih sayangNya yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan baik mulai dari proses penyusunan sampai penyelesaian skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, pada kesempatan oini penulis ingin menyampaikan ucapan teri kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Keluargaku tersayang : Papa (Ir. Mawardi Muchtar), Mama (Elfiani Mawardi), Adik-adikku (Niko Avila dan Nesya Yolanda) atas do’a, perhatian, dukungan, kesabaran, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M. Sc dan Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi atas arahan, bimbingan, masukan, kesabaran, semangat, pengertian, perhatian yang telah diberikan kepada penulis.
3. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP sebagai dosen penguji utama.
4. Bapak Adi Hadianto, SP sebagai dosen penguji wakil departemen.
5. Bapak N. P. Rahadian selaku Direktur Eksekutif Rekonvasi Bhumi atas informasi yang telah diberikan kepada penulis.
6. Bapak Mamat dan keluarga atas tumpangan kamar di rumah Beliau selama penulis melakukan penelitian.
7. Masyarakat Desa Curug Goong yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
8. Sahabatku tersayang Aufa Hilliyun Aidha Syafril atas semangat, doa, bantuan yang diberikan kepada penulis.
9. Teman-teman penulis antara lain, Cici, Midun, Gareth, Mia, Bude Mila, Mutiara, Titut, Dhibo, Tata, Etha, Ani, Danti, Rani, Achy, Tri, Ratih, Mega, Mita, Evi, Atung, Dores, Hans, Buja dan teman-teman ESL 42 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas kebersamaan, bantuan, doa, dan dukungan yang diberikan.
11. Teman-teman Asrama A1-115 (Shinta, Ocha, Nia, Shely, dan Vbee) atas kebersamaan, keceriaan, semangat dan doa yang diberikan.
12. Teman-teman KKP Kelurahan Sukadamai, Kecamatan Tanah Sareal (Irvan, Dhofir, Farida, Siti) atas pengalaman yang diberikan selama KKP.
13. Ibu Us, Bapak Joko, Mbak Dewi dan teman-teman Kos Tridara Perwira 53 atas doa dan semangat yang diberikan kepada penulis.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN... i
ABSTRACT... ii
RINGKASAN ... iii
KATA PENGANTAR ... vi
RIWAYAT HIDUP... viii
UCAPAN TERIMA KASIH... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah... 3
1.3 Tujuan Penelitian... 4
1.4 Manfaat Penelitian... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA... 6
2.1 Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan... 6
2.2 Metode Estimasi Penilaian Nilai Jasa Lingkungan ... 7
2.2.1 The Dose-Response Method (DRM) ... 7
2.2.2 Hedonic Price Method (HPM)... 8
2.2.3 Travel Cost Method(TCM) ... 9
2.2.4 The Averting Behaviour Method (ABM) ... 10
2.2.3 Contingent Valuation Method (CVM) ... 11
2.3 Instrumen Ekonomi ... 12
2.3.2 Fungsi Instrumen Ekonomi ... 13 2.3.3 Tipologi Instrumen Ekonomi... 14
2.4 Pembayaran Jasa Lingkungan ... 17
2.4.1 Definisi Pembayaran Jasa Lingkungan... 17 2.4.2 Fungsi Jasa Lingkungan ... 17
2.4.3 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan... 19
III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 20
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis... 20
3.1.1 Contingent Valuation Method... 20
3.1.2 Analisis Regresi Logit... 28
3.1.3 Analisis Regresi Berganda ... 30 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional... 31
3.3 Hipotesis Operasional... 32
IV. METODE PENELITIAN ... 35
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 35
4.2 Jenis dan Sumber Data ... 35
4.3 Penentuan Jumlah Responden ... 36
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data... 36 4.4.1 Analisis Tingkat Penerimaan Responden terhadap Pembayaran Jasa
Lingkungan... 36 4.4.2 Analisis Nilai WTP Responden terhadap Pembayaran Jasa
Lingkungan... 38
4.4.6 Uji Statistik F... 47 4.5.7 Uji Multikolinear (multicollinearity)... 48 4.5.8 Uji Heteroskedastisitas ... 48
4.5.9 Uji Kenormalan ... 49 4.6 Batasan Operasional ... 49
V. KEADAAN UMUM ... 51
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 51 5.2 Kondisi Lingkungan ... 53
5.3 Karakteristik Responden ... 54
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60
6.1 Analisis Tingkat Penerimaan Responden terhadap Pembayaran Jasa
Lingkungan Mata Air Cirahab... 60
6.2 Analisis Willingness to PayMasyarakat terhadap Pembayaran Jasa
Lingkungan Mata Air Cirahab... 66 6.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Willingness to Pay... 70 6.4 Analisis Pembayaran Jasa Lingkungan terhadap Biaya Pemulihan Ekologi
Hutan... 73 6.5 Kebijakan Pengelolaan Mata Air Cirahab melalui Pembayaran Jasa
Lingkungan ... 75
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 79
7.1 Kesimpulan... 79 7.2 Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 82
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Perbandingan antara Metode Valuasi Ekonomi terhadap Kebijaksanaan Lingkungan ... 12
2. Metode Prosedur Penelitian ... 35
3. Peubah DummyVariabel Penilaian Terhadap Kualitas Air ... 37 4. Sebaran wilayah Desa Curug Goong Tahun 2008 ... 52
5. Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter Pilihan Bersedia atau Tidak Bersedia Responden dalam Membayar Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab... 62
6. Classification Table ... 63
7. Perbandingan Nilai Odds Ratiopada Variabel dummyPenilaian Kualitas Air ... 64
8. Distribusi WTP Responden Masyarakat Desa Curug Goong ... 67
