• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TUTURAN UNIK YANG TERDAPAT DALAM BUKU

3.2 Penyimpangan Maksim Kualitas

Dalam berbicara secara kooperatif, masing-masing peserta percakapan harus berusaha sedemikian rupa agar mengatakan sesuatu yang sebenarnya (Wijana, 2004:81). Peserta tindak tutur harus memberikan kontribusi berdasarkan bukti-bukti yang ada.

(39) Sesampenya di imigrasi, ada petugas imigrasi yang berkumis nanya ke gw:

Petugas imigrasi yang berkumis (PIYB) : Kamu lahirnya di pesawat yah dek?

Gw : Hah? Engga kok, Pak. Saya lahir di kandang kelinci. Emangnya kenapa Pak?

PIYB : Abis nama kamu di passport itu Dika Angkasaputra Moerwani. Ada angkasa”nya gitu.

(Dika, hal: 170)

Berdasarkan konteks di atas, tokoh Gw yang sedang di bandara ditanya oleh Petugas Imigrasi Yang Berkumis (PIYB). Petugas tersebut menanyakan tentang foto dalam pasport yang dianggap tidak sesuai dengan aslinya. Kemudian, petugas tersebut bertanya kepada tokoh Gw mengenai namanya yang dalam pasport tertulis Dika Angkasaputra Moerwani. Pemakaian nama Angkasa membuat tokoh (PIYB) mengira bahwa tokoh Gw lahir di pesawat. Petugas imigrasi yang hanya bertanya mengenai tokoh Gw lahir di pesawat atau tidak, dijawab dengan tuturan unik saya lahir di kandang kelinci (39).

Tuturan unik saya lahir di kandang kelinci menyimpang dari prinsip kerja sama. Dalam contoh (39) tokoh Gw memberikan kontribusi yang melanggar maksim kualitas. Tokoh Gw mengatakan bahwa dirinya lahir di kandang kelinci. Seseorang tidaklah mungkin lahir di kandang kelinci karena ukuran kandang kelinci yang terlalu kecil, kecuali kandang kelompok yang ukurannya cukup besar. Pernyataan tokoh Gw tidak logis, karena ia tidaklah lahir di kandang kelinci. Berdasarkan data yang ada, tokoh Gw berasal dari keluarga yang cukup mampu sehingga tidak logis jika melahirkan di kandang kelinci.

(40) Ngomong” soal laper. Kayanya rahasia terbesar gw yang pernah

ada mulai terungkap di Adelaide. Yap. Saya kalo makan gak kira-kira.

Kayaknya semakin ganteng orangnya semakin banyak makannya. Ganteng pangkal rakus.

Berdasarkan konteks di atas, tokoh Gw yang tinggal di Adelaide mulai menceritakan kebiasaannya, yaitu kalau makan tidak kira-kira. Nafsu makannya yang besar kemudian dihubungkan dengan keadaan wajahnya yang menurutnya tampan. Rasa percaya diri yang berlebihan ini diungkapkanya lewat tuturan unik ganteng pangkal rakus.

Tuturan unik ganteng pangkal rakus menyimpang dari prinsip kerja sama. Dalam contoh (40) tokoh Gw mengatakan sesuatu tanpa ada bukti yang memadai sehingga melanggar maksim kualitas. Seseorang yang ”rakus” tidak berhubungan dengan keadaan parasnya. Paras seseorang yang ganteng bukanlah bukti sifat ”rakus” seseorang. Berdasarkan bukti yang ada, seseorang yang ”rakus” dikarenakan faktor lain, seperti hobi makan atau dalam keadaan sangat lapar.

(41) Ngomong” soal laper. Kayanya rahasia terbesar gw yang pernah

ada mulai terungkap di Adelaide. Yap. Saya kalo makan gak kira-kira.

Kayaknya semakin ganteng orangnya semakin banyak makannya. Ganteng pangkal rakus. Rakus banget malah, apa lagi kalo makan yang namanya makanan gratis. Cemilan gratis. Minum gratis. Perempuan gratis. Pokoknya semua yang berbau gratis. Enak banget dah.

Seperti kata pepatah: makan gak makan asal kumpul kebo (Dika, hal: 69)

Dari konteks di atas, tokoh Gw yang tinggal di Adelaide memiliki nafsu yang makan yang berlebihan. Selain itu, ia sangat senang dengan yang namanya gratisan, mulai dari makan, minum, dan perempuan. Sifatnya itu membuat tokoh

Gw menggambarkan dirinya seperti dalam tuturan unik makan gak makan asal kumpul kebo.

