• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYIMPANAN DAN TRANPORTASI VAKSIN

Dalam dokumen REferat imunisasi (Halaman 30-36)

• Penyimpanan vaksin membutuhkan suatu perhatian khusus karena vaksin merupakan sediaan viologis yang rentan terhadap perubahan temperatur lingkungan.

• Vaksin akan rusak apabila temperatur terlalu tinggi atau terkena sinar matahari langsung seperti pada vaksin polio tetes dan vaksin campak. Kerusakan juga dapat terjadi apabila terlalu dingin atau beku seperti pada toksoid difteria, toksoid tetanus, vaksin pertusis (DPT,DT), Hib conjugate, hepatitis B dan vaksin influenza.

• Pada beberapa vaksin apabila rusak akan terlihat perubahan fisik. Pada vaksin DPT misalnya akan terlihat gumpalan antigen yang tidak bisa larut lagi walaupun sudah dikocok sekuat kuatnya. Sedangkan vaksin lain tidak akan berubah penampilan fisik walaupun potensinya sudah hilang/berkurang.

• Vaksin yang sudah dilarutkan lebih cepat rusak. Dengan demikian kita harus yakin betul bahwa cara penyimpanan yang kita lakukan sudah benar dan menjamin potensi vaksin tidak akan berubah.

Lemari Pendingin untuk Penyimpanan Vaksin yang aman

• Termometer ruangan di bagian tengah lemari pendingin harus ada, temperatur dicek dan dicatat secara teratur setiap hari.

• Lemari pendingin harus ditutup rapat, tidak boleh ada kebocoran pada sekat pintu

• Lemari pendingin tidak boleh dipakai untuk menyimpan makanan atau minuman.

• Botol plasti berisi es atau air garam diletakan di baigan bawah lemari pendingin untuk mempertahankan keseimbangan temperatur dalam ruang lemari pendingin, terutama apabila sedang tidak ada arus listrik.

• Lemari pendingin boleh dibuka seminimal mungkin

• Defrosting harus dilakukan secara teratur pada lemari pendingin yang tidak frost free untuk mencegah terbentuknya gumpalan es di ruang pembeku.

• Letakan vaksin di rak bagian atas atau tengah, jangan di rak bagian bawah atau di daun pintu karena perubahan temperatur terlalu besar apabila pintu dibuka-tutup terlalu sering

• Jangan memenuhi lemari pendingin dengan vaksin secara berlebihan karena akan menggangu sirkulasi udara dingin dalam lemari pendingin.

• Selama dilakukan defrosting atau pembersihan lemari pendingin, maka vaksin harus dipindahkan ke lemari pendingin lainnya atau disimpan dalam kotak berisolasi yang berisi es atau ice pack.

Prosedur yang harus diperhatikan waktu menggunakan vaksin:

• Vaksin yang sudah kadaluarsa harus segera dikeluarkan dari lemari pendingin untuk mencegah terjadinnya kecelakaan.

• Vaksin harus selalu ada di dalam lemari pendingin sampai saatnya dibutuhkan, semua vaksin yang sudah tidak digunakan lagi harus dikembalikan ke dalam lemari pendingin.

• Di lemari pendingin vaksin yang sudah terbuka atau sedang dipakai diletakan dalam satu wadah/tempat khusus sehingga segera dapat dikenali.

• Vaksin BCG yang sudah keluar masuk lemari pendingin selama pemeriksaan klinik harus dibuang pada saat akhir klinik.

• Vaksin polio oral dapat cepat dicairkan dan cepat pula dibekukan kembali sampa 10 kali tanpa kehilangan potensi vaksin. Vaksin polio oral dapat dipakai beberapa kali pemeriksaan poliklinik asalkan memenuhi syarat-syarat belum kadaluarsa dan vaksin disimpan dalam lemari pendingin penyimpan vaksin yang memadai.

