• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASI yang telah diperah dan belum diberikan dalam waktu 30 menit, sebaiknya disimpan dalam lemari es. ASI dapat disimpan 24-48 jam dalam lemari es dengan menggunakan kontainer yang bersih, misalnya plastik. ASI yang diperah harus tetap dingin terutama selama dibawa transportasi. ASI yang tidak digunakan selama 48 jam, sebaiknya didinginkan di freezer dan dapat disimpan selama 3 bulan. Sebaiknya diberi

label tanggal pada ASI yang diperah, sehingga bila akan digunakan, ASI yang awal disimpan digunakan lebih dahulu. Jangan memanaskan ASI dengan direbus, cukup direndam dalam air hangat. Juga jangan mencairkan ASI beku langsung dengan pemanasan, pindahkan dahulu ke lemari es pendingin agar mencair baru dihangatkan. 6. Faktor-faktor Penyebab Berkurangnya ASI

1. Faktor menyusui

Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah (1) tidak melakukan inisiasi menyusu dini, (2) menjadwal pemberian ASI (3) memberikan minuman prelaktal (bayi diberi minum sebelum ASI keluar), apalagi memberikannya dengan botol atau dot, (4) kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusui.

Inisiasi menyusu dini adalah meletakkan bayi di atas dada atau perut ibu segera setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu jam setelah kelahiran. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini disebut sebagai baby crawl. Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling baik dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand) termasuk pada malam hari, minimal 8 kali perhari. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusu. Makin jarang bayi disusui biasanya produksi ASI akan berkurang. Produksi ASI juga dapat berkurang bila bayi menyusu terlalu sebentar. Pada minggu pertama kelahiran seringkali bayi mudah tertidur saat menyusu. Ibu sebaiknya merangsang bayi supaya tetap menyusu dengan cara menyentuh telapak kaki bayi agar bayi tetap mengisap.

Penggunaan kompeng akan membuat perlekatan mulut bayi pada payudara ibu tidak tepat dan sering menimbulkan masalah ’’bingung puting’’. Pemberian makanan

pendamping pada bayi sebelum waktunya juga sering berakibat berkurangnya produksi ASI. Bayi menjadi cepat kenyang dan lebih jarang menyusui. Posisi dan perlekatan mulut bayi saat menyusu juga mempengaruhi pengeluaran ASI.

2.Faktor psiokologis ibu

Persiapan psikologis ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang tidak mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umumnya akhirnya memang produksi ASInya berkurang. Strees, khwatir, ketidakbahagian ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI eksklusif. Peran keluarga dalam meningkatkan percaya diri ibu sangat besar.

3.Faktor fisik ibu

Faktor fisik ibu seperti ibu sakit, lelah, ibu yang menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok, atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI. Khusus untuk ibu menyusui yang sedang sakit, hanya sebagian kecil yang tidak boleh menyusui. Ibu yang sedang mengkonsumsi obat anti kanker atau mendapat penyinaran zat radioaktif tidak diperkenankan untuk menyusui. Bila ibu dirawat di rumah sakit, rawatlah bersama bayinya sehingga tetap dapat menyusui. Bila ibu merasa tidak mampu untuk menyusui anjurkan untuk memerah ASI setiap 3 jam dan memberikan ASI perah tersebut dengan cangkir kepada bayinya. Bila keadaan memungkinkan atau ibu mulai sembuh dianjurkan untuk menyusui kembali dan bila perlu dilakukan proses relaktasi. Ibu harus diyakinkan bahaya obat yang diberikan oleh dokter tidak membahayakan bika menyusui. Obat yang diminum oleh ibu hanya sebagian kecil yang masuk kedalam ASI (kurang dari 1%). Begitu pula sangat sedikit laporan tentang efek samping obat yang diminum oleh ibu selama proses laktasi.

walaupun demikian beberapa obat pernah dilaporkan memberikan efek samping, antara lain : obat psikiatri, obat anti kejang, beberapa golongan antibiotika, sulfonamid, estrogen, pil anti hamil), dan golongan diuretika.

4.Faktor bayi

Beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi, misalnya bayi sakit, prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan (Hegar, B, 2008, hal. 137-141).

