• Tidak ada hasil yang ditemukan

[Preference of Anastatus dasyni Ferr. (Hymenoptera: Eupelmidae) and effects of cold storage duration of host to parasitization]

Abstrak

Telur kepik kedelai Riptortus linearis Fabr. dapat digunakan sebagai inang alternatif untuk pembiakan Anastatus dasyni Ferr. Penelitian bertujuan mengkaji tingkat preferensi dan parasitisasi parasitoid A. dasyni hasil pembiakan pada inang alternatif, serta mengkaji pengaruh lama penyimpanan inang alternatif pada suhu dingin terhadap parasitisasi. Pada pengujian preferensi, imago betina A dasyni dilepas ke dalam kurungan yang berisi 3 jenis inang di laboratorium dan lapangan. Untuk menentukan pengaruh umur inang terhadap parasitisasi, imago betina A. dasyni dimasukkan ke dalam tabung gelas yang berisi telur D. piperis dengan umur berbeda yaitu 1, 2, 3, dan 4 hari. Pengaruh lama penyimpanan inang pada suhu dingin terhadap parasitisasi, dilakukan terhadap telur R. linearis yang disimpan pada suhu -4oC di dalam freezer selama 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 16, dan 20 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa imago betina A. dasyni yang dipelihara pada telur R. linearis mampu memarasit telur kepik lada dengan tingkat parasitisasi yang sama dengan inang pembiakannya. Hal ini ditunjukkan oleh indeks preferensi yang tidak berbeda nyata baik pada percobaan di laboratorium maupun lapangan. Telur kepik lada yang berumur 1-3 hari lebih banyak diparasit (70%) dibandingkan telur yang berumur 4 hari (40%). Sebagai inang pembiakan, telur R. linearis yang disimpan pada suhu -4oC di dalam freezer selama 3 minggu masih dapat diparasitisasi hingga sekitar 70%.

Kata kunci: Anastatus dasyni, Dasynus piperis, Riptortus linearis, penyimpanan inang, preferensi

Abstract

Riptortus linearis egg can be used as the alternative host of Anastatus dasyni Ferr. This research was conducted to study the preference of A. dasyni reared in the alternative host, and the effects of cold storage duration of the host on parasitization level. In preference trial both in laboratory and field experiments, A. dasyni female was released into a cage containing three host species. To determine the effect of host age on parasitization, A dasyni female was reared in test tube containing D. piperis eggs with different age, i.e 1, 2, 3, and 4 days. The effect of cold storage duration of the host on parasitization level was studied on R. linearis egg preserved in freezer (-4oC) for 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 16, and 20 weeks. Results of the study showed that A. dasyni females reared in R. linearis eggs were able to parasitize pepper bug eggs, with the same parasitization level as they reparasitized their reared host both in laboratory and field. The 1 – 3

days old pepper bug eggs were more likely to be parasitized than the 4 days old pepper bug eggs. The soybean bug eggs stored at -4o

Parasitoid pada dasarnya akan menyeleksi kecocokan inang dan seleksi tersebut berlangsung melalui proses alamiah. Proses mencari atau menentukan inang pilihan juga terjadi secara acak atau sistematik. Setelah inang ditemukan, proses pemeriksaan berlangsung melalui ovipositor untuk menentukan lokasi penusukan dan peletakan telur (Vinson 1984; Maluf & Kaiser 1998). Hal tersebut

C for 3 weeks long were still suitable for the parasitoid, with the parasitization level was about 70%.

Key words: Anastatus dasyni, Dasynus piperis, Riptortus linearis, host preservation, preference

Pendahuluan

Parasitoid Anastatus dasyni Ferr. (Hymenoptera: Eupelmidae) merupakan salah satu agens hayati yang sedang dikembangkan dalam program pengendalian serangga kepik pengisap buah lada Dasynus piperis (Hemiptera: Coreidae) (Trisawa 2007). Penelitian dan pengembangan parasitoid A. dasyni diarahkan pada upaya peningkatan keefektifannya, termasuk pembiakan pada inang alternatif di laboratorium untuk tujuan pelepasan (augmentasi) ke lapangan.

