• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Setelah mengikuti semua prosedur penelitian, peneliti ingin memberikan saran yang diharapkan dapat berguna bagi setiap orang yang membaca hasil penelitian ini, khususnya pihak radio BaSS FM. Adapun saran yang dimaksud adalah:

1. Pihak BaSS FM harus selalu memperhatikan keinginan dan minat pendengar. Agar BaSS FM selalu dapat memenuhi harapan pendengar tersebut, maka BaSS FM harus selalu berkembang dan terus memperbaharui setiap program acara, materi, serta informasi. Dengan demikian, para pendengar dapat dijadikan pendengar setia BaSS FM.

2. BaSS FM senantiasa terus memperbaiki dan mengembangkan pola penyiaran radio BaSS FM sehingga BaSS FM dapat terus bersaing dengan stasiun radio lain yang berkembang seiring waktu. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memperluas daya jangkau siaran, melengkapi sarana dan prasarana siaran, serta meminimalisir noise yang terjadi pada saat siaran, seperti kerusakan alat- alat siaran maupun keterlambatan penyiar.

3. BaSS FM dalam mengadakan perekrutan penyiar agar lebih mengkhususkan pada sumber daya manusianya seperti memilikiskill yang baik untuk berbicara pada publik, memiliki pengetahuan yang luas tentang informasi- informasi yang sedang hangat, dan lebih memahami dunia musik.

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1Kerangka Teori

Dalam penelitian, seorang peneliti haruslah terlebih dahulu menyusun teori yang bersangkutan dengan penelitinya. Karena dengan adanya kerangka teori peneliti dapat lebih mudah menghubungkan teori dengan berbagai faktor yang terdapat dalam perumusan masalah. Menurut Kerlinger, teori adalah definisi proporsi yang meengemukakan pandangan sistematis tentang gejala yang menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6). Berikut teori yang digunakan dalam penelitian ini:

2.1.1 Komunikasi

Sebagai mahluk sosial dan individual, manusia memiliki keingin tahuan dan berkembang. Salah satu sarana untuk mencapai semua itu adalah melalui komunikasi. Oleh karena itu, komunikasi merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia.

Istilah komunikasi berasal dari perkataan bahasa Inggris ”communication” yang berasal dari istilah bahasa latin ”communis” yang dalam bahasa Indonesia berarti ”sama” dan menurut Sir Gerald Barry dalam Effendy, ”communicare” yang berarti bercakap-cakap. Jika kita berkomunikasi, berarti kita mengadakan kesamaan dalam hal ini kesamaan makna/pengertian. Informasi yang disampaikan seseorangkepada orang lain harus sama-sama dan dimengerti. Kalau tidak dimengerti, komunikasi tidak akan terjadi. Percakapan berlangsung apabila hal yang dipercakapkan dan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu sama-sama dimengerti. Kalau tidak, percakapan tidak akan terjadi (Effendy, 1991:1)

Komunikasi pada hakekatnya adalah proses pernyataan antar manusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message), orang yang menyampaikan pesan disebut

komunikator (communicator), sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama (communicate). Untuk tegasnya, komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan (dalam Effendy, 2004:10). William Albig dalam bukunya Public Opinion, mengatakan bahwa komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti antara individu. Sedangkan menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah : upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan silkap (Effendy, 2004:10). Defenisi Hovland tersebut menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amt penting. Bahkan, dalam defenisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behaviour of other individuals). Selanjutnya, menurut Muhammad Arni (2005:5) dalam bukunya “komunikasi organisasi”, disebutkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian atau pengoperan lambang-lambang dalam bentuk informasi sehingga terjadi perubahan pada diri si komunikan. Akan tetapi, seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif.

2.1.2 Proses Komunikasi

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.

2.1.3 Proses Komunikasi Secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain. Apakah itu berbentuk ide, informasi atau opini, baik mengenai hal yang konkret maupun yang abstrak; bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang. Adalah berkat kemampuan bahasa maka kita dapat mempelajari ilmu pengetahuan sejak ditampilkan oleh Aristoteles, Plato, dan Socrates; dapat menjadi manusia yang beradap dan berbudaya; dan dapat memperkirakan apa yang akan terjadi pada tahun, dekade bahkan abad yang akan datang.