9. Total WTP Responden Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab ... 69
10. Hasil Analisis Nilai WTP Responden Masyarakat Desa Curug Goong ... 71
11. Jumlah Pemanfaatan Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab untuk Kebutuhan Rumah Tangga Masyarakat Desa Curug Goong... 74
12. Biaya Total Pemulihan Ekologi Hutan per Hektar per Tahun ... 75
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan ... 19
2. Transformasi Logit... 29
3. Diagram Alur Kerangka Berfikir ... 34
4. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Jenis Kelamin Tahun 2009... 54
5. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Tingkat Usia Tahun 2009... 55
7. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Jenis Pekerjaan Tahun 2009... 57
8. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Tingkat Pendapatan Tahun 2009 ... 58
9. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Jumlah Tanggungan Tahun 2009... 59
10. Distribusi Pilihan Bersedia dan Tidak Bersedia Responden Membayar
Pembayaran Jasa Lingkungan sebagai Upaya Konservasi Mata Air Cirahab 61
11. Kurva Penawaran WTP terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan ... 68
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter... 85
2. Hasil Regresi Berganda dengan Metode Enter ... 89
3. Uji Kenormalan... 93
4. Kuisioner Penelitian... 94
5. Kondisi Lokasi Penelitian ... 99
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya alam diantaranya lahan,
mineral, batu bara, ikan, air, dan lain-lain. Menurut Fauzi (2006) sumber daya
alam tersebut dibagi menjadi sumber daya alam yang dapat pulih dan tidak dapat
pulih. Sumber daya alam memiliki nilai intrinsik yaitu nilai yang terkandung
dalam sumber daya, terlepas apakah sumber daya tersebut dikonsumsi atau tidak.
Dalam ilmu ekonomi konvensional, nilai intrinsik ini sering diabaikan sehingga
menggunakan alat ekonomi konvensional semata untuk memahami pengelolaan
sumber daya alam sering tidak mengenai sasaran yang tepat.
Air merupakan salah satu unsur yang penting di dalam kehidupan. Air juga
dipergunakan untuk beberapa kepentingan diantaranya untuk minum, masak,
mencuci, dan segala aktifitas lain yang langsung berhubungan dengan
kesejahteraan manusia. Peningkatan jumlah penduduk akan mengakibatkan
peningkatan kebutuhan air bersih. Air bersih yang tersedia di alam semakin buruk
kondisinya sehingga air menjadi tidak tersedia dengan baik secara kuantitatif dan
kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena
pengelolaan untuk mendapatkan air yang baik secara kuantitatif dan kualitatif
memerlukan biaya yang sangat tinggi.
Pengadaan air yang baik secara kualitas dan kuantitas dipengaruhi oleh
proses hidroligis yaitu siklus yang menggambarkan perjalanan siklus air dengan
proses alami. Daur hidrologis menyebabkan air selalu tersedia di bumi untuk
Kerusakan jaringan penyimpan air yang terjadi belakangan ini dapat disebabkan
oleh kerusakan hutan, padatnya pemukiman dan lain-lain yang menyebabkan air
tidak dapat bertahan lama di bumi karena menguap ke atmosfer atau mengalir
langsung ke laut sehingga air yang tersedia di bumi menjadi sedikit jumlahnya.
Penurunan kualitas dan kuantitas air berkaitan erat dengan Daerah Aliran
Sungai (DAS). Menurut Asdak (1995), DAS merupakan satuan wilayah
tangkapan air (catchman area) yang dibatasi oleh pemisah topografi yang menerima hujan, menampung dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke danau
dan laut serta mengisi air bawah tanah. Salah satu bagian dari DAS Cidanau
adalah mata air Cirahab.
Mata air Cirahab merupakan mata air di DAS Cidanau yang memiliki
debit air terbesar yaitu 300 liter/detik. Sebagian besar kebutuhan air masyarakat
Desa Curug Goong bergantung pada kualitas dan kuantitas mata air Cirahab.
Penggunaan mata air secara terus-menerus oleh semua stakeholder terkait dikhawatirkan akan mengancam kualitas dan kuantitas mata air Cirahab. Salah
satu instrumen ekonomi untuk kelestarian lingkungan melalui pembayaran jasa
lingkungan (PJL) salah satu contoh penerapan PJL DAS Cidanau yang dilakukan
oleh PT. Krakatau Tirta Industri (PT. KTI) sebagai pemanfaat jasa lingkungan
kepada masyarakat sebagai penyedia jasa lingkungan yang bertujuan untuk DAS
Cidanau tercapainya keberlanjutan produksi air yang dibutuhkan oleh PT. KTI.
Berdasarkan contoh pemodelan tersebut dibutuhkan sebuah penelitian
awal dalam penerapan PJL di mata air Cirahab sehingga nantinya diharapkan mata
air dapat lestari dan memberikan manfaat secara berkelanjutan. Berikut ini akan
lingkungan yaitu masyarakat sebagai pemanfaat jasa lingkungan yang dihasilkan
oleh mata air Cirahab, mata air Cirahab merupakan bagian dari DAS Cidanau
yang terletak di Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang,
Banten.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan ketersediaan air yang baik secara kualitatif dan kuantitatif
saat ini merupakan problematika yang sering terjadi. Problematika ini tidak hanya
terjadi pada masyarakat perkotaan namun juga pada masyarakat pedesaan yang
memiliki sumber daya alam yang melimpah. Keterbatasan pendanaan sering kali
menjadi kendala dalam pengelolaan sumber daya alam tersebut dengan baik
sehingga dikhawatirkan suatu saat nanti sumber daya alam tersebut mengalami
degradasi yang akan merugikan berbagai pihak.