Hasil penelitian sebelumnya tentang kesesuaian inang alternatif, menunjukkan bahwa telur Riptortus linearis Fabr. (Hemiptera: Alydidae) sangat sesuai untuk pembiakan massal A. dasyni. Parasitoid A. dasyni hasil pembiakan pada inang alternatif tersebut, sebelum dilepas ke lapangan perlu diteliti terlebih dahulu preferensinya terhadap inang alami (telur D. piperis). Hal ini dimaksudkan agar parasitoid yang dilepas akan tepat sasaran dan efektif.

Preferensi parasitoid terhadap inang merupakan hal yang kompleks. Parasitoid dapat menemukan inang karena adanya stimulus bahan kimia dari inang (Weseloh 1981; Vinson 1991; Vet & Dicke 1992). Preferensi inang oleh parasitoid juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kualitas, umur, ukuran, dan jenis inang (Heinz & Parella 1990; Goodfray 1994) serta pertahanan inang yang lemah (Chau & Mackauer 2001). Kesesuaian inang yang dipilih akan mendukung keberhasilan perkembangan parasitoid dalam inang (van Alphen & Jervis 1997). Jika betina parasitoid sudah menemukan inang maka parasitoid dapat belajar menghadapi fisik atau kimiawi inang dan selanjutnya meningkatkan efisiensi pencarian inang lainnya (Lewis et al. 1998).

biasanya berlangsung relatif cepat. Kejadian penusukan ovipositor adalah sebagai keputusan menerima inang untuk meletakkan telur (Vinson 1984).

Jika parasitoid A. dasyni yang dibiakkan pada inang alternatif dan mampu memarasit inang alaminya, maka inang alternatif tersebut menjadi bagian penting dalam teknik pengendalian hayati kepik lada. Oleh karena itu, untuk efisiensi penggunaan inang alternatif perlu diteliti pengaruh lama penyimpanan inang alternatif pada suhu dingin terhadap parasitisasi. Hal ini perlu diperhatikan karena dalam pembiakan parasitoid seringkali inang alternatif yang diperoleh lebih dari yang dibutuhkan. Penyimpanan inang alternatif ini ditujukan sebagai stok yang dapat langsung digunakan ketika parasitoid perlu segera dibiakkan.

Penelitian ini bertujuan mengkaji tingkat preferensi dan parasitisasi parasitoid A. dasyni hasil pembiakan pada inang alternatif, serta mengkaji pengaruh lama penyimpanan inang alternatif pada suhu dingin terhadap parasitisasi.

Bahan dan Metode

Penelitian dilakukan sejak bulan Maret 2009 sampai dengan Nopember 2009 di laboratorium dan lapangan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kepulauan Bangka Belitung dan di laboratorium hama Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Bogor.

Pembiakan Kepik Kedelai

Pembiakan kepik kedelai dilakukan di laboratorium dengan cara memelihara kepik R. linearis dan N. viridula masing-masing dalam kurungan berkerangka kayu dan berdinding kain kasa berukuran panjang 35 cm, lebar 35 cm, dan tinggi 75 cm. Ke dalam kurungan dimasukkan kacang panjang sebagai pakan kepik yang diganti setiap 2 hari sekali. Di samping itu, ke dalam kurungan juga digantungkan untaian kain wol sebagai tempat peneluran kepik. Telur kepik yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk pembiakan dan penelitian.

Pemeliharaan Kepik Lada dan Pembiakan Parasitoid

Pemeliharaan kepik lada dilakukan di rumah kaca. Kepik D. piperis yang diperoleh dari pertanaman lada dimasukkan ke dalam kurungan plastik milar bergaris tengah 18.0 cm dan tinggi 40.0 cm serta kurungan kayu berdinding kain

kasa berukuran panjang 75 cm, lebar dan tinggi masing-masing 50 cm. Kurungan diisi dengan bibit lada yang ditanam dalam pot plastik. Kepik D. piperis diberi pakan buah lada yang digantungkan pada kawat di bagian atas kurungan atau dilekatkan pada bibit lada. Pakan tersebut diganti setiap 2 hari sekali. Pemeliharaan kepik D. piperis dimaksudkan untuk mendapatkan telur D. piperis yang selanjutnya digunakan untuk penelitian.