Kial (gesture) memang dapat “menerjemahkan” pikiran seseorang sehingga terekspresikan secara fisik. Akan tetapi menggapaikan tangan, atau memainkan jari-jemari, atau mengedipkan mata, atau menggerakkan anggota tubuh lainnya hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja (sangat terbatas).

Demikian pula isyarat dengan menggunakan alat seperti tongtong, bedug, sirene, dan lain-lain serta warna yang mempunyai makna tertentu. Kedua lambang itu amat terbatas kemampuannya dalam mentransmisikan pikiran seseorang kepada orang lain. Gambar sebagai lambang yang banyak dipergunakan dalam komunikasi memang melebihi kial, isyarat, dan warna dalam hal kemampuan “menerjemahkan” pikiran seseorang, tetapi tetap tidak melebihi bahasa.

Akan tetapi, demi efektifnya komunikasi, lambang-lambang tersebut dipadukan penggunaannya. Dalam kehidupan sehari-hari bukanlah hal yang luar biasa apabila kita terlibat dalam komuniksi yang menggunakan bahasa disertai gambar-gambar berwarna.

Berdasarkan paparan di atas, pikiran dan atau perasaan seseorang baru akan di ketahui oleh dan akan ada dampaknya kepada orang lain apabila ditransmisikan dengan menggunakan media primer tersebut, yakni lambang-lambang. Dengan perkataan lain, pesan (message) yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri atas isi (the content) dan lambang (symbol).

Bagaimana belangsungnya proses komunikasi yang terdiri atas proses komunikasi yang terdiri atas proses rohaniah komunikator dan proses rohaniah

komunikan dengan bahasa sebagai media atau penghubungnya itu? Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan perkataan lain, komunikasi adalah proses membuat sebuah pesan setala (tuned) bagi komunikator dan komunikan.

Pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti ia memformulasikan pikiran dan/atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian menjadi giliran komunikan untuk mengawa–sandi (decode) pesan dari komunikator itu. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertiannya. Dalam proses itu komunikator berfungsi sebagai penyandi (encoder) dan komunikan berfungsi sebagai pengawa sandi (decoder).

Yang penting dalam proses penyandian (coding) itu ialah bahwa komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat mengawa – sandi hanya dalam kata bermakna yang pernah diketahui dalam pengalamannya masing-masing. Jika A sedang berbicara, ia menjadi encoder; dan B yang sedang mendengarkan menjadi decoder . ketika B memberikan tanggapan dan berbicara kepada A, maka B kini menjadi encoder, dan A menjadi decoder. Tanggapan B yang disampaikan kepada A itu dinamakan umpan balik atau arus balik (feedback).

Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam komunikasi sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan oleh komunikator. Oleh karena itu, umpan balik bisa bersifat positif, dapat pula bersifat negatif. Umpan balik positif adalah tanggapan atau respon atau reaksi komunikan yang menyenangkan komunikator sehingga komunikasi berjalan lancar. Sebaliknya, umpan balik negatif adalah tanggapan komunikasi yang tidak menyenangkan komunikatornya sehingga komunikator enggan untuk melanjutkan komunikasinya.

Seperti halnya penyampaian pesan secara verbal , yakni dengan menggunakan bahasa dan secara nonverbal, yaitu dengan menggunakan kial, isyarat, gambar, atau warna, umpan balikpun dapat disampaikan oleh komunikan secara verbal atau secara

non verbal. Umpan balik secara verbal adalah tanggapan komunikan yang dinyatakan dengan kata-kata, baik secara singkat maupun secara panjang lebar. Umpan balik secara nonverbal adalah tanggapan komunikan yang dinyatakan bukan dengan kata-kata.

Umpan balik yang dipaparkan di atas adalah umpan balik yang disampaikan oleh atau datang dari komunikan. Dengan kata lain umpan balik yang timbul dari luar komunikator. Oleh karena itu, umpan balik jenis ini disebut umpan balik eksternal (external feedback). Dalam pada itu sudah terbiasa pula kita memperoleh umpan balik dari pesan kita sendiri. Ini terjadi kalau kita sedang bercakap-cakap atau sedang berpidato di depan khalayak. Ketika kita sedang berbicara, kita mendengar suara kita sendiri dan kita menyadari bahwa kita berucap salah, maka kita pun segera memperbaikinya.