• Untuk vial vaksin multidosis yang mengandung bakteriostatik misalnya DPT, vial yang terpakai dibuang bila sudah kadaluarsa atau terkontaminasi.

• Vaksin yang tidak mengandung bakteriostatik segera dibuang dalam waktu 24 jam apabila sudah terpakai.

• Vaksin campak dan MMR yang sudah dilarutkan agar dibuang setelah 8 jam.

• Vaksin Hib yang sudah dilarutkan harus dibuang setelah 24 jam.

BAB V

KESIMPULAN

Pada saat seorang bayi dilahirkan ke dunia, ia sudah harus menghadapi berbagai 'musuh' yang mengancam jiwa. Virus, bakteri, dan berbagai bibit penyakit sudah siap menerjang masuk ke tubuh yang masih tampak lemah itu.

Lemah? Tidak juga. Ternyata sang bayi mungil pun sudah siap untuk menghadapi kerasnya dunia. Berbekal antibodi yang diberikan ibunya, ia siap menyambut tantangan. Inilah contoh dari apa yang kita sebut sebagai daya imunitas (kekebalan) tubuh.

Penggolongan sistem kekebalan

Kekebalan tubuh dapat kita kelompokkan menjadi dua golongan: 1. Kekebalan pasif

2. Kekebalan aktif

Kekebalan pasif terjadi bila seseorang mendapatkan daya imunitas dari luar dirinya. Jadi, tubuhnya sendiri tidak membentuk sistim kekebalan tersebut. Kekebalan jenis ini bisa didapat langsung dari luar, atau secara alamiah (bawaan).

Keunggulan dari kekebalan pasif adalah langsung dapat dipergunakan tanpa menunggu tubuh penderita membentuknya. Kelemahannya adalah tidak berlangsung lama. Kekebalan jenis ini memang biasanya hanya bertahan beberapa minggu sampai bulan saja.

Kekebalan aktif terjadi bila seseorang membentuk sistem imunitas dalam tubuhnya. Kekebalan bisa terbentuk saat seseorang terinfeksi secara alamiah oleh bibit penyakit, atau 'terinfeksi' secara buatan saat diberi vaksinasi.

Kelemahan dari kekebalan aktif ini adalah memerlukan waktu sebelum si penderita mampu membentuk antibodi yang tangguh untuk melawan agen yang menyerang. Keuntungannya, daya imunitas biasanya bertahan lama, bahkan bisa seumur hidup.

Imunitas pasif alamiah

Pada saat seorang bayi lahir ke dunia, ia dibekali dengan sistem kekebalan tubuh bawaan dari ibunya. Inilah yang kita sebut sebagai kekebalan pasif alamiah. Kekebalan jenis ini sangat tergantung pada kekebalan yang dipunyai oleh si ibu. Misalnya, bila ibu mendapat imunisasi tetanus pada saat yang tepat di masa kehamilan, maka anak mempunyai kemungkinan sangat besar untuk terlindung dari

infeksi tetanus di saat kelahirannya. Bila si ibu sendiri tidak mempunyai daya imunitas terhadap tetanus, maka apa yang bisa dibekalkan untuk anaknya?

Imunitas bawaan yang dibekalkan pada si buah hati antara lain imunitas terhadap difteri dan campak.

Imunitas pasif didapat

Pada keadaan ini, daya imunitas diperoleh dari luar, misalnya pemberian serum antitetanus. Kelebihannya dapat langsung dipergunakan tubuh untuk melawan bibit penyakit, tapi sayangnya kekebalan jenis ini biasanya mempunyai waktu efektif yang pendek.

Contoh imunitas pasif didapat:  Serum antitetanus  Serum antirabies  Serum antibisa ular

Imunitas aktif alamiah

Pada saat tubuh kita dimasuki oleh bibit penyakit, terjadi suatu mekanisme pembentukan sistem pertahanan tubuh yang spesifik terhadap bibit penyakit yang menyerang. Dengan demikian, bila bibit penyakit tersebut mencoba kembali masuk ke tubuh kita, tubuh sudah siap dengan pertahanannya.