Untuk pembiakan parasitoid A. dasyni dilakukan di laboratorium dengan cara memasukkan telur D. piperis yang diperoleh dari pertanaman lada ke dalam tabung reaksi bergaris tengah 1.5 cm, panjang 18.0 cm. Tabung reaksi ditutup dengan kapas yang dibungkus kain kasa. Parasitoid A. dasyni yang diperoleh kemudian dibiakkan. Pembiakan dilakukan dengan cara setiap satu pasang A. dasyni yang baru keluar dari telur D. piperis dipelihara dalam tabung reaksi bergaris tengah 1.5 cm dan panjang 18.0 cm serta diberi pakan madu 10%.

Parasitoid yang telah berumur 2 hari kemudian diberi inang yaitu 10 telur R. linearis umur 2 hari yang dilekatkan dengan lem kertas cair pada kertas karton

(pias) ukuran 1.0 cm x 5.0 cm. Inang diberikan selama 24 jam kemudian diambil dan dan diganti dengan inang yang baru. Inang yang diambil dimasukkan ke dalam tabung reaksi bergaris tengah 1.5 cm dan panjang 18.0 cm, kemudian diamati sampai parasitoid keluar. Parasitoid A. dasyni yang diperoleh digunakan untuk penelitian.

Preferensi Parasitisasi

Penelitian dilakukan di laboratorium dan lapangan dengan metode uji pilihan bebas (free-choice test). Perlakuan jenis inang yang diuji adalah telur D. piperis, R. linearis dan N. viridula, masing-masing berumur 2 hari. Setiap 10 telur perlakuan dilekatkan dengan lem kertas cair pada kertas karton (pias) ukuran 1.0 cm x 5.0 cm.

Pada penelitian di laboratorium, masing-masing pias telur perlakuan diletakkan di dalam satu wadah plastik bergaris tengah 14.0 cm dan tinggi 13.5 cm. Posisi tempat peletakan setiap perlakuan diubah pada ulangan berikutnya, sehingga satu perlakuan pernah menempati satu titik tempat peletakan. Hal ini untuk menghindari bias faktor cahaya di laboratorium yang tidak menyebar

merata pada wadah plastik. Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dan diulang 12 kali.

Bagian atas wadah plastik ditutup dengan kain kasa, dan bagian tengah kasa dilubangi 2.0 cm untuk memasukan A. dasyni. Imago betina A. dasyni umur 4 hari asal inang alternatif dimasukkan ke dalam wadah plastik. Lubang tempat pemasukan parasitoid selanjutnya ditutup dengan kapas yang sudah ditetesi madu 10%. Parasitoid A. dasyni dikeluarkan setelah 24 jam. Setiap pias telur perlakuan diambil dan secara terpisah dimasukkan ke dalam tabung reaksi bergaris tengah 1.5 cm dan panjang 18.0 cm. Tabung reaksi lalu ditutup dengan kapas yang dibungkus kain kasa. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah telur yang diparasit berdasarkan jumlah imago A. dasyni yang keluar dari telur. Telur yang tidak menetas dibedah menggunakan jarum untuk memastikan telur tersebut diparasit atau tidak.

Pada penelitian di lapangan, setiap pias perlakuan dijepit menggunakan stapler pada daun lada kemudian dikurung dengan kurungan kasa. Imago betina A. dasyni umur 4 hari asal inang alternatif kemudian dimasukkan ke dalam kurungan. Ke dalam kurungan juga dimasukkan kapas yang telah ditetesi madu sebagai pakan parasitoid. Setiap pias perlakuan diambil setelah 24 jam dan secara terpisah dimasukkan ke tabung gelas bergaris tengah 1.5 cm dan panjang 18.0 cm. Tabung reaksi lalu ditutup dengan kapas yang dibungkus kain kasa. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah telur diparasit seperti pada penelitian di laboratorium. Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok dan diulang 15 kali.