Komunikator yang baik adalah orang yang selalu memperhatikan umpan balik sehingga ia dapat segera mengubah gaya komunikasinya dikala ia mengetahui bahwa umpan balik dari komunikan bersifat negatif. Beda dengan komunikasi bermedia yang umpan baliknya tertunda (delayed feedback); komunikator mengetahui tanggapan komunikan setelah komunikasi selesai adakalanya umpan balik ini harus diciptakan mekanismenya.

2.1.4 Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

Pada umumnya, memang bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi karena bahasa sebagai lambang mampu mentransmisikan pikiran, ide, pendapat, dan sebagainya, baik mengenai hal yang abstrak maupun yang konkret ; tidak saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, tetapi juga pada

waktu yang lalu atau masa mendatang. Karena itulah maka kebanyakan media merupakan alat atau sarana yang diciptakan untuk meneruskan pesan komunikasi dengan bahasa.

Pada akhirnya, sejalan dengan berkembangnya masyarakat beserta peradaban dan kebudayaannya, komunikasi bermedia (mediated communication) mengalami kemajuan pula dengan memadukan komunikasi berlambang bahasa dengan komunikasi berlambang gambar dan warna. Maka film, televisi, dan video pun sebagai media yang mengandung bahasa, gambar, dan warna melanda masyarakat di negara manapun.

Akan tetapi, keefektifan dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan Pesan-pesan yang bersifat informatif, efektif dan efisien dalam menyampaikan pesan persuasif adalah komunikasi tatap muka karena kerangka acuan (frame of reference) komunikan dapat diketahui oleh komunikator, sedangkan dalam proses komunikasinya, umpan balik berlangsung seketika, dalam arti kata komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi komunikannya pada saat itu juga. Ini berlainan dengan komunikasi bermedia. Apalagi dengan menggunakan media massa, yang tidak memungkinkan komunikator mengetahui kerangka acuan khalayak yang menjadi sasaran komunikasinya, sedangkan dalam proses komunikasinya, umpan balik berlangsung tidak pada saat itu.

Karena proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan siapa komunikan yang akan dituju.

Agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh komunikator harus bertautan dengan proses pengawasandian oleh komunikan. Wilbur Schramm melihat pesan pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh komunikan. Semakin tumpang tindih bidang pengalaman (field of experience)komunikator dengan bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang akan dikomunikasikan.

Akan tetapi, dalam teori komunikasi dikenal istilah empathy, yang berarti kemampuan memproyeksi diri kepada peranan orang lain. Jadi, meskipun antar komunikator dan komunikan terdapat perbedaan dalam kependudukan, jenis pekerjaan, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, ideologi, dan lain-lain, jika komukator bersifat empatik, komunikasi tidak akan gagal.

2.1.5 Komunikasi Massa

Banyak defenisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakannya. Tetapi, dari sekian banyak defenisi itu ada benang merah kesamaan defenisi satu sama lain. Pada dasarnya komuikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Komunikasi massa bersal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa).

Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar didefenisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefenisikan menurut bentuknya; televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita (dalam Nurudin, 2003:11).

Sedangkan menurut Jay Black dan Frederick G. Whitney, disebutkan, ”Mass Comunication is a process whereby massproduced message are transmitted to large, anonymous, and heterogeneous masses of receivers (komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/ tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen).” (dalam Nurudin, 2003:11).

”Large” di sini berarti lebih luas dari sekedar kumpulan orang yang berdekatan secara fisik, sedangkan ”Anonymous” berarti bahwa individu yang menerima pesan cenderung menjadi asing satu sama lain atau tidak saling mengenal satu sama lain, dan ”Heterogeneous” berarti bahwa pesan yang dikirim ”to whom it

may concern” (kepada yang berkepentingan) yakni kepada orang-orang dari berbagai macam atribut, status, pekerjaan, dan jabatan dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain dan bukan penerima pesan yang homogen.

Gambar 3

Alat Komunikasi Massa

Bagi para pengelola media massa adalah suatu hal yang tidak mungkin untuk memenuhi segala keingininan khalayak. Satu-satunya cara untuk dapat mendekati keingininan seluruh khalayak sepenuhnya ialah dengan mengelompokkan mereka menurut jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan, pendidikan, kebudayaan, hobi, dan lainnya berdasarkan perbedaan sebagaimana dikemukakan diatas.