Tuturan unik makan gak makan asal kumpul kebo menyimpang dari prinsip kerja sama. Dalam contoh (41) tokoh Gw berbicara tidak logis karena seseorang hidup dari makan, bukan dari kumpul kebo. Frase kumpul kebo merupakan sebutan bagi pasangan yang tinggal bersama tanpa ikatan yang resmi dan biasa dikonotasikan secara negatif. Frase kumpul kebo terjadi akibat adanya penambahan kata kebo dari tuturan makan gak makan asal kumpul.

(42) Gw ngeliat jam dinding di belakang gw, terlihat jelas di situ terpampang gede” JAM SEMBILAN LEWAT EMPAT PULUH LIMA MENIT. Jadi jadi jadi jadi? Jam wekernya gak taunya gw cepetin selama 1 jam lebih awal. Kok bisa??????

Jam dinding pun tertawa. Saat ku hanya diam. Dan membisul. (Dika, hal: 135-136)

Berdasarkan konteks di atas, tokoh Gw mengalami keterlambatan dalam sebuah mata kuliah yang diajar oleh dosen yang cukup galak. Keterlambatan yang dikira hanya 5 menit ternyata salah, karena ia terlambat sekitar 1 jam. Keheranan tokoh Gw digambarkan dengan tuturan unik dan membisul.

Tuturan unik dan membisul dalam contoh (42) menyimpang dari prinsip kerja sama. Dalam contoh (42) tokoh Gw memberikan pernyataan yang tidak sebenarnya. Berdasarkan bukti yang ada, tokoh Gw tidak benar-benar memiliki bisul pada badannya. Tuturan unik dan membisul dibentuk akibat penambahan bunyi dari kata membisu menjadi membisul. Tuturan tersebut merupakan lirik

lagu Jamrud yang berbunyi jam dinding pun tertawa saat ku hanya diam dan membisu.

(43) Eniwei, karena kesukaan gw pada segala sesuatu yang praktis inilah gw paling engga suka ama yang namanya masak, selain karena gak bisa masak (bilang aja emang gak bisa masak dith). Mungkin gw emang ga bakat masak kali yah? Terakhir gw masak adalah pas gw masak stir lamb. Iya, namanya sih emang keren. Gw masaknya pake osyter sauce, pas udah jadi baunya sih enak, keliatannya juga enak, pas dicobain eh rasanya aneh.

Tau gitu mah gw gak usah masak sekalian, yah nasi sudah menjadi dubur.

(Dika, hal: 158)

Berdasarkan konteks di atas, tokoh Gw yang tidak bisa memasak mencoba memasak makanan yang bernama stir lamb. Bahan yang benar, aroma yang sedap, dan tampilan yang menarik meyakinkan tokoh Gw untuk mencicipinya. Setelah dimakan, ternyata rasanya tidak seperti yang dibayangkan. Penyesalannya karena gagal dalam memasak digambarkan lewat tuturan unik nasi sudah menjadi dubur.

Tuturan unik nasi sudah menjadi dubur menyimpang dari prinsip kerja sama. Dalam contoh (43) tokoh Gw mengatakan sesuatu yang tidak sebenarnya. Nasi tidaklah mungkin berubah menjadi dubur. Dubur adalah sinonim dari lubang anus atau pantat. Tuturan unik dalam contoh (43) dibentuk karena adanya penggantian kata bubur menjadi dubur yang berasal dari idiom nasi sudah menjadi bubur.

(44) Jadilah gw sekarang kalo ngedip bener” ngedip penuh sambil ngerutin muka segala. Berasa kelilipan, berasa ada kompor dimata gw. Lagu Jamrud pun mengalun dari kejauhan..

Ada yang lain disenyummu yang membuat lidahku gugup tak bergerak,

Ada kompor...di bola matamu Dan memaksa diri tuk bilang Aku sayang padamu... (Dika, hal: 235)

Berdasarkan konteks di atas, tokoh Gw yang baru memeriksa matanya mengalami iritasi pada matanya. Akibatnya, jika mengedipkan mata benar-benar mengedip penuh sampai mengerutkan muka. Hal tersebut terasa seperti sedang kelilipan. Ekspresi tokoh Gw dalam menggambarkan keadaan matanya itu menghasilkan tuturan unik ada kompor di bola matamu.

Tuturan unik ada kompor di bola matamu menyimpang dari prinsip kerja sama lewat maksim kualitas. Dalam contoh (44) tokoh Gw mengeluarkan pernyataan yang tidak logis. Di mata seseorang tidak mungkin ada sebuah kompor. Berdasarkan bukti yang ada, dalam mata tokoh Gw tidak ada benda yang bernama kompor. Oleh karena itu, tokoh Gw tidak mengatakan sesuatu dengan benar. Tuturan unik dalam contoh (44) dihasilkan lewat penggantian kata pelangi menjadi kompor. Tuturan unik tersebut merupakan sepenggal lirik lagu Jamrud yang berbunyi ada pelangi di bola matamu.

(45) Hal pertama yang gw notice dari adelaide (ato oz mungkin?) adalah harganya gak kira” mahalnya. Buset, bayangin nih internet cafe aja $5 satu jam! Kira” 25.000 perak trus taksi kira” dari rumah gw di Indonesia (blok s) ke Blok M $5.70 ato 28.500 perak. Gile, gw mending ngawinin mesin atm aja ah biar beranak duit....hueheheh....gak jadi ah...mesin atm di sini gak pernah gosok gigi.

Dari konteks di atas, tokoh Gw merasa kaget dengan biaya hidup yang ada di Adelaide, Australia. Internet yang satu jamnya sekitar lima ribu rupiah di Indonesia, menjadi dua puluh lima ribu rupiah di Adelaide. Rasa kaget atas biaya hidup yang cukup mahal itu membuat tokoh Gw mengekspresikannya dengan tuturan unik gw mending ngawinin mesin atm aja ah biar beranak duit.

Tuturan unik gw mending ngawinin mesin atm aja ah biar beranak duit menyimpang dari prinsip kerja sama, lewat maksim kualitas. Dalam contoh (45) tokoh Gw memberikan pernyataan tidak logis. Mesin ATM yang merupakan benda mati tidak mungkin dapat dikawini. Mesin ATM memang dapat mengeluarkan duit, tetapi bukan dari proses perkawinan. Mesin ATM akan mengeluarkan duit jika seseorang memasukkan kartu ATM beserta nomor PINnya.

(46) Hal pertama yang gw notice dari adelaide (ato oz mungkin?) adalah harganya gak kira” mahalnya. Buset, bayangin nih internet cafe aja $5 satu jam! Kira” 25.000 perak trus taksi kira” dari rumah gw di Indonesia (blok s) ke Blok M $5.70 ato 28.500 perak. Gile, gw mending ngawinin mesin atm aja ah biar beranak duit....hueheheh....gak jadi ah...mesin atm di sini gak pernah gosok gigi.

(Dika, hal: 26-27)

Dari konteks di atas, tokoh Gw merasa kaget dengan biaya hidup yang mahal di Adelaide. Rasa kagetnya itu membuat tokoh Gw ingin mengawini mesin atm. Setelah dipikir, ternyata mesin atm tidak pernah gosok gigi, sehingga tokoh

Gw membatalkannya dengan tuturan unik mesin atm di sini gak pernah gosok gigi.

Tuturan unik mesin atm di sini gak pernah gosok gigi menyimpang dari prinsip kerja sama lewat maksim kualitas. Dalam contoh (46) tokoh Gw memberikan pernyataan yang tidak logis. Mesin ATM merupakan benda mati sehingga tidak bisa melakukan gosok gigi. Manusia dan binatang adalah makhluk hidup yang dapat melakukan gosok gigi.

(47) Bukannya gw benci sekolah, (ya benci sih, tapi nanti kan jadi kangen klo kelamaan gak sekolah, benci benci benci tapi rinduu juwa...) *jari dan jempol udah mulai goyang” tapi lebih karena di hari libur yang panjang ini bisa gw manfaatin untuk tidur pules. Soalnya beberapa hari ini gw semakin berubah menjadi kalong. (Dika, hal: 97-98)

Berdasarkan konteks di atas, tokoh Gw yang mengalami penyakit insomnia tidak dapat mengatur tidurnya dengan baik. Hampir setiap malam tidak bisa tidur, dan baru dapat tidur sekitar jam 4 pagi. Kekesalannya itu diungkapkan dalam tuturan unik gw semakin berubah menjadi kalong.

