DUKUNGAN SUAMI KEPADA ISTRI DALAM PEMBERIAN ASI 0–1 TAHUN DI KELURAHAN SIMALINGKAR B KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
TAHUN 2011
DESI BR SEMBIRING 105102073
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Desi Br Sembiring
Dukungan Suami Kepada Istri Dalam Pemberian ASI 0-1 Tahun di Kelurahan
Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011
xiii + 44 hal + 7 tabel + 10 lampiran + 1 skema Abstrak
Keberhasilan memberikan ASI eksklusif selain bergantung pada ibu juga sangat bergantung pada suami. Masih banyak ayah yang berpendapat salah, para ayah ini berpendapat bahwa menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Mereka menganggap cukup menjadi pengamat yang pasif saja, sebenarnya ayah mempunyai peran yang sangat menentukan dalam keberhasilan menyusui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dukungan suami kepada istri dalam pemberian ASI 0-1 tahun di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan crossectional dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh suami yang mempunyai istri yang sedang menyusui 0-1 Tahun di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan yang berjumlah 61 orang yang diambil secara total sampling. Dari hasil penelitian terhadap 61 orang responden diperoleh hasil bahwa dukungan responden tentang pemberian ASI 0-1 Tahun yaitu dukungan baik sebanyak 58 orang (93,1%) dan dukungan kurang sebanyak 3 orang (4,9%). Untuk peningkatan dukungan suami kepada istri dalam pemberian ASI 0-1 tahun, maka disarankan kepada pemerintah setempat memberikan penghargaan berupa sertifikat, barang atau kata-kata pujian kepada suami-suami yang mendukung istrinya sehingga suami tetap termotivasi dalam pemberian ASI dan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan memberikan informasi tentang ASI kepada suami baik melalui penyuluhan kesehatan, media massa dan media elektronika dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh responden, sehingga dapat mendukung upaya pemberian ASI.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul ‘’Dukungan Suami Kepada Istri Dalam Pemberian ASI 0-1 tahun Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011’’ yang diajukan untuk memenuhi salah syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
2. Nur Asnah S, S.Kep, Ns, M.Kep. selaku Ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
3. Idau Ginting, SST, M.Kes selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah
4. Seluruh staf dan Dosen Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
6. Rekan-rekan mahasiswa Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera utara yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada penulis.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan pada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilimiah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhirnya Penulis mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya penulis.
Medan, Juni 2011 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR SKEMA... vi
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian... 4
D. Manfaat penelitian ... 5
1. Bagi Instansi Pendidikan ... 5
2. Bagi Petugas Kesehatan ... 5
3. Bagi Peneliti Selanjutnya... .... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) ... 6
1. Pengertian ... 6
2. Fisiologi Laktasi... 6
3. Manfaat ASI... 8
4. Komposisi ASI... 13
5. Penyimpanan ASI... 14
6. Faktor-faktor penyebab berkurangnya ASI... 14
B. Dukungan Suami ... 16
1. Pengertian ... 16
3. Sumber Dukungan... ... 20
4. Dampak Dukungan ... 21
BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep... 23
B. Defenisi Operasional... 24
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 25
B. Populasi Dan Sampel ... 25
C. Lokasi Penelitian ... 26
D. Waktu Penelitian ... 26
E. Pertimbangan Etik ... 26
F. Alat Pengumpulan Data ... 27
G. Uji Validitas Dan Reabilitas ... 28
H. Prosedur Pengumpulan Data ... 29
I. Analisa Data... 30
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 31
B. Pembahasan ... 39
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 43
DAFTAR SKEMA
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden Suami Dalam Pemberian ASI 0-1 Tahun di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011………... 32
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Dukungan Instrumental Dalam Pemberian ASI 0-1 Tahun di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011... 34
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Dukungan Informasional Dalam Pemberian ASI 0-1 Tahun di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011... 35
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Dukungan Emosional Dalam Pemberian ASI 0-1 Tahun di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011... 36
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Dukungan Pada Harga Diri Dalam Pemberian ASI 0-1 Tahun di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011... 37
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Dukungan Kelompok Sosial Dalam Pemberian ASI 0-1 Tahun di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011... 38
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Lembar Kuesioner
Lampiran 3 : Surat Pernyataan Content Validity
Lampiran 4 : Surat Pernyataan Editor Bahasa Indonesia
Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 6 : Surat Balasan Penelitian
Lampiran 7 : Daftar Riwayat Hidup
PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Desi Br Sembiring
Dukungan Suami Kepada Istri Dalam Pemberian ASI 0-1 Tahun di Kelurahan
Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011
xiii + 44 hal + 7 tabel + 10 lampiran + 1 skema Abstrak
Keberhasilan memberikan ASI eksklusif selain bergantung pada ibu juga sangat bergantung pada suami. Masih banyak ayah yang berpendapat salah, para ayah ini berpendapat bahwa menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Mereka menganggap cukup menjadi pengamat yang pasif saja, sebenarnya ayah mempunyai peran yang sangat menentukan dalam keberhasilan menyusui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dukungan suami kepada istri dalam pemberian ASI 0-1 tahun di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan crossectional dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh suami yang mempunyai istri yang sedang menyusui 0-1 Tahun di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan yang berjumlah 61 orang yang diambil secara total sampling. Dari hasil penelitian terhadap 61 orang responden diperoleh hasil bahwa dukungan responden tentang pemberian ASI 0-1 Tahun yaitu dukungan baik sebanyak 58 orang (93,1%) dan dukungan kurang sebanyak 3 orang (4,9%). Untuk peningkatan dukungan suami kepada istri dalam pemberian ASI 0-1 tahun, maka disarankan kepada pemerintah setempat memberikan penghargaan berupa sertifikat, barang atau kata-kata pujian kepada suami-suami yang mendukung istrinya sehingga suami tetap termotivasi dalam pemberian ASI dan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan memberikan informasi tentang ASI kepada suami baik melalui penyuluhan kesehatan, media massa dan media elektronika dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh responden, sehingga dapat mendukung upaya pemberian ASI.