Pengelompokan tersebut telah dilaksanakan oleh berbagai media massa dengan mengadakan rubrik atau acara tertentu untuk kelompok pembaca-pendengar-penonton tertentu. Berdasarkan pengelompokan tersebut di atas maka sejumlah rubrik atau acara diperuntukkan bagi kelompok tertentu sebagai sasarannya atau dapat disingkat kelompok sasaran (target group), disamping khalayak keseluruhan sebagai sasarannya atau disebut khalayak sasaran (target audience)

Alat Komunikasi Massa Televisi Film Buku Majalah Surat Kabar Internet Tabloid Kaset / Cd Radio

a. Fungsi Media Massa

Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), Linkage (ketertarikan), transmission of vallues (penyebaran nilai), dan entertainment (hiburan). (Ardianto, 2004:16-20). Sedangkan fungsi komunikasi massa menurut Alexis Tan adalah:

Tabel 2

FUNGSI KOMUNIKASI MASSA ALEXIS S TAN No TUJUAN KOMUNIKATOR

(Penjaga Sistem)

TUJUAN KOMUNIKAN (Menyesuaikan diri pada sistem; pemuasan kebutuhan) 1 2 3 4 Memberi Informasi Mendidik Mempersuasi Menyenangkan; memuaskan kebutuhan komunikasi

Mempelajari ancaman dan peluang; memahami lingkungan; menguji kenyataan; meraih keputusan

Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berguna memfungsikan dirinya, secara efektif dalam masyarakatnya; mempelajari nilai, tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.

Memberi keputusan; mengadopsi nilai, tingkah laku dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya

Menggembirakan; mengendorkan urat syaraf, menghibur, mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi.

Pengertian proses komunikasi massa pada hakikatnya merupakan proses pengoperan lambang-lambang yang berarti, yang dilakukan melalui saluran (channel), biasanya dikenal dengan media printed (press ), media auditif (radio), media visual (gambar, lukisan) atau media audio visual (televisi dan film). Harold D. Lasswell seorang ahli politik di Amerika Serikat mengemukakan suatu ungkapan yang sangat terkenal dalam teori dan penelitian komunikasi massa. Ungkapan tersebut merupakan suatu formula dalam menentukan scientific study dari suatu proses komunikasi massa dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: who (siapa), says what (berkata apa), in which channel (melalui saluran apa), to whom (kepada siapa), with what effect (dengan efek apa)?

Tabel 3 Formula Lasswell

WHO SAYS WHAT IN WHICH

CHANNEL

TON WHOM WHIT WHAT

EFFECT

Siapa Berikan apa Melalui

Saluran Apa

Kepada Siapa Dengan Efek

Apa

komunikator Pesan Media Penerima Efek

Control studies Analisis Pesan Analisis Media Analisis Khalayak

Analisis Efek

(Ardianto, 2004:3)

Dengan mengikuti Formula Lasswell dapat dipahami bahwa dalam proses komunikasi massa terdapat lima unsur yang disebut komponen atau unsur dalam proses komunikasi yaitu : (Ardianto, 2004: 33-34)

a. Who (siapa): komunikator, orang yang menyampaikan pesan dalam proses

komunikasi massa, bisa perorangan atau mewakili suatu lembaga, organisasi maupun instansi. Segala masalah yang bersangkutan dengan unsur “siapa” memerlukan analisis control (control analysis) yaitu analisis yang merupakan subdivisi dari riset lapangan.

b. Says what (apa yang dikatakan): pernyataan umum, dapat berupa suatu ide, informasi, opini, pesan dan sikap, yang sangat erat kaitannya dengan masalah analisis pesan.

c. In which channel (melalui saluran apa): media komunikasi atau saluran yang

digunakan untuk melaksanakan kegiatan komunikasi. Dalam hal ini dapat digunakan primary technique, secondary technique, direct communication atau indirect communication.

d. To whom (kepada siapa): komunikan atau audience yang menjadi sasaran

komunikasi. Kepada siapa pernyataan tersebut ditujukan, berkaitan dengan masalah penerima pesan. Dalam hal ini diperlukan adanya analisis khalayak (audience analysis).

e. With what effect (dengan efek apa): hasil yang dicapai dari usaha penyampaian

pernyataan umum itu pada sasaran yang dituju berkaitan dengan efek ini dipelukan adanya analisis efek.

