• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. Tinjauan Umum Tentang Pencucian Uang

11. Penyidikan Dan Penuntutan Tindak Pidana Pencucian Uang

Beberapa ketentuan acara pidana dalam UU TPPU, yang merupakan pengecualian dari KUHAP, di antaranya ketentuan bahwa penyidikan tindak pidana pencucian uang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal. Misalnya, pihak Kejaksaan yang menyidik tindak pidana asalnya, maka penyidik dari kejaksaan pula yang menyidik tindak pidana pencucian uangnya. Demikian pula jika penyidik Polri atau penyidik KPK yang menyidik tindak pidana asalnya, maka penyidik Polri dan penyidik KPK yang akan menyidik tindak pidana pencucian uangnya. Dalam hal penyidik menemukan bukti permulaan yang cukup telah terjadi tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana asal,

penyidik menggabungkan penyidikan tindak pidana asal dengan penyidikan tindak pidana pencucian uang dan memberitahukannya kepada PPATK.51

Penuntut umum menurut UU TPPU wajib menyerahkan berkas perkara tindak pidana pencucian uang kepada Pengadilan Negeri, ketua Pengadilan Negeri paling lama 30 hari kerja terhitung sejak diterimanya berkas perkara yang dinyatakan lengkap. Dalam hal penuntut umum telah menyerhakan berkas kepada Pengadilan Negeri, ketua Pengadilan Negeri wajib membentuk majelis hakim perkara tesebut paling lama 3 hari hari sejek diterimanya berkas perkara.52

Untuk pemekrisaan di sidang Pengadilan, terdakwa wajib membuktikan harta kekayaan yang bukan merupakan hasil tindak pidana. Dalam sidang yang dimaksud, hakim memerintahkan terdakwa agar membuktikan bahwa harta kekayaan yang terkait dengan perkara bukan berasal atau terkait dengan tindak pidana. Ketentuan ini mempertegas bahwa UU TPPU mengakui adanya pembuktian terbalik, di mana terdakwa membuktikan bahwa harta kekayaan yang dimaksud bukan berasal dari tindak pidana, melainkan dari usaha yang halal misalnya warisan, hibah, dan gaji. Namun demikian, pembuktian terbalik tersebut harus benar-benar didasarkan pada alat bukti yang kuat dan meyakinkan, sehingga dapat membantah dakwaan Jaksa Penuntut Umum. Dalam usaha mencegah dan memberantas tindak pidana

51

Ruslan Renggong, Hukum Pidana Khusus Memahami Delik-Delik Di Luar KUHP, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2017, hal. 96.

pencucian uang, maka dibentuk satu lembaga independent, yaitu Pusat Pelaporan dan Analisis Transkasi Keuangan (PPATK) yang berwenang:53

a) Meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi pemerintah dan atau lembaga swasta yang memiliki kewenangan mengelola data dan informasi, termasuk dari instansi pemerintah atau lembaga swasta yang menerima laporan dari profesi tertentu.

b) Menetapkan pedoman identifikasi transaksi keuangan mencurigakan. c) Mengkoordinasikan upaya pencegahan tindak pidana pencucian uang

dengan instansi terkait.

d) Memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya pencegahan tindak pidana pencucian uang.

e) Mewakili Pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi dan forum internasional yang berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.

f) Menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan anti-pencucian uang.

g) Menyelenggarakan sosialisasi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.

12. Peran Polisi, Jaksa, Dan Para Hakim dalam Penaggulangan Tindak Pidana Pencucian Uang

1. Peran Polisi dalam Melakukan Investigasi Perkara Pencucian Uang

Ketentuan undang-undang tindak pidana pencucian uang, penaganan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana pencucian uang berada di bawah kewenangan kepolisian, di samping dibentuk lembaga (financial investigation unit), yaitu Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). PPATK berfungsi sebagai penerima laporan (respository funcition) dan penganalisis (analisys function), serta clearing house, yang menyediakan fasilitas untuk pertukaran informasi atau transaksi yang mencurigakan. Berkenaan dengan tugas penyidikan, Polisi harus

53

memperoleh alat bukti yang akan diajukan pada Jaksa untuk selanjutnya diungkapkan di persidangan, untuk perkara pencucian uang bukanlah persoalan yang mudah apalagi harus dikaitkan dengan kejahatan asalnya.54

Perlu ditekankan bahwa polisi tidak selalu harus menunggu laporan hasil investigasi dari PPATK, bisa saja dan sangat mungkin polisi melakukan penyelidikan awal terlebih dahulu atas adanya dugaan pencucian uang. Dalam kasus seperti ini misalnya, polisi telah mempunyai bukti awal tentang adanya korupsi atau aliran dana illegal logging, justru polisi harus berinisiatif meminta bantuan PPATK untuk rekening tertentu. Seperti yang terjadi sekarang ini, begitu banyak kasus korupsi yang terungkap seharusnya polisi mengambil inisiatif menelusuri aliran dana terlebih dahulu dan tidak perlu menunggu investigasi dari PPATK. 55