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan tunggal paling sempurna bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan bayi. Selain itu, secara alamiah ASI dibekali enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan bayi mudah mencerna dan menyerap gizi ASI. Kandungan zat gizi ASI yang sempurna membuat bayi tidak akan mengalami kekurangan gizi. Tentu, makanan ibu harus bergizi guna mempertahankan kuantitas dan kualitas ASI (Arif, N, 2009, hal. 25).
ASI mempunyai keunggulan yang tidak tergantikan oleh makanan dan minuman apapun. ASI mengandung zat kekebalan yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit. ASI mengandung semua zat gizi yang paling tepat dan lengkap dengan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi. Pemberian ASI secara eksklusif sebelum 6 bulan juga sangat banyak manfaatnya. Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa anak-anak yang semasa bayi mendapatkan ASI eksklusif umumnya lebih cerdas dan memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat. Pemberian ASI eksklusif sangat mendukung terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas (Prabantini, 2010, hal 2).
Di Brazil Selatan bayi-bayi yang tidak diberi ASI mempunyai kemungkinan meninggal karena mencret 14,2 kali lebih banyak daripada bayi ASI ekskusif. Menurut WHO, setiap tahun terdapat 1-1 ½ juta bayi didunia meninggal karena tidak diberi ASI eksklusif (Roesli, 2000).
memperkirakan 1 juta bayi dapat diselamatkan setiap tahunnya bila diberikan ASI pada 1 jam pertama kelahiran, kemudian dilanjutkan ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan. Berdasarkan SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2007, hanya 32% bayi di bawah 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif menurun sebanyak 6 point. Rata-rata bayi Indonesia hanya disusui selama 2 bulan pertama, ini terlihat dari penurunan persentase SDKI 2003 yang sebanyak 64% menjadi 48% pada SDKI 2007. Sebaliknya, sebanyak 65% bayi baru lahir mendapatkan makanan selain ASI selama 3 hari pertama (Roesli, ¶ 1, 2010).
Seiring dengan penelitian yang terus berkembang, WHO ( Organisasi Kesehatan Dunia) dan IDAI ( Ikatan Dokter Anak Indonesia) mengeluarkan kode etik yang mengatur agar bayi wajib diberi ASI eksklusif (ASI saja tanpa tambahan apapun, bahkan air putih) sampai umur minimum 6 bulan. Pemerintah Indonesia juga memgeluarkan keputusan baru Menkes sebagai penerapan kode etik WHO. Keputusan tersebut mencatumkan soal pemberian ASI eksklusif (Permenkes no 450/Menkes/SK/2004). Pemerintah mengatur pula makanan pendamping Asi dalam peraturan no 237/1997 perlu ditegaskan bahwa MPASI bukanlah makanan pengganti Asi (Prabantini, 2010, hal. 3-5). Peran serta suami dalam masa kehamilan meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan, bahkan juga memicu produksi ASI. Keterlibatan suami sejak awal masa kehamilan, mempermudah dan meringankan pasangan dalam menjalani dan mengatasi berbagai perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Keikutsertaan suami secara aktif dalam masa kehamilan membantu keberhasilan istri dalam mencukupi kebutuhan ASI untuk si bayi. Hal ini sangat ditentukan oleh seberapa besar peran dan keterlibatan suami dalam masa-masa kehamilannya (Roesli, ¶ 2, 2008).
ayah sama pentingnya dengan peran ibu. Peran ayah adalah menciptakan situasi yang memungkinkan pemberian ASI berjalan lancar. Selain memberikan makanan yang baik untuk si ibu, ayah dapat mengambil peran sebagai penghubung dalam menyusui dengan membawa bayi pada ibunya. Dengan begitu, bayi tau ayahnya menjadi jembatan bayinya dalam memperoleh makanan. Peran ayah yang lain adalah membantu kelancaran tugas-tugas ibu, misalnya dalam hal mengganti popok, memberi dukungan ibu saat menyusui dengan memijatnya, dan lain-lain. Jika ibu menyusui, ayah harus memberikan sandang dan pangan. Sekitar 50% keberhasilan menyusui ditentukan oleh ayahnya (Yuliarti, 2010, hal. 27).
Dari sebuah survei yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada tahun 1995 terhadap ibu-ibu se-jabotabek, diperoleh data bahwa alasan pertama berhenti memberikan ASI pada anaknya adalah takut ditinggal suami. Ini semua karena mitos yang salah yaitu menyusui akan mengubah bentuk payudara menjadi jelek (Roesli, 2000).