2.1.6 Media Massa Radio

Radio – tepatnya radio siaran (broadcasting radio) merupakan salah satu jenis media massa (mass media), yakni sarana atau saluran komunikasi massa (channel of mass communication), seperti halnya suratkabar, majalah, atau televisi. Ciri khas utama radio adalah AUDITIF, yakni dikonsumsi telinga atau pendengaran. “Apa yang dilakukan radio adalah memperdengarkan suara manusia untuk mengutarakan sesuatu” (Saturday Review) (Romli, 2004:19)

Radio memiliki daya tarik disebabkan oleh tiga unsur yang melekat padanya (Munthe, 1996:99-101), yakni:

a. Kata-kata Lisan (spoken words)

Pengunaan lambang kata sangat penting melalui radio. Karena pengiriman pesan dalam komunikasi radio tidaklah ditujukan untuk kebebasan. Penyiar harus menganggap bahwa pendengarnya hanya mempunyai satu kesempatan untuk mendengar satu bagian tertentu dari suatu penyajian pesan tertentu. Untuk alasan ini, pendengar hendaknya hanya menggunakan kata-kata yang umum digunakan

kelompok sasaran tertentu. Kata-kata yang digunakan hendaknya menimbulkan kesan dialog. Dialog dapat digunanakan untuk menunjukkan informasi latar belakang seperlunya kepada pendengar. Dengan cara ini, diharapkan pendengar dapat memahami apa yang sedang terjadi. Tetapi, dialog yang berlebihan justru dapat menimbulkan efek statis. Kalau ini yang terjadi maka pendengar akan pindah dari program yang disiarkan.

b. Musik (music)

Penggunaan musik menciptakan suasana yang membangkitkan emosi. Agar hal ini tercapai, menurut Hilliard, penyiar harus tahu dimana dan bagaimana penggunaan musik dalam program. Setidaknya ada lima tujuan dasar menggunakan musik, yaitu: (a) sebagai isi untuk program musik, (b) Sebagai tema untul banyak program (c) untuk menjembatani devisi dalam sebuah program, (d) sebagai sebuah efek suara, dan (e) untuk latar belakang atau isi hati.

c. Efek Suara (Sound Effect)

Efek suara bermanfaat untuk memberikan pengertian khusus dari suatu pesan. Karena itu, efek suara mampu mendorong pendengar untuk bereaksi. Efek suara tepat digunakan terutama dalam menggunakan bahasa tindakan. Dapat juga digunakan secara deskriptif.

Efek suara menurut Mc.loney (dalam Munthe, 1996:100) dapat digunakan untuk menyatakan:

1) Tindakan atau gerakan dalam suatu keadaan. Contohnya adalah langkah-langkah kaki, pintu yang ditutup, ketukan mesin tik, dan sebagainya.

2) Suasana atau perasaan mengenai tindakan. Sebuah efek suara pintu hanya berarti sebuah gerakan, yaitu sebuah pintu dibuka atau ditutup. Sebuah pintu yang terderak berarti gerakan yang sama. Tapi juga menyatakan sesuatu tentang setting (latar) dan memberitahu sesuatu yang misterius.

3) Sifat dari keadaan. Suatu latar keadaan dalam radio tanpa mengemukakan secara verbal akan memberi karakteristik suatu latar belakang.

Kata-kata lisan, musik, dan efek suara hendaknya diramu dengan tepat agar program radio tidak monoton dan kaku. Dalam meramu, dapat dilakukan melalui banyak cara.

Apakah komposisinya sama antara kata, musik, dan efek suara bergantung keinginan pendengar, format programnya, jenis masalahnya, dan waktu siaran.

2.1.7 Sejarah Perkembangan Radio

Perkembangan radio siaran di Indonesia dimulai dari masa penjajahan Belanda, Penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan, dan zaman orde baru. (Ardianto, 2004:117-119)

a. Jaman Belanda

Radio siaran yang pertama di Indonesia (waktu itu bernama Nederlands Indie – Hindia Belanda), ialah Bataviase radi siaran Vereniging (BRV) di Batavia, yang resminya didirikan pada tanggal 16 Juni 1925, pada saat Indonesia masih dijajah Belanda, dan berstatus swasta.

b. Jaman Jepang

Ketika Belanda menyerah pada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, sebagai konsekuensinya, radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku, merupakan pusat radio siaran yang berkedudukan di Jakarta, serta mempunyai cabang-cabang yang dinamakan Hoso Kyoku di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. Rakyat Indonesia pada masa ini hanya boleh mendengarkan siaran dari Hoso Kyoku saja.

Dokumen terkait