Menurut Fauzi (2006), air saat ini merupakan barang publik yang dapat
dinikmati oleh siapapun. Air juga merupakan barang ultra essential bagi kelangsungan hidup manusia. Tanpa air, manusia tidak akan mungkin bisa
bertahan hidup. Bahkan dalam ilmu ekonomi dikenal istilah water-diamond paradox atau paradoks air dan berlian, dimana air yang begitu esential dinilai begitu murah sementara berlian yang sebatas perhiasan dinilai begitu mahal.
Kontribusi air terhadap pembangunan ekonomi dan sosial juga sangat vital
sehingga seiiring bertambahnya penduduk dan eskalasi pembangunan ekonomi,
fungsi ekonomi dan sosial air sering terganggu karena semakin kritisnya suplai
air, sementara permintaan semakin meningkat.
Melihat kekhawatiran ini, maka sumber daya air seharusnya tidak lagi
Pengelolaan sumber daya air tersebut sebaiknya berbasis lingkungan agar
pemanfaat jasa lingkungan air dapat menikmati jasa lingkungan secara
berkelanjutan. Sehingga diperlukan sebuah penelitian mengenai pengelolaan
sumber daya air melalui instrumen ekonomi yaitu PJL.
Kemunculan PJL saat ini belum dikaitkan dengan tingginya kompetisi
yang nyata dalam keseimbangan penawaran dan permintaan pemanfaat dan
penyedia jasa lingkungan. Sehingga dalam penelitian ini akan mencoba untuk
mencari nilai willingness to pay (WTP) terhadap PJL dari persepsi masyarakat yang memanfaatkan jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab di
Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten.
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik beberapa perumusan masalah
antara lain :
1) Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesediaan responden untuk
melakukan pembayaran jasa lingkungan terhadap mata air Cirahab?
2) Berapakah besarnya WTP responden terhadap pembayaran jasa lingkungan?
3) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai WTP responden terhadap
pembayaran jasa lingkungan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk menilai jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab melalui
instrumen ekonomi yaitu pembayaran jasa lingkungan. Penilaian atas jasa
lingkungan tersebut dikaitkan dengan:
1) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden untuk
2) Menganalisis nilai pembayaran jasa lingkungan oleh responden untuk
melakukan pembayaran jasa lingkungan.
3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden terhadap
pembayaran jasa lingkungan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian tentang penilaian pembayaran jasa lingkungan yang dihasilkan
oleh mata air Cirahab dapat bermanfaat bagi :
1) Akademisi dan peneliti, penelitian ini diharapkan menjadi pelengkap khasanah
keilmuan ekonomi sumberdaya dan lingkungan.
2) Pemerintah Daerah, sebagai bahan acuan dalam penerapan kebijakan
pengelolaan mata air Cirahab.
3) Masyarakat setempat untuk menambah pengetahuan mengenai keilmuan
ekonomi sumberdaya dan lingkungan khususnya mengenai pembayaran jasa
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang
dipandang memiliki nilai ekonomi. Sumber daya itu sendiri memiliki dua aspek
yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana sumber daya dimanfaatkan
dan aspek kelembagaan yang menentukan siapa yang mengendalikan sumber daya
dan bagaimana teknologi digunakan. Dapat juga dikatakan bahwa sumber daya
adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang
bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Barang dan jasa yang dihasilkan tersebut
seperti ikan, kayu, air bahkan pencemaran sekalipun dapat dihitung nilai
ekonominya karena diasumsikan bahwa pasar itu eksis (market based), sehingga transaksi barang dan jasa tersebut dapat dilakukan.
Menurut Fauzi (2006), sumber daya alam selain menghasilkan barang dan
jasa yang dapat dikonsumsi baik langsung maupun tidak langsung juga dapat
menghasilkan jasa-jasa lingkungan yang memberikan manfaat dalam bentuk lain,
misalnya manfaat amenityseperti keindahan, ketenangan dan sebagainya. Manfaat tersebut sering kita sebut sebagai manfaat fungsi ekologis yang sering tidak
terkuantifikasikan dalam perhitungan menyeluruh terhadap nilai dari sumber daya.
Nilai tersebut tidak saja nilai pasar barang yang dihasilkan dari suatu sumber daya
melainkan juga nilai jasa lingkungan yang ditimbulkan oleh sumber daya tersebut
(Fauzi, 2006).
Penggunaan metode analisis biaya dan manfaat (cost-benefit analysis)
yang konvensional sering tidak mampu menjawab permasalahan dalam
memasukkan manfaat ekologis di dalam analisisnya (Fauzi, 2006). Oleh karena
itu lahirlah pemikiran konsep valuasi ekonomi, khususnya valuasi non-pasar (non-market valuation).
2.2 Metode Estimasi Penilaian Nilai Jasa Lingkungan
Metode penilaian ekonomi terhadap barang lingkungan sampai saat ini
telah berkembang sekitar 15 jenis metode menurut Yakin (1997). Diantaranya
adalah the Dose-Response Method(DRM), Hedonic Price Method(HPM), Travel Cost Method (TCM), dan the Averting Behaviour Method (ABM). Namun, yang paling populer saat ini adalah Contingent Valuation Method (CVM) dan superior
karena bisa mengukur dengan baik nilai penggunaan (use values) dan nilai dari non pengguna (non use values). Berikut ini akan disinggung sedikit mengenai metode penilaian ekonomi terhadap lingkungan selain CVM karena konsep CVM
akan dijelaskan lebih lanjut pada bab berikutnya.