B. Dukungan Suami 1. Pengertian

Dukungan adalah sesuatu yang didukung, dorongan atau untuk memberi semangat kepada seseorang ( KBBI, 2005 ).

Dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil unruk memotivasi orang tersebut dalam melaksankan kegiatan (Sarwono,2003)

Suami adalah pria yang menjadi pasangan resmi seorang wanita (KBBI, 2005). Suami juga berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan memberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya (Madhi, 2009).

Suami mempunyai peran memberi dukungan dan ketenangan bagi ibu yang sedang menyusui, dalam praktek sehari-hari tampaknya peran ayah ini justru sangat menentukan keberhasilan menyusui. Hal ini mencakup seberapa jauh keterampilan masing-masing maupun ibu dalam menata dirinya, dengan melatih menata diri secara lahir batin, produksi ASI pun menjadi lebih lancar dengan kualitas yang makin baik. Perlu diingat bahwa ASI yang diproduksi untuk ibu tidak lepas dari keselarasan pikiran

dan jiwa dari kedua orangtua. Melalui ASI, pikiran dan jiwa bayi ditumbuh kembangkan menjadi karakter yang kuat, cerdas dan bijaksana.

Selain memberikan makanan yang baik untuk si ibu, ayah dapat mengambil peran sebagai penghubung dalam menyusui dengan membawa bayi pada ibunya. Dengan begitu, bayi mengetahui bahwa ayahnya menjadi jembatan bayinya dalam memperoleh makanan. Peran ayah yang lain adalah membantu kelancaran tugas-tugas ibu, misalnya dalam hal mengganti popok, memberi dukungan ibu saat menyusui dengan memijatnya, dan lain-lain. Jika ibu menyusui, ayah harus memberikan sandang dan pangan. Sekitar 50% keberhasilan menyusui ditentukan oleh ayahnya. Agar peran ayah dalam proses pemberian ASI dapat optimal, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan:

1. Belajar

Sebelum kehamilan, bahkan pada saat istri sedang hamil, calon ayah dapat membaca beberapa literatur berkaitan dengan proses kehamilan, perawatan dan pengasuhan bayi, termasuk juga literatur tentang pemberian ASI. Ayah perlu meningkatkan berbagai kemampuan yang dimilikinya berkaitan dengan perawatan bayi. Pada akhirnya, dukungan sang ayah dalam bentuk dukungan emosional dan bantuan-bantuan praktis merupakan bentuk dukungan paling berarti bagi ibu. Ibu pun akan merasa bahwa bukan dirinya saja yang bertanggung jawab dalam proses menyusui, melainkan seluruh keluarganya.

2. Setiap ibu dapat menyusui

Tak ada masalah dengan bentuk puting, meskipun kecil atau masuk ke dalam sekalian. Apapun bentuk putingnya, sang ibu tetap dapat menyusui. Para tenaga kesehatan memang terkadang kurang dapat membantu. Dalam hal ini, informasi menyusui belum diterima dengan baik sehingga menjadi salah kaprah, termasuk dalam

hal bentuk puting. Puting susu pendek, masuk, atau, datar bukanlah alasan karena bayi menyusu pada payudara, bukan pada puting. Cairan ASI disedot atau diperah, bukan diisap. Susu keluar karena lidah bayi yang memerah ASI. Puting susu diletakkan di langit-langit lidah yang tidak ada tulangnya. Karena memang menyusui itu konsepnya mengeluarkan ASI maka lidah harus terjulur, dagu menempel, otot lidah yang bergerak, dan ujung lidah tetap keluar (Yuliarti, 2010, hal 26).

Bagi kedua orangtua, terutama ayah, sadar bahwa anak sangatlah terbuka menyerap bagaimana kedua orangtuanya merasakan dan mengalami strees, serta menghayati dan mengekspresikan cinta. Karena itu, teruslah sirami keharmonisan hubungan rumah tangga, selalu berkomunikasikan diri selalu dengan jujur dan tulus, dan cukupi suasana spiritualitas sebagai landasan bagi jiwa untuk tumbuh dalam keluarga (Hegar, 2008).