Keberhasilan memberikan ASI eksklusif selain bergantung pada ibu juga sangat bergantung pada suami. Dari pengalaman selama 15 tahun menggeluti masalah ASI dapat dipastikan bahwa ayah merupakan bagian yang vital dalam keberhasilan atau kegagalan menyusui. Masih banyak ayah yang berpendapat salah, para ayah ini berpendapat bahwa menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Mereka menganggap cukup menjadi pengamat yang pasif saja sebenarnya ayah mempunyai peran yang sangat menentukan dalam keberhasilan menyusui karena ayah akan turut menentukan dalam kelancaran refleks pengeluaran ASI (Roesli, 2000).
mempengaruhi pemberian ASI dan ibu merasa tidak sendiri dalam menyusui bayinya. Serta berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kepala Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan belum pernah dilakukan penelitian tentang dukungan suami kepada istri dalam pemberian ASI 0-1 Tahun dan ditemui ibu-ibu yang sedang menyusui bayinya sebanyak 61 orang sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian tentang dukungan suami kepada istri dalam pemberian ASI 0-1 tahun di Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana dukungan suami kepada istri dalam pemberian ASI 0-1 tahun di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dukungan suami kepada istri dalam pemberian ASI 0 – 1 tahun.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik data demografi responden
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai referensi untuk proses pembelajaran di pendidikan kesehatan khususnya tentang dukungan suami dalam pemberian ASI.
2. Bagi petugas kesehatan
Hasil penelitian ini sebagai masukan untuk petugas kesehatan khususnya bidan dapat memberikan informasi bagi masyarakat tentang perlunya dukungan suami kepada istri dalam pemberian ASI
3. Peneliti selanjutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian
Air Susu Ibu adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bayi (Kristiyansari, 2010).
2. Fisiologi laktasi
ASI dalam istilah kesehatan adalah dimulai dari proses laktasi. Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pascapersalinan, kadar estrogen dan progestrogen turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting susu,
terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar.
Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu refleks aliran timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.
1. Refleks Prolaktin
darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi intensitas dan lamanya bayi mengisap.
2. Refleks Aliran (Let Down Refleks)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormon prolaktin juga mempengaruhi hipofise posterior
mengeluarkan hormon oksitosin. Dimana setelah oksitosin dilepas ke dalam darah akan memacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus, dan sinus menuju puting susu. Beberapa refleks yang memungkinkan bayi baru lahir untuk memproleh ASI adalah sebagai berikut.
a) Refleks menangkap (rooting refleks)
Refleks ini memungkinkan bayi baru lahir untuk menemukan puting susu apabila ia diletakkan di payudara.
b) Refleks mengisap
Yaitu saat bayi mengisi mulutnya dengan puting susu atau pengganti puting susu sampai ke langit keras dan punggung lidah. Refleks ini melibatkan lidah, dan pipi. c) Refleks menelan
Yaitu gerakan pipi dan gusi dalam menekan areola, sehingga refleks ini merangsang pembentukan rahang bayi (Ambarwati, RE, 2009, hal. 10-11).
3. Manfaat ASI 1. Bagi bayi
a) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik
lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas. Ibu – ibu yang diberi penyuluhan tentang ASI dan laktasi, umumnya berat badan bayi (pada minggu pertama kelahiran) tidak sebanyak ibu-ibu yang tidak diberi penyuluhan. Alasannya ialah bahwa kelompok ibu-ibu yang tersebut segera menghentikan ASInya setelah melahirkan. Frekuensi menyusui yang paling sering (tidak dibatasi) juga dibuktikan bermanfaat karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak sehingga penurunan berat badan bayi hanya sedikit.
b) Mengandung antibodi
Mekanisme pembentukan antibodi pada bayi adalah sebagai berikut : apabila ibu mendapat infeksi maka tubuh ibu akan membentuk antibodi dan akan disalurkan dengan bantuan jaringan limposit. Antibodi di payudara disebut Mammae Associated Immunompetent Lymphoid Tissue (MALT).
Kekebalan terhadap penyakit saluran pernafasan yang di transfer disebut Bronchus Associated Immunocompetent Lymphoid Tissue (BALT) dan untuk penyakit Saluran
pencernaan ditransfer melalui Gut Associated Immunocompetent Lymphoid Tissue (GALT).
c) ASI mengandung komposisi yang tepat
Yaitu dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk 6 bulan pertama.
d) Mengurangi kejadian karies dentis
menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi.
e) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi adanya antara ibu dan bayi.
Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi, kontak kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun social yang lebih baik.
f) Terhindar dari alergi
Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan merangsang aktivitas sistem ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinanan alergi.
g) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi
Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan terhindar dari kerusakan sel-sel saraf otak.
h) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara. Telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab maloklusi rahang kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat menyusui dengan botol dan dot.
2. Bagi ibu
a) Aspek kontrasepsi.
Hubungan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung syaraf sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur,
menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.
yang efesien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif) dan belum terjadi menstruasi kembali.
b) Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan
pascapersalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pascapersalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi.
Kejadian karsinoma mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui. Mencegah kanker hanya dapat diperoleh ibu yang menyusui anaknya secara eksklusif. Penelitian membuktikan ibu yang memberikan ASI secara eksklusif memiliki resiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil dibanding daripada yang tidak menyusui secara eksklusif.
c) Aspek penurunan berat badan
Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil, badan bertambah berat, selain karena ada janin, juga karena penimbunan lemak pada tubuh. Cadangan lemak ini sebutulnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI.
Dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Logikanya, jika timbunan lemak menyusut, berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan seperti sebelum hamil.
d) Aspek psikologis
Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia. 3. Bagi keluarga
a) Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Kecuali itu, penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.
b) Aspek psikologi
Kebahagian keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
c) Aspek kemudahan
Menyusui sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol, dan dot yang harus dibersihkan serta minta pertolongan orang lain.
4. Bagi negara
a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi.
asam amino, heksose menyebabkan penyerapan natrium dan air lebih banyak, sehingga mengurangi frekuensi diare dan volume tinja. Bayi yang diberi ASI ternyata juga terlindungi dari diare karena kontaminasi makanan yang tercemar bakteri lebih kecil, mendapatkan antibodi terhadap imunitas seluler dari ASI, memacu pertumbuhan flora usus yang berkompetisi terhadap bakteri.