2.2.1 The Dose-Response Method (DRM)
Metode ini menurut Yakin (1997) berdasarkan pada gagasan bahwa
kualitas lingkungan bisa dianggap sebagai suatu faktor produksi. Peningkatan
kualitas lingkungan akan mengakibatkan perubahan dalam biaya produksi yang
selanjutnya akan mengakibatkan terjadinya sutu perubahan harga, output, dan atau
tingkat pengembalian modalnya. Masalah yang bisa diterapkan dengan metode
ini misalnya dampak kualitas air terhadap produktivitas pertanian, perikanan
komersial, industri pengguna air bersih, dan dampak polusi udara terhadap
bahan/material, kesehatan, produktivitas manusia, serta kebersihan rumah tangga
atau bangunan. Saat ini metode ini umumnya diaplikasikan pada penilaian
2.2.1.1 Kelebihan DRM
Adapun kelebihan dari metode ini adalah sebagai berikut :
1) Metode ini dapat diterapkan pada kasus-kasus dimana orang tidak sadar
terhadap dampak yang diakibatkan oleh polusi.
2) Merupakan metode pengukuran manfaat yang sulit dan biasanya menjadi
perhatian pembuat kebijaksanaan
2.2.1.2 Kelemahan DRM
Adapun kelemahan dari metode ini adalah sebagai berikut :
1) Metode ini kesulitan untuk memperkirakan fungsi dose-response, yaitu
modellingrespon produsen dan memasukkan efek dari output dan harga. 2) Jika nilai non pengguna cukup tinggi maka metode ini akan menyebabkan
estimasi yang terlalu rendah terhadap keuntungan dari kebijaksanaan
lingkungan.
2.2.2 Hedonic Price Method (HPM)
Menurut Yakin (1997), metode ini berdasarkan asumsi bahwa barang
pasar menyediakan pembeli dan sejumlah jasa yang beberapa diantaranya bisa
merupakan kualitas lingkungan. Misalnya, bangunan rumah dengan kualitas udara
segar disekitarnya, pembelinya akan menerima sebagai pelengkap. Jika seseorang
merasa tertarik dengan panorama lingkungan pelengkap tersebut, mereka mau
membayar lebih untuk rumah yang berada di area kualitas lingkungan yang baik
dibandingkan dengan rumah dengan kualitas yang sama pada tempat lain yang
kualitas lingkungannya lebih jelek.
2.2.2.1 Kelebihan HPM
1) Hasil perhitungan manfaat yang diperoleh berdasarkan tingkah laku pasar
yang diteliti. Akibatnya, banyak ahli ekonomi telah memperlakukan metode
ini baik daripada hasil survei.
2) Metode ini dapat digunakan untuk mengestimasi nilai dari ”green premium”
pada barang konsumen ramah lingkungan atau nilai dari resiko lingkungan
pada kesehatan manusia melalui pembedaan upah.
2.2.2.2 Kelemahan HPM
Adapun kelemahan dari metode HPM adalah sebagai berikut :
1) Harga yang tersedia harus valid.
2) Tidak mampu mendapatkan pilihan estimasi harga dengan terdapatnya
ketidakpastian.
3) Tidak bisa mengestimasi nilai pengukuran kesejahteraan yang didasarkan
pada surplus konsumen.
4) Adanya tingkat multikolinearitas yang tinggi dalam persamaan HPM.
5) Memiliki reabilitas yang rendah karena data yang dibutuhkan sangat besar
dan sulit diperoleh.
2.2.3 Travel Cost Method(TCM)
Menurut Yakin (1997), model yang mendasari metode ini yaitu dengan
asumsi bahwa orang lain akan melakukan perjalanan berulang-ulang ke tempat
tersebut sampai pada titik dimana nilai marginal dari perjalanan terakhir bernilai
sama dengan jumlah uang dan waktu yang dikeluarkan untuk mencapai lokasi
tersebut dan untuk mengestimasi besarnya nilai manfaat dari upaya perubahan
2.2.3.1 Kelebihan TCM
Adapun kelebihan dari metode TCM adalah sebagai berikut :
1) Hasil perhitungan manfaat berdasarkan tingkah laku pasar yang diteliti
2) Metode ini dapat mengestimasi besarnya surplus konsumen
2.2.3.2 Kelemahan TCM
Adapun Kelemahan dari metode TCM adalah sebagai berikut :
1) Biaya perjalanan yang dipakai harus valid sedangkan dalam kenyataannya
susah untuk mengestimasi dengan tepat.
2) Opportunity costharus dimasukkan dalam perhitungan
3) Teori ekonomi gagal untuk menjelaskan hubungan jumlah kunjungan dengan
biaya perjalanan. Metode ini hanya berdasarkan pada ketegasan (fitting)garis regresi pada satu set data yang dikumpulkan karena dibatasi pada nilai yang
memanfaatkan lokasi tersebut, sehingga jika pelestarian lingkungan pada
lokasi tersebut penting bagi non pengguna, maka manfaat yang diestimasi jauh
lebih kecil dari yang sebenarnya.
