• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUTURAN UNIK YANG MENYIMPANG DARI PRINSIP KERJA SAMA DALAM BUKU KAMBING JANTAN KARYA RADITYA DIKA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TUTURAN UNIK YANG MENYIMPANG DARI PRINSIP KERJA SAMA DALAM BUKU KAMBING JANTAN KARYA RADITYA DIKA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Cancerio Pandwitya Puris NIM: 054114015

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Cancerio Pandwitya Puris NIM: 054114015

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

MINTALAH MAKA AKAN DIBERIKAN KEPADAMU

CARILAH MAKA KAMU AKAN MENDAPAT

KETUKLAH MAKA PINTU AKAN DIBUKAKAN BAGIMU

Dengan setulus hati dan untaian kasih yang terindah Ku persembahkan skripsi ini kepada

(6)
(7)
(8)

vii

Program Studi Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Sanata Dharma.

Dalam skripsi ini dibahas tentang tuturan unik yang menyimpang dari prinsip kerja sama dalam buku Kambing Jantan karya Raditya Dika. Ada dua permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Pertama, apa saja bentuk tuturan unik dalam buku Kambing Jantan karya Raditya Dika? Kedua, apa saja penyimpangan prinsip kerja sama tuturan unik dalam buku Kambing Jantan karya Raditya Dika?

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk tuturan unik yang terdapat dalam buku Kambing Jantan karya Raditya Dika dan mendeskripsikan penyimpangan prinsip kerja sama tuturan unik dalam buku Kambing Jantan karya Raditya Dika.

Dalam penelitian ini, data diperoleh dengan metode simak, yaitu menyimak pemakaian tuturan unik yang menyimpang dari prinsip kerja sama tuturan unik yang terdapat dalam buku Kambing Jantan karya Raditya Dika. Selanjutnya, digunakan teknik catat, yaitu dengan mencatat data yang diperoleh dalam kartu data. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode padan dan metode agih. Metode padan ada lima (5) jenis. Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan referensial dan metode padan pragmatis, sedangkan metode agih menggunakan teknik bagi unsur langsung sebagai dasarnya dan beberapa teknik sebagai lanjutannya. Dalam penyajian hasil analisis data digunakan metode informal, yaitu dengan menggunakan kata-kata biasa, dengan kata lain tidak menggunakan rumus.

(9)
(10)

ix

Yogyakarta. Indonesia Literature Study Program. Faculty of Literature. Sanata Dharma University.

This thesis discussed about the deviated unique utterances of cooperative principles. There were two problems that discussed in this research. The problems are: (1) What were the form of unique utterances in Kambing Jantan book written by Raditya Dika? (2) What were the types of the deviation of cooperative principles from the unique utterance in Raditya Dika’s Kambing Jantan?

The purposes of this research were to describe the form of unique utterances and the deviation of cooperative principles from unique utterances in Raditya Dika’s Kambing Jantan.

In this research, the data were collected by using observation method. It was done by observing the using of deviated unique utterances of cooperative principles from unique utterance in Raditya Dika’s Kambing Jantan. Furthermore, this research used free noting method. Nothing method was a method to gain data by noting the data in the data card. The methods that used to analyze data were identification method and agih method. There were five (5) kinds of identification methods. The identification methods that used in this research were referential matching method and pragmatic matching method. Agih method used direct elements divide technique as the foundation and several methods as the continual methods. In the presentation of the data analysis the researcher used informal methods. Informal method was a method that used common words or words formula.

(11)
(12)

xi

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyusun skripsi ini dalam rangka menyelasaikan Program Strata Satu (S1) pada Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam menyusun skripsi ini penulis telah banyak memperoleh bimbingan, pengarahan, saran, serta dorongan yang bermanfaat dan dukungan penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Hery Antono, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan membimbing dengan sabar sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. selaku pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan masukan selama penulisan skripsi ini.

3. Dosen-dosen Sastra Indonesia: Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Drs. P. Ari Subagyo, M.Hum., S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum., Dra. Fransisca Tjandrasih Adji, M.Hum., Drs. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., Drs. F.X. Santosa, M.S. atas bimbingannya selama penulis belajar di Program Studi Sastra Indonesia.

(13)

xii

6. Bapak R. Istanto dan Ibu S. Purwati, orang tua yang telah memberikan kasih sayang dan doa dalam membesarkan penulis hingga dapat menyelesaikan studi dengan baik.

7. Keluarga kakakku, B. Rossi Purwitasari yang juga memberikan dorongan kepada penulis untuk cepat menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepada penulis secara langsung maupun tidak. Terima kasih juga buat Etry Selviana yang telah menemani mengerjakan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, semua masukan, saran, dan kritik untuk perbaikan skripsi ini, penulis terima dengan senang hati.

(14)

xiii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Tinjauan Pustaka ... 7

1.6 Landasan Teori... 8

1.6.1 Tuturan Unik ... 8

(15)

xiv

1.6.1.5 Penyimpangan Idiom ... 11

1.6.1.6 Perubahan Referen... 11

1.6.2 Frasa, Klausa, dan Kalimat ... 11

1.6.2.1 Frasa ... 11

1.6.2.2 Klausa ... 12

1.6.2.3 Kalimat ... 12

1.6.3 Konteks ... 12

1.6.4 Humor ... 13

1.6.5 Prinsip Kerja Sama ... 14

1.6.5.1 Maksim Kuantitas ... 15

1.6.5.2 Maksim Kualitas ... 15

1.6.5.3 Maksim Relevansi ... 15

1.6.5.4 Maksim Pelaksanaan ... 15

1.7 Metode dan Teknik Penelitian ... 15

1.7.1 Tahap Pengumpulan Data ... 15

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data... 15

1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ... 17

1.8 Sistematika Penyajian ... 18

(16)

xv

BAB III PENYIMPANGAN TUTURAN UNIK DALAM PRINSIP KERJA

SAMA ... 52

3.1 Penyimpangan Maksim Kuantitas ... 53

3.2 Penyimpangan Maksim Kualitas ... 54

3.3 Penyimpangan Maksim Relevansi ... 64

3.4 Penyimpangan Maksim Pelaksanaan ... 67

BAB IV PENUTUP ... 97

4.1 Kesimpulan ... 97

4.1 Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(17)

1 1.1 Latar Belakang

Raditya Dika lahir di Jakarta 28 Desember 1984, biasa dipanggil dengan sebutan Raditya atau Kambing ataupun Dika. Penulis yang dapat disebut sebagai ”Hilman Lupus” abad 21 ini telah mencuri perhatian sebagian besar penggemar

buku humor di Indonesia. Buku pertamanya yang berjudul Kambing Jantan merupakan jurnal hariannya yang ditulis dalam blog di internet. Blog ini mendapatkan Best Indonesian Blog Award pada tahun 2003 yang diselenggarakan oleh Flyingchair.net. Buku Kambing Jantan berisi tentang kehidupannya yang ditulis secara unik dan ekspresif. Secara ekspresif, Raditya Dika mengungkapkan kejadian sehari-hari dirinya dengan sikap yang concern terhadap kesan humor. Terlepas dari fungsi informasional netral yang menurut anggapan setiap orang adalah yang paling penting, bahasa ternyata juga memiliki fungsi ekspresif; yaitu dapat dipakai untuk mengungkapkan perasaan dan sikap penuturnya, kata-kata sumpah-serapah dan kata seru adalah contoh yang paling jelas dalam hal ini (Leech, 1974:63).

Seperti yang ditulis dalam kata pengantarnya, Raditya Dika

mengungkapkan, “buku ini berisi full humor, kejadian nyata sehari-hari yang gw

alamin trus gw tulis dengan sentuhan humor” (Dika, 2005:xi). Pengertian humor

(18)

masing-masing orang pun berbeda sehingga sulit untuk menentukan mana yang humor dan mana yang bukan. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menentukan suatu humor, maka peneliti memakai istilah tuturan unik dalam menyebut tuturan yang tidak lazim atau berbeda dari yang lain atau pun yang mengandung kesan humor.

Tuturan unik ini merupakan kreativitas Raditya Dika sebagai makhluk hidup yang memakai bahasa dalam berkomunikasi dan mengungkapkan perasaan, gagasan, dan juga pemikirannya. Kreativitas Raditya Dika di dicerminkan lewat tokoh-tokohnya, antara lain tokoh Anaz, Bokap, Petugas Imigrasi Yang Berkumis (PIYB), dan sebagainya.

(1) Gw yang cukup waras menyaksikan adegan tidur yang mirip dengan orang” imbisil di sekolah SLB terkemuka di Jakarta itu cuman bisa ngelus dada sambil bilang, amit-amit jabang kambing.

(Dika, hal: 100)

Dalam contoh (1), terdapat tuturan unik berupa frasa amit-amit jabang kambing. Frasa amit-amit jabang kambing merupakan penyimpangan idiom dari

amit-amit jabang bayi. Tuturan unik tersebut digunakan seseorang untuk

(19)

Tuturan unik tersebut menyimpang dari prinsip kerja sama berupa penyimpangan maksim kualitas. Dalam prinsip kerja sama, penutur harus berbicara seinformatif mungkin, mengatakan sesuatu dengan bukti-bukti yang memadai, mempertimbangkan secara seksama konteks pembicaraan, senantiasa berusaha agar tuturan yang dihasilkan ringkas, dan tidak taksa sehingga menyesatkan lawan bicaranya (Wijana, 2004:78). Secara garis besar, Grice menyebutkan ada beberapa maksim yang harus ditaati oleh peserta tindak tutur. Maksim-maksim itu adalah maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan (Wijana, 2003: 55).

Frasa amit-amit jabang kambing menyimpang dari maksim kualitas. Di dalam berbicara secara kooperatif, masing-masing peserta percakapan harus berusaha sedemikian rupa agar mengatakan sesuatu yang sebenarnya (Wijana, 2003:81). Berdasarkan konteksnya, tokoh Gw yang melihat adik kembarnya Ingga dan Anggi merasa terkejut dengan kelakuan mereka saat tidur, salah satunya saat di pipisin oleh Ingga. Selain itu, Ingga dan Anggi sering mengigau secara bersahut-sahutan dengan mulut terbuka seperti ikan mas koki. Hal tersebut membuat tokoh Gw heran dan mengungkapkannya lewat tuturan unik amit-amit jabang kambing. Penyimpangan maksim kualitas terjadi karena tokoh Gw

mengatakan tuturan unik amit jabang kambing yang seharusnya adalah amit-amit jabang bayi. Adanya penyimpangan maksim kualitas dalam buku Kambing Jantan bertujuan untuk menghasilkan humor.

(20)

bersedih lazimnya mengutarakannya dengan tuturan seperti ”Saya sedang bersedih” ataupun ”Saya sedang berbelasungkawa”. Hal itu sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang dijadikan sarana bagi seseorang untuk mengutarakan perasaan, pikiran, dan gagasannya menjadi sangat penting kedudukannya dalam masyarakat. Pemakai bahasa harus menggunakan bahasa sebaik mungkin, antara penutur dan lawan tuturnya agar dapat menghasilkan komunikasi yang baik. Hal tersebut terkadang membuat bahasa menjadi kaku dan terlihat monoton.

Berbeda dengan bahasa yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari, Raditya Dika memakai bahasa dalam berkomunikasi dengan masyarakat pembaca lewat bahasa yang lebih santai dan terlihat lebih segar. Penciptaan istilah baru, menggeser dan mengubah makna kata, ataupun menyimpangkan makna kata dan idiom dalam berinteraksi dengan pembacanya. Buku Kambing Jantan karya Raditya Dika menjadi penyegaran bagi masyarakat dalam memanfaatkan bahasa. Penyegaran ini membuat bahasa menjadi tidak kaku dan dapat lebih mewakili perasaan, gagasan, dan pikiran penulisnya. Tuturan yang tidak lazim dan terdengar berbeda dari bentuk yang telah ada menjadikan tuturan tersebut sebagai tuturan unik. Tuturan unik tersebut dapat diterima selama masih berkaitan dengan konteksnya.

(21)

dilakukan oleh anak remaja. Seorang nenek yang nyimeng merupakan hal yang mengagetkan dan juga mengherankan. Adanya seorang nenek yang sudah tua melakukan nyimeng membuat kaget dan heran orang yang mendengarnya. Tuturan unik lainnya terdapat dalam frasa dengan semangat 45 x 2 = 90, kartu binal, dan klausa mati dengan sukses, minum dengan penuh kenistaan, serta

kalimat rasty pun dengan resmi mati. Alasan itulah yang membuat peneliti memilih topik ini, selain adanya pemikiran positif mengenai pemakaian bahasa dalam mengekspresikan perasaan, pikiran, dan gagasan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, fokus permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.2.1 Apa saja bentuk tuturan unik dalam buku Kambing Jantan karya Raditya Dika?

1.2.2 Apa saja penyimpangan prinsip kerja sama tuturan unik dalam buku Kambing Jantan karya Raditya Dika?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

(22)

1.3.2 Mendeskripsikan penyimpangan prinsip kerja sama tuturan unik dalam buku Kambing Jantan karya Raditya Dika.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini adalah deskripsi tentang bentuk tuturan unik dan penyimpangan prinsip kerja sama. Tuturan-tuturan unik yang ditemukan berupa frasa, klausa, dan kalimat. Penemuan tuturan unik ini diharapkan dapat memberi manfaat teoretis bagi perkembangan ilmu bahasa dalam kaitannya dengan semantik, sintaksis dan pragmatik. Kaitan dengan semantik terdiri dari pergeseran makna, perubahan makna, pertentangan makna, perubahan referen, kelogisan dalam berbahasa, dan pemakaian idiom. Bagi sintaksis, hasil penelitian ini bermanfaat dalam cara pembentukan frasa, klausa, dan kalimat. Adapun bagi pragmatik, hasil penelitian ini berguna dalam menganalisis suatu tuturan yang menyimpang dalam prinsip kerja sama. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan pemahaman kepada pemakai bahasa dalam berkomunikasi. Dalam berkomunikasi terdapat variasi-variasi yang menyebabkan proses komunikasi menjadi unik, akrab, humor, dan lucu.

1.5 Tinjauan Pustaka

Purnama (2008) dalam skripsinya ”Makian dalam Bahasa Melayu

Palembang: Studi tentang Bentuk, Referen, dan Konteks Sosiokulturalnya”

(23)

Penelitian Indarni (2005) dalam skripsinya yang berjudul ”Penciptaan Humor dalam Novel Lupus Karya Hilman; Tinjauan Pragmatis”, mengatakan bahwa humor tidak hanya tercipta dari penyimpangan-penyimpangan maksim dan parameter pragmatik. Penciptaan humor juga tercipta karena adanya pembelokan-pembelokan teori kelepasan dan ketidaksesuaian, serta ketidaksengajaan (tanpa disadari), secara tidak langsung humor tercipta secara spontan.

Lestari (1998) dalam skripsinya ”Analisis Wacana Humor Tulis Rubrik

‟Tulalit‟ Majalah Remaja Hai” menganalisis penyimpangan prinsip percakapan,

unsur-unsur yang dimanfaatkan untuk menciptakan humor dan jenis humor berdasarkan pada hal-hal yang dibicarakan dan cara penyampaiannya dengan tinjauan pragmatik dan semantik. Penelitian Lestari menghasilkan kesimpulan penciptaan humor dihasilkan oleh pelanggaran percakapan baik prinsip kerja sama maupun prinsip kesopanan. Terdapat tiga unsur yang dimanfaatkan sebagai sumber kelucuan, yaitu (a) penyimpangan logika, konvensional, (b) permainan asosiasi, (c) penyimpangan prinsip-prinsip percakapan.

Sukarsa (2006) dalam skripsinya ”Umpatan Dalam Bahasa Sunda”

menyimpulkan bahwa kekasaran umpatan bahasa sunda dapat dibedakan berdasarkan arti umpatan tersebut dan nilai rasa yang timbul akibat penggunaannya. Nilai rasa tersebut meliputi rasa marah, jengkel, tersinggung, terkejut, jera, malu, khawatir, menyesal, dan kecewa.

Disertasi Wijana (1995) yang berjudul ”Wacana Kartun dalam Bahasa

Indonesia” yang diterbitkan menjadi buku berjudul ”KARTUN: Studi tentang

(24)

Penelitian Wijana tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa penciptaan humor terjadi karena adanya penyimpangan aspek semantis bahasa dan penyimpangan kaidah pragmatik, seperti prinsip-prinsip kerja sama dan parameter pragmatik.

Kelima penelitian di atas meyakinkan peneliti bahwa belum ada yang menggunakan istilah tuturan unik. Ada beberapa peneliti yang telah meneliti penyimpangan prinsip kerja sama. Beberapa penelitian yang membahas tentang penyimpangan prinsp kerja sama berorientasi pada humor. Dalam penelitian ini, peneliti ingin menyajikan tuturan-tuturan unik dalam kaitannya dengan penyimpangan prinsip kerja sama. Penyimpangan prinsip kerja sama tidak selalu bertujuan humor, tetapi juga bertujuan untuk membuat keakraban antara penutur dan lawan tutur.

1.6 Landasan Teori

1.6.1 Tuturan unik

Menurut KBBI (2005:1511), tutur berarti ucapan; kata; perkataan yang diujarkan, sedangkan tuturan memiliki arti sesuatu yang dituturkan; ucapan; ujaran (cerita). Masih menurut KBBI (2005:1530), unik berarti tersendiri bentuk atau jenisnya; lain daripada yang lain; tidak ada persamaan dengan yang lain; khusus. Berdasarkan pengertian kata tuturan dan unik, maka yang disebut tuturan unik adalah suatu ucapan atau perkataan yang diujarkan oleh seseorang dengan bentuk atau jenis lain daripada yang lain, tidak ada persamaan dengan yang lain.

(25)

Pergeseran makna adalah gejala perluasan, penyempitan, pengonotasian (konotasi), penyinestesiaan (sinestesia), dan pengasosiasian sebuah makna kata yang masih hidup dalam satu medan makna. Dalam pergeseran makna rujukan awal tidak berubah atau diganti, tetapi rujukan awal mengalami perluasan rujukan atau penyempitan rujukan (Parera, 2004:107).

Dalam pembicaraan tentang semantik yang dibicarakan adalah hubungan antara kata dengan konsep atau makna dari kata tersebut, serta benda atau hal yang dirujuk oleh makna yang berada di luar dunia bahasa (Chaer, 1990:31 via Purnama, 2008:11). Untuk memberi kejelasan tentang hubungan tersebut, digambarkan pula dalam bagan berikut.

(b) Konsep/makna (referens)

(a) Kata/leksem --- (c) sesuatu yang dirujuk

1.6.1.2 Perubahan Makna

Perubahan makna adalah gejala pergantian rujukan dari simbol bunyi yang sama. Ini berarti dalam konsep perubahan makna terjadi pergantian rujukan yang berbeda dengan rujukan semula. Misalnya, kata canggih bahasa Indonesia pernah bermakna ”suka mengganggu (ribut, bawel, dsb)” (KUBI 1976,183), sedangkan

(26)

1.6.1.3 Ketidaklogisan tuturan

Dalam Parera (2004:188), digunakan istilah kelogisan berbahasa. Menurutnya, ”Adjektif logis dan nonlogis mempunyai dua pengertian. Penggunaan kata logis dan logika dalam tutur setiap hari dapat digantikan oleh kata perilaku yang masuk akal atau dan dapat masuk akal atau sesuai dengan

kebiasaan dan kebudayaan setempat atau umum”. Berdasarkan penjelasan di atas,

peneliti mengartikan ketidaklogisan tuturan sebagai tuturan yang tidak masuk akal atau dan tidak dapat masuk akal atau tidak sesuai dengan kebiasaan dan kebudayaan setempat atau umum.

1.6.1.4 Pertentangan makna

Pertentangan makna antara dua kata dapat dikelompokkan dalam beberapa tipe berdasarkan karakter dan komponen makna yang dikandung oleh kata-kata tersebut. Ada pertentangan makna yang mutlak, pertentangan makna yang banyak gradasi, ada pertentangan makna kutub, ada pertentangan makna berbalikan, ada pertentangan makna hierarkis, dan ada pertentangan makna yang terbalik (Parera, 2004:191).

1.6.1.5 Penyimpangan idiom

Idiom adalah satuan bahasa (entah berupa kata, frasa, maupun kalimat)

yang maknanya tidak dapat ”ditarik” dari kaidah umum gramatikal yang berlaku

(27)

unsur-unsur yang membentuknya (Chaer, 1981:7). Penyimpangan menurut KBBI (2005:

1309), penyimpangan berarti proses, cara, perbuatan menyimpang atau

menyimpangkan; tindakan di luar kaidah yang berlaku.

1.6.1.6 Perubahan referen

Dalam hal ini, peneliti mengambil konsep kata perubahan dari teori Parera (2004:107) mengenai pergeseran dan perubahan makna. Hanya saja yang dibahas di sini adalah referen, bukan makna. Referen menurut KBBI (2005:1153) berarti benda atau orang tertentu yang diacu oleh kata atau untaian kata dalam kalimat atau konteks tertentu. Perubahan referen merupakan gejala pergantian referen dari kata atau untaian kata dalam kalimat atau konteks tertentu.

1.6.2 Frasa, klausa, dan kalimat

1.6.2.1 Frasa

Frasa ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Frasa merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi, maksudnya frasa itu selalu terdapat dalam satu fungsi, ialah dalam S, P, O, PEL, atau KET (Ramlan, 1982:121).

1.6.2.2 Klausa

(28)

(KET). Tanda kurung menandakan bahwa apa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada (Ramlan, 1982:62).

1.6.2.3 Kalimat

Kalimat ialah satuan gramatis yang dibatasi oleh intonasi akhir selesai. Dalam bahasa tulis kalimat dibatasi oleh tanda (.), (?), (!), dan tanda (;) (Ramlan, 2008:17).

1.6.3 Konteks

Konteks telah diberi beberapa arti: antara lain diartikan sebagai aspek-aspek yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan. Saya mengartikan konteks sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh n (penutur) dan t (petutur) dan yang membantu t (petutur) menafsirkan makna tuturan (Leech, 1993:20).

1.6.4 Humor

(29)

kondisi masyarakatnya atau sekadar bersenda gurau yang pada akhirnya diharapkan dapat melepaskan khalayak pembaca dari keseriusan dan berbagi beban kehidupan.

Humor adalah teka-teki yang terpahami ketidaksejajarannya. Dalam kaitannya dengan pemahaman humor ini, para penikmat harus menemukan semacam kaidah kognitif (cognitive rule) ketidaksejajaran itu. Penemuan kaidah ditandai dengan penolakan salah satu rangsangan atau kemungkinan interpretasi yang disodorkan (Wijana, 2004:28).

1.6.5 Prinsip Kerja Sama

Agar tuturan-tuturan yang diutarakan dapat diterima secara efektif oleh lawan bicaranya, penutur lazimnya mempertimbangkan secara seksama berbagai faktor pragmatik yang terlibat atau mungkin terlibat dalam proses komunikasi itu. Misalnya saja penutur dan lawan tutur akan menggunakan variasi yang berbeda sesuai dengan situasi tutur yang bersangkutan (Wijana, 2004:54).

(30)

1.6.5.1 Maksim Kuantitas

Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh laan bicaranya.

1.6.5.2 Maksim Kualitas

Maksim percakapan ini mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal yang sebenarnya. Kontribusi peserta percakapan hendaknya didasarkan pada bukti-bukti yang memadai.

1.6.5.3 Maksim Relevansi

Maksim ini mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Kontribusi yang diberikan harus berkaitan atau sesuai dengan topik-topik yang sedang diperbicarakan.

1.6.5.4 Maksim Pelaksanaan

(31)

1.7 Metode dan teknik penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (1) tahap pengumpulan data, (2) metode dan teknik analisis data, dan (3) metode dan penyajian hasil analisis data.

1.7.1 Tahap Pengumpulan Data

Cara yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu dengan penyimakan. Penyimakan atau metode simak adalah metode yang digunakan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133).

Untuk melaksanakan metode simak digunakan teknik tertentu, yaitu teknik catat. Teknik catat adalah teknik mencatat data yang telah diperoleh dalam kartu data (Sudaryanto, 1984:40). Kegiatan pencatatan data dilanjutkan dengan klasifikasi. Klasifikasi yang dimaksud adalah penggolongan tuturan unik yang berupa frasa, klausa, dan kalimat. Selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan penyimpangan prinsip kerja sama berupa penyimpangan maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan.

(2) Dengan modal otak yang minim dan ingatan yang nyerempet” kuda lumping, akhirnya kita berhasil juga menemukan parkirnya dimana. Untung aja ada Rizal klo kaga mungkin gw udah jadi hantu PS tuh. (Dika, Hal:76)

(32)

Contoh (2) terdapat tuturan unik yang berupa frasa ingatan yang nyerempet” kuda lumping. Kemudian, tuturan unik tersebut diklasifikasikan

berdasarkan penyimpangan prinsip kerja sama.

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Data yang sudah diklasifikasikan kemudian dianalisis dengan menggunakan metode padan dan metode agih. Metode padan adalah metode analisis data yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto, 1993:13 dalam Kesuma, 2007:47). Untuk menerapkan metode padan, digunakan jenis metode padan referensial dan pragmatis.

(3) Bukannya gw benci sekolah, (ya benci sih, tapi nanti kan jadi kangen kalo kelamaan gak sekolah, benci benci benci tapi rinduu juwa..)*jari dan jempol tangan digoyang* tapi lebih karena di hari libur yang panjang ini bisa gw manfaatin untuk tidur pules. Soalnya beberapa hari ini gw semakin berubah menjadi kalong.

(Dika, hal:98)

(4) Gw : *baru pulang*

Yudhit : Bang. Bang. Beliin lupus dunk bang…

(33)

Contoh (3) dan (4) di atas merupakan penerapan metode padan referensial dan pragmatis. Metode padan referensial adalah metode padan yang alat penentunya berupa referen bahasa (Kridalaksana, 2001:186 dalam Kesuma, 2007:48). Tuturan unik gw semakin berubah menjadi kalong memiliki identitas masing-masing. Identitas Gw ‟pelaku‟, semakin berubah ‟perbuatan‟, menjadi kalong ‟penerima perbuatan‟. Dengan identitas tersebut, tuturan unik tersebut tergolong sebagai kalimat berita.

Metode padan pragmatis adalah metode padan yang alat penentunya lawan atau mitra bicara (Kesuma, 2007:49). Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi, misalnya satuan kebahasaan menurut reaksi atau akibat yang terjadi atau timbul pada lawan atau mitra bicaranya ketika satuan kebahasaan itu dituturkan oleh pembicara. Contoh (4) terdapat tuturan unik Nih, abang beliin SUGUS aja 4 yak! Yang ditentukan sebagai kalimat perintah. Dinyatakan sebagai

kalimat perintah karena bila dituturkan mengakibatkan mitra bicaranya menuruti keinginan penutur yang akan membelikannya permen sugus dan menerimanya sebagai pengganti buku Lupus.

Selanjutnya, tuturan unik tersebut dianalisis menurut penyimpangan prinsip kerja sama. sebagai contoh dapat dilihat dalam contoh (5) berikut.

(5) Jadilah gw sekarang kalo ngedip bener” ngedip penuh sambil ngerutin muka segala. Berasa kelilipan, berasa ada kompor dimata gw. Lagu Jamrud pun mengalun dari kejauhan..

Ada yang lain disenyummu yang membuat lidahku gugup tak bergerak,

(34)

(Dika, hal: 235)

Analisis data dalam contoh (5) dilakukan dengan menggunakan metode agih dan teknik ganti sebagai teknik lanjutannya. Metode agih atau metode distribusional adalah metode analisis data yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1985:5; 1993:15 dikutip dalam Kesuma, 2007:54). Teknik ganti atau teknik distribusi adalah teknik analisis data dengan cara mengganti satuan kebahasaan yang lain di luar konstruksi yang bersangkutan (Verhaar, 1981:108 dikutip dalam Kesuma, 2007:58). Penyimpangan maksim kualitas dalam contoh (5) dilakukan dengan menggunakan teknik ganti, lewat penggantian kata pelangi menjadi kompor. Dalam lirik lagu Jamrud yang asli, berbunyi ada pelangi di bola matamu.

1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil analisis data dalam penelitian ini berupa deskripsi tentang bentuk tuturan unik yang menyimpang dari prinsip kerja sama. Dalam penelitian ini digunakan metode informal. Penyajian hasil analisis data secara informal adalah penyajian penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya (Sudaryanto, 1993:145 dikutip dalam Kesuma, 2007:71).

(35)
(36)

BAB II

TUTURAN UNIK YANG TERDAPAT

DALAM BUKU KAMBING JANTAN KARYA RADITYA DIKA

Pada bab ini tuturan unik dalam buku Kambing Jantan karya Raditya Dika akan dibedakan bentuknya secara sintaksis, yakni tuturan unik berbentuk frasa, tuturan unik berbentuk kalimat, dan tuturan unik berbentuk klausa. Tuturan unik sendiri adalah ucapan atau perkataan yang diujarkan oleh seseorang dengan bentuk atau jenis lain daripada yang lain, tidak ada persamaan dengan yang lain. Tuturan unik lazim digunakan tokoh Gw secara sengaja untuk mengungkapkan perasaannya atas suatu kejadian yang dialaminya sehari-hari. Perihal pembedaan tuturan unik di atas akan diuraikan dalam 2.1, 2.2, dan 2.3 berikut ini:

2.1 Tuturan unik berbentuk Frasa

Tuturan unik yang berbentuk frasa dapat dibedakan menjadi frasa verbal dan frasa nominal. Frasa verbal berupa tuturan unik seperti makan lemper dan memberantas keperawanan. Frasa nominal berupa tuturan unik, antara lain: kartu

binal, badai flu, asisten ibuku, semangat 45 x 2 = 90, kepala gw yang ganteng

(37)

(6) Pas lagi nonton tipi, namanya juga makhluk hidup yang punya napsu tengah kota) keamanannya ketat banget…nahhh…salah satu sistem keamanannya adalah buat masuk pintu paling depan apartemen gw, gw harus ngasih liat kartu akses gw ke mesin keamanan, baru bias masuk dan naik lift…

Dan gw lupa membawa kartu binal itu turun!!!!!! (Dika, hal:31-32)

Pada contoh (6) terdapat tuturan unik berupa frasa kartu binal. Frasa kartu binal merupakan frasa nominal, karena dibentuk dengan memperluas kata benda

‟kartu‟ ke kanan. Menurut KBBI (2005:152), binal berarti bengal; tidak menurut;

selalu hendak lari (tentang kuda dsb). Dalam ungkapan sehari-hari, kalimat yang dapat disusun dengan kata binal misalnya, Akibat kurangnya perhatian orang tua, banyak anak muda menjadi binal ataupun Kuda yang baru dibelinya sangat binal.

Namun dalam contoh (4), kata binal mengalami perubahan makna menjadi sebuah kata umpatan. Umpatan tersebut dilakukan untuk menyebut kartu binal yang secara konteks berarti sebuah kartu untuk masuk ke dalam kamar. Kartu tersebut menjadi binal karena lupa dibawa oleh tokoh Gw.

(7) Masih bersama kambinganteng disini. Yang udah kliyengan gara”

(38)

(Dika, hal:77)

Pada contoh (7) terdapat tuturan unik berupa frasa badai flu. Frasa badai flu merupakan frasa nominal, karena dibentuk dengan memperluas kata benda

‟flu‟ ke kiri. Menurut KBBI (2005:84), badai berarti angin kencang yang

mnenyertai cuaca buruk (yang datang dengan tiba-tiba) berkecepatan sekitar 64-72 knot; topan. Pemakaian kata badai biasa diikuti dengan kata debu, es, tropis, tropis, dan guntur. Dalam ujaran sehari-hari, kata badai dipakai dalam kalimat seperti, Perumahan nelayan itu hancur diserang badai ataupun Hari ini akan

terjadi badai es yang cukup kuat di daerah Australia bagian selatan.

Dikatakan tuturan unik karena terjadi perubahan makna kata badai. Kata

badai yang menunjukkan angin kencang yang menyertai cuaca buruk telah berubah maknanya menjadi hal yang kurang menyenangkan dalam kaitannya dengan penyakit, seperti dalam tuturan unik (5). Gejala perubahan makna seperti ini merupakan gejala penggantian rujukan.

(8) Balik lagi ke film 30 Hari Mencari Cinta, gw inget banget ada satu dialog yang kayanya nancep banget tuh, yang dikatakan oleh si Bryan, yg berperan jadi pacarnya keke:

”Hubungan emosi itu akan lebih kuat lagi kalau disertai dengan hubungan fisik” Sebenernya sih banyak caranya, misalnya cium pipi, french kiss, belai” rambut, sekedar pelukan, gandengan tangan, sampe ML (makan lemper).

(Dika, hal: 85)

(39)

kerja ‟makan‟. Frasa verbal ini berjenis frasa verbal modifikatif (pewatas)

belakang dengan penambahan kata lemper. ML yang merupakan sebutan untuk making love diganti artinya dengan makan lemper. Pensubstitusian seperti ini merupakan gejala perubahan makna. Making love yang bermakna sepasang kekasih sedang melakukan hubungan intim diubah maknanya menjadi makan lemper. Lemper menurut KBBI (2005:811) adalah makanan yang dibuat dari ketan, di dalamnya diisi daging cincang (dibungkus dengan daun pisang) dan biasa berbentuk lonjong.

Perubahan makna seperti ini membuat tuturan ML (makan lemper) menjadi unik, karena antara making love dan makan lemper tidak memiliki korelasi yang jelas. Sepasang kekasih yang sedang melakukan hubungan intim sangatlah sulit dicari hubungan implikasinya dengan seseorang yang sedang makan lemper. Pensubstitusian ini dilakukan karena antara making love dan makan lemper dapat dipendekkan dengan cara akronim yang sama, sehingga

timbullah akronim ML.

(9) Nasib sial gw rupanya ga sampe di situ, setelah gw bangun, gw menyadari bahwa ternyata rumah gw kosong karena seluruh keluarga gw udah pada cabut ke Singapur hari ini buat liburan...gw kaga ikutan karena bsok gw ada INTEN (rajin yah? Orang bego itu harus rajin donk!hehehe...), jadinya gw nyusul kesono besok jam 8 malem sendirian...di rumah gw pun Cuma tersisa 2 asisten ibuku (pembokat).

(Dika, hal:18)

(40)

benda ‟asisten‟ ke kanan. Kata asisten menurut KBBI (2005:93) berarti orang

yang bertugas membantu orang lain dalam melakukan tugas profesional, misalnya dalam pekerjaan profesi dan kedinasan. Dalam penerapannya sehari-hari, kata asisten dipakai dalam frasa asisten dosen, asisten dokter, asisten deputi, asisten

sutradara, dan asisten manager.

Dikatakan unik karena terjadi pergeseran makna dalam kata asisten. Asisten yang bertugas untuk membantu tenaga ahli dalam tugas profesional dan

kedinasan telah bergeser maknanya menjadi seseorang yang bertugas membantu pekerjaan ibu rumah tangga. Pergeseran makna ini dilakukan untuk mempertegas konteks yang ada.

(10) Si kebo + nyokap + gw lagi duduk bareng” di meja makan, tiba” pembokat gw dateng sambil bawa” kantong plastic kresek lumayan gede. kantong plastic kresek tersebut adalah kotak karton lumayan besar bertuliskan ZOOM

Effect Processor tipe GFX-400. Untuk lebih singkatnya: efek gitar!!! Gila….ngeliat bungkusnya gw berteriak” senang dalam hati.

(Dika, hal:44-45)

Pada contoh (10) terdapat tuturan unik berupa frasa semangat 45 x 2 = 90. Frasa semangat 45 x 2 = 90 merupakan frasa nominal, karena dibentuk dengan

(41)

penyimpangan idiom, yaitu semangat 45. Idiom semangat 45 digunakan untuk menggambarkan sebuah semangat yang menggebu-gebu seperti pada tahun 1945 (perjuangan kemerdekaan rakyat Indonesia). Penyimpangan itu dilakukan dengan menambahkan salah satu unsurnya. Pemakaian tuturan semangat 45 biasa digunakan dalam kalimat seperti Pasangan pengantin baru itu menjalani kehidupan barunya dengan semangat 45 ataupun Para pekerja memulai

hari-harinya di pabrik dengan semangat 45 untuk menghidupi keluarganya.

(11) Pito adalah temen SMU gw yang kuliah di Jogja, orangnya ganteng, gagah, tapi saying berkepang dua. Hhehehe. Engga ding, dia itu temen SMU gw, dan selama seminggu ini dia nginep terus di rumah gw.

Rizal juga lagi libur kuliahnya. Dia juga temen SMU gw, kalo berjalan prok prok prok (emangnya dia seorang kapiten?), dan juga sering pergi bareng” gw kemana”. Jadilah maka kami tiga sekawan: Rizal, Gw, ama Pito kembali memberantas keperawanan mengarungi kota Jakarta tercinta bersama”.

(Dika, hal:188)

Pada contoh (11) terdapat tuturan unik berupa frasa memberantas keperawanan. Frasa memberantas keperawanan merupakan frasa verbal, karena

dibentuk dengan kata kerja ‟memberantas‟. Menurut KBBI (2005:139),

memberantas berarti membasmi atau memusnahkan. Dalam ujaran yang wajar, kata memberantas terdapat dalam kalimat seperti, Obat ini disediakan untuk memberantas penyakit malaria atau Pihak aparat berfungsi untuk memberantas

kejahatan di tengah masyarakat.

(42)

seorang gadis dan memiliki referen kesucian seorang gadis yang harus dijaga mengalami perubahan referen menjadi sesuatu hal yang menakutkan layaknya penyakit malaria yang harus diberantas. Dalam tuturan sehari-hari, seseorang biasa menggunakan tuturan seperti, Keperawanan seorang wanita harus dijaga

dengan baik ataupun Seminar itu sedang membicarakan pentingnya sebuah keperawanan bagi seorang wanita dalam memakai kata keperawanan.

(12) Setelah makan” + jalan” + nyari” ABG kaset, gw pun balik. Dan kebiasaan gw yg gak akan pernah bisa gw ilangin dari kepala gw yang ganteng berat ini adalah: gw gak pernah apal tempat parkirnya dimana.

(Dika, hal: 75-76)

Pada contoh (12) terdapat tuturan unik berupa frasa kepala gw yang ganteng berat . Frasa kepala gw yang ganteng berat merupakan frasa nominal, karena dibentuk dengan kata benda ‟kepala‟.

(43)

wajah dan perawakan laki-laki” dan sekarang ”anggota tubuh lainnya (kepala)”. Dalam ujaran sehari-hari, seseorang lazim menggunakan tuturan seperti, Muka gw yang ganteng berat ini atau Tampang gw yang ganteng berat ini.

(13) Dengan modal otak yang minim dan ingatan yang nyerempet” kuda lumping, akhirnya kita berhasil juga menemukan parkirnya dimana. Untung aja ada Rizal klo kaga mungkin gw udah jadi hantu PS tuh.

(Dika, hal: 76)

Pada contoh (13) terdapat tuturan unik berupa frasa ingatan yang nyerempet” kuda lumping. Frasa ingatan yang nyerempet” kuda lumping

merupakan frasa nominal, karena dibentuk dengan memperluas kata benda ‟ingatan‟ ke kanan. Menurut KBBI (2005:433), ingatan berarti apa yang diingat;

apa yang terbayang dalam pikiran; alat (daya batin) untuk mengingat sesuatu yang pernah terjadi, sedangkan nyerempet atau menyerempet berarti mengenai atau menyentuh sedikit pada bidang yang agak memanjang; hampir sekali mengenai.

Dikatakan unik karena frasa ingatan yang nyerempet” kuda lumping tidak logis. Kuda lumping atau kuda kepang yang merupakan kuda-kudaan dari kulit atau anyaman bambu dan telah menjadi sebuah kesenian dianggap sebagai suatu bidang yang dapat dikenai oleh ingatan. Ingatan yang bukan berupa wujud tidak logis jika disebut menyerempet kuda lumping. Dalam tuturan yang wajar, seseorang biasa menggunakan tuturan seperti, Ingatan yang kurang baik ataupun

(44)

(14) Gw yang cukup waras menyaksikan adegan tidur yang mirip kambing. Frasa amit-amit jabang kambing merupakan frasa nominal, karena

dibentuk dengan kata benda ‟kambing‟ ke kiri. Tuturan unik dalam contoh (14)

menyimpangkan idiom amit-amit jabang bayi. Idiom tersebut digunakan seseorang untuk mengekspresikan ketakutan akan terjadinya hal yang tidak diinginkan atau suatu ekspresi kejijikkan ataupun keheranan. Dalam contoh (14), tokoh Gw melihat tentang kelakuan adik-adiknya saat tidur yang cukup mengherankannya. Rasa herannya itu membuat tokoh Gw menuturkan tuturan unik amit-amit jabang kambing. Pensubstitusian kata bayi menjadi kambing dilakukan oleh tokoh Gw karena ia biasa menyebut dirinya dengan nama kambing.

(15) Terakhir kali, korban kebiadaban lemari es gw adalah Anas. Pas dia mo makan.

Anas : DICK, ini aku buka lemari es kamu yah....laper nih.. Gw : ok.. buka aja..

Anas : Wahh..ada sushi nih dick..buat aku yah?

Gw : hah? Ada sushi toh? Ya udah ambil.. gw aja lupa kalo disitu ada sushi.

Anas : *makan sushi dengan biadab* Amm amm.. nyamm nyamm..

Gw : *mulai mikir kok gw lupa beli sushi* Anas : Aduh.. kok rasanya gini dik? Alah alahhh... Gw : oh iya..ITU KAN SUSHI MINGGU LALU NAS! Anas : HOEKKKK...

(45)

Pada contoh (15) terdapat tuturan unik berupa frasa kebiadaban lemari es. Frasa kebiadaban lemari es merupakan frasa nominal karena dibentuk dengan kata benda ‟kebiadaban‟. Menurut KBBI (2005:145), biadab berarti belum beradab;

belum maju kebudayaannya; tidak tahu adat (sopan santun); kurang ajar, sedangkan kebiadaban berarti sifat (keadaan biadab). Dalam pemakaiannya sehari-hari, kata kebiadaban dipakai dalam kalimat seperti, Kebiadaban yang dilakukan anak itu sudah melampaui batas ataupun Kebiadaban si pemerkosa itu disebabkan oleh tingkah lakunya sendiri.

Dikatakan unik karena frasa kebiadaban lemari es terjadi pergeseran makna kata kebiadaban. Kata kebiadaban yang menunjukkan sifat keadaan biadab manusia ataupun sebuah perkumpulan (negara, organisasi, suku) telah bergeser maknanya menjadi sifat keadaan biadab sebuah benda mati (lemari es). Gejala ini termasuk dalam gejala pergeseran makna karena makna dan rujukan awal tidak berubah, yakni ”sifat keadaan biadab manusia (makhluk hidup),

negara, suku, organisai” dan sekarang ”sebuah benda mati (lemari es)”.

2.2 Tuturan unik berbentuk Kalimat

(46)

matamu, gw semakin berubah menjadi kalong, rasty pun dengan resmi mati,

ganteng pangkal rakus, makan gak makan asal kumpul, mending ngawinin mesin

ATM aja ah biar beranak duit, mesin ATM di sini gak pernah gosok gigi, dan

membisul, dan cacing disko di mata gw. Kalimat tanya ada dalam tuturan unik sapa yang buduk?, sedangkan kalimat suruh terdapat dalam tuturan unik liat aja tuh idungnya bang Pito, nenek lu nyimeng!!!, Nih, abang beliin SUGUS aja 4

yak!. Lebih jelasnya akan dibahas pada contoh (16) sampai dengan (30) berikut

ini:

(16) Nyokap : ( lagi ditengah” ngobrol) Iyah..tau gak dik.. masa yah dia tuh bolot banget!

Bokap : (tampang cengok) hah? Apa sih bolot tuh ma? Nyokap : Papa gak tau bolot ya ampun bokap kita

kung.Kampungan banget ya!

Gw : (ngakak) hahahhaa.. tau nih papa gimana sih Bokap : apaan sih bolot itu, kung?

Gw : uumm.. Tanya mama aja..

Nyokap : nih yah pa, bolot itu adalah B – U – D – E –K…

Bokap : HAH? SAPA YANG BUDUK?

(Dika, hal: 186)

Pada contoh (16) terdapat tuturan unik berupa kalimat tanya SAPA YANG BUDUK?. Kata buduk menurut KBBI (2005:216) berarti kusta; beruntus dan

(47)

(17) Gw : (baru pulang dari jalan”) Duh capek… Ingga : (tiba” dateng) Bang bang…

Gw : kenapa ngga?

Ingga : Bang tadi mama nitip pesen… Gw : Apaan?

Ingga : Katanya mama, abang harus ngasi liat TITIT ABANG KE EDGAR!

Gw : Masyaoloh.

Ingga : Iyah, biar Edgar tau contohnya titit yang udah disunat. Gw : Ya ampun, liat aja tuh idungnya Bang Pito!!! (Dika, hal: 197)

Pada contoh (17) terdapat tuturan unik berupa kalimat suruh liat aja tuh idungnya Bang Pito!!!. Tuturan unik tersebut diucapkan oleh tokoh Gw untuk

memberitahukan kepada tokoh Ingga tentang bentuk titit yang sudah disunat dan juga berpotensi untuk menyindir tokoh Pito. Hal ini dilakukan dengan sengaja oleh tokoh Gw dengan maksud mengalihkan pertanyaan tokoh Ingga yang bersifat pribadi.

Dikatakan unik karena karena adanya pertentangan makna antara bentuk titit yang sudah disunat dengan bentuk hidung. Titit yang merupakan alat kelamin

pria dipertentangkan maknanya dengan bentuk hidung. Selain menimbulkan humor, pertentangan makna juga menimbulkan sebuah tuturan unik.

(18) Sesampenya di imigrasi, ada petugas imigrasi yang berkumis

(48)

(Dika, hal: 170)

Pada contoh (18) terdapat tuturan unik berupa kalimat berita Saya lahir di kandang kelinci. Tuturan unik tersebut digunakan tokoh Gw untuk menyindir

tokoh PIYB (Petugas imigrasi yang berkumis). Selain itu, tokoh Gw menggunakan tuturan unik itu untuk mengekspresikan rasa kesalnya karena tokoh PIYB mengangapnya lahir di pesawat. Hal itu disebabkan nama tokoh Gw yang mengandung unsur pesawat, yaitu angkasaputra.

Dikatakan unik karena dalam contoh (18) terjadi ketidaklogisan tuturan oleh tokoh Gw. Tokoh Gw yang berasal dari keluarga yang cukup mampu tidaklah mungkin lahir di kandang kelinci. Selain itu, seseorang sangatlah sulit dibayangkan jika lahir di kandang kelinci, karena ukuran kandang kelinci yang relatif kecil, kecuali kandang kelompok.

(19) Eniwei, karena kesukaan gw pada segala sesuatu yang praktis inilah gw paling engga suka ama yang namanya masak, selain karena gak bisa masak (bilang aja emang gak bisa masak dith). Mungkin gw emang ga bakat masak kali yah? Terakhir gw masak adalah pas gw masak stir lamb. Iya, namanya sih emang keren. Gw masaknya pake osyter sauce, pas udah jadi baunya sih enak, keliatannya juga enak, pas dicobain eh rasanya kaya sepatu.

Tau gitu mah gw gak usah masak sekalian, yah nasi sudah menjadi dubur.

(Dika, hal: 158)

Pada contoh (19) terdapat tuturan unik berupa kalimat berita nasi sudah menjadi dubur. Dubur menurut KBBI (2005:344) berarti lubang pada ujung

(49)

kejadian yang sudah terlanjur, dalam hal ini yaitu kejadian memasak yang dilakukan oleh tokoh Gw.

Dikatakan unik karena terjadi pertentangan makna antara dubur dan

bubur. Dubur yang merupakan saluran pembuangan dipertentangkan dengan

bubur yang merupakan makanan yang nantinya melalui dubur tersebut.

Pertentangan makna seperti itulah yang membuat tuturan nasi sudah menjadi dubur menjadi unik. Selain itu, contoh (19) juga mengalami penyimpangan idiom.

Idiom nasi sudah menjadi bubur disimpangkan menjadi nasi sudah menjadi dubur.

(20) Jadilah gw sekarang kalo ngedip bener” ngedip penuh sambil

ngerutin muka segala. Berasa kelilipan, berasa ada kompor dimata gw. Lagu Jamrud pun mengalun dari kejauhan..

Ada yang lain disenyummu yang membuat lidahku gugup tak bergerak,

Ada kompor...di bola matamu Dan memaksa diri tuk bilang Aku sayang padamu... (Dika, hal: 235)

Pada contoh (20) terdapat tuturan unik berupa kalimat berita Ada

kompor...di bola matamu. Kata kompor menurut KBBI (2005:720) berarti

perapian untuk memasak yang menggunakan minyak tanah, gas, atau listrik sebagai bahan bakar. Berdasarkan konteks, tuturan unik tersebut dihasilkan dari lagu Jamrud yang berjudul Pelangi di matamu. Lirik lagu tersebut berbunyi ada

yang lain di senyummu yang membuat lidahku gugup tak bergerak, ada pelangi di

(50)

Dikatakan unik karena terjadi pertentangan makna. Pertentangan makna tersebut terjadi karena penggantian kata kompor menjadi pelangi. Pelangi yang menurut KBBI (2005:1039) berarti lengkung spektrum warna di langit yang tampak karena pembiasan sinar matahari oleh titik-titik hujan atau embun biasa juga disebut bianglala sangatlah bertentangan maknanya dengan kompor. Kehadiran pelangi di mata seseorang dapat dianggap logis jika dilihat dari konteksnya sebagai kiasan, tetapi sebuah kompor yang ada di dalam mata sangat tidak logis.

(21) Masih soal apartemen, berhubung sekarang musim dingin, jadi gw sering nyalain heater di kamar gw. Klo gw nyalain heater mah gak nanggung”, dari pagi sampe malem, abisan klo gw ngeliat di heaternya, dia cumin ngabisin 200 watt. Dan setau gw, lampu kamar biasa tuh antara 75-100 watt, jadi anggap aja nambah 2 lampu. Lalu, beberapa minggu kemudian, gw dapet tagihan listrik. Dan tagihan listrik gw bulan ini adalah $86.95!!!!! Nenek lu nyimeng!!! Gila mahal banget. Gw langsung shock ngeliatnya. Padahal biasanya tagihan gw tuh hanya antara $10-20. Hati gw miris banget. Karena penasaran, gw pun mikir” lagi…apa sih yang gw lakuin sampe bias make listrik segitu banyak? Hal pertama yang terlintas di kepala gw: heater. Tapi kan heaternya cumin makan 200 watt??? Ternyata setelah gw cek lagi, HEATERNYA GAK TAUNYA NGABISIN 2000 WATT. Sepuluh kali lipat dari yang gw kira.

(Dika, hal:181)

Pada contoh (21) terdapat tuturan unik berupa kalimat suruh Nenek lu nyimeng!!!. Kata Nyimeng merupakan kegiatan memakai ganja dengan cara

(51)

dalam kalimat seperti, Anak remaja itu sedang nyimeng bersama-sama di belakang sekolah ataupun Kedua pelajar tersebut ditangkap aparat saat nyimeng

di sebuah rumah kosong.

Dikatakan unik karena terjadi pergeseran makna kata nyimeng. Nyimeng yang merupakan kegiatan menghisap ganja oleh anak-anak remaja bergeser maknanya menjadi kegiatan menghisap ganja oleh nenek-nenek. Pergeseran makna yang di luar dari kebudayaan setempat (Indonesia) inilah yang menjadikan kalimat nenek lu nyimeng menjadi unik.

(22) Bukannya gw benci sekolah, (ya benci sih, tapi nanti kan jadi kangen klo kelamaan gak sekolah, benci benci benci tapi rinduu juwa...) *jari dan jempol udah mulai goyang” tapi lebih karena di hari libur yang panjang ini bisa gw manfaatin untuk tidur pules. Soalnya beberapa hari ini gw semakin berubah menjadi kalong. (Dika, hal: 98)

Pada contoh (22) terdapat tuturan unik berupa kalimat berita gw semakin berubah menjadi kalong. Kalong menurut KBBI (2005:610) berarti kelelawar

besar yang makan buah-buahan pada malam hari, sedangkan di siang hari tidur dengan menggantungkan diri pada dahan kayu. Tuturan unik gw semakin berubah menjadi kalong digunakan tokoh Gw untuk menggambarkan dirinya yang sering

terjaga di malam hari seperti kalong.

(52)

dalam cerita fiksi saja. Seseorang yang berubah menjadi kalong merupakan hal yang tidak logis dan sulit dipahami.

(23) Gw : *baru pulang*

Yudhit : Bang. Bang. Beliin lupus dunk bang…

Gw : Emangnya tukang bakso, bang” aja. Ntar deh

abang beliin.. mo lupus apa? Yudith : Lupus yang SD aja deh bang..

Gw : Lho? Kamu kan udah SMP dit? Kok bacanya Lupus SD?

Yudith : iyah.. yang banyak yah bang..klo 2 yah 4 ya.. Gw : Buset. Nih, abang beliin SUGUS aja 4 yak!

Hehehe…

(Dika, hal: 190-191)

Pada contoh (23) terdapat tuturan unik berupa kalimat suruh Nih, abang beliin SUGUS aja 4 yak. Tuturan unik tersebut digunakan tokoh Gw untuk

mengelabui tokoh Yudith yang minta dibelikan buku Lupus. Tokoh Gw berusaha mengelabui tokoh Yudith dengan menyebut permen sugus yang memiliki bunyi akhir sama dengan buku Lupus, yaitu bunyi –us.

Dikatakan unik karena terjadi pertentangan makna antara buku Lupus dan permen sugus. Sebuah buku sangatlah bertentangan maknanya dengan permen, karena buku merupakan sesuatu yang dapat dibaca, sedangkan permen adalah sesuatu yang dapat dimakan. Pertentangan ini sengaja dilakukan oleh tokoh Gw untuk menghasilkan tuturan unik. Jadi, pertentangan makna selain menghasilkan humor, dapat juga mengakibatkan sebuah tuturan unik.

(53)

tereak, “Rasty jangan mati! Rasty jangan mati!” (ini benar” terjadi). Karena dilanda ketakutan yang amat sangat, gw langsung mencari bala bantuan. Gw pun ke kamarnya si anaz, disitu dia lagi mandi trus gw tereak” di kamarnya dia.

Anaz : Dik.. kenapa si Rasty?

Gw : Rasty mo mati naz! Liat tuh udah gak bergerak lagi! Anaz : Ya ampun Dik..

Gw : Gimana dong Naz??? Masa mati?!! Anaz : Dik..

Gw : Ha?

Anaz : Ikan hias gitu enak gak ya buat dimakan? Klo digoreng sapa tau siripnya kriuk” gitu…

Gw : …….

Abis itu gw ama Anaz pun ke kamar gw. Di sana kita ngeliatin Rasty yang udah dieeeeeem aja di bawah gayung. Anaz bilang sapa tau dia bias idup lagi nanti, tapi entah kenapa gw udah pesimis. Dan akhirnya, beberapa jam sesudahnya, Rasty pun dengan resmi mati.

(Dika, hal:219-220)

Pada contoh (24) terdapat tuturan unik berupa kalimat berita Rasty pun dengan resmi mati. Menurut KBBI (2005:1169), resmi berarti sah (dari pemerintah atau yang berwajib); ditetapkan (diumukan, disahkan) oleh pemerintah atau instansi yang bersangkutan. Dalam ungkapan sehari-hari, kalimat yang biasa disusun dengan menggunakan kata resmi misalnya, Pasangan itu telah resmi menikah kemarin ataupun Tanah yang menjadi sengketa telah resmi menjadi milik

keluarga saya.

Dikatakan unik karena pada contoh (24) terjadi perubahan makna kata resmi. Resmi yang memiliki makna sah dan ditetapkan oleh pemerintah berubah

(54)

menggunakan tuturan seperti, Rasty pun dengan tenang mati ataupun Rasty pun akhirnya mati.

(25) Ngomong” soal laper. Kayanya rahasia terbesar gw yang pernah

ada mulai terungkap di Adelaide. Yap. Saya kalo makan gak kira-kira.

Kayaknya semakin ganteng orangnya semakin banyak makannya. Ganteng pangkal rakus.

(Dika, hal: 69)

Pada contoh (25) terdapat tuturan unik berupa kalimat berita Ganteng pangkal rakus. Dikatakan unik karena sebelumnya tidak ada tuturan ganteng

pangkal rakus, yang ada hanyalah rajin pangkal pandai dan hemat pangkal kaya.

Selain itu, ketidakkongruenan antar kata ganteng dan rakus menjadi alasan keunikannya.

Dikatakan unik karena tuturan unik ganteng pangkal rakus tidak logis. Seseorang yang memiliki paras ganteng atau tampan tidak dapat dijadikan dasar bagi sifat seseorang, dalam hal ini rakus. Sifat rakus seseorang lebih ditentukan oleh kadar nafsu makan setiap orang, bukanlah dari parasnya. Penyatuan antara ganteng dan rakus sangatlah tidak logis makna dan maksudnya.

(26) Seperti kata pepatah: makan gak makan asal kumpul kebo. (Dika, hal: 69)

(55)

binatang memamah biak yang biasa diternakkan untuk diambil dagingnya atau untuk dipekerjakan (membajak, menarik pedati), rupanya seperti lembu dan agak besar. Pada umumnya berbulu kelabu kehitam-hitaman. Ungkapan kumpul kebo merupakan sebutan untuk pasangan pria dan wanita yang tinggal bersama tanpa ikatan yang resmi.

Tuturan makan gak makan asal kumpul kebo dikatakan unik karena terjadi penyimpangan idiom, yaitu makan gak makan asal kumpul. Penyimpangan itu dilakukan dengan menambahkan kata kebo sehingga memunculkan tuturan kumpul kebo. Penambahan kata kebo tersebut membuat tuturan makan gak makan

asal kumpul menjadi sangat berbeda. Tuturan makan gak makan asal kumpul

merupakan lirik lagu band slank yang bermakna sindiran bagi pemerintah (1998), sedangkan tuturan unik makan gak makan asal kumpul kebo bermakna ajakan untuk mengajak pembacanya agar melakukan kumpul kebo. Penambahan kata kebo sengaja dilakukan untuk mengekspresikan penulis yang memiliki keunikan

dalam menceritakan suatu hal dan juga dapat berarti berkumpul bersama kekasihnya yang biasa disebut kebo.

(27) Hal pertama yang gw notice dari adelaide (ato oz mungkin?) adalah

harganya gak kira” mahalnya. Buset, bayangin nih internet cafe aja

$5 satu jam! Kira” 25.000 perak trus taksi kira” dari rumah gw di Indonesia (blok s) ke Blok M $5.70 ato 28.500 perak. Gile, gw mending ngawinin mesin atm aja ah biar beranak duit....hueheheh....gak jadi ah...mesin atm di sini gak pernah gosok gigi.

(56)

Pada contoh (27) terdapat tuturan unik berupa kalimat berita mending ngawinin mesin atm aja ah biar beranak duit. Mesin ATM merupakan sebuah

mesin yang dapat mengeluarkan uang dengan cara memasukkan kartu akses beserta nomor pinnya. Tuturan unik tersebut digunakan tokoh Gw untuk menggambarkan rasa kesalnya atas biaya hidup yang sangat mahal di Adelaide.

Dikatakan unik karena terjadi pergeseran makna mesin ATM. Mesin ATM yang dahulunya merupakan sebuah benda mati yang dapat mengeluarkan uang bergeser maknanya menjadi benda hidup yang dapat dikawini dan menghasilkan uang. Fenomena pergeseran makna ini dilakukan dengan sengaja oleh tokoh Gw untuk mempertegas konteks dalam buku Kambing Jantan. Selain itu, tuturan unik pada contoh (27) tidak logis, sebab mesin ATM adalah benda mati yang tidak dapat dikawini.

(28) Hal pertama yang gw notice dari adelaide (ato oz mungkin?) adalah

harganya gak kira” mahalnya. Buset, bayangin nih internet cafe aja

$5 satu jam! Kira” 25.000 perak trus taksi kira” dari rumah gw di Indonesia (blok s) ke Blok M $5.70 ato 28.500 perak. Gile, gw mending ngawinin mesin atm aja ah biar beranak duit....hueheheh....gak jadi ah...mesin atm di sini gak pernah gosok gigi.

(Dika, hal: 26-27)

Pada contoh (28) terdapat tuturan unik berupa kalimat berita mesin ATM di sini gak pernah gosok gigi. Mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri) merupakan

(57)

tidak pernah gosok gigi. Berdasarkan konteks, tokoh Gw ingin mengawini mesin atm karena menurutnya dapat beranak duit.

Dikatakan unik karena tuturan unik dalam contoh (28) mengalami pergeseran makna mesin ATM. Mesin ATM yang pada umumnya tidak melakukan gosok gigi bergeser menjadi mesin ATM yang dapat melakukan gosok gigi. Tuturan unik dalam contoh (28) mengindikasikan adanya mesin ATM yang melakukan gosok gigi di luar daerah Adelaide, Australia. Selain itu, tuturan unik pada contoh (28) juga tidak logis, karena dimanapun mesin ATM tidak melakukan gosok gigi.

(29) Gw ngeliat jam dinding di belakang gw, terlihat jelas di situ terpampang gede” JAM SEMBILAN LEWAT EMPAT PULUH LIMA MENIT. Jadi jadi jadi jadi? Jam wekernya gak taunya gw cepetin selama 1 jam lebih awal. Kok bisa??????

Jam dinding pun tertawa. Saat ku hanya diam. Dan membisul. (Dika, hal: 135-136)

Pada contoh (29) terdapat tuturan unik berupa kalimat berita Dan membisul. Menurut KBBI (2005:200), bisul berarti bintil yang membengkak pada

kulit yang berisi nanah dan bermata, sedangkan membisul memiliki arti menjadi bisul. Konteks tuturan unik Dan membisul adalah lagu Jamrud yang berjudul Pelangi di Matamu. Lirik lagu tersebut berbunyi jam dinding pun tertawa saat ku

hanya diam dan membisu.

(58)

KBBI (2005: 200) berarti bersikap seperti orang bisu (berdiam diri tak mau berkata-kata) sangat berbeda maknanya dengan membisul. Perubahan makna itu dilakukan oleh tokoh Gw untuk menciptakan keunikan dalam tulisannya.

(30) ”Kalo masalah buku, gw lagi baca bukunya SoE9ki yang judulnya I Am a Cat. Belom abis, ada 600 halaman. Gile, bisa ada cacing disko di mata gw noh. Tapi keren kok depan”nya.”

(Dika, hal:102)

Pada contoh (30) terdapat tuturan unik berupa kalimat berita cacing disko di mata gw. Menurut KBBI (2005:453), disko berarti gaya (irama) musik pop yang

lincah dan digemari oleh remaja (bersifat kontemporer). Pemakaian kata disko biasa digunakan dalam kalimat seperti Teman saya suka pergi ke diskotek untuk joget disko bersama pacarnya.

Dikatakan unik karena terjadi pergeseran makna pada kata disko. Disko yang berarti musik pop yang lincah dan digemari anak muda telah bergeser maknanya menjadi musik pop yang lincah dan juga disukai oleh seekor cacing. Gejala ini termasuk dalam pergeseran makna karena makna dan rujukan awal tidak berubah, yakni ”musik pop yang lincah dan digemari anak muda” dan

sekarang ”musik pop yang lincah dan digemari oleh binatang cacing”. Selain itu,

tuturan unik cacing disko di mata gw tidaklah logis, sebab tidak ada cacing seperti yang digambarkan dalam contoh (30).

(59)

Tuturan unik yang berupa klausa dapat dilihat dari unsur-unsur fungsionalnya. Klausa terdiri dari unsur-unsur fungsional yang di sini disebut S, P, O, PEL, dan KET (Ramlan, 1981:63). Kelima unsur ini tidak selalu ada dalam satu klausa. Dalam buku Kambing Jantan, unsur klausa yang membentuk antara lain: PO (predikat objek), PKS (predikat keterangan subjek), PK (predikat keterangan), POK (predikat objek keterangan), P (predikat), dan PS (predikat subjek). Lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh (31) sampai dengan (37) berikut ini:

(31) Lanjut, pokoknya semenjak henpon gw ilang, gw jadi ga punya pedoman waktu, selain jam di leptop gw. Untungnya gw masih punya ipod yang baru gw beli. Yang sangat keren sekali itu.

Ipod gw itu, yang merupakan mp3 player yang bisa menyimpan 40G lagu, yang berarti dapat menyimpan 10.000+ lagu, yang berarti memorinya lebih gede dari laptop dan computer gw sendiri, ternyata juga bisa menunjukkan waktu.

Mangkanya, gw sekarang sepenuhnya menggantungkan diri kepada keperkasaan Ipod untuk membimbing gw dalam menunjukkan waktu dalam hari” gw.

(Dika, hal:106)

Pada contoh (31) terdapat tuturan unik berupa klausa menggantungkan diri kepada keperkasaan ipod. Klausa itu dibentuk oleh unsur fungsional P

‟menggantungkan diri‟ dan O ‟kepada keperkasaan ipod‟. Dikatakan unik karena

ipod yang merupakan benda mati disebut sebagai sesuatu yang perkasa. Menurut

KBBI (2005:1059), keperkasaan berarti perihal perkasa; kegagahberanian;

(60)

kekuatan, dan kekuasaan, seperti Keperkasaan laki-laki itu telah ditunjukkannya di depