• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Penyiaran Radio Bathara Suara Sakti FM (93,2 MHz) dan Minat Dengar (Studi Deskriptif Tentang Pola Penyiaran Radio BASS FM Dalam Menarik Minat Dengar Anak Muda Kota Kisaran)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola Penyiaran Radio Bathara Suara Sakti FM (93,2 MHz) dan Minat Dengar (Studi Deskriptif Tentang Pola Penyiaran Radio BASS FM Dalam Menarik Minat Dengar Anak Muda Kota Kisaran)"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Referensi

Ardianto, Elvinaro, 2004. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama

Media

Black A, James, And Champion J, dean. 2001. Metode dan Masalah Penelitian

Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Brandt, Torben. Sasono Eric dan Gunawan Arya. 2001. Jurnalisme Radio: Sebuah Panduan Praktis. Jakarta: Unesco

Bulaeng Andi. 2004. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta: Andi

Djuroto, Totok, 2007. Mengelola Radio Siaran. Effhar Offset: Semarang

(2)

Gozally, Fitri R, 2007. Memahami Perkembangan Psikologi Remaja. Jakarta: Prestasi

Pustaka.

Muhammad, Arni, 2005, Komunikasi Organisasi, Bandung: PT. Rosdakarya

Munthe, Ginting, Moeryanto, 1996. Media komunikasi Radio, Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan

Nawawi, Hadari. 2001. Bidang Metode Penelitian sosial. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

(3)

Prayudha, Harley. 2004. Radio suatu Pengantar Untuk Wacana Dan Praktik

Penyiaran. Bayu Media Publishing

Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode penelitian Komunikasi. Bandung: PT. remaja

Rosdakarya.

Riswandi, 2009. Dasar-Dasar Penyiaran. Jakarta : Graha Ilmu

Singarimbun, Masri, Sofian Effendi, 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES

Effendy, Onong Uchjana.2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. PT. Citra Aditya Bakti: Bandung.

Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nawawi, Martini, Hadari, 2004. Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

(4)

Sumber lain dan Internet :

Proyeksi Kependudukan Kabupaten Asahan

Redaksi BaSS F

(17 november 2015 pukul 13.25)

2015 pukul 14.00)

(5)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

3.1.1 Sejarah Singkat Radio Bathara Suara Sakti FM

Pada tahun 1997, bermula dari ide dan keinginan para pemuda di Kisaran didirikan radio siaran dengan peralatan yang sangat minim dan sederhana. Fungsi radio begitu penting dalam hal penyebaran informasi dan hiburan bagi masyarakat karena pada masa itu, peran media yang lain sangat terbatas dalam menjangkau berbagai lapisan masyarakat.

Pada tahun 1997, Radio Budaya ini menjadi PT (Perseroan Terbatas) untuk memenuhi peraturan RI, dan pada tahun 1999 resmi memperoleh izin siaran dari Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Republik Indonesia dengan Coll sign PM 3 CEH. Kemudian, pada tahun 1996 Radio Budaya ini berubah nama menjadi Radio Bathara Suara Sakti (BaSS). Awal tahun 2005 radio BaSS mengudara di jalur FM dan mempersiapkan diri untuk memperoleh perizinan dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

3.1.2 Maksud Pendirian

Maksud didirikannya Radio Bathara Suara Sakti di Kota Kisaran adalah memberi wadah bagi kaum muda untuk menggunakan waktunya secara maksimal dan positif, serta ikut mencerdaskan generasi muda bangsa dalam keadaan santai dan menghibur, juga menyebarluaskan informasi ke khalayak pendengar.

3.1.3 Tujuan Pendirian

Adapun tujuan didirikannya Radio Bathara Suara Sakti adalah: a. Tujuan Jangka Pendek

(6)

b. Tujuan Jangka Menengah

Radio Bathara Suara Sakti akan menjadikan sarana pendidikan generasi muda untuk mengembangkan kualitas diri.

c. Tujuan Jangka Panjang

Menjadikan generasi muda yang mandiri, kreatif, dan bertanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa.

Tujuan akhir didirikannya perusahaan ini adalah mendatangkan keuntungan bagi perusahaan dan mensejahterakan karyawan (Redaksi BaSS FM).

Legalisasi Badan Hukum

Didirikan dengan Akte Notaris Raskami, SH. Nomor Akte 2 Tanggal 03 juni 1997. Akte prubahan notaris Nurdelia, SH tanggal 24 februari 1997, nomor 154.

Pengesahan Menkumdang C.22504.HT.01.01 Tahun 1998 Tanggal 25 juni 1998. C. 18970.HT. 01.04 Tahun 1999 Tanggal 18 November 1999. Izin siaran Dirjen Postel No. 00031614-000 su/2620002 tanggal 01 april 2002. BaSS FM sebagai stasiun radio telah menyusun dan menentukan program acaranya. BaSS FM membagi program acaranya ke dalam tiga waktu siaran, yakni:

a. Pagi b. Siang c. Malam

a.Acara Pagi

1. 3P (Pagi Cerah, Pagi Indah, Pagi Kisaran) Waktu acara: Senin- Jumat (06.30-08.00) Sabtu (06.00-08.00)

2. M.I.C. 20 (Music Indonesian Chart 20) Waktu Acara : Minggu (10.00-12.00) 3. Pagi Bahagia

(7)

b. Acara Siang

Waktu Acara : Senin & Rabu (14.00-16.00) 1. Rilies Indonesia (Full Request)

Waktu Acara : Selasa & Jumat (14.00-16.00) 2. BaSS Gosong (Gosip sambil Nongkrong) Waktu Acara : Kamis (14.00-16.00)

3. Sabtu Gokil

Waktu Acara : Sabtu (14.00-16.00) 4. Weekend Bareng

Waktu Acara : Minggu (14.00-16.00) 5. Kisaran Popularia

Waktu Acara : Sabtu (11.00-14.00) 6. Jambur BaSS

Waktu Acara : Sabtu (16.00-19.00) 7. Kis 20 (Kisaran Hits 20)

Waktu Acara : Minggu (11.00-14.00) 8. Musiknya Tanah Melayu

Waktu Acara : Minggu (16.00-19.00) c.Acara Malam

1. Pilihan Remaja ( Apakah Kamu Yang Unik?) Waktu Acara : Senin-Rabu (20.00-22.00) 2. Pilihan Remaja (Play List)

Waktu Acara : Selasa – Kamis (20.00-22.00) 3. Malas (Malam Larut Sudah)

Waktu Acara : Setiap Hari ( 22.00-23.30) 4. SE.CUR.I.TI (Semua Curahan Isi Hati) Waktu Acara : Sabtu (20.00-22.00) 5. Religi islami

(8)

6. BaSSNew Entry Hit List

Waktu Acara : Sabtu (19.30-20.00) 7. Request On The Air

Waktu Acara : Minggu (20.00-22.00) (Redaksi BaSS FM)

3.1.4 Kota Kisaran

Kisaran adalah salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Asahan. Kisaran terdiri dari lima kelurahan, yaitu kelurahan Kisaran Kota, Kisaran Naga, Mutiara, Gambir Baru, Sentang. Total populasi Kisaran 68.272 jiwa.

Letak geografis Kisaran berada pada 0- 1,000 m di atas permukaan laut.

(9)

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. (Nawawi, 2001:63)

Penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

3.3Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. Radio Bathara Suara Sakti FM (93,2 MHz) yang berlokasi di jalan diponegoro No.12, Kisaran, Sumatera Utara 21224, dan masyarakat di kecamatan Kisaran barat.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi adalah kelompok unsur-unsur komprehensif dan telah ditentukan (peringkat universal) yang berhubungan dengan pertanyaan atau hipotesis penelitian.(Bulaeng, 2004:136)

(10)

Daftar Populasi Anak Muda Kota Kisaran

Tabel 5

Populasi

Kelurahan Jumlah Anak Muda

Kisaran Kota 9849 jiwa

Kisaran Naga 9770 jiwa

Mutiara 9549 jiwa

Jumlah 29.168 jiwa

(Proyeksi Kependudukan Kab. Asahan)

3.4.2 Sampel

David Nachimias dan Vhana Nachimias mendefinisikan sampel sebagai bagian dari populasi yang karakteristiknya tidak berbeda dari karakteristik populasi, sedangkan Bruce W. Tuckman menjabarkan sampel sebagai kelompok yang memiliki populasi dan berperan sebagai responden.(Bulaeng, 2004:156)

Berdasarkan data yang diperoleh maka peneliti menggunakan Rumus Taro Yamane dan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%, yakni sebagai berikut:

n = N

N (d2 + 1) Keterangan:

N = Jumlah Populasi N = Sampel

D2 = Presisi

(Bungin, 2005:105)