2.2.4 The Averting Behaviour Method (ABM)
Menurut Yakin (1997) metode ini menilai kualitas lingkungan berdasarkan
pada pengeluaran untuk mengurangi atau mengatasi efek negatif dari polusi.
Misalnya, dalam kasus keabnormalan yang disebabkan oleh polusi udara yang
mengharuskan seseorang berobat ke dokter. Biaya berobat ke dokter ini dianggap
2.2.4.1 Kelebihan ABM
Kelebihan dari metode ABM adalah pengukuran manfaat yang dihasilkan
berdasarkan karakteristik pasar yang diselidiki.
2.2.4.2 Kelemahan ABM
Adapun kelemahan dari metode ABM adalah sebagai berikut :
1) Membutuhkan data yang memuaskan dan rumit.
2) Metode ini tergantung pada asumsi yang tidak bisa dijelaskan/dianalisis
dengan tepat yang berkaitan dengan spesifikasi fungsi utilitas oraang yang
diteliti.
2.2.3 Contingent Valuation Method(CVM)
Menurut Fauzi (2006), metode CVM ini sangat tergantung pada hipotesis
yang akan dibangun. Misalnya, seberapa besar biaya yang harus ditanggung,
bagaimana pembayarannya, dan sebagainya. Metode CVM ini secara teknis dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu teknis eksperimental melalui simulasi dan teknik
survei. Metode CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif sumber daya
alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaaan. Metode CVM pada
dasarnya bertujuan untuk mengetahui keinginan membayar dari masyarakat
terhadap perbaikan lingkungan dan keinginan menerima kompensasi dari
kerusakan lingkungan. Untuk lebih lengkapnya mengenai metode CVM akan
dijelaskan pada bab berikutnya.
Tabel-1 berikut ini menunjukan perbandingan teknik CVM dengan teknik
Tabel 1. Perbandingan antara Metode Valuasi Ekonomi terhadap
(DRM) Sedang Sangat Rendah Tinggi Sedang
Hedonic Price Method
(HPM) Sedang Sedang Rendah Sedang
Travel Cost Method
(TCM) Sedang Sedang Rendah Sedang
Averting Behaviour
Method (ABM) Sedang Sedang Rendah Sedang
Contingent Valuation
Method (CVM) Sedang Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sumber : Hoevanagel dalamYakin (1997)
Dilihat dari ruang lingkup penerapannya, CVM memiliki kemampuan
yang besar untuk mengestimasi manfaat lingkungan dari berbagai segi. CVM
pernah diterapkan pada berbagai kasus lingkungan seperti polusi udara, polusi air,
kecelakaan reaktor nuklir, pemburuan binatang, kepadatan konservasi dan
preservasi lahan, rekreasi, limbah beracun, populasi ikan, hujan asam, hutan,
lahan basah, spesies langka dan sebagainya. DRM baru diterapkan pada kasus
yang berkaitan dengan polusi. HPM telah diterapkan pada kasus-kasus seperti
kualitas air, kualitas udara, ketenangan, dan perburuan hewan liar. TCM
diterapkan khususnya pada kasus-kasus rekreasi dan kegiatan yang terkait. Akan
tetapi, berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan terdahulu tiap metode
mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing.
2.3 Instrumen Ekonomi
2.3.1 Definisi Instrumen Ekonomi
Menurut Fauzi (2007), instrumen ekonomi adalah sebagian dari kebijakan
lingkungan dalam mengendalikan dampak negatif yang terjadi pada lingkungan
instrumen ekonomi untuk pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan sebagai
mekanisme administratif yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi
perilaku siapapun yang mendapatkan nilai dari sumber daya, memanfaatkannya,
atau menyebabkan dampak sebagai efek lain atau eksternalitas yang disebabkan
aktivitas mereka. Sedangkan Robinson and Ryan (2002) diacu dalam Fauzi (2007) mengembangkan definisi instrumen ekonomi ini menjadi instrumen yang
berorientasi kearah peningkatkan alokasi ekonomi yang efisiensi ekonomi dari
sumber daya alam dengan memodifikasi perilaku agen ekonomi dengan cara
memberikan insentif kepada mereka untuk menginternalisasikan eksternalitas
yang mungkin timbul dari aktivitas mereka. Instrumen ekonomi ini didesain
untuk mempengaruhi keputusan produksi baik melalui mekanisme harga atau
dengan merubah atraksi dari aktivitas tertentu.
2.3.2 Fungsi Instrumen Ekonomi
Panayotou (1994) diacudalamFauzi (2007) menyebutkan paling tidak ada empat hal utama menyangkut fungsi instrumen ekonomi dalam pengelolaan
lingkungan, yaitu :
1) Menginternalisasikan eksternalitas dengan cara mengoreksi kegagalan pasar
melalui mekanisme full cost pricing dimana biaya subsidi, biaya lingkungan dan biaya eksternalitas diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.
2) Mampu mengurangi konflik pembangunan versus lingkungan, bahkan jika dilakukan secara tepat dapat menjadikan pembangunan ekonomi sebagai
wahana (vehicle) untuk perlindungan lingkungan dan sebaliknya.
3) Instrumen ekonomi berfungsi untuk menganjurkan efisiensi dalam
menimbulkan kelebihan konsumsi karena pasar, melalui isntrumen ekonomi
akan memberikan sinyal yang tepat terhadap penggunaan yang tidak efisien.
4) Instrumen ekonomi dapat digunakan sebagai sumber penerimaan (revenue generating).
2.3.3 Tipologi Instrumen Ekonomi
Menurut Fauzi (2007), instrumen ekonomi dapat dibagi berdasarkan tiga
kategori umum menurut dampaknya terhadap keuangan pemerintah, yaitu :
1) Instrumen peningkatan revenue, seperti pajak, dan biaya perijinan yang dapat meningkatkan biaya relatif dari teknologi intensif dan produk emisi. Instrumen
ini menciptakan insentif yang terus menerus pada inovasi untuk meningkatkan
efisiensi emisi atau untuk mengganti pada pengganti emisi yang lebih rendah,
serta memberikan penerimaan bagi pemerintah.
2) Instrumen Budget-neutral, yang meningkatkan biaya relatif emisi dan atau teknologi intensif energi dan produk, namun tidak meningkatkan penerimaan
bagi pemerintah. Kategori ini meliputi peraturan yang bersifat market-based, yang mengharuskan perusahaan memenuhi standar baku mutu tetapi
membolehkan mereka untuk menjual belikannya dengan pihak lain untuk
memenuhi komitmen standar ini. Instrumen budget-neutral ini dapat dikhususkan pada teknologi (misalnya renewable portfolio standard atau emisi kendaraan bermotor), atau dapat juga dikhususkan pada kinerja
(misalnya domestic emission trading program).
3) Instrumen Ekspenditur, seperti subsidi dan insentif lainnya yang menurunkan
biaya relatif dari teknologi dan produk dengan emisi yang lebih rendah dan
ada. Instrumen ini dapat ditujukan pada keputusan yang ada (misalnya melalui
akselerasi depresiasi untuk tujuan pajak) atau biaya kompetitif jangka panjang
melalui pembiayaan atau penelitian, pengembangan dan komersialisasi
teknologi baru. Dengan membiayai subsidi ini, pemerintah layaknya harus
meningkatkan pajak lainnya atau menurunkan ekspenditur.
Sedangkan Panayatou (1994) diacu dalam Fauzi (2007) lebih jauh membagi tipologi instrumen ekonomi secara lebih rinci lagi yakni berdasarkan:
1) Hak kepemilikan (property right) 2) Penciptaan pasar (market creation) 3) Instrumen fiskal
4) Sistem pungutan (charge system), instrumen ekonomi 5) Instrumen finansial
6) Instrumen pertanggung jawaban (liability) 7) Performancedan bond system
Perspektif lainnya dari instrumen ekonomi, dapat dibedakan berdasarkan
pada ruang lingkup aplikasinya, apakah diaplikasikan secara luas, dengan hanya
memberikan signal pada ekonomi dan membiarkan market menentukan sendiri responsnya. Atau dapat juga ditargetkan pada sektor, teknologi atau kegiatan yang
spesifik. Berkaitan dengan instrumen ekonomi ini, beberapa prinsip-prinsip umum
yang diaplikasikan dalam desain modelnya, yaitu :
1) Biaya kebijakan fiskal biasanya lebih rendah ketika didisain secara benar
2) Instrumen sebaiknya yang berfungsi luas dan bersifat fleksibel, karena
biasanya lebih murah daripada instrumen yang ditarget atau instrumen untuk
hal-hal khusus untuk mencapai penurunan yang sama.
3) Instrumen sebaiknya dapat mendorong perusahaan dan rumah tangga untuk
berinvestasi pada peralatan dan proses produksi yang lebih efisien (kapan
dibutuhkan mengganti peralatan yang ada dan kapan dibutuhkan penambahan
peralatan) akan lebih murah biayanya dibandingkan instrumen yang
mengharuskan mereka menyesuaikan dengan perubahan kapital.
4) Instrumen diharapkan tidak membuat terjadinya transfer kesejahteraan
diantara pihak yang terlibat dan atau wilayah. Instrumen seperti inilah yang
mudah diterima masyarakat (misalnya dalam kondisi recycling target revenue, atau pengukuran transisi, carbon charge akan mentransfer kesejahteraan dari wilayah pemanfaat intensif bahan bakar fosil ke wilayah yang banyak
memanfaatkan sumber daya hidroelektrik.
Tipe dan besaran dari dampak ekonomi setiap instrumen ekonomi,
bervariasi walaupun keluaran lingkungannya bisa jadi sama. Sementara itu,
berbagai cara dapat dilakukan untuk mitigasi dampak dan meningkatkan
efektivitas detail disain berbagai instrumen ekonomi. Dalam penyusunan model
instrumen ekonomi ini biasanya ada trade off antara minimisasi biaya agregat dengan tujuan lainnya seperti minimisasi distribusi dampak.
Dalam pengembangan instrumen ini, penting sekali untuk memperhatikan
interaksi kebijakan yang ada dan dampak yang terjadi dari interaksi ini dengan
keluaran yang diharapkan. Pertimbangan lainnya adalah dalam mendisain paket
mengikuti laju alami dari perputaran stok kapital jangka panjang dan membuat
instrumen fiskal untuk membangun tahapan dari teknologi.
2.4 Pembayaran Jasa Lingkungan
2.4.1 Definisi Pembayaran Jasa Lingkungan
Jasa lingkungan adalah produk sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
berupa manfaat langsung (tangible)dan manfaat tidak langsung (intangible) yang meliputi antara lain jasa wisata alam/rekreasi, jasa perlindungan tata air/hidrologi,
kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan, keunikan,
keanekaragaman hayati, penyerapan dan penyimpanan karbon (Dinas Kehutanan
dan Perkebunan Provinsi Banten, 2006).