Tuturan unik gw semakin berubah menjadi kalong menyimpang dari prinsip kerja sama lewat maksim kualitas. Dalam contoh (47) tokoh Gw mengatakan sesuatu secara tidak benar. Berdasarkan bukti yang memadai, tokoh Gw tidak berubah menjadi kalong. Secara logis, tidak ada manusia yang dapat berubah menjadi kalong. Manusia yang dapat berubah menjadi kalong hanya ada dalam dongeng atau film.

(48) Kalo masalah buku, gw lagi baca bukunya SoE9ki yang judulnya I Am a Cat. Belom abis, ada 600 halaman. Gile, bisa ada cacing disko di mata gw noh. Tapi keren kok depan”nya.

(Dika, hal: 102)

Dari konteks di atas, tokoh Gw yang sedang membaca bukunya SoE9ki yang berjudul I am a cat merasa terkejut karena terdapat 600 halaman yang harus dibacanya. Rasa kaget yang berlebihan seperti dalam konteks diungkapkan oleh tokoh Gw dengan tuturan unik bisa ada cacing disko di mata gw.

Tuturan unik bisa ada cacing disko di mata gw menyimpang dari prinsip kerja sama lewat maksim kualitas. Dalam contoh (48) tokoh Gw mengatakan sesuatu tanpa ada bukti yang memadai. Selama ini, tidak ada cacing yang berada di dalam mata seseorang. Cacing biasa berada di dalam tanah atau tempat-tempat yang kotor. Selain itu, yang dapat berdisko hanyalah manusia.

(49) Masih bersama kambinganteng disini. Yang udah kliyengan gara”

terserang badai flu yang dasyat sekali bo. CROOT! *tarik ingus* Klo udah kena flu kayak gini, badan gw jadi gelisah –geli geli basah- tak menentu. Makan susah. Tidur susah (kecuali kalo dikelonin pacar, ehhh itu tambah jadi susah ding). Yang paling jelas, susah buat jalan-jalan.

(Dika, hal:77)

Berdasarkan konteks di atas, tokoh Gw sedang mengalami flu yang disertai dengan adanya ingus. Selain itu, kepalanya pun menjadi pusing. Kondisi yang tidak menyenangkan karena sakit flunya tersebut membuat tokoh Gw menggambarkannya lewat tuturan unik badai flu.

Tuturan unik badai flu menyimpang dari prinsip kerja sama lewat maksim kualitas. Dalam contoh (49) tokoh Gw berbicara secara tidak benar dan tidak logis. Menurut KBBI (2005, 84), badai berarti angin kencang yang menyertai cuaca buruk (yang datang dengan tiba-tiba). Flu yang merupakan salah satu jenis penyakit tidak menimbulkan angin kencang sehingga tidak ada badai yang dihasilkan oleh penyakit flu tersebut.

(50) Dengan modal otak yang minim dan ingatan yang nyerempet” kuda lumping, akhirnya kita berhasil juga menemukan parkirnya dimana. Untung aja ada Rizal klo kaga mungkin gw udah jadi hantu PS tuh.

(Dika, hal: 76)

Dari konteks yang ada, tokoh Gw sedang pergi ke sebuah mall bersama temannya (Rizal). Setelah urusan selesai, mereka pun menuju parkiran untuk mengambil mobil. Tokoh Gw yang sering lupa letak parkir mobilnya kembali mengulanginya lagi. Ia lupa dimana memarkir mobilnya, untung ada temannya yang bernama Rizal memberitahukannya. Sifat bodoh tokoh Gw yang sering lupa itu diungkapkannya lewat tuturan unik ingatan yang nyerempet” kuda lumping.

Tuturan unik ingatan yang nyerempet” kuda lumping menyimpang dari prinsip kerja sama lewat maksim kualitas. Dalam contoh (50) tokoh Gw mengatakan sesuatu yang sulit untuk dibuktikan. Sesuatu disebut nyerempet atau menyerempet jika merupakan benda yang berwujud, sedangkan ingatan adalah sesuatu yang tidak berwujud. Jadi, ingatan yang menyerempet kuda lumping sulit

untuk dibuktikan. Sesuatu yang tidak berwujud tidaklah bisa bersentuhan dengan sebuah benda.

Dokumen terkait