Berdasarkan data yang ada maka penelitian ini memerlukan sampel sebanyak : n = 29.168

(11)

291,68 +1 = 29.168 292+1 = 29,168 293 = 99,5 =100

Sedangkan untuk mendistribusikan sampel digunakan teknik Proportional Sampel. Penggunaan teknik ini memungkinkan untuk memberi peluang kepada populasi yang lebih kecil untuk tetap dipilih sebagai sampel. (Rakhmat, 2004:79). Dengan rumus: N= n1 x n

N

Keterangan: n1 = Jumlah Jiwa n = Jumlah Sampel N = Populasi

(12)

Tabel 6

Proporsional Sampling

No SasaranPendengar Populasi PenarikanSampel Sampel

1 Anak muda kelurahan

Kisaran kota

9849

29.168

9849x100 34

2 Anak muda kelurahan

Kisaran Naga

9770

29.168

9770x100 33

3 Anak muda kelurahan

Mutiara

9549

29.169

9549x100 33

TOTAL 100Orang

3.5. Teknik Penarikan Sampel

Teknik distribusi sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Dimana sampel yang diambil bukan berdasarkan strata, random atau daerah tetapi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu. (Arikunto, 2006:139-140). Adapun kriteria yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak muda Kisaran yang berusia 17-22 tahun dan pernah mendengarkan siaran radio BaSS FM lebih dari tiga kali.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian ke Perpustakaan (Library Research)

Peneliti akan mempelajari dan mengumpulkan data-rata dari literatur serta sumber-sumber yang relevan dan mendukung penelitian ini.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

(13)

a. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya.

b. Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari penyelenggara BaSS FM.

3.7. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 1995: 263)

Dalam penelitian ini, analisa data dilakukan dengan: a. Analisa Tabel Tunggal

(14)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Peneliti menempuh beberapa tahapan dalam penelitian, adapun tahapan-tahapan tersebut adalah:

a. Tahap awal

Pada tahap awal peneliti meminta izin untuk mengadakan penelitian di Radio Bathara Suara Sakti (BaSS FM 93,2 MHz) , degan membawa surat izin peneliti dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik (FISIP) Universitas Sumatera Utrara. Penelitian ini dimaksudan untuk menghimpun sejumlah data dari BaSS FM dan masyarakat kota Kisaran tentang bagaimana pola penyiaran Radio BaSS FM dalam menarik minat pendengar anak muda kota Kisaran , termasuk pula penyebaran kuesioner. Surat diserahkan langsung kepada pimpinan Radio BaSS FM dan setelah itu penulis diizinkan untuk melaksanakan penelitian.

b. Pengumpulan Data

Adapun kuesioner yang disebarkan berjumlah 100 buah, sesuai dengan jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian ini. Kriteria responden yang akan diteliti adalah pihak BaSSFM dan khalayak kota Kabanjahe yang pernah mendengarkkan siaran radio BaSSS FM.

(15)

4.2. Proses Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah peneliti selesai mengumpulkan data dari 100 responden. Adapun tahapan pengolahan data tersebut adalah:

a. Penomoran Kuesioner

Penomoran Kuesioner yaitu memberikan no urut kuesioner sebagai pengenal, yakni mulai dari 1-100.

b. Editing

Editing yaitu proses pengeditan jawaban responden untuk memperjelas setiap jawaban yang meragukan dan menghindari terjadinya kesilapan pengisian dalam kotak kode yang disediakan.

c. Coding

Coding yaitu proses pemindahan jawaban-jawaban responden kekotak kode yang telah disediakan dikuesioner dalam bentuk angka(score).

d. InventarisasiVariabel

Inventarisasi Variabel yaitu data mentah yang diperoleh dan dimasukkan ke dalam lembar Foltron Cobol (FC) sehingga seluruh data dalam satu kesatuan.

e. Menyedikan Kerangka Tabel

Banyaknya kerangka table minimal sejumlah pertanyaan dalam bentuk kuesioner, maksimal sesuai dengan kebutuhan analisis kerangka table ini dilengkapi dengan nomor tabel, judul tabel, kolom vertikal, dan horizontal, kategori dan indikator, frekwensi, persen, dan jumlah. Fungsi kerangka tabel ini untuk mewadahi sebaran data dalam penelitian.

f. Tabulasi data

(16)

4.3. Karakteristik Responden

Karakteristik responden perlu disajikan untuk lebih mengetahui latar belakang

responden. Adapun karakteristik umum yang dianggap relevan dengan penelitian ini

meliputi usia, pekerjaan, jenis kelamin, kepemilikan radio, dan status perkawinan

responden. Selengkapnya data tersebut dapat dilihat pada table yang dimulai dari

table 7 sampai table 11.

Tabel 7

(17)

18-20 tahun karena target pendengar BaSSFM adalah anak muda dan siaran BaSSFM sesuai dengan minat anak muda,seperti music dan informasi seputar anakmuda.

Tabel8

Pekerjaan Responden

(Sumber:P.2/FC.5)

Pada tabel 8, diketahui bahwa 31 responden (31%) adalah pelajar,46 responden (46%) adalah mahasiswa. 5 responden (5%) adalah ibu rumah tangga,7 responden (7%) adalah pegawai, sedangkan 11 responden (11%) adalah Wiraswasta. Kebanyakan pendengar BaSSFM adalah mahasiswa sebanyak 46 responden (46%). Hal ini disebabkan karena target pendengar BaSSFM adalah anak muda Kota Kisaran yang sebagian besarnya didominasi oleh mahasiswa.

(18)

Dalam tabel 9, jenis kelamin responden terdiri dari 34 responden pria (34%) dan

66 responden (66%) adalah wanita. Dari tabel 9 dapat kita ketahui bahwa

mayoritas pendengar BaSS FM adalah wanita, yakni 66 responden (66%). Hal

tersebut sesuai dengan data BPS Kabupaten Asahan yang mana anak muda

Kabupaten Kisaran khususnya kota Kisaran mayoritas wanita.

Tabel10

Kepemilikan Radio

No Kepemilikan Radio F %

1 2

Memiliki radio Tidak memiliki radio

91 9

91% 9%

TOTAL 100 100%

(sumber:P.4/FC.7)

Pada tabel 10, terdapat 91 responden (91%) memiliki radio sedangkan 9

responden (9%) tidak memiliki radio. Dengan demikian dapat diketahui

bahwa hampir semua responden memiliki radio, yakni 91 responden

(91%).Hal ini dikarenakan radio saat ini adalah barang yang mudah didapat,

dan juga murah harganya. Bahkan hampir disetiap telepon selular salah satu

fiturnya adalah radio sehingga memudahkan penggunanya khususnya anak

muda untuk mendengarkan siaran radio kapan pun dan dimanapun mereka

(19)

Tabel 11

Status Perkawinan Responden

No Status Perkawinan F %

1 2

Menikah Belummenikah

14 86

14 86

TOTAL 100 100%

(Sumber:P.5/FC.8)

Dalam tabel 11, menunjukkan status perkawinan dari responden yang diambil

dalam penelitian ini, dan diketahui bahwa 14 responden (14%) berstatus menikah

dan selebihnya 86 responden (86%) belum menikah. Dengan demikian, diketahui

bahwa sebagian besar pendengar BaSSFM berstatus belum menikah, yakni 86

responden (86%). Hal ini memang sesuai dengan segmentasi radio BaSSFM yang

mengkhususkan diri bagi pendengar muda, yang sebagian besar masih berstatus

pelajar dan mahasiswa.

4.4.Pola Siaran Radio BaSSFM

Tabel 12 sampai dengan tabel 19, memaparkan tentang pola penyiaran BaSSFM

yang dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.

Fungsi siaran BaSSFM bermacam-macam. BaSSFM dapat berfungsi sebagai

media informasi, media hiburan, media pendidikan, dan media pengawasan. Dalam

penelitian ini, diketahui 13 responden (13%) mengatakan bahwa fungsi siaran BaSS

FM sebagai media informasi. Terdapat 5 responden (5%) menyatakan sebagai media

pendidikan, sedangkan 82 responden (82%) menyatakan bahwa fungsi siaran

(20)

yang dominan berkonten hiburan,seperti siaran M.I.C.20, Nongkrong Anak Band,

Weekend Band, dan lain-lain. Dan tidak terdapat responden yang menyatakan bahwa

siaran BaSSFM sebagai media pengawasan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada

table 12 berikut:

Tabel12

Fungsi Siaran BaSS FM

No Fungsi Siaran F %

Tujuan siaran BaSSFM bermacam-macam. Siaran BaSSFM dapat

bertujuan sebagai media penerangan, pendidikan, hiburan, dan pengawasan.

Dalam penelitian ini terdapat 7 responden (7%) menyatakan bahwa tujuan siaran

BaSSFM sebagai media penerangan, 8 responden (8%) menyatakan bahwa tujuan

siaran BaSS FM adalah sebagai media pendidikan. Dan 80 responden (80%)

menyatakan bahwa tujuan siaran BaSSFM sebagai media hiburan, sedangkan 5

responden (5%) menyatakan sebagai media pengawasan. Dengan demikian dapat

diketahui bahwa 80% tujuan siaran BaSS FM sebagai media hiburan. Hal ini

didukung oleh acara-acara BaSSFM yang bernuansa hiburan seperti 3P (Pagi

(21)

MALAS (MaLam Larut Sudah), dan lain- lain. Bahwa Untuk lebih jelasnya, dapat

dilihat pada table 13 berikut:

(22)

Tabel14

Program Siaran BaSS FM

No Program Siaran F %

Jadwal Acara BaSS FM

No Jadwal Acara F %

Pada table 15 kita dapat mengetahui bahwa responpen dengar terhadap jadwal

acara BaSS FM. Dalam table diatas terdapat 10 responden (10%) menyatakan bahwa

jadwal acara BaSSFM sangat sesuai. Dan 7 responden (7%) menyatakan kurang

sesuai. Sedangkan selebihnya, sebesar 83 responden (83%) menyatakan bahwa

(23)

jadwal acara BaSS FM sudah sesuai. Yang dimaksud dengan jadwal yang sesuai

adalah adanya kesesuaian acara dengan jam siar. Misalnya acara 3P (Pagi Indah, Pagi

Cerah, Pagi Tanah Asahan), ditayangkan pada pagi hari jam 06.30-08.00,dimana

acara ini dapat mengiringi dan menyemangati pendengar yang akan memulai

aktifitasnya. Dan siaran Malas (Malam Larut Sudah),yang disiarkan pukul

22.00-23.00. Acara ini dapat menemani pendengar menjelang istirahat malam. Serta dapat

membantu pendengar meringankan stres setelah beraktifitas seharian.

Setiap stasiun radio memiliki target siaran. Demikian pula dengan BaSSFM.

Target siaran BaSSFM adalah remaja. 15 responden (15%) menyatakan bahwa target

siaran BaSSFM sangat tepat. Dan 69 responden (69%) menyatakan target siaran

BaSSFM sudah tepat. Sedangkan 16 responden (16%) menyatakan masih kurang

tepat. Dengan demikian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan

bahwa target siaran BaSSFM sudah tepat, yakni bagi 69 responden (69%). BaSSFM

telah menyesuaikan target pendengar dengan isi siaran.Yang mana siaran BaSSFM

dominan cara anak muda.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 16 berikut:

(24)

Sama halnya dengan target siaran, setiap stasiun radio memiliki strategi siaran

yang berbeda-beda.Terdapat 8 responden (8%) menyatakan bahwa strategi siaran

BaSSFM sangat sesuai, dan 80 responden (80%) menyatakan sesuai. Sedangkan 12

responden (12%) menyatakan strategi siaran BaSSFM kurang sesuai. Dengan

demikian diketahui bahwa 80% strategi siaran BaSSFM sudah sesuai. BaSSFM telah

dapat menentukan dengan tepat antara siaran dan target pendengarnya.Target

pendengar ditentukan anak muda didasarkan pada data BPS Kabupaten Asahan yang

menunjukkan populasi anak muda kota Kisaran cukup banyak. BaSSFM juga

melihat anak muda kota Kisaran adalah anak muda yang dinamis, yang butuh banyak

akan informasi, khususnya info seputar anak muda dan gaya hidup yang sesuai

dengan gaya anak muda seperti music dan grup band. Untuk lebih jelas, lihat table 17

berikut:

Tabel17

(25)

Untuk dapat diterima di hati pendengar, setiap stasiun radio memiliki

kekuatan. Dalam penelitian ini terdapat 18 responden (18%) menyatakan bahwa

siaran BaSSFM memiliki sangat banyak kekuatan. Dan terdapat 59 responden (59%)

yang menyatakan banyak kekuatan siaran. Sedangkan 20 responden (20%)

menyatakan BaSSFM tidak memiliki kekuatan siaran. Dengan demikian, dapat

diketahui bahwa BaSSFM sudah memiliki banyak kekuatan siaran, yakni sebesar

59%. Adapun kekuatan siaran yang dimiliki BaSSFM adalah BaSSFM selalu

mengikuti perkembangan informasi seputar anak muda, lagu-lagu yang diputarkan

adalah lagu-lagu yang sedang boming, yang mana semuanya itu didukung pula oleh

penyiar yang atraktif dan humoris.Untuk lebih jelas,lihat table 18 dibawah:

Tabel 18

kelemahan siaran. Kelemahan yang dimiliki stasiun radio juga bemacam-macam.

(26)

BaSSFM terletak pada format acara. Terdapat 18 responden (18%) yang menyatakan

kelemahan siaran BaSSFM ada pada penyiar, dan 23 responden (23%) menyatakan

kelemahan pada materi, sedangkan 14 responden (14%) dan 29 responden (29%)

menyatakan kelemahan BaSSFM terdapat pada jadwal siaran dan daya jangkauannya.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa kelemahan BaSS FM banyak terdapat pada

daya jangkauannya, yakni 29 responden (29%).

Tabel 19

Kelemahan Siaran BaSSFM

No Kelemahan Siaran F %

1

2

3

4

5

Format acara

Penyiar

Materi

Jadwal siaran

Daya jangkauan

16

18

23

14

29

16%

18%

23%

14%

29%

TOTAL 100 100%

(27)

4.5. Minat Dengar Anak Muda Kota Kisaran

Tabel 20 sampai dengan table 30,memaparkan tentang pola penyiaran BaSS FM.

Tabel 20

Motif Mendengar Acara BaSS FM

No Motif Mendengar F %

Mengikuti perkembangan band/lagu terbaru

40

berbeda-beda dalam mendengarkan siaran radio. Dalam penelitian ini, terdapat 40

responden (40%) menyatakan motif mendengarkan musik,32 responden (32%)

menyatakan ingin mencari informasi, dan 9 responden (9%) ingin mengisi waktu

kosong, dan 19 responden (19%) ingin mengikuti perkembangan band/lagu terbaru.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa 40% mendengar acara BaSSFM karena

adanya motif ingin mendengarkan musik. Tak dapat dipungkiri perkembangan dunia

music saat ini di Indonesia maju dengan pesat. Band-band dan penyanyi-penyanyi

terbaru dengan aliran music yang berbeda-beda terus bermunculan. BaSSFM sendiri

telah dapat memuaskan pendengarnya untuk dapat mendengarkan music atau lagu-

(28)

Sebagai stasiun radio, harus memperhatikan manfaat dari siarannya. Dalam

penelitian ini 5 responden (5%) menyatakan bahwa siaran BaSSFM sangat

bermanfaat. Dan 86 responden (86%) menyatakan siaran BaSSFM sangat

bermanfaat. Karena dengan adanya siaran BaSSFM, pendengar dapat mengetahui

banyak informasi seputar tanah karo, informasi musik terbaru, serta topik-topik yang

sedang hangat diperbincangkan. Sedangkan 9 responden (9%) menyatakan siaran

BaSSFM kurang bermanfaat bagi pendengar BaSSFM. Agar lebih jelas,lihat table 21

berikut

Untuk dapat menarik pendengar menjadi pendengar setia BaSSFM, BaSSFM

harus dapat memberi kepuasan bagi pendengarnya. Dalam penelitian ini diketahui

bahwa 14 responden (14%) menyatakan sangat puas dengan siaran BaSSFM. Dan 70

responden (70%) menyatakan puas dengan siaran BaSSFM. Pendengar merasa puas

(29)

hiburan mereka dapatkan diBaSS FM. Siaran BaSSFM dapat menghibur pendengar,

ditambah dengan penyiar yang cukup atraktif dan bersahabat. Namun, terdapat 16

responden (16%) yang menyatakan kurang puas terhadap siaran BaSSFM. Dengan

demikian dapat dilihat bahwa 70% merasa puas dengan siaran BaSSFM. Lihat tabel

22 berikut ini:

Tabel 22

Kepuasan Pendengar BaSSFM

No Kepuasan Pendengar F %

1

2

3

4

Sangat puas

Puas

Kurang puas

Tidak puas

14

70

16

-

14%

70%

16%

-

TOTAL 100 100%

(Sumber:P.16/FC.19)

Setiap pendengar memiliki frekwensi berbeda-beda dalam mendengarkan

siaran BaSSFM. Dalam hal ini dibagi dalam tiga klasifikasi yaitu sangat sering,

sering, dan jarang. Dalam penelitian ini terdapat 46 responden (46%) yang sangat

sering mendengarkan siaran BaSSFM. Dan 32 responden (32%) yang sering

mendengarkan siaran BaSSFM. Sedangkan terdapat 22 responden (22%) yang jarang

mendengarkan BaSSFM. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa 46 responden

(30)

mampu memuaskan pendengar untuk mendengarkan informasi musik, dan lain-lain.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 23 berikut ini:

Tabel 23

Frekwensi Mendengarkan BaSSFM

No Frekwensi Mendengarkan F %

1

2

3

Sangat sering (Setiap hari)

Sering (4-5 kali dalam seminggu)

Jarang (2-3kali dalam seminggu) 46

32

22

46%

32%

5%

TOTAL 100 100%

(Sumber:P.5/FC.20)

Waktu pendengar mendengarkan siaran BaSSFM tidak sama. Ada yang pagi,

siang, sore, dan malam. Semua bergantung pada waktu yang merekamiliki. Dalam

penelitian ini, 20 responden (20%) mendengarkan siaran BaSSFM dipagi hari, 10

responden (10%) mendengarkan disiang hari, adapula yang mendengarkan BaSSFM

diwaktu sore,yakni sebanyak 33 responden (33%).Sedangkan malam hari sebanyak

37 responden (37%). Dengan demikian dapat diketahui bahwa lebih banyak

responden yang mendengarkan BaSSFM diwaktu malam, yaitu 37 responden (37%).

Hal ini terjadi karena pada waktu sore dan malam hari pendengar BaSSFM yang

khususnya anak muda memiliki banyak waktu luang setelah seharian beraktifitas di

sekolah dan di kampus. Sehingga mereka mengisi waktu luang mereka dengan

(31)

Tabel 24

Waktu Mendengarkan Siaran BaSSFM

No Waktu Mendengarkan F %

mendengarkan siaran BaSSFM. Terdapat 89 responden (89%) mendengarkan siaran

(32)

Mendengarkan BaSSFM dikantor, yakni sebanyak 3 responden (3%), dan dikampus

sebanyak 7 responden (7%). Dari data diatas dapat diketahui bahwa mayoritas

pendengar mendengarkan siaran BaSSFM dirumah karena lebih nyaman,bebas dan

tidak menimbulkan konflik.

Tabel 26

Lama Mendengarkan Siaran BaSSFM

No Lama Mendengarkan F %

1

2

3

4

Lebih dari 6 jam/hari

4-6 jam/hari

2-4 jam/hari

Kurang dari 2 jam/hari 35

Pada table 26, dapat dilihat berapa lama pendengar mendengarkan siaran

BaSSFM. Lama mendengarkan lebih dari 6 jam/hari, 4-6 jam/hari, 2-4 jam/hari, dan

kurang dari 2jam/hari. Dari hasil penelitian, terdapat 35 responden (35%)

mendengarkan siaran BaSSFM lebih dari 6 jam/hari, dan terdapat 17 responden

(17%) mendengarkan siaran BaSSFM antara4-6 jam/hari. Sedangkan lama

mendengarkan antara 2-4 jam/hari sebanyak 32 responden (32%)/hari.Terdapat pula

16 responden (16%) yang mendengarkan BaSSFM kurang dari 2jam/hari. Dengan

demikian diketahui bahwa lebih banyak pendengar yang mendengarkan BaSSFM

(33)

Mudah mendapatkannya, dan juga pendengar sambil beraktifitas dapat terus staytune Pada

gelombang radio favoritnya, dalam hal ini adalah BaSS FM hingga berjam-jam.

Setiap stasiun radio tentunya memiliki program yang mana menjadi pilihan

pendengarnya. Dalam penelitian ini dapat dilihat program favorit BaSSFM. Sebanyak 40

responden (40%) menyukai program acara musik. Dan 21 responden (21%) menyukai program

acara informasi. Terdapat pula 10 responden (10%) yang menyukai program religi, disamping

itu terdapat 27 responden (27%) yang menyukai program request lagu. Dan masing-masing 1

responden (1%) yang menyukai program promosi nomor handphone dan program request dan

titip salam. Dengan demikian dapat dilihat bahwa pendengar BaSSFM lebih menyukai program

musik, yakni sebesar 40%. Hal ini sesuai dengan format BaSSFM yang 55% menyajikan music

terutama untuk anak muda (redaksi BaSSFM) untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 27

berikut ini:

Tabel 27

Program Acara Favorit BaSSFM

(34)

diurutkan. Dalam penelitian ini terdapat 53 responden (53%) yang memilih acara 3P sebagai

acara favorit. Dan 21 responden (21%) memilih acara M.I.C.20 sedangkan terdapat 26

responden (26%) memilih acara Malam Larut Sudah. Dengan demikian dapat diketahui acara

terfavorit BaSSFM adalah 3P, yakni 53%. 3P difavoritkan karena program ini mampu

menyemangati pendengar yang akan bersiap-siap untuk beraktifitas terutama anak-anak muda,

karena konsep acaranya menyajikan lagu-lagu yang mempunyai tempo diatas rata-rata

(musik-musik keras) dan juga diselipi informasi-informasi ringan seputar tanah Asahan dan umum.

Untuk lebih jelas lihat table berikut ini:

Tabel 28

Acara Favorit BaSSFM

No Acara Favorit F %

1 2

3 3P M.I.C.20

Malam Larut Sudah

53 21

26

53% 21%

26%

TOTAL 100 100%

(35)

Tabel29

Pada tabel 29 kita dapat melihat penyiar-penyiar BaSSFM yang banyak disukai atau

menjadi favori tpendengar BaSSFM. Dua diantara delapan penyiar yang menjadi favorit

adalah Shessy dan Ryan. Sebanyak 31 responden (31%) memilih Shessy sebagai penyiar

favorit. Dan Ryan dipilih sebagai penyiar favorit oleh 16 responden (16%). Namun terdapat

tiga penyiar yang memiliki frekwensi yang sama, yakni Pio, Keren,dan Revan yang dipilih oleh

10 responden (10%).Kemudian Lili yang sedikit lebih unggul yakni dipilih oleh 11 responden

(11%). Kemudian Dhea dengan 8% atau 8 responden, dan yang terakhir Resyka sebesar 4

responden (4%). Dengan demikian dapat diketahui bahwa yang menjadi penyiar favorit

BaSSFM adalah Shessy, yakni sebesar 31%, karena pendengar menyukai jenis suara Shessy

(36)

Tabel 30

Hal ini dimaksudkan agar pendengar BaSS FM tidak menjadi jenuh dengan materi siaran yang

itu-itu saja. Dalam penelitian ini terdapat 56 responden (56) memilih materi bahas

penyanyi/band terbaru. Dan 19 responden (19%) memilih materi titip salam. Kemudian 16

responden (16%) memilih materi bahas topik. Dan materi ceramah dipilih oleh 9 responden

(9%). Dengan demikian dapat diketahui bahwa pendengar BaSS FM lebih menyukai materi

bahas penyanyi/band terbaru, yakni sebesar 56%. Karena materi tentang membahas

penyanyi/band seperti tidak pernah kehabisan topik. Terutama yang berhubungan dengan

artis kesayangan mereka dan ini disukai oleh anak-anak muda yang menggemari dunia musik

dan hiburan.

4.6.Pembahasan

Pola penyiaran radio memegang peranan penting dalam menentukan berkembang atau

(37)

stasiun radio dikota Kisaran yang menjadikan konsumen mempunyai lebih banyak pilihan

yang sesuai dengan keinginan mereka.

Meskipun BaSS FM telah menentukan target pendengarnya yaitu anak muda tetapi

tidak dapat dipungkiri bahwa BaSS FM juga diminati oleh orang dewasa. Dari pelajar,

mahasiswa, pegawai, hingga ibu rumah tangga. Untuk itu pola penyiaran harus disesuaikan

dengan pendengarnya meskipun tidaklah mungkin untuk memenuhi berbagai keinginan

dari khalayak yang heterogen tersebut. Namun BaSS FM harus sedapat mungkin memenuhi

harapan itu.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa pada

umumnya khalayak pendengar, khususnya anak muda kota Kisaran merasa puas denganpola

penyiaran BaSS FM. BaSS FM dinilai telah sesuai dengan fungsi dan tujuannya yakni sebagai

media hiburan. BaSS FM sarat dengan acara musik dan gaya hidup anak muda seperti gossip

mengenai band/penyanyi terbaru.