Jasa lingkungan yang ada saat ini suatu saat nanti akan mengalami
penurunan kualitas. Salah satu instrumen ekonomi yang dapat mengatasi
penurunan kualitas lingkungan dalam penelitian ini adalah pembayaran jasa
lingkungan. Pembayaran jasa lingkungan adalah suatu transaksi sukarela yang
menggambarkan suatu jasa lingkungan yang perlu dilestarikan dengan cara
memberikan nilai oleh penerima manfaat kepada penerima manfaat jasa
lingkungan (Wunder, 2005).
2.4.2 Fungsi Jasa Lingkungan
Menurut Wunder (2005), suatu ekosistem menyediakan suatu jasa
lingkungan yang memiliki empat fungsi penting yaitu :
1) Jasa penyediaan (provising services), jasa penyediaan yang dimaksud disini adalah penyediaan sumber daya alam berupa sumber bahan makanan,
obat-obatan alamiah, sumber daya genetik, kayu bakar, serat, air, mineral dan
2) Jasa pengaturan (regulating services), jasa pengaturan yang dimaksud disini adalah jasa lingkungan memiliki fungsi menjaga kualitas udara, pengeturan
iklim, pengaturan air, pengontrol erosi, pengaturan untuk menjernihkan air,
pengaturan pengelolaan sampah, pengaturan untuk mengontrol penyakit,
pengaturan untuk mengurangi resiko yang menghambat perbaikan kualitas
lingkungan dan lain-lain.
3) Jasa kultural (cultural services), jasa cultural yang dimaksud disini adalah jasa lingkungan sebagai identitas dan keragamana budaya, nilai-nilai religious dan
spiritual, pengetahuan, inspirasi, nilai estetika, hubungan sosial, rekreasi, dan
lain-lain.
4) Jasa pendukung (supporting services), jasa pendukung yang dimaksud disini adalah jasa lingkungan sebagai produksi utama yang memproduksi oksigen.
Produk jasa lingkungan hutan atau kawasan konservasi umumnya dibagi
dalam 4 (empat) kategori berupa (Wunder, 2005) :
1) Penyerap dan penyimpangan karbon (carbon sequestration and storage) 2) Perlindungan keanekaragaman hayati (biodiversity protection)
3) Perlindungan daerah aliran sungai (watershed protection) 4) Keindahan bentang alam (landscape beauty)
Terkait dengan pemanfaatan air, hutan memberikan jasa lingkungan
manfaat berupa memperbaiki kualitas air dengan mengurangi sedimentasi dan
erosi, mengatur aliran dan supply air melalui kemampuan penyerapan, mengisi air bawah tanah dan menyimpannya, mencegah dan mengurangi bencana akibat air
seperti banjir, menahan air hujan pada sistem pengakaran selama musim hujan
2.4.3 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan
Mekanisme pembayaran lingkungan menurut World Bank (2003) diacu
dalamWunder (2005) akan dijelaskan pada Gambar-1.
Gambar 1. Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan
Penyedia manfaat dalam skema ini berarti lingkungan yang menyediakan
suatu jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran lingkungan ini tergantung oleh
mekanisme keuangan dan mekanisme pembayaran jasa lingkungan itu sendiri.
Kedua mekanisme tersebut sangat dipengaruhi oleh struktur pemerintah sehingga
menghasilkan suatu nilai yang sesuai dengan jasa lingkungan yang sesungguhnya
yang dibayarkan secara sukarela oleh penerima manfaat jasa lingkungan agar
dapat menghasilkan jasa lingkungan yang berkelanjutan untuk generasi
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Contingent Valuation Method
3.1.1.1 Konsep Contingent Valuation Method
Contingent Valuation Method (CVM) adalah metode teknik survei untuk menanyakan kepada penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan
terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan (Yakin,
1997). CVM menggunakan pendekatan secara langsung yang pada dasarnya
menanyakan kepada masyarakat berapa besarnya Willingness to Pay(WTP) untuk manfaat tambahan dan/atau berapa besarnya Willingness to Accept(WTA) sebagai kompensasi dari kerusakan barang lingkungan. Dalam penelitian ini, pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan WTP.
Tujuan dari CVM adalah untuk menghitung nilai atau penawaran yang
mendekati dari barang-barang lingkungan jika pasar dari barang-barang tersebut
benar-benar ada. Oleh karena itu, pasar hipotetik (kuisioner dan responden) harus
sebisa mungkin mendekati kondisi pasar yang sebenarnya. Responden harus
mengenal dengan baik komoditas yang ditanyakan dalam kuisioner. Responden
juga harus mengenal alat hipotetik yang digunakan untuk pembayaran.
3.1.1.2 Kelebihan Contingent Valuation Method
Penggunaan CVM dalam memperkirakan nilai ekonomi suatu lingkungan
memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut :
1) Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal penting yaitu
seringkali menjadi satu-satunya teknik untuk mengestimasi manfaat dan dapat
2) Dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian barang-barang lingkungan
di sekitar masyarakat.
3) Dibandingkan dengan teknik penilaian lingkungan lainnya, CVM memiliki
kemampuan untuk mengestimasi nilai non-pengguna. Dengan CVM,
seseorang mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan barang
lingkungan bahkan jika tidak digunakan secara langsung.
4) Meskipun teknik dalam CVM membutuhkan analisis yang kompeten, namun
hasil dari penelitian menggunakan metode ini tidak sulit untuk dianalisis dan
dijabarkan.
3.1.1.3 Kelemahan Contingent Valuation Method
Teknik CVM memiliki kelemahan yaitu munculnya berbagai bias dalam
pengumpulan data. Bias dalam CVM menurut Hanley dan Spash (1993) terdiri
dari :
1) Bias Strategi (Strategic Bias)
Adanya responden yang memberikan suatu nilai WTP yang relatif kecil
karena alasan bahwa ada responden lain yang akan membayar upaya peningkatan
kualitas lingkungan dengan harga yang lebih tinggi kemungkinan dapat terjadi.
Alternatif untuk mengurangi bias strategi ini adalah melalui penjelasan bahwa
semua orang akan membayar nilai tawaran rata-rata atau penekanan sifat hipotetis
dari perlakuan. Hal ini akan mendorong responden untuk memberikan nilai WTP
yang benar.
Mitchell dan Carson (1989) diacu dalam Hanley dan Spash (1993) menyarankan empat langkah untuk meminimalkan bias strategi yaitu :
b) Penekanan bahwa pembayaran oleh responden adalah dapat dijamin
c) Menyembunyikan nilai tawaran responden lain
d) Membuat perubahan lingkungan bergantung pada nilai tawaran
Sedangkan Hoehn dan Randall (1987) diacu dalam Hanley dan Spash (1993) menyarankan bahwa bias strategi dapat dihilangkan dengan menggunakan
format referendum terhadap nilai WTP yang terlalu tinggi.
2) Bias Rancangan (Design Bias)
Rancangan studi CVM mencakup cara informasi yang disajikan, instruksi
yang diberikan, format pertanyaan, dan jumlah serta tipe informasi yang disajikan
kepada responden. Beberapa hal dalam rencangan survei yang dapat
mempengaruhi responden adalah :
a) Pemilihan jenis tawaran (bid vehicle). Jenis tawaran yang diberikan dapat mempengaruhi nilai-nilai rata-rata tawaran.
b) Bias titik awal (starting point bias). Pada metode bidding game, titik awal yang diberikan kepada responden dapat mempengaruhi nilai tawaran (bid) yang ditawarkan. Hal ini dapat dikarenakan responden yang ditanyai merasa
kurang sabar (ingin cepat selesai) atau karena titik awal yang mengemukakan
besarnya nilai tawaran adalah tepat dengan selera responden (disukai
responden karena responden tidak memiliki pengalaman tentang nilai
perdagangan benda lingkungan yang dipermasalahkan).
c) Sifat informasi yang ditawarkan (nature of information provided). Dalam sebuah pasar hipotesis, responden mengkombinasikan informasi benda
Tanggapan responden dapat dipengaruhi oleh pasar hipotesis maupun
komoditas spesifik yang diinformasikan pada saat survei.
3) Bias yang Berhubungan dengan Kondisi Kejiwaan Responden (Mental Account Bias)
Bias ini terkait dengan langkah proses pembuatan keputusan seorang
individu dalam memutuskan seberapa besar pendapatan, kekayaan, dan waktunya
yang dapat dihabiskan untuk benda lingkungan tertentu dalam periode waktu
tertentu.
4) Kesalahan Pasar Hipotetik (Hypotetical Market Error)
Kesalahan pasar hipotetik terjadi jika fakta yang ditanyakan kepada
responden di dalam pasar hipotetik membuat tanggapan responden berbeda
dengan konsep yang diinginkan peneliti sehingga nilai WTP yang dihasilkan
menjadi berbeda dengan nilai yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan studi CVM
tidak berhadapan dengan perdagangan aktual, melainkan suatu perdagangan atau
pasar yang murni hipotetik yang didapatkan dari pertemuan antara kondisi
psikologi dan sosiologi prilaku. Terjadinya bias pasar hipotetik bergantung pada :
a) Bagaimana pertanyaan disampaikan ketika melaksanakan survei.
b) Seberapa realitistik responden merasakan pasar hipotetik akan terjadi.
c) Bagaimana format WTP yang digunakan.
Solusi untuk menghilangkan bias ini salah satunya yaitu desain dari alat
survei sedemikian rupa sehingga maksimisasi realitas dari situasi yang akan diuji
3.1.1.4 Tahapan Studi Contingent Valuation Method
Menurut Hanley dan Spash (1993), beberapa tahap dalam penerapan
analisis CVM, yaitu :
1) Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypotetical Market)
Tahap awal dalam menjalankan CVM adalah membuat pasar hipotetik dan
pertanyaan mengenai nilai barang/jasa lingkungan. Pasar hipotetik tersebut
membangun suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya membayar terhadap
suatu barang/jasa lingkungan dimana tidak terdapat nilai dalam mata uang
berapa harga barang/jasa lingkungan tersebut. Dalam pasar hipotetik harus
menggambarkan bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan.
Skenario kegiatan harus diuraikan secara jelas dalam kuisioner sehingga
responden dapat memahami barang lingkungan yang dipertanyakan serta
keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan. Selain itu, di dalam kuisioner
juga perlu dijelaskan perubahan yang akan terjadi jika terdapat keinginan
masyrakat membayar.
2) Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP (Obtaining Bids)
Setelah kuisioner selesai di buat, maka dilakukan kegiatan pengambilan
sampel. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka,
dengan perantara telepon, atau surat. Wawancara dengan telepon telah
menjadi pilihan terakhir mengingat pengumpulan informasi mengenai suatu
barang lewat telepon tergolong cukup sulit, terkait dengan keterbatasan waktu.
Wawancara dengan surat cukup sering dilakukan tetapi sering mengalami bias