Adanya antibodi terhadap helicobacter jejuni dalam ASI melindungi bayi dari diare oleh mikroorganisme tersebut. Anak yang tidak mendapat ASI mempunyai resiko 2-3 kali lebih besar menderita diare karena helicobacter jejuni dibanding anak yang mendapat ASI.
b) Menghemat devisa negara
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp. 8,6 milyar yang seharusnya dipakai untuk memberi susu formula.
c) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nasokomial, mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapat ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan yang mendapatkan susu formula.
d) Peningkatan kualitas generasi penerus
Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin (Kristiyansari, W, 2009, hal 15-22). 4. Komposisi ASI
bayi. Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu hal ini berdasarkan stadium laktasi. Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam:
1. Kolostrum
ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibanding dengan ASI mature, bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel – sel epitel, dengan khasiat kolostrum sebagai berikut:
a) Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan.
b) Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.
c) Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai dengan 6 bulan.
2. ASI masa transisi
ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh 3. ASI mature
ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya (Ambarwati, RE, 2009, hal. 24-25).
5. Penyimpanan ASI
label tanggal pada ASI yang diperah, sehingga bila akan digunakan, ASI yang awal disimpan digunakan lebih dahulu. Jangan memanaskan ASI dengan direbus, cukup direndam dalam air hangat. Juga jangan mencairkan ASI beku langsung dengan pemanasan, pindahkan dahulu ke lemari es pendingin agar mencair baru dihangatkan.
6. Faktor-faktor Penyebab Berkurangnya ASI 1. Faktor menyusui
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah (1) tidak melakukan inisiasi menyusu dini, (2) menjadwal pemberian ASI (3) memberikan minuman prelaktal (bayi diberi minum sebelum ASI keluar), apalagi memberikannya dengan botol atau dot, (4) kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusui.
Inisiasi menyusu dini adalah meletakkan bayi di atas dada atau perut ibu segera setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu jam setelah kelahiran. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini disebut sebagai baby crawl. Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling baik dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand) termasuk pada malam hari, minimal 8 kali perhari. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusu. Makin jarang bayi disusui biasanya produksi ASI akan berkurang. Produksi ASI juga dapat berkurang bila bayi menyusu terlalu sebentar. Pada minggu pertama kelahiran seringkali bayi mudah tertidur saat menyusu. Ibu sebaiknya merangsang bayi supaya tetap menyusu dengan cara menyentuh telapak kaki bayi agar bayi tetap mengisap.
pendamping pada bayi sebelum waktunya juga sering berakibat berkurangnya produksi ASI. Bayi menjadi cepat kenyang dan lebih jarang menyusui. Posisi dan perlekatan mulut bayi saat menyusu juga mempengaruhi pengeluaran ASI.
2.Faktor psiokologis ibu
Persiapan psikologis ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang tidak mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umumnya akhirnya memang produksi ASInya berkurang. Strees, khwatir, ketidakbahagian ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI eksklusif. Peran keluarga dalam meningkatkan percaya diri ibu sangat besar.
3.Faktor fisik ibu
walaupun demikian beberapa obat pernah dilaporkan memberikan efek samping, antara lain : obat psikiatri, obat anti kejang, beberapa golongan antibiotika, sulfonamid, estrogen, pil anti hamil), dan golongan diuretika.
4.Faktor bayi
Beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi, misalnya bayi sakit, prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan (Hegar, B, 2008, hal. 137-141).
B. Dukungan Suami 1. Pengertian
Dukungan adalah sesuatu yang didukung, dorongan atau untuk memberi semangat kepada seseorang ( KBBI, 2005 ).
Dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil unruk memotivasi orang tersebut dalam melaksankan kegiatan (Sarwono,2003)
Suami adalah pria yang menjadi pasangan resmi seorang wanita (KBBI, 2005). Suami juga berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan memberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya (Madhi, 2009).
dan jiwa dari kedua orangtua. Melalui ASI, pikiran dan jiwa bayi ditumbuh kembangkan menjadi karakter yang kuat, cerdas dan bijaksana.
Selain memberikan makanan yang baik untuk si ibu, ayah dapat mengambil peran sebagai penghubung dalam menyusui dengan membawa bayi pada ibunya. Dengan begitu, bayi mengetahui bahwa ayahnya menjadi jembatan bayinya dalam memperoleh makanan. Peran ayah yang lain adalah membantu kelancaran tugas-tugas ibu, misalnya dalam hal mengganti popok, memberi dukungan ibu saat menyusui dengan memijatnya, dan lain-lain. Jika ibu menyusui, ayah harus memberikan sandang dan pangan. Sekitar 50% keberhasilan menyusui ditentukan oleh ayahnya. Agar peran ayah dalam proses pemberian ASI dapat optimal, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan:
1. Belajar
Sebelum kehamilan, bahkan pada saat istri sedang hamil, calon ayah dapat membaca beberapa literatur berkaitan dengan proses kehamilan, perawatan dan pengasuhan bayi, termasuk juga literatur tentang pemberian ASI. Ayah perlu meningkatkan berbagai kemampuan yang dimilikinya berkaitan dengan perawatan bayi. Pada akhirnya, dukungan sang ayah dalam bentuk dukungan emosional dan bantuan-bantuan praktis merupakan bentuk dukungan paling berarti bagi ibu. Ibu pun akan merasa bahwa bukan dirinya saja yang bertanggung jawab dalam proses menyusui, melainkan seluruh keluarganya.
2. Setiap ibu dapat menyusui
hal bentuk puting. Puting susu pendek, masuk, atau, datar bukanlah alasan karena bayi menyusu pada payudara, bukan pada puting. Cairan ASI disedot atau diperah, bukan diisap. Susu keluar karena lidah bayi yang memerah ASI. Puting susu diletakkan di langit-langit lidah yang tidak ada tulangnya. Karena memang menyusui itu konsepnya mengeluarkan ASI maka lidah harus terjulur, dagu menempel, otot lidah yang bergerak, dan ujung lidah tetap keluar (Yuliarti, 2010, hal 26).
Bagi kedua orangtua, terutama ayah, sadar bahwa anak sangatlah terbuka menyerap bagaimana kedua orangtuanya merasakan dan mengalami strees, serta menghayati dan mengekspresikan cinta. Karena itu, teruslah sirami keharmonisan hubungan rumah tangga, selalu berkomunikasikan diri selalu dengan jujur dan tulus, dan cukupi suasana spiritualitas sebagai landasan bagi jiwa untuk tumbuh dalam keluarga (Hegar, 2008).
Seorang ayah dapat mengungkapkan sikap melindungi, sikap memelihara, rasa kasih sayang, rasa cinta kepada bayinya. Sikap ayah ini membawa dampak berarti dalam perkembangan anak selanjutnya ayah dapat mempengaruhi bayinya dengan cara tidak langsung, yaitu melalui dorongan yang diberikan kepada ibu (Dagun, 2002).
2.Bentuk Dukungan
Sheridan dan Radmacher, Sarafino (1998) serta Taylor (1999) membagi dukungan sosial kedalam lima bentuk yaitu :
1.Dukungan instrumental
Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stress karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan instumental sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih mudah.
2.Dukungan informasional
Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu, Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah.
3.Dukungan emosional
Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik.
4.Dukungan pada harga diri
Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat induividu, perbandingan yang positif dengan individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri dan kompetensi.
5. Dukungan dari kelompok sosial
yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial dengannya. Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman senasib. Sheridan dan Radmacher menekankan dukungan sosial sebagai sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan orang lain. Pendapat lain dikemukakan oleh Siegel yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama.
3.Sumber Dukungan
Dari definisi diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa sumber dari dukungan sosial ini adalah orang lain yang akan berinteraksi dengan individu sehingga individu tersebut dapat merasakan kenyamanan secara fisik dan psikologis. Orang lain ini terdiri dari pasangan hidup, orang tua, saudara, anak, kerabat, teman, rekan kerja, staf medis serta anggota dalam kelompok kemasyarakatan.
4.Dampak Dukungan
stress. Apabila kejadian tersebut muncul, interaksi dengan orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi individu pada kejadian tersebut dan oleh karena itu akan mengurangi potensi munculnya stress. Dukungan sosial juga dapat mengubah hubungan anatara respon individu pada kejadian yang dapat menimbulkan stres dan stres itu sendiri, mempengaruhi strategi untuk mengatasi stres dan dengan begitu memodifikasi hubungan antara kejadian yang menimbulkan stres mengganggu kepercayaan diri, dukungan sosial dapat memodifikasi efek itu. Dukungan sosial ternyata tidak hanya memberikan efek positif dalam mempengaruhi kejadian dan efek stres. Dalam Safarino (1998) disebutkan beberapa contoh efek negatif yang timbul dari dukungan sosial, antara lain :
1. Dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang membantu. Hal ini dapat terjadi karena dukungan yang diberikan tidak cukup, individu merasa tidak perlu dibantu atau terlalu khawatir secra emosional sehingga tidak memperhatikan dukungan yang diberikan.
2. Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan individu.
3. Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu, seperti melakukan atau menyarankan perilaku tidak sehat.
4. Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan sesuatu yang diinginkannya. Keadaan ini dapat mengganggu program rehabilitasi yang seharusnya dilakukan oleh individu dan menyebabkan individu menjadi tergantung pada orang lain.
BAB III
KERANGKA KONSEP
A.Kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian adalah kerangka yang merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seseorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah yang ingin diukur melalui penelitian – penelitian yang akan dilakukan (Nursalam, 2010, hal.43).
Berdasarkan teori yang penulis sajikan, di mana variabel yang akan diteliti adalah dukungan suami kepada istri dalam pemberian ASI 0-1 Tahun yang meliputi: bentuk dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan harga diri dan dukungan kelompok sosial. Adapun kerangka konsep penelitian dari dukungan suami kepada istri dalam pemberian ASI 0-1 Tahun adalah sebagai berikut:
Skema. 1. Skema kerangka konsep
23 Dukungan suami
Pemberian ASI 0-1 Tahun yang meliputi: dukungan
B. Definisi Operasional
NO Variabel Penelitian
Definisi Operasional
Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala ukur Usia Pendidikan Pekerjaan Dukungan suami kepada istri dalam pemberian ASI 0 – 1 Tahun
BAB IV METODE PENELITIAN
A.Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan crossectional dimana tujuan penelitian ini untuk mengetahui dukungan suami kepada istri dalam pemberian ASI 0-1 tahun.
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh suami yang mempunyai istri yang sedang menyusui 0–1 tahun di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan sebanyak 61 orang.
2.Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007, hal. 68). Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah seluruh suami yang mempunyai istri yang sedang menyusui 0-1 tahun dan yang menjadi kriteria adalah suami dari ibu yang menyusui dan bayi 0-1 tahun dan seluruhnya dijadikan sampel (total sampling) sebanyak 61 orang.
C. Lokasi Penelitian
D.Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada September 2010 sampai dengan Juni 2011.
E. Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi pendidikan Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin Lurah di Kelurahan Simalingkar B. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu memberikan penjelasan kepada calon responden penelitian tentang manfaat dan resiko sebagai responden.
Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan menggundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasian catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen tetapi menggunakan inisial. Data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
F. Alat Pengumpulan Data
adalah kuesioner untuk mengidentifikiasi dukungan suami dalam pemberian ASI. Untuk menentukan kategori dukungan suami tersebut maka digunakan rumus :
- Menentukan nilai rentang ( R )
Rentang = skor terbesar – skor terkecil
= 15 – 0
= 15
- Menentukan nilai panjang kelas ( i )
Panjang Kelas ( i ) = Rentang ( R ) / banyaknya kelas
= 15 / 2
= 7,5
- Menentukan skor kategori
Kurang = 0 + 7,5 = 7,5 ( apabila diperoleh jawaban tidak dilakukan 0-7 soal )
Baik = 7,5 + 7,5 = 15 ( apabila diperoleh jawaban dilakukan 8-15 soal )
Adapun kisi-kisi pertanyaan yang akan dibagikan kepada responden melalui kuesioner adalah sebagai berikut:
No Aspek No soal Jumlah soal
1 Instrumental 1 – 3 3 soal
2 Informasional 4 – 6 3 soal
3 Emosional 7 – 10 4 soal
4 Harga diri 11 – 13 3 soal
G. Uji Validitas dan Reabilitas 1. Uji validitas
Uji validitas (kesahihan) yang dilakukan adalah dengan cara conten validity yang diuji oleh ahlinya (dr. Isti Ilmiati), sehingga instrumen yang digunakan tersebut dinyatakan
valid dan mampu mengukur variabel yang akan diukur. Di mana tahap pertama ada perbaikan pada kuesioner tentang aspek dukungan pemberian ASI dan pada
tahap kedua masih terdapat perbaikan tentang kuesioner. Lalu pada perbaikan yang ketiga kuesioner untuk dukungan dinyatakan valid dimana nilai CVI 0,80.
2.Uji reabilitas
Uji reabilitas (kehandalan) dilakukan untuk melihat alat dapat dipercaya atau dapat diandalkan untuk digunakan sebagai alat ukur (Arikunto,2006). Uji reabilitas dalam penelitian ini mengukur tingkat kestabilan atau kekonsistenan jawaban yang diberikan responden atas pertanyaan dari kuesioner. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur dimensi variabel yang kita ukur jika koefisien reabilitasnya 0,60 atau lebih dari 0,60 sudah memadai syarat reabilitas. Uji reabilitas dilakukan pada 10 orang suami yang ada di Kuala Bekala Medan yang mempunyai kriteria yang sama dengan sampel, kemudian data diolah menggunakan SPSS dengan mencari koefisien realibitas Alpha Cronbach, dan hasil reabilitasnya adalah 0,683.
H. Prosedur Pengumpulan Data
responden saat itu juga dan setelah kuesioner selesai diisi, dikumpulkan kembali.
Beberapa prosedur yang dilaksanakan pada pengumpulan data ini adalah mendapatkan surat permohonan melakukan penelitian dari ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara dan mengajukan permohonan izin penelitian kepada kepala Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan pengumpulan data.
Peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden di Kelurahan Simalingkar B dan dibantu oleh ibu Kader Lingkungan IV dengan menjelaskan tujuan penelitian yang akan dilaksanakan. Peneliti menanyakan kesediaan calon responden, Setelah calon responden bersedia dan diminta untuk menandatangani surat persetujuan, responden dipersilahkan untuk menjawab semua pertanyaan yang diajukan peneliti dalam kuesioner setelah diberi penjelasan tentang cara pengisian kuesioner selama lebih kurang 15 menit. Setelah semua kuesioner yang telah diisi responden dikumpulkan, kemudian peneliti memeriksa kelengkapan data yang terkumpul pada kuesioner dan bila terdapat kesalahan atau kekurangan data maka diperbaiki dan dilengkapi dengan melakukan pendataan ulang.
I. Analisis Data
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai dukungan suami kepada istri dalam pemberian ASI 0-1 tahun di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2011. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai Februari sampai dengan Mei 2011 di Kelurahan Simalingkar B Medan dengan jumlah responden sebanyak 61 orang.
Untuk mengidentifikasi dukungan suami dalam pemberian ASI, peneliti menggunakan kuesioner yang berisikan 15 pernyataan. Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu karakteristik responden, dan dukungan suami dalam pemberian ASI.
1. Distribusi karakteristik responden
Tabel 5.1
Distribusi Karakteristik Dukungan Suami Kepada Istri dalam Pemberian ASI 0-1 tahun di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)
Umur 21-29 Tahun 30-39 Tahun >40 Tahun 23 35 6 36,5% 50,8% 9,5%
Total 61 100
Pendidikan SD SMP SMA PT 5 19 32 5 7,9% 30,2% 50,8% 7,9%
Total 61 100
Pekerjaan Petani PNS Pegawai swasta Wiraswasta 5 3 18 35 7,9% 4,8% 28,6% 55,6%
2. Distribusi dukungan suami kepada istri tentang dukungan instrumental dalam pemberian ASI 0-1 tahun di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Kuesioner Dukungan Instrumental dalam Pemberian ASI 0-1 tahun di Kelurahan Simalingkar B
Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011
No Pernyataan
Pilihan jawaban
Dilakukan Tidak dilakukan
F % F %
1 Bapak menyediakan minuman setelah ibu selesai menyusui bayinya
18 29,5 43 70,5
2 Bapak memberikan makanan istimewa kepada ibu supaya air susu ibu banyak
46 75,4 15 24,6
3 Bapak mengingatkan ibu supaya banyak memakan makanan yang bergizi
58 95,1 3 4,9
3. Distribusi dukungan suami kepada istri tentang dukungan informasional dalam pemberian ASI 0-1 tahun di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011
menjawab atau dukungan baik selama 0-1 Tahun adalah pertanyaan no. 3 sebanyak lima puluh tiga orang (66,9%). Sedangkan responden yang paling banyak menjawab pertanyaan atau dukungan kurang adalah pada pertanyaan no.3 ada 8 orang (13,1%) dan responden yang paling sedikit menjawab pertanyaan atau dukungan kurang adalah pada pertanyaan no. 1 sebanyak dua orang (3,3%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Kuesioner Dukungan Informasional dalam Pemberian ASI 0-1 tahun di Kelurahan Simalingkar B
Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011
No Pernyataan
Pilihan jawaban
Dilakukan Tidak dilakukan
F % F %
1 Jika ibu tidak mau menyusui bayinya maka bapak memberi masukan betapa pentingnya ASI
59 96,7 2 3,3
2 Bapak mendengarkan setiap keluhan ibu saat menyusui bayinya dan memberi saran kepada ibu
56 91,8 5 8,2
3 Bapak mengingatkan agar ibu mengikuti anjuran dokter atau bidan
53 66,9 8 13,1
4. Distribusi dukungan suami kepada istri tentang dukungan emosional dalam pemberian ASI 0-1 tahun di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011
kepada ibu untuk meningkatkan produksi ASI, bapak mendampingi ibu menyusui bayinya ketika bayi terbangun di malam hari, Bapak menyendawakan bayi setelah ibu selesai menyusui bayinya. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang paling banyak menjawab pertanyaan tentang dukungan emosional dalam pemberian ASI 0-1 Tahun adalah pada pertanyaan no. 2 sebanyak 51 orang (83,6%) Sedangkan responden yang paling banyak menjawab pertanyaan atau dukungan kurang adalah pada pertanyaan no. 3 sebanyak 39 orang (63,9%) dan responden yang paling sedikit menjawab pertanyaan no. 2 yaitu sebanyak sepuluh orang (16,4%).
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Kuesioner Dukungan Emosional dalam Pemberian ASI 0-1 tahun di Kelurahan Simalingkar B
Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011
No Pernyataan
Pilihan jawaban
Dilakukan Tidak dilakukan
F % F %
1 Bapak menemani dan mendampingi ibu ketika menyusui bayinya
30 49,2 31 50,8
2 Bapak memberi rasa aman dan nyaman kepada ibu untuk meningkatkan produksi ASI
51 83,6 10 16,4
3 Bapak mendampingi ibu menyusui bayinya ketika bayi terbangun di malam hari
22 36,1 39 63,4
4 Bapak menyendawakan bayi setelah ibu selesai menyusui bayinya
5. Distribusi dukungan suami kepada istri tentang dukungan harga diri dalam pemberian ASI 0-1 Tahun di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Kuesioner Dukungan Harga Diri dalam Pemberian ASI 0-1 tahun di Kelurahan Simalingkar B
Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011
No Pernyataan
Pilihan jawaban Dilakukan Tidak
dilakukan
F % F %
1 Bapak memberi pujian kepada ibu setelah selesai memberi ASI pada bayinya
41 67,2 20 32,8
2 Bapak memberi semangat kepada ibu jika ibu mulai malas memberi ASI pada bayinya
57 93,4 4 6,6
3 Bapak mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya minimal sampai 6 bulan
45 75,8 16 26,2
6. Distribusi dukungan suami kepada istri tentang dukungan kelompok sosial dalam pemberian ASI 0-1 Tahun di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011
Tabel 5.6
Distribusi frekuensi jawaban Responden Berdasarkan Kuesioner Dukungan Kelompok Sosial dalam Pemberian ASI 0-1 tahun di Kelurahan Simalingkar B
Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011
No Pernyataan
Pilihan jawaban
Dilakukan Tidak dilakukan
F % F %
1 Bapak dan keluarga mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya apabila sudah pada waktunya
61 100 - -
2 Bapak, ibu dan keluarga lainnya sama-sama bekerja sama dalam pertumbuhan bayinya
61 100 - -
7. Distribusi dukungan suami kepada istri dalam pemberian ASI 0-1 Tahun di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011
Tabel 5.7
Distribusi Dukungan Suami Kepada Istri dalam Pemberian ASI 0-1 tahun di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011
Dukungan Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik
Kurang
58
3
93,1%
4,9%
Total 61 100
B. Pembahasaan
Menurut peneliti hal lain yang membuat tingginya dukungan dari suami dalam pemberian ASI dikaitkan dengan tingkat pendidikan suami yang berlatar belakang pendidikan SMA yaitu sebanyak 32 orang (50,8%). Hal ini sesuai menurut Hurlock (2002) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan banyak mengetahui sesuatu dan mengerti manfaat dan kegunaan sesuatu hal karena akan beralih ketingkat pengetahuan dan tindakannya kearah yang lebih baik. Sesuai dengan Notoadmojo (2003), yang mengatakan bahwa pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas manusia, membentuk dan meningkatkan kemampuan manusia dalam menyerap informasi dalam bidang kesehatan dan keluarga. Hal lain juga dikatakan oleh Yuliarti (2009), dimana dorongan dari anggota keluarga, lingkungan semakin menguatkan motivasi suami untuk memberikan yang terbaik untuk istrinya seperti terlihat pada tabel 5.6. sebanyak 61 orang keluarga ikut serta mendukung dalam pemberian ASI sehingga suami mempunyai peran yang sangat besar dalam memotivasi diri dan merubah tingkah lakunya.
terhadap tingkat sosial ekonomi dan tingkat sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkat kesehatan, semakin baik pekerjaan seseorang maka diharapkan tingkat pendidikan kesehatannya juga semakin baik.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai dukungan suami kepada istri dalam pemberian ASI 0-1 tahun di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011 diperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar usia responden berusia 30-39 Tahun yaitu sebanyak 32 orang (50,8%), tingkat pendidikan mayoritas SMA yaitu sebanyak 32 orang (50,8%) dan jenis pekerjaan mayoritas wiraswasta yaitu sebanyak 35 orang (55,6%). Dukungan suami kepada istri dalam pemberian ASI 0-1 tahun menunjukkan bahwa dukungan baik yaitu sebanyak 58 orang (95,1%), dan dukungan kurang sebanyak 3 orang (4,9%).
B. SARAN 1. Bagi Peneliti
Bagi peneliti dimasa yang akan datang dapat juga melakukan penelitian yang sama dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan dapat dilakukan di beberapa lokasi
2. Bagi Petugas Kesehatan
berkesinambungan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh responden, sehingga dapat mendukung upaya peningkatan ASI.
3. Bagi Pemerintah Setempat
DAFTAR PUSTAKA
Arif, N. (2009). Panduan Ibu Cerdas ASI dan Tumbuh Kembang. Yogyakarta: Media Pressindo
Ambarwati, (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia Dagun, S.M, (2002). Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta
Hegar, (2008). Bedah ASI. Jakarta: FKUI
Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika
Hurlock, E.B. (2002). Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2002). Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka Kristinasari, (2009). ASI, Menyusui dan SADARI. Yogyakarta : Nuha medika Niken, N. (2005). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Errlangga
(2008). Psikologi dan Jiwa. Dari dukungan-sosial/.
Notoadmojo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta
(2003). Pendidikan Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
(2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam, (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Prabantini, (2010). Makanan Pendamping ASI. Yogyakarta: Andi Roesli, (2000). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Pustaka Bunda (2008). Inisiasi Menyusui ASI. Jakarta: Pustaka Bunda
Taufik, (2007). Prinsip-prinsip Promosi Kesehatan Dalam Keperawatan Untuk Perawat dan Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Rineka Cipta
Tim Penyusun Program D-IV USU. (2010). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Media tidak dipublikasikan
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bernama DESI BR SEMBIRING / 105102073 adalah mahasiswa Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini sedang melakukan penelitian tentang dukungan suami kepada istri dalam pemberian ASI 0 – 1 tahun di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Medan. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Untuk keperluan tersebut saya memohon kesedian bapak-bapak untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon mengisi kuesioner dan lembar check list dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan suami.
Partisipasi bapak-bapak dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Identitas pribadi bapak dan semua informasi yang bapak berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini.
Terimakasih atas partisipasi bapak dalam penelitian ini.
Medan, Maret 2011
Peneliti Responden
KUESIONER PENELITIAN
DUKUNGAN SUAMI KEPADA ISTRI DALAM PEMBERIAN ASI 0-1 TAHUN DI KELURAHAN SIMALINGKAR B KECAMATAN MEDAN
TUNTUNGAN TAHUN 2011
A. Data Demogafi
No. Responden :
Umur : Tahun
Pendidikan :
Pekerjaan :
B. Dukungan Suami Kepada Istri Dalam Pemberian ASI 0 – 1 Tahun
Petunjuk: Isilah kuesioner berikut dengan memberikan tanda checklist ( √ ) pada kolom berikut.
No Pernyataan
Dilakukan (D)
Tidak Dilakukan (TD)
1 Bapak menyediakan minuman setelah Ibu selesai menyusui bayinya
2 Bapak memberikan makanan istimewa kepada ibu supaya air susu ibu banyak
3 Bapak mengingatkan ibu supaya banyak memakan makanan yang bergizi
pentingnya ASI
5 Bapak mendengarkan setiap keluhan ibu saat menyusui bayinya dan memberi saran kepada ibu
6 Bapak mengingatkan agar ibu mengikuti anjuran dokter atau bidan
7 Bapak menemani dan mendampingi ibu ketika menyusui bayinya
8 Bapak memberi rasa aman dan nyaman kepada ibu untuk meningkatkan produksi ASI
9 Bapak mendampingi ibu menyusui bayinya ketika bayi terbangun di malam hari
10 Bapak menyendawakan bayi setelah ibu selesai menyusui bayinya
11 Bapak memberi pujian kepada ibu setelah selesai memberi ASI pada bayinya
13 Bapak tetap mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya minimal sampai 6 bulan
14 Bapak dan keluarga mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya apabila sudah pada waktunya
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Desi Br. Sembiring
T.T.Lahir : Kabanjahe, 28 Desember 1988
Agama : Kristen Protestan
Nama Ayah : U. Sembiring
Nama Ibu : A. Br. Pinem
Anak ke : 1 dari 4 bersaudara
Alamat : Jln. Tiga kerenda Kuta Buluh Simole Kab. Karo Pendidikan Formal
Tahun 1995-2001 : SD Negeri 040499 Kuta Buluh Simole Tahun 2001-2003 : SMP Negeri 1 Kuta Buluh Simole Tahun 2003-2006 : SMA Negeri 17 Medan
Tahun 2006-2009 : Akademi Kebidanan Sehati Medan