BaSS FM masih memiliki beberapa kekurangan, yakni daya jangkau dan penyiar yang

kurang komunikatif dalam membawakan siaran radio. Hal ini yang masih harus terus

diperbaiki agar BaSS FM terus dapat diterima dihati khalayak, khususnya anak muda kota

(38)

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penyajian dan analisis data yang telah dilakukan sesuai dengan

langkah-langkah yang dituntut dan telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. BaSS FM menyusun program siaran yang sesuai dengan target siarannya yakni

anak muda. BaSS FM memfokuskan program siaran yang sesuai dengan kebutuhan

dan keinginan anak muda. Hal ini dapat dilihat dari acara yang disajikan. Antara

lain M.I.C20, Rilies Indonesia, BaSS Gosong, Weekend Bareng, dan Lain-lain. Yang

mana kesemuanya itu erat kaitannya dengan gaya hidup anak muda, seperti musik,

grup band dan penyanyi terbaru, serta gosip artis.

2. Pendengar BaSS FM yang khususnya anak muda sangat berminat dengan program

siaran BaSS FM karena apa yang mereka inginkan seperti musik, info gaya hidup anak

muda dapat mereka peroleh hanya dengan mendengar siaran BaSS FM. Tanpa harus

mengeluarkan banyak biaya seperti halnya bila dibandingkan membelikan satu CD

musik atau harus membeli majalah anak muda.

3. Para pendengar BaSS FM, khususnya anak muda kota Kisaran merasa puas dengan

siaran yang disajikan BaSS FM. Karena BaSS FM dapat memberi manfaat bagi

pendengar, khususnya anak muda kota Kisaran. Pendengar tidak lagi buta informasi

(39)

5.2. Saran

Setelah mengikuti semua prosedur penelitian, peneliti ingin memberikan saran yang

diharapkan dapat berguna bagi setiap orang yang membaca hasil penelitian ini, khususnya

pihak radio BaSS FM. Adapun saran yang dimaksud adalah:

1. Pihak BaSS FM harus selalu memperhatikan keinginan dan minat pendengar. Agar BaSS

FM selalu dapat memenuhi harapan pendengar tersebut, maka BaSS FM harus selalu

berkembang dan terus memperbaharui setiap program acara, materi, serta informasi.

Dengan demikian, para pendengar dapat dijadikan pendengar setia BaSS FM.

2. BaSS FM senantiasa terus memperbaiki dan mengembangkan pola penyiaran radio BaSS

FM sehingga BaSS FM dapat terus bersaing dengan stasiun radio lain yang berkembang

seiring waktu. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memperluas daya jangkau siaran,

melengkapi sarana dan prasarana siaran, serta meminimalisir noise yang terjadi pada saat

siaran, seperti kerusakan alat- alat siaran maupun keterlambatan penyiar.

3. BaSS FM dalam mengadakan perekrutan penyiar agar lebih mengkhususkan pada sumber

daya manusianya seperti memilikiskill yang baik untuk berbicara pada publik, memiliki

pengetahuan yang luas tentang informasi- informasi yang sedang hangat, dan lebih

(40)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1Kerangka Teori

Dalam penelitian, seorang peneliti haruslah terlebih dahulu menyusun teori yang bersangkutan dengan penelitinya. Karena dengan adanya kerangka teori peneliti dapat lebih mudah menghubungkan teori dengan berbagai faktor yang terdapat dalam perumusan masalah. Menurut Kerlinger, teori adalah definisi proporsi yang meengemukakan pandangan sistematis tentang gejala yang menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6). Berikut teori yang digunakan dalam penelitian ini:

2.1.1 Komunikasi

Sebagai mahluk sosial dan individual, manusia memiliki keingin tahuan dan berkembang. Salah satu sarana untuk mencapai semua itu adalah melalui komunikasi. Oleh karena itu, komunikasi merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia.

Istilah komunikasi berasal dari perkataan bahasa Inggris ”communication” yang berasal dari istilah bahasa latin ”communis” yang dalam bahasa Indonesia berarti ”sama” dan menurut Sir Gerald Barry dalam Effendy, ”communicare” yang berarti bercakap-cakap. Jika kita berkomunikasi, berarti kita mengadakan kesamaan dalam hal ini kesamaan makna/pengertian. Informasi yang disampaikan seseorangkepada orang lain harus sama-sama dan dimengerti. Kalau tidak dimengerti, komunikasi tidak akan terjadi. Percakapan berlangsung apabila hal yang dipercakapkan dan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu sama-sama dimengerti. Kalau tidak, percakapan tidak akan terjadi (Effendy, 1991:1)

(41)

komunikator (communicator), sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama (communicate). Untuk tegasnya, komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan (dalam Effendy, 2004:10). William Albig dalam bukunya Public Opinion, mengatakan bahwa komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti antara individu. Sedangkan menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah : upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan silkap (Effendy, 2004:10). Defenisi Hovland tersebut menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amt penting. Bahkan, dalam defenisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behaviour of other individuals). Selanjutnya, menurut Muhammad Arni (2005:5) dalam bukunya “komunikasi organisasi”, disebutkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian atau pengoperan lambang-lambang dalam bentuk informasi sehingga terjadi perubahan pada diri si komunikan. Akan tetapi, seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif.

2.1.2 Proses Komunikasi

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.

2.1.3 Proses Komunikasi Secara Primer

(42)

Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain. Apakah itu berbentuk ide, informasi atau opini, baik mengenai hal yang konkret maupun yang abstrak; bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang. Adalah berkat kemampuan bahasa maka kita dapat mempelajari ilmu pengetahuan sejak ditampilkan oleh Aristoteles, Plato, dan Socrates; dapat menjadi manusia yang beradap dan berbudaya; dan dapat memperkirakan apa yang akan terjadi pada tahun, dekade bahkan abad yang akan datang.

Kial (gesture) memang dapat “menerjemahkan” pikiran seseorang sehingga terekspresikan secara fisik. Akan tetapi menggapaikan tangan, atau memainkan jari-jemari, atau mengedipkan mata, atau menggerakkan anggota tubuh lainnya hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja (sangat terbatas).

Demikian pula isyarat dengan menggunakan alat seperti tongtong, bedug, sirene, dan lain-lain serta warna yang mempunyai makna tertentu. Kedua lambang itu amat terbatas kemampuannya dalam mentransmisikan pikiran seseorang kepada orang lain. Gambar sebagai lambang yang banyak dipergunakan dalam komunikasi memang melebihi kial, isyarat, dan warna dalam hal kemampuan “menerjemahkan” pikiran seseorang, tetapi tetap tidak melebihi bahasa.

Akan tetapi, demi efektifnya komunikasi, lambang-lambang tersebut dipadukan penggunaannya. Dalam kehidupan sehari-hari bukanlah hal yang luar biasa apabila kita terlibat dalam komuniksi yang menggunakan bahasa disertai gambar-gambar berwarna.

Berdasarkan paparan di atas, pikiran dan atau perasaan seseorang baru akan di ketahui oleh dan akan ada dampaknya kepada orang lain apabila ditransmisikan dengan menggunakan media primer tersebut, yakni lambang-lambang. Dengan perkataan lain, pesan (message) yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri atas isi (the content) dan lambang (symbol).

(43)

komunikan dengan bahasa sebagai media atau penghubungnya itu? Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan perkataan lain, komunikasi adalah proses membuat sebuah pesan setala (tuned) bagi komunikator dan komunikan.

Pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti ia memformulasikan pikiran dan/atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian menjadi giliran komunikan untuk mengawa–sandi (decode) pesan dari komunikator itu. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertiannya. Dalam proses itu komunikator berfungsi sebagai penyandi (encoder) dan komunikan berfungsi sebagai pengawa sandi (decoder).

Yang penting dalam proses penyandian (coding) itu ialah bahwa komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat mengawa – sandi hanya dalam kata bermakna yang pernah diketahui dalam pengalamannya masing-masing. Jika A sedang berbicara, ia menjadi encoder; dan B yang sedang mendengarkan menjadi decoder . ketika B memberikan tanggapan dan berbicara kepada A, maka B kini menjadi encoder, dan A menjadi decoder. Tanggapan B yang disampaikan kepada A itu dinamakan umpan balik atau arus balik (feedback).

Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam komunikasi sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan oleh komunikator. Oleh karena itu, umpan balik bisa bersifat positif, dapat pula bersifat negatif. Umpan balik positif adalah tanggapan atau respon atau reaksi komunikan yang menyenangkan komunikator sehingga komunikasi berjalan lancar. Sebaliknya, umpan balik negatif adalah tanggapan komunikasi yang tidak menyenangkan komunikatornya sehingga komunikator enggan untuk melanjutkan komunikasinya.

(44)

non verbal. Umpan balik secara verbal adalah tanggapan komunikan yang dinyatakan dengan kata-kata, baik secara singkat maupun secara panjang lebar. Umpan balik secara nonverbal adalah tanggapan komunikan yang dinyatakan bukan dengan kata-kata.

Umpan balik yang dipaparkan di atas adalah umpan balik yang disampaikan oleh atau datang dari komunikan. Dengan kata lain umpan balik yang timbul dari luar komunikator. Oleh karena itu, umpan balik jenis ini disebut umpan balik eksternal (external feedback). Dalam pada itu sudah terbiasa pula kita memperoleh umpan balik dari pesan kita sendiri. Ini terjadi kalau kita sedang bercakap-cakap atau sedang berpidato di depan khalayak. Ketika kita sedang berbicara, kita mendengar suara kita sendiri dan kita menyadari bahwa kita berucap salah, maka kita pun segera memperbaikinya.

Komunikator yang baik adalah orang yang selalu memperhatikan umpan balik sehingga ia dapat segera mengubah gaya komunikasinya dikala ia mengetahui bahwa umpan balik dari komunikan bersifat negatif. Beda dengan komunikasi bermedia yang umpan baliknya tertunda (delayed feedback); komunikator mengetahui tanggapan komunikan setelah komunikasi selesai adakalanya umpan balik ini harus diciptakan mekanismenya.

2.1.4 Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

(45)

waktu yang lalu atau masa mendatang. Karena itulah maka kebanyakan media merupakan alat atau sarana yang diciptakan untuk meneruskan pesan komunikasi dengan bahasa.

Pada akhirnya, sejalan dengan berkembangnya masyarakat beserta peradaban dan kebudayaannya, komunikasi bermedia (mediated communication) mengalami kemajuan pula dengan memadukan komunikasi berlambang bahasa dengan komunikasi berlambang gambar dan warna. Maka film, televisi, dan video pun sebagai media yang mengandung bahasa, gambar, dan warna melanda masyarakat di negara manapun.

Akan tetapi, keefektifan dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan Pesan-pesan yang bersifat informatif, efektif dan efisien dalam menyampaikan pesan persuasif adalah komunikasi tatap muka karena kerangka acuan (frame of reference) komunikan dapat diketahui oleh komunikator, sedangkan dalam proses komunikasinya, umpan balik berlangsung seketika, dalam arti kata komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi komunikannya pada saat itu juga. Ini berlainan dengan komunikasi bermedia. Apalagi dengan menggunakan media massa, yang tidak memungkinkan komunikator mengetahui kerangka acuan khalayak yang menjadi sasaran komunikasinya, sedangkan dalam proses komunikasinya, umpan balik berlangsung tidak pada saat itu.

Karena proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan siapa komunikan yang akan dituju.

(46)

Akan tetapi, dalam teori komunikasi dikenal istilah empathy, yang berarti kemampuan memproyeksi diri kepada peranan orang lain. Jadi, meskipun antar komunikator dan komunikan terdapat perbedaan dalam kependudukan, jenis pekerjaan, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, ideologi, dan lain-lain, jika komukator bersifat empatik, komunikasi tidak akan gagal.

2.1.5 Komunikasi Massa

Banyak defenisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakannya. Tetapi, dari sekian banyak defenisi itu ada benang merah kesamaan defenisi satu sama lain. Pada dasarnya komuikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Komunikasi massa bersal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa).

Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar didefenisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefenisikan menurut bentuknya; televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita (dalam Nurudin, 2003:11).

Sedangkan menurut Jay Black dan Frederick G. Whitney, disebutkan, ”Mass Comunication is a process whereby massproduced message are transmitted to large, anonymous, and heterogeneous masses of receivers (komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/ tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen).” (dalam Nurudin, 2003:11).

(47)

may concern” (kepada yang berkepentingan) yakni kepada orang-orang dari berbagai macam atribut, status, pekerjaan, dan jabatan dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain dan bukan penerima pesan yang homogen.

Gambar 3

Alat Komunikasi Massa

Bagi para pengelola media massa adalah suatu hal yang tidak mungkin untuk memenuhi segala keingininan khalayak. Satu-satunya cara untuk dapat mendekati keingininan seluruh khalayak sepenuhnya ialah dengan mengelompokkan mereka menurut jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan, pendidikan, kebudayaan, hobi, dan lainnya berdasarkan perbedaan sebagaimana dikemukakan diatas.

Pengelompokan tersebut telah dilaksanakan oleh berbagai media massa dengan mengadakan rubrik atau acara tertentu untuk kelompok pembaca-pendengar-penonton tertentu. Berdasarkan pengelompokan tersebut di atas maka sejumlah rubrik atau acara diperuntukkan bagi kelompok tertentu sebagai sasarannya atau dapat disingkat kelompok sasaran (target group), disamping khalayak keseluruhan sebagai sasarannya atau disebut khalayak sasaran (target audience)

Alat Komunikasi

Massa

Televisi Film

Buku

Majalah

Surat Kabar

Internet

Tabloid

(48)

a. Fungsi Media Massa

Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), Linkage (ketertarikan), transmission of vallues (penyebaran nilai), dan entertainment (hiburan). (Ardianto, 2004:16-20). Sedangkan fungsi komunikasi massa menurut Alexis Tan adalah:

Tabel 2

FUNGSI KOMUNIKASI MASSA ALEXIS S TAN

No TUJUAN KOMUNIKATOR (Penjaga Sistem)

TUJUAN KOMUNIKAN (Menyesuaikan diri pada sistem; pemuasan kebutuhan) 1

Mempelajari ancaman dan peluang; memahami lingkungan; menguji kenyataan; meraih keputusan

Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berguna memfungsikan dirinya, secara efektif dalam masyarakatnya; mempelajari nilai, tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.

Memberi keputusan; mengadopsi nilai, tingkah laku dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya

Menggembirakan; mengendorkan urat syaraf, menghibur, mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi.

(49)

Pengertian proses komunikasi massa pada hakikatnya merupakan proses pengoperan lambang-lambang yang berarti, yang dilakukan melalui saluran (channel), biasanya dikenal dengan media printed (press ), media auditif (radio), media visual (gambar, lukisan) atau media audio visual (televisi dan film). Harold D. Lasswell seorang ahli politik di Amerika Serikat mengemukakan suatu ungkapan yang sangat terkenal dalam teori dan penelitian komunikasi massa. Ungkapan tersebut merupakan suatu formula dalam menentukan scientific study dari suatu proses komunikasi massa dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: who (siapa), says what (berkata apa), in which channel (melalui saluran apa), to whom (kepada siapa), with what effect (dengan efek apa)?

Tabel 3

Formula Lasswell

WHO SAYS WHAT IN WHICH

CHANNEL

TON WHOM WHIT WHAT

EFFECT

Siapa Berikan apa Melalui

Saluran Apa

Kepada Siapa Dengan Efek

Apa

komunikator Pesan Media Penerima Efek

Control studies Analisis Pesan Analisis Media Analisis Khalayak

Analisis Efek

(Ardianto, 2004:3)

Dengan mengikuti Formula Lasswell dapat dipahami bahwa dalam proses komunikasi massa terdapat lima unsur yang disebut komponen atau unsur dalam proses komunikasi yaitu : (Ardianto, 2004: 33-34)

a. Who (siapa): komunikator, orang yang menyampaikan pesan dalam proses

(50)

b. Says what (apa yang dikatakan): pernyataan umum, dapat berupa suatu ide, informasi, opini, pesan dan sikap, yang sangat erat kaitannya dengan masalah analisis pesan.

c. In which channel (melalui saluran apa): media komunikasi atau saluran yang

digunakan untuk melaksanakan kegiatan komunikasi. Dalam hal ini dapat digunakan primary technique, secondary technique, direct communication atau indirect communication.

d. To whom (kepada siapa): komunikan atau audience yang menjadi sasaran

komunikasi. Kepada siapa pernyataan tersebut ditujukan, berkaitan dengan masalah penerima pesan. Dalam hal ini diperlukan adanya analisis khalayak (audience analysis).

e. With what effect (dengan efek apa): hasil yang dicapai dari usaha penyampaian

pernyataan umum itu pada sasaran yang dituju berkaitan dengan efek ini dipelukan adanya analisis efek.

2.1.6 Media Massa Radio

Radio – tepatnya radio siaran (broadcasting radio) merupakan salah satu jenis media massa (mass media), yakni sarana atau saluran komunikasi massa (channel of mass communication), seperti halnya suratkabar, majalah, atau televisi. Ciri khas utama

radio adalah AUDITIF, yakni dikonsumsi telinga atau pendengaran. “Apa yang dilakukan radio adalah memperdengarkan suara manusia untuk mengutarakan sesuatu” (Saturday Review) (Romli, 2004:19)

Radio memiliki daya tarik disebabkan oleh tiga unsur yang melekat padanya (Munthe, 1996:99-101), yakni:

a. Kata-kata Lisan (spoken words)

(51)

kelompok sasaran tertentu. Kata-kata yang digunakan hendaknya menimbulkan kesan dialog. Dialog dapat digunanakan untuk menunjukkan informasi latar belakang seperlunya kepada pendengar. Dengan cara ini, diharapkan pendengar dapat memahami apa yang sedang terjadi. Tetapi, dialog yang berlebihan justru dapat menimbulkan efek statis. Kalau ini yang terjadi maka pendengar akan pindah dari program yang disiarkan.

b. Musik (music)

Penggunaan musik menciptakan suasana yang membangkitkan emosi. Agar hal ini tercapai, menurut Hilliard, penyiar harus tahu dimana dan bagaimana penggunaan musik dalam program. Setidaknya ada lima tujuan dasar menggunakan musik, yaitu: (a) sebagai isi untuk program musik, (b) Sebagai tema untul banyak program (c) untuk menjembatani devisi dalam sebuah program, (d) sebagai sebuah efek suara, dan (e) untuk latar belakang atau isi hati.

c. Efek Suara (Sound Effect)

Efek suara bermanfaat untuk memberikan pengertian khusus dari suatu pesan. Karena itu, efek suara mampu mendorong pendengar untuk bereaksi. Efek suara tepat digunakan terutama dalam menggunakan bahasa tindakan. Dapat juga digunakan secara deskriptif.

Efek suara menurut Mc.loney (dalam Munthe, 1996:100) dapat digunakan untuk menyatakan:

1) Tindakan atau gerakan dalam suatu keadaan. Contohnya adalah langkah-langkah kaki, pintu yang ditutup, ketukan mesin tik, dan sebagainya.

2) Suasana atau perasaan mengenai tindakan. Sebuah efek suara pintu hanya berarti sebuah gerakan, yaitu sebuah pintu dibuka atau ditutup. Sebuah pintu yang terderak berarti gerakan yang sama. Tapi juga menyatakan sesuatu tentang setting (latar) dan memberitahu sesuatu yang misterius.

3) Sifat dari keadaan. Suatu latar keadaan dalam radio tanpa mengemukakan secara verbal akan memberi karakteristik suatu latar belakang.

(52)

Apakah komposisinya sama antara kata, musik, dan efek suara bergantung keinginan pendengar, format programnya, jenis masalahnya, dan waktu siaran.

2.1.7 Sejarah Perkembangan Radio

Perkembangan radio siaran di Indonesia dimulai dari masa penjajahan Belanda, Penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan, dan zaman orde baru. (Ardianto, 2004:117-119)

a. Jaman Belanda

Radio siaran yang pertama di Indonesia (waktu itu bernama Nederlands Indie – Hindia Belanda), ialah Bataviase radi siaran Vereniging (BRV) di Batavia, yang resminya didirikan pada tanggal 16 Juni 1925, pada saat Indonesia masih dijajah Belanda, dan berstatus swasta.

b. Jaman Jepang

Ketika Belanda menyerah pada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, sebagai konsekuensinya, radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku, merupakan pusat radio siaran yang berkedudukan di Jakarta, serta mempunyai cabang-cabang yang dinamakan Hoso Kyoku di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. Rakyat Indonesia pada masa ini hanya boleh mendengarkan siaran dari Hoso Kyoku saja.

c. Jaman Kemerdekaan.

Dengan demikian, ketika Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, tidak dapat disiarkan langsung melalui radio siaran karena radio siaran masih dikuasai oleh Jepang. Tak lama kemudian dibuat pemancar gelap yang berhasil berkumandang di udara radio siaran denagn stasiun call “Radio Indonesia Merdeka”.

d. Jaman Orde Baru

(53)

ditingkatkan. Selain berfungsi sebagai media informasi dan hiburan, pada masa orde baru, radio siaran melalui RRI menyajikan acara pendidikan dan persuasi.

Lembaga penyiaran radio Indonesia sesuai Undang-undang No.32 tahun 2002 tentang penyiaran, terdiri atas lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran komersial, lembaga penyiaran komunitas, dan lembaga penyiaran berlangganan.

a. Lembaga Penyiaran Publik

Lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independent, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan pelayanan untuk kepentingan masyarakat.

b. Lembaga Penyiaran Komersial

Lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya khusus menyelenggarakan siaran radio.

a. Lembaga Penyiaran Komunitas

Lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya pencar rendah, luas wilayah jangkauan terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya.

d. Lembaga Penyiaran Berlangganan

Merupakan lembaga penyiaran berbentuk badan hukum Indonesia,yang bidang usahanya menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan melalui satelit, melalui kabel dan melalui terrestrial (Djuroto, 2007: 64-66).

2.1.8 Pola Penyiaran Radio

(54)

Penyiaran radio adalah media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yamg teratur dan berkesinambungan (Riswandi, 2009:1).

Ketika para pengelola stasiun penyiaran radio merencanakan untuk beroperasi, salah satu faktor yang menjadi kajian khusus adalah cara menetapkan target pendengar. Apalagi dimasa sekarang ini kompetisi sedemikian tinggi sehingga target pendengar menjadi prioritas (Prayudha, 2004:23). Dari target pendengar dapat ditentukan suatu pola penyiaran.

Pada umumnya terdapat dua metode penggolongan bahan siaran yang dianut oleh badan-badan radio siaran di dunia. Yang pertama adalah metode menurut “unsur acara siaran”, yang kedua menurut “tujuan acara siaran” (Effendi, 1990:114-117). a. Pembagian menurut unsur acara siaran

berdasarkan unsur acara siaran, bahan siaran dibagi menjadi dua golongan 1. Siaran kata

2. Siaran seni suara

Yang dimaksud dengan siaran kata adalah segala bahan siaran yang pokok isinya dilukiskan dengan kata-kata (spoken words). Sedang yang dimaksud dengn seni suara adalah segala bentuk kesenian yang pokok isinya dilukiskan dengan musik.

Persentase golongan siaran kata dan siaran seni suara antara negara yang satu dengan yang lainnya tidaklah sama ada negara yang megutamakan siaran kata, misalnya siaran kata 60% da seni suara 40%, atau siaran kata 55% dan seni suara 45%. Atau sebaliknya, ada yang mengutamakan seni suara, misalnya seni suara 55% dan siaran kata 45%.

Indonesia = 50%

Komposisi siaran seni suara

Daerah = 50%

Siaran kata umum Komposisi siaran kata

(55)

Musik = 70%

(Redaksi BaSS FM)

Pembagian menurut tujuan acara siaran

seperti halnya dengan negara-negara lain yang tergabung dalam Asian Broadcasting Union (ABU) dan European Broadcasting Union (EBU), dalam menentukan penggolongan acara siaran, Indonesia mengikuti pola yang dianut oleh UNESCO. Berikut ini adalah penggolongan jenis-jenis acara siaran:

1.Siaran pemberitaan dan penerangan a. Warta Berita

b. Reportase

c. Penerangan Umum d.Pengumuman

2. Siaran Pendidikan a. Siaran Kanak-Kanak b. Siaran Remaja c. Siaran Sekolah d. Siaran Pedesaan e. Siaran Keluarga f. Siaran Agama g. Siaran Wanita h. Pengetahuan Umum

3. Siaran Kebudayaan a. Kesusasteraan b. Kesenian Daerah c. Apresiasi Seni

(56)

b. Musik Indonesia c. Musik Asing d. Hiburan Ringan

5. Siaran Lain-lain a. Ruangan Iklan

b. Pembukaan/ penutup Siaran

Tujuan utama memproduksi acara siaran radio adalah untuk menarik minat masyarakat agar mau mendengarkan atau menjadi pendengar setianya. Dlam membuat atau menyusun siaran radio, harus berpedoman pada tiga fungsi medium radio, yaitu:

1. Siaran radio sebagai media penerangan (information) 2. Siaran radio sebagai sarana pendidikan(education) 3. Siaran radio sebagai tempat hiburan (entertainment)

Selain memperhatikan tiga fungsi siaran radio tersebut, pembuat atau penyusun acara siaran harus memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh medium radio. Keterbatasan itu antara lain:

1. Radio hanya bisa dikonsumsi oleh indera pendengaran/telinga (ear catching) 2. Radio tidak dapat dipertontonkan (visual) tingkah laku/action dari orang-orang

yang menyiarkannya.

3. Pendengar radio sifatnya perseorangan (individual) dan hidup dalam psycolically independen yang kompleks. Itu sebabnya pendengar radio senantiasa berubah-ubah.