Seorang ayah dapat mengungkapkan sikap melindungi, sikap memelihara, rasa kasih sayang, rasa cinta kepada bayinya. Sikap ayah ini membawa dampak berarti dalam perkembangan anak selanjutnya ayah dapat mempengaruhi bayinya dengan cara tidak langsung, yaitu melalui dorongan yang diberikan kepada ibu (Dagun, 2002).

Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga akan membantu dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar, menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyanyangi anaknya, menanggapi dan memperhatikan kebahagian ibu. Serta menghibur bila ibu terlihat sedih. Suami dan anggota keluarga yang lain harus dilibatkan dalam tiap konseling, sehingga dapat dibangun pemahaman dari orang-orang terdekat ibu terhadap apa yang dirasakan dan dibutuhkannya (Saleha, 2009).

2.Bentuk Dukungan

Sheridan dan Radmacher, Sarafino (1998) serta Taylor (1999) membagi dukungan sosial kedalam lima bentuk yaitu :

1.Dukungan instrumental

Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stress karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan instumental sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih mudah.

2.Dukungan informasional

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu, Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah.

3.Dukungan emosional

Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik.

4.Dukungan pada harga diri

Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat induividu, perbandingan yang positif dengan individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri dan kompetensi.

5. Dukungan dari kelompok sosial

yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial dengannya. Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman senasib. Sheridan dan Radmacher menekankan dukungan sosial sebagai sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan orang lain. Pendapat lain dikemukakan oleh Siegel yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama.

3.Sumber Dukungan

Dari definisi diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa sumber dari dukungan sosial ini adalah orang lain yang akan berinteraksi dengan individu sehingga individu tersebut dapat merasakan kenyamanan secara fisik dan psikologis. Orang lain ini terdiri dari pasangan hidup, orang tua, saudara, anak, kerabat, teman, rekan kerja, staf medis serta anggota dalam kelompok kemasyarakatan.

4.Dampak Dukungan

Bagaimana dukungan dapat memberikan kenyamanan fisik dan psikologis kepada individu dapat dilihat dari bagaimana dukungan sosial mempengaruhi kejadian dan efek dari stress. Lieberman (1992) mengemukakan bahwa secara teoritis dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan

stress. Apabila kejadian tersebut muncul, interaksi dengan orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi individu pada kejadian tersebut dan oleh karena itu akan mengurangi potensi munculnya stress. Dukungan sosial juga dapat mengubah hubungan anatara respon individu pada kejadian yang dapat menimbulkan stres dan stres itu sendiri, mempengaruhi strategi untuk mengatasi stres dan dengan begitu memodifikasi hubungan antara kejadian yang menimbulkan stres mengganggu kepercayaan diri, dukungan sosial dapat memodifikasi efek itu. Dukungan sosial ternyata tidak hanya memberikan efek positif dalam mempengaruhi kejadian dan efek stres. Dalam Safarino (1998) disebutkan beberapa contoh efek negatif yang timbul dari dukungan sosial, antara lain :

1. Dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang membantu. Hal ini dapat terjadi karena dukungan yang diberikan tidak cukup, individu merasa tidak perlu dibantu atau terlalu khawatir secra emosional sehingga tidak memperhatikan dukungan yang diberikan.

2. Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan individu.

3. Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu, seperti melakukan atau menyarankan perilaku tidak sehat.

4. Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan sesuatu yang diinginkannya. Keadaan ini dapat mengganggu program rehabilitasi yang seharusnya dilakukan oleh individu dan menyebabkan individu menjadi tergantung pada orang lain.

Dukungan atau dorongan dari anggota keluarga semakin menguatkan motivasi suami untuk memberikan sesuatu yang terbaik untuk istrinya. Lingkungan juga dapat mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk melakukan sesuatu. Selain

keluarga, lingkungan juga mempunyai peran yang besar dalam memotivasi seseorang dalam merubah tingkah lakunya. Dalam sebuah lingkungan yang terbuka, akan menimbulkan rasa kesetiakawanan yang tinggi. agar timbul keinginan dan kemampuan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memproleh hasil dan mencapai tujuan (Taufik, 2007).

BAB III

Dokumen terkait