Pengaruh Umur Inang Terhadap Parasitisasi

Penelitian dilakukan di laboratorium dengan metode uji tanpa pilihan (no- choice test). Perlakuan umur inang alami (telur D. piperis) yang diuji adalah 1, 2, 3, dan 4 hari. Setiap 10 telur perlakuan dilekatkan dengan lem kertas cair pada kertas karton (pias) ukuran 1.0 cm x 5.0 cm. Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dan diulang 10 kali.

Pias kelompok umur telur D. piperis secara terpisah dimasukkan ke dalam tabung reaksi bergaris tengah 1.5 cm dan panjang 18.0 cm yang berisi imago betina A. dasyni umur 4 hari asal inang alternatif. Parasitoid diberi pakan madu

10% yang dioleskan pada dinding tabung reaksi menggunakan lidi. Tabung reaksi ditutup dengan kapas yang dibungkus kain kasa. Setiap pias kelompok umur telur D. piperis dikeluarkan setelah 24 jam dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi lain yang berukuran sama.

Pengamatan dilakukan terhadap jumlah telur diparasit dari masing-masing perlakuan berdasarkan jumlah imago A. dasyni yang keluar dari telur. Telur yang tidak menetas dibedah dengan menggunakan jarum.

Pengaruh Lama Penyimpanan Inang pada Suhu Dingin Terhadap Parasitisasi Penelitian ini didasarkan atas upaya penyediaan inang alternatif yang cepat jika sewaktu-waktu diperlukan pengembangbiakan parasitoid A. dasyni. Penelitian dilakukan di laboratorium dengan metode uji tanpa pilihan (no-choice test). Perlakuan lama penyimpanan inang alternatif (telur R. linearis) dalam freezer (- 4oC) adalah 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 16, dan 20 minggu. Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dan diulang 10 kali.

Imago betina A. dasyni umur 4 hari asal telur R. linearis dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan garis tengah 1.5 cm dan panjang 18.0 cm. Parasitoid diberi pakan madu 10% yang dioleskan pada dinding tabung reaksi menggunakan lidi. Setiap pias yang berisi 10 telur R. linearis untuk masing-masing perlakuan lama penyimpan inang, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi tersebut. Pias dikeluarkan setelah 24 jam dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi lain yang berukuran sama.

Jumlah telur yang diparasit dari masing-masing perlakuan diamati berdasarkan jumlah imago A. dasyni yang keluar dari telur. Pembedahan terhadap telur yang tidak menetas juga dilakukan untuk memastikan telur tersebut diparasit atau tidak.

Analisis Data

Data hasil penelitian preferensi A. dasyni terhadap inang alami dan alternatif diukur dengan indeks preferensi yang dikembangkan oleh Drost et al. (1999):

Oi,j = (Banyaknya inang jenis i yang diparasit)/(total banyaknya inang (ij) yang diparasit)

Ei,j = (Banyaknya inang jenis i)/(total banyaknya inang (ij) yang tersedia). Penyimpangan Oi,j dari Ei,j bernilai nol menyatakan tidak ada preferensi, positif bila ada preferensi, dan negatif bila terjadi penolakan. Rataan indeks preferensi untuk tiap jenis inang kemudian diuji terhadap nilai nol dengan menggunakan uji-t pada α = 0.05.

Data hasil penelitian pengaruh umur inang alami dan lama penyimpanan inang alternatif terhadap parasitisasi A. dasyni diolah dengan sidik ragam yang

dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (α = 0.05) dengan bantuan SAS (SAS Institute 1990). Nisbah kelamin parasitoid yang keluar dari masing-masing

perlakuan lama penyimpanan inang dianalisis dengan uji khi kuadrat pada α =

0.05.

Hasil dan Pembahasan Preferensi Parasitisasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa parasitoid A. dasyni betina hasil pembiakan pada telur R. linearis tidak memperlihatkan perubahan perilaku dalam pemilihan inang. Parasitoid tersebut tetap dapat memarasit inang alaminya yaitu telur kepik lada dengan tingkat parasitisasi yang sama dengan inang pembiakannya. Nilai indeks preferensi dari setiap jenis inang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata baik pada percobaan di laboratorium maupun pada percobaan kurungan di lapangan (Tabel 4.1).

Pada pengujian preferensi ini, ketiga jenis inang yang diuji pada dasarnya dapat diparasit, sehingga masing-masing baik secara tunggal maupun bersama- sama berpeluang untuk dipilih oleh parasitoid A. dasyni. Menurut De Bach (1973), parasitoid akan menyeleksi kecocokan inang dan seleksi tersebut berlangsung melalui proses alamiah. Parasitoid juga dapat berpindah dalam memilih inang yang disebabkan oleh keadaan tertentu seperti ketidakcocokan inang atau populasi inang yang terpisah secara spasial. Di samping itu, Askew dan Shaw (1986) menyatakan bahwa tidak ada parasitoid yang sukses memarasit semua inangnya di lingkungan, dan spesies yang diserang

oleh parasitoid yang sama memberikan karakteristik tertentu. Dua pembeda penting dari kisaran inang adalah taksonomi dan ekologi inang.

Tabel 4.1 Nilai indeks preferensi masing-masing jenis inang pada pengujian preferensi di laboratorium dan lapangan

Percobaan Inang Indeks

preferensi

Uji terhadap nilai nol

t db P Laboratorium R. linearis -0.09 ± 0.39 0.78 11 0.4531 N. viridula 0.03 ± 0.48 -0.25 11 0.8080 D. piperis 0.06 ± 0.47 -0.47 11 0.6470 Lapangan R. linearis -0.01 ± 0.50 0.05 14 0.9595 N. viridula -0.09 ± 0.43 0.77 14 0.4517 D. piperis -0.03 ± 0.46 -0.85 14 0.4713

Pemilihan inang oleh parasitoid A. dasyni dapat dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimiawi inang. Secara umum, kedua fakor ini memang akan menentukan keberhasilan parasitoid dalam menemukan inangnya (Vinson 1991; Gross 1993; Quicke 1997). Kemampuan parasitoid A. dasyni dalam menemukan inangnya akan bergantung pada kemampuan parasitoid tersebut dalam menangkap isyarat kimiawi (stimulus) inang. Sebagai contoh, menurut Mitchell dan Mau (1971) Nezara viridula mengeluarkan bahan kimia berupa sex feromon yang dapat menarik perhatian parasitoid untuk mendapatkan inangnya.

Parasitoid A. dasyni dalam menentukan inang pilihannya menunjukkan perilaku antara pemeriksaan fisik dan kimiawi. Betina A. dasyni mulai melakukan pemeriksaan inang dengan antenanya. Jika hasil pemeriksaan sesuai, parasitoid segera melakukan pemeriksaan melalui ovipositor untuk menentukan lokasi penusukan dan peletakan telur. Jika tidak sesuai parasitoid akan memeriksa dan memilih inang yang lain. Pada pengujian di laboratorium, parasitoid akan meletakkan telur pada 2 atau 3 inang, kemudian cenderung berada di sekitar inang atau di bagian atas kurungan. Perilaku ini sesuai dengan pengamatan Trisawa et al. (2007) terhadap A. dasyni asal inang alami pada telur D. piperis. Perilaku parasitoid A. dasyni yang selalu berada di dekat inangnya menurut Gardner

dan van Lenteren (1986) dinamakan area-restricted searching atau success- motivated searching.

Proses pemilihan inang seperti yang dilakukan oleh A. dasyni memperlihatkan perilaku kontak dan oviposisi. Pencariannya dapat terjadi karena proses insting atau berlangsung secara acak (Vinson 1984; Lewis et al. 1998; Maluf & Kaiser 1998). Hal tersebut biasanya berlangsung relatif cepat. Kejadian penusukan ovipositor adalah sebagai keputusan menerima inang untuk meletakkan telur (Vinson 1984; Quicke 1997). Pemilihan ini juga menunjukkan terjadi diskriminasi inang, yaitu suatu kemampuan parasitoid untuk membedakan antara inang yang sesuai untuk oviposisi dan yang tidak (van Lenteren et al. 1978).