(57)

sifat-sifat pendengar radio siaran yang turut menentukan gaya bahasa radio (Effendi, 1990:85-86) :

a. Heterogen

Pendengar adalah massa, sejumlah orang yang sangat banyak yang sifatnya heterogen, terpencar-pencar di berbagai tempat. Dan mereka berbeda dalam jenis kelamin,umur, tingkat pendidikan, dan kebudayaan. Dan selain itu pendengar berbeda dalam pengalaman dan keinginan, tabeat, dan kebiasaan, yang kesemuanya itu menjadi dasar pola bagi gaya bahasa sebagai penyalur pesan kepada pendengar. b. Pribadi

Karena pendengar berada dalam keadaan heterogen, terpencar-pencar di berbagai tempat dan umumnya dirumah-rumah maka sesuai isi pesan akan dapat diterima dan dimengerti, kalau sifatnya pribadi (personal) sesuai dengan situasi dimana pendengar itu berada. Sesuatu uraian disampaikan kepada pendengar yang berada di rumahnya itu secara pribadi. Pembicara radio seolah-olah bertamu dan memberikan uraian kepad seseorang dalam suatu rumah tangga.

c. Aktif

Pada mulanya para ahli komunikasi mengira bahwa pendengar radio sifatnya pasif. Ternyata tidak demikian. Hal ini telah dibuktikan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Wilbur Schramm, Paul Lazarsfeld dan Raymond Bauer, ahli-ahli komunikasi di AS.mereka semua berpendapat bahwa pendengar radio sebagai sasaran komunikasi massa jauh daripada pasif. Mereka aktif. Apabila mereka menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun radio, mereka aktif berpikir, aktif melakukan interpretasi, mereka bertanya-tanya pada dirinya, apakah yang diucapkan oleh penyiar atau seorang penceramah radio atau pembaca berita, benar atau tidak. (Effendi, 1990:85) d. Selektif

(58)

apa yang disenanginya, baik programa musik maupun uraian atau drama siaran dalam negeri maupun luar negeri.

Begitu banyak stasiun radio siaran, tidak terhitung sudah, dengan aneka jenis acara siarannya yang masing-masing berlomba-lomba untuk memikat perhatian pendengar. Yang tidak memenuhi selera pendengar, sudah tentu akan sia-sialah isi siaran yang diancarkannya itu. Oleh karena itulah maka dalam proses komunikasi massa, unsur pendengar banyak diteliti, karena sasaran yang kompleks ini menyangkut berbagai segi sosiologis, psikologis, edukatif, kultural, dan bahkan juga politis dan ekonomis.

Dikarenakan sifat pendengar yang aktif dan selektif maka setiap stasiun radio berusaha semaksimal mungkin untuk dapat meraih sebanyak mungkin pendengar. Sambil terus membina hubungan baik dengan pendengar setia, satu stasiun berusaa merebut pendengar stasiun lain. Inilah perang stasiun radio, yang hanya dibekali oleh acara sebagai senjatanya.

Sampai saat ini, yang masih menjadi kendala bagi banyak stasiun radio adalah mendesain acara. Penyelenggara siaran terus berusaha memperbaiki dan menyempurnakan acaranya.

Agar acara yang disiarkan menarik, ada beberapa petunjuk yang dapat dijadikan sebagai patokan. Sasarannya harus jelas, acaranya spesifik, memiliki kebutuhan, beragam waktu penyiaran yang tepat, orisinil, kualitas terjaga, disamping bahasanya harus sederhana (Munthe, 1996:58-61).

1. Acara harus sesuai sasaran

Pastikanlah siapa sasaran yang akan di tuju. Hal ini penting untuk memudahkan pengelola siaran dalam mengolah bahan siaran. Jangan bermimpi bahwa suatu acara dapat ditujukan kepada siapa saja. Bila hal ini terjadi, maka pembahasan bisa jadi melebar tidak terarah.

(59)

2. Acara harus spesifik

Isi acara hendaknya membahas materi yang khusus. Umpamanya saja bidang masalahnya olahraga, maka isinya hanya mempersoalkan salah satu cabang olahraga, misalnya sepakbola. Dalam hal ini isinya tidak mempersoalkan sepak takraw, bulu tangkis, dll.

Jadi hanya satu topik yang dibahas secara menyeluruh. Artinya, dalam membahas harus diperhatikan aspek yang terkait dengan bidang olahraga sepakbola.

3. Acara harus utuh

Pembahasan materi harus terjaga. Tidak keluar dari konsep yang telah dipatok. Mulai dari pengantar, permasalahan, pembahasan, dan penyelesaian masalah secara sistematis. Misalnya dari topik sepakbola di atas, pengantar acara dapat berisi paparan perkembangan sepakbola di Indonesia, mempertanyakan tentang sepakbola di negeri ini yang sulit berkembang. Pembahasan berisi jawaban mengapa sulit berkembang dan jawaban bagaimana agar dapat berkembang.

Pada akhirnya di bagian penyelesaian dijabarkan tentang usulan sebagai jalan keluar untuk mengembangkan olahraga sepakbola di Indonesia. Dengan demikian sistematika dan kesinambungan tetap terjaga.

4. Kemasan acara harus bervariasi

Acara dikemas dalam bentuk yang bervariasi. Variasi dapat ditampilkan dalam dua bentuk yaitu dialog dan monolog. Dalam dialog dapat ditampilkan dua orang atau lebih yang memiliki warna suara berbeda. Kontras warna suara ini sangat mendukung acara karena radio merupakan media audio yang hanya mampu menstimuli indera pendengaran. Dengan warna suara yang berbeda memudahkan pendengar untuk mengenali tokoh-tokoh yang terlibat dalam dialog tersebut.

(60)

5. Acara harus ditempatkan pada waktu yang tepat

Pengelola program harus yakin bahwa waktu yang dipilih untuk penyiaran suatu acara sudah tepat. Ketepatan ini didasari pada kebiasaan mendengar dari khalayak. Dengan demikian, acara tersebut akan efektif.

6. Acara harus orisinil

Penyelenggara siaran harus menyajikan acara yang benar-benar hasil kerja tim kreatif studio tersebut. Bukan tiruan, dalam arti acara seperti ini pernah disajikan stasiun lain yang kemudian dimodifikasi di sana-sini sehingga tampaknya orisinil. Bukan juga acara jiplakan. Acara jiplakan dan acara tiruan tidak akan membawa banyak keuntungan bagi stasin radio yang pertamakali menyajikan acara tersebut. Sedangkan stasiun radio yang menjiplak atau meniru akan dicap sebagai stasiun plagiat.

7. Acara harus disajikan dengan kualitas baik

Mutu tekhnik suatu acara ikut menentukan sukses tidaknya acara di pasar. Pendengar selalu menuntut hasil yang prima tanpa noise (gangguan). Sebab pendengar sangat mendambakan kenyamanan dalam mendengarkan suatu acara siaran. Jangan sekali-kali menerima ungkapan yang menyatakan bahwa penyajian masalah tekhnik adalah nomor dua setelah produk. Anggapan ini tidak benar, sebab antara acara dan tekhnik berjlan seiring, sama-sama ikut menentukan. Yang penting diingat adalah konsep memberikan yang terbaik kepada pendengar wajib menjadi pegangan penyelenggara siaran.

8.Acara harus disajikan dengan bahasa sederhana

Gambar

Tabel 5 Populasi
Tabel 6
Tabel 7 Usia Responden
Tabel 11
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pertama , seseorang yang hendak menikah dengan tujuan untuk berbuat zalim kepada istri atau sebaliknya, seperti ingin menyakiti, membalas dendam, memutuskan

Gaya bahasa klimaks, adalah majas nonperbandingan yang dibentuk dengan meletakkan satuan bahasa yang maknanya kurang penting, kemudian disusul satuan bahasa yang

Dari hasil penelitian pengaruh pendidikan kesehatan kanker serviks terhadap sikap pencegahan kanker serviks pada siswi kelas IX di SMP Negeri 2 Saptosari Gunungkidul, maka

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya berkaitan dengan faktor komunikasi yang menyebabkan konflik sosial

[r]

menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang sangat nyata antara perlakuan kapasitas lapang dan perlakuan genotipe kedelai terhadap tinggi tanaman, panjang akar, bobot

Telah dilakukan penelitian tentang efektifitas pelaksanaan perkuliahan berdasarkan analisis instruksional pada mata kuliah fisika sekolah II.. Tujuan penelitiannya

l. Penerapan pdnsip independensi' penyelenggaraan pemilukada kabupaten Gowa tahun 2010 belum dilaksanakan dengan baik. Adanya campur tangan kekuasaan pemerintah/elit