2. Peranan Jaksa dan Problema Pembuktian dalam Tindak Pidana Pencucian Uang

Selama Indonesia mempunyai ketentuan anti pencucian uang, maka tampaknya kegagalan terbesar terletak pada kelemahan jaksa dalam membuktikan perkara ini. Masalah berawal dari penuntutan yang tidak sederhana, pertama berkenaan bahwa tindak pidana pencucian uang merupakan kejahatan lanjutan (follow up crime) sehingga ada permasalahan lain yaitu, bagaimana dengan core crime atau predicate crime. Apakah harus dibuktikan terlebih dahulu atau cukup pembuktian

54

Adrian Sutedi, Tindak Pidana Pencucian Uang, Op. Cit, hal. 210.

tindak pidana pencucian uang saja, berdasarkan amanat undang-undang, maka predicate crimenya tidak perlu dibuktikan, artinya cukup menggunakan bukti pentujuk saja. Sebagai konsekuensinya maka dakwaan harus disusun secara kumulatif bukan alternatif karena antara predicate crime dan pencucian uang adalah dua kejahatan yang masing-masing berdiri sendiri, walaupun perbuatan pencucian uang selalu dikaitkan dengan kejahatan asalnya. Namun adakalanya terhadap pelaku tertentu misalnya pelaku pasif yang hanya menerima hasil tindak pidana, maka dakwaan jaksa bersifat tunggal, karena pelaku pasif tidak terlibat predicate crime.56

Permasalahan selanjutnya berkenaan dengan pembuktian unsur subjektif (mens rea) dan unsur objektif (actus reus). Mens rea yang harus dibuktikan yaitu knowledge (mengetahui) atau reason to know (patut menduga) dan intended (bermaksud). Kedua unsur tersebut berkaitan dengan unsur terdakwa menegetahui atau patut menduga bahwa dana tersebut berasal dari hasil kejahatan, dan terdakwa mengetahui tentang atau maksud untuk melakukan transaksi. Untuk membuktikan unsur mengetuhui tentunya sudah jelas bahwa pelaku harus memenuhi knowingly dan willingly. Selanjutnya, berkenaan pembuktian unsur patut menduga maka hal ini persis yang tertera dalam pembuktian Pasal 480 KUHP tentang penadahan yang menjelaskan adanya unsur proparte dulus proparte culpa (setengah sengaja setengah lalai). Pembuktian selanjutnya

adalah unsur intended, yaitu bermaksud untuk menyembunyikan hasil kejahatan. Untuk pembuktian ini pun sulit. Maka dari itu, pengadilan di Amerika telah menyatakan bahwa bukti pendukung atau petunjuk cukup untuk membenarkan adanya unsur-unsur tersebut. Jadi apabila unsur sengaja dan mengetahui atau patut menduga bahwa harta kekayaan berasal dari kejahatan sudah terbukti, maka dengan sendirinya unsur intended terbukti.57

3. Peranan Hakim dalam Memutuskan Perkara Pencucian Uang.

Berkenaan dengan karakteristik yang unik dari tindak pidana pencucian uang, peranan hakim sangat menentukan untuk tujuan pemberantasan kejahatan ini. Hakim harus mempunyai sifat visioner yang didasarkan pada pemahaman bahwa pembuktian kejahatan ini sangat sulit, karena harus membuktikan kejahatan asal sekaligus. Profesionalitas hakim sangat diperlukan untuk mengikuti semua sistem acara peradilan yang banyak menggunakan pendekatan pragmatis, misalnya, adanya perlindungan saksi dan adanya praktik acara pembalikan beban pembuktian.58

Undang-undang tindak pidana pencucian uang, belum mengatur secara rinci tentang acara persidangan khususnya untuk pembalikan beban pembuktian ini, tetatapi pada masa depan hal ini harus dilakukan. Selain tata cara yang ditentukan, hakim juga harus sangat memahami bahwa mengingat penerapan pembalikan beban pembuktian pada dasarnya

57

Ibid, 214.

58

melanggar prinsip non self incrimination, maka harus ditekankan bahwa penerapan ini hanya terbatas pada tahap persidangan dan hanya untuk satu unsur. Unsur yang dibuktikan oleh terdakwa adalah bahwa harta kekayaan bukan berasal dari tindak pidana. Artinya, apabila unsur ini tidak bisa dibuktikan oleh terdakwa, jaksa juga harus membuktikan juga unsur yang lainnya, baik itu unsur objektif maupun subjektif, sepanjang itu merupakan inti delik. Pemikiran tentang pembuktian unsur, yaitu dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul hasil kejahatan dan seterusnya, yang harus dianggap terbukti sepanjang semua unsur di depannya telah dibuktikan oleh jaksa, maka hakim seharusnya melakukan lompatan pemikiran untuk mengambil kesimpulan bahwa unsur intended pasti terbukti. Dalam hal ini berlaku suatu logika hukum, yaitu di mana terdakwa yang terbukti sengaja melakukan transfer, misalnya dia juga terbukti mengetahui atau paling tidak patut menduga harta kekayaan yang ditransfer berasal dari kejahatan.59

Dokumen terkait