Parasitoid A. dasyni yang sudah meletakkan telur dan beristirahat lebih mudah menemukan inang yang sesuai jika akan melakukan kembali proses peneluran. Kemampuan parasitoid menemukan inangnya dipengaruhi oleh pengalaman parasitoid ketika mencari inang dan juga kemampuan belajar tentang lingkungannnya atau penciuman terhadap telur yang telah diparasitnya. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi pencarian inang lainnya. Pengaruh dari stimulus meningkat jika pertemuan dengan inang terjadi berkali-kali (Vet & Groenewold 1990; Godfray 1994; Maluf & Kaiser 1998).

Pengaruh Umur Telur Inang Terhadap Parasitisasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur telur inang berpengaruh sangat nyata (F = 5.99; db = 3, 36; P = 0.002) terhadap pemilihan inang oleh parasitoid. Imago parasitoid A. dasyni lebih memilih telur kepik lada yang berumur 1, 2 dan 3 hari dibandingkan yang berumur 4 hari (Tabel 4.2). Tingkat parasitisasi pada telur inang yang berumur 1-3 hari sekitar 70%, sedangkan pada yang berumur 4 hari sekitar 40%.

Pilihan A. dasyni asal inang alternatif terhadap umur inang alami adalah sama dengan pilihan A. dasyni asal inang alami seperti yang dilaporkan oleh Trisawa et al. (2007). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku dan kemampuan A. dasyni yang dibiakkan pada inang alternatif tidak berkurang atau berubah ketika dihadapkan pada pilihan parasitisasi berdasarkan umur inang alami.

Tabel 4.2 Tingkat parasitisasi (x ± SD%) A. dasyni pada umur inang alami Umur inang alami (hari) Tingkat parasitisasi (%)*)

1 2 3 4 73.00 ± 8.23 a 76.00 ± 9.66 a 72.00 ± 10.33 a 41.00 ± 7.38 b *)

Pemilihan inang oleh A. dasyni menjadi aspek penting dalam evaluasi hubungan parasitoid dengan inang, karena hal ini menyangkut keberlanjutan generasi parasitoid berikutnya. Dari sisi pengendalian hama, preferensi pilihan yang menunjukkan adanya pilihan terhadap D. piperis memberikan keuntungan karena parasitoid A. dasyni asal inang alternatif mampu memilihnya. Pada

Angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata (uji jarak berganda Duncan, α = 0.05) setelah ditransformasi ke arc sin √x

Pilihan A. dasyni terhadap umur inang sangat ditentukan oleh faktor fisik dan kimiawi (nutrisi) inang. Faktor fisik berhubungan dengan kekerasan kulit telur (korion) yang dapat ditembus oleh ovipositor parasitoid saat meletakkan telur. Semakin tua umur inang, permukaan kulit luar inang biasanya semakin keras. Telur D. piperis yang baru diletakkan berwarna coklat muda dan warna tersebut menjadi lebih tua pada perkembangan berikutnya, diikuti dengan pengerasan kulit telur. Kekerasan kulit telur inang menurut Gross (1993) dapat mempengaruhi parasitisasi telur inang oleh parasitoid.

Faktor nutrisi inang menjadi pertimbangan pilihan parasitoid meletakkan telur, karena berhubungan dengan perkembangan pradewasa parasitoid. Trisawa et al. (2007) menyatakan bahwa cairan telur D. piperis umur 1 sampai 3 hari masih encer, hanya sedikit terjadi perubahan warna cairan dari kekuningan menjadi kuning tua pada umur lanjut. Pada telur umur 4 hari, cairan telur menjadi agak kental sampai kental, bahkan sudah membentuk bakal nimfa D. piperis. Kondisi ini menyebabkan perbedaan dalam peletakkan telur oleh A. dasyni. Perkembangan pradewasa parasitoid yang didukung oleh kandungan nutrisi inang yang baik akan menghasilkan imago parasitoid yang kebugarannya juga baik (Vinson 1984; Mackauer & Sequeira 1993; Godfray 1994).

parasitisasi A. dasyni terhadap umur inang alami menunjukkan bahwa parasitoid tersebut berkembang dengan baik, hal ini juga mengindikasikan kesesuaian umur inang. Implikasinya jika dilakukan pelepasan parasitoid asal inang alternatif, maka parasitoid tersebut mampu memarasit inang alami. Menurut van Alphen dan Jervis (1997) perilaku imago parasitoid dalam memilih inang merupakan ciri keefektifan parasitoid dalam menekan kepadatan inang.

Pengaruh Lama Penyimpanan Inang Terhadap Parasitisasi

Hasil penelitian pengaruh lama penyimpanan telur R. linearis terhadap parasitisasi A. dasyni menunjukkan bahwa telur yang disimpan selama 1 sampai 16 minggu di dalam freezer masih diparasit oleh A. dasyni (Tabel 4.3). Tingkat parasitisasi A. dasyni di antara perlakuan waktu penyimpanan inang menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (F = 32.11; db 8, 81; P < 0.0001).

Tabel 4.3 Tingkat parasitisasi (x ± SD) A. dasyni pada berbagai lama penyimpanan inang

Lama penyimpanan inang (minggu) Tingkat parasitisasi (%)*)

1 89.00 ± 9.94 a 2 84.00 ± 9.66 ab 3 72.00 ± 22.01 b 4 42.00 ± 16.87 c 6 53.00 ± 27.51 c 8 48.00 ± 13.98 c 12 53.00 ± 12.52 c 16 21.00 ± 15.24 d 20 0 *)

Berdasarkan Tabel 4.3 maka telur R. linearis yang disimpan sampai 3 minggu dapat digunakan sebagai inang alternatif untuk pembiakan A. dasyni, karena tingkat parasitisasinya sekitar 70%. Penyimpanan inang lebih dari waktu tersebut kurang baik karena tingkat parasitisasi menurun. Tingkat parasitisasi

Angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata (uji jarak berganda

hanya mencapai 21% pada lama penyimpanan 16 minggu, bahkan tidak terjadi parasitisasi pada lama penyimpanan inang 20 minggu.

Nisbah kelamin (% betina) parasitoid yang muncul dari masing-masing lama penyimpanan inang disajikan pada Gambar 4.1. Secara umum tampak bahwa parasitoid yang muncul lebih banyak berkelamin betina. Namun nisbah kelamin yang berbeda nyata dengan nisbah teoritis 50% hanya terjadi pada lama penyimpanan inang 1 minggu (χ2 = 7.26; P = 0.007), 3 minggu (χ2 = 4.98; P = 0.026), dan 6 minggu (χ2 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 6 8 12 16

Lama peny impanan inang (minggu)

N is ba h ke la min (% be ti na ) = 5.01; P = 0.025).

Gambar 4.1 Nisbah kelamin (% betina) A. dasyni pada telur R. linearis berdasarkan lama penyimpanan inang. Batang dengan tanda bintang berbeda nyata terhadap nisbah kelamin teoritis 50% berdasarkan uji khi kuadrat pada α = 0.05

Hasil yang diperoleh memberikan keuntungan dalam upaya pembiakan parasitoid A. dasyni pada telur R. linearis. Penyimpanan inang alternatif tersebut menjadi stok atau bahan pembiakan parasitoid jika sewaktu-waktu diperlukan. Hal ini akan lebih mempersingkat proses pembiakan parasitoid, dibandingkan jika pembiakan tersebut dimulai dari proses penangkapan, pemeliharaan, dan pembiakan serangga R. linearis sampai diperoleh telur-telurnya.

χ2 = 1.06 P = 0.302 χ2 = 4.98 P = 0.026 * χ2 = 3,51 P = 0,061 χ2 = 5,01 P = 0,025 * χ2 = 2.08 P = 0.149 χ2 = 1.60 P = 0.206 χ2 = 0.12 P = 0.734 χ2 = 7.26 P = 0.007 *

Kesimpulan

Imago betina parasitoid A. dasyni yang dibiakkan pada telur kepik kedelai R. linearis masih tetap mampu memarasit inang alaminya yaitu telur kepik lada D. piperis. Perilaku pemilihan inang yang tidak berubah ini menunjukkan keefektifan dari parasitoid tersebut. Parasitoid betina A. dasyni lebih banyak