Imunitas aktif didapat

Sesungguhnya prinsip dari imunitas aktif didapat ini diambil dari imunitas aktif alamiah. Bedanya, kita 'menyajikan' bibit penyakit atau bagian daripadanya, agar tubuh dapat membentuk sistem imunitas spesifik sebelum bibit penyakit tersebut benar-benar datang. Inilah yang dikenal sebagai vaksinasi.

Keuntungan dari pemberian vaksinasi adalah kita dapat mengontrol agar masuknya bibit penyakit (agen) tidak sampai menimbulkan penyakit yang parah pada diri si penerima. Walau mungkin tidak bergejala, dalam keadaan normal kekebalan tetap terbentuk.

Vaksin akan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk bereaksi terhadap agen yang kita masukkan. Mungkin akan timbul sedikit keluhan pada penerima

terbentuk dan agen (dalam vaksin) yang kita masukkan. Tapi setelah itu, akan terbentuk antibodi yang selalu siap untuk mengingat musuh-musuhnya. Jadi bila di belakang hari agen yang sama berusaha masuk, tubuh dengan cepat dapat melipatgandakan antibodi spesifiknya untuk membunuh agen tersebut.

Vaksin mengandung substansi atau antigen yang relatif tidak berbahaya bagi tubuh penerima (resipien). Substansi atau antigen yang dipergunakan biasanya didapat dari mikroorganisme penyebab penyakit itu sendiri.

Komponen yang diberikan bisa berupa:  Virus yang dilemahkan

 Bakteri yang sudah dimatikan  Toksin kuman

 Toksoid

Pemberian imunisasi aktif dan pasif bisa diberikan secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama. Contoh pemberian bersama-sama adalah pada kasus infeksi tetanus. Pemberian serum antitetanus diperlukan agar tubuh dapat segera melawan bibit penyakit, tapi vaksin antitetanus juga harus diberikan agar tubuh dapat membentuk sendiri sistem pertahanan tubuh terhadap tetanus. Pada saat daya kerja serum antitetanus telah habis, sistem kekebalan tubuh penderita telah siap menggantikannya. Jenis-jenis imunisasi

Ada berbagai ragam jenis imunisasi yang dapat diberikan. Tidak semua orang memerlukan pemberian imunisasi tersebut. Faktor epidemiologi harus dipertimbangkan untuk menentukan imunisasi apa yang harus diberikan pada seseorang.

Jenis-jenis imunisasi itu antara lain: 1. BCG 2. DPT 3. Polio 4. Campak 5. Hepatitis B 6. DT 7. Tetanus

8. Hemophylus influensa B 9. MMR

10. Tifoid Komplikasi

Tergantung dari jenis imunisasi yang diberikan

Mendapatkan imunisasi bukan jaminan terhindar dari penyakit. Walau demikian, biasanya penyakit yang diderita menjadi lebih ringan dan cepat membaik. Yang paling penting, ancaman terhadap jiwa jauh berkurang.

Kebanyakan orangtua merasa khawatir terhadap berbagai gejala klinis yang muncul, misalnya demam, setelah anak mendapat vaksinasi. Kekhawatiran ini membuat sebagian dari mereka memutuskan untuk tidak memberikan imunisasi kepada si buah hati tercinta. Bila Anda kebetulan berpikir demikian, ingatlah bahwa keputusan tersebut bisa menghadapkan anak pada bahaya yang jauh lebih besar di kemudian hari.

Bila ingin memberikan imunisasi kepada si buah hati, jangan lupa mengingat waktu pemberian yang tepat. Bila Anda rajin memeriksakan si buah hati, dokter biasanya akan mengingatkan waktu pemberian imunisasi yang akan datang.

Dalam dokumen REferat imunisasi (Halaman 30-36)

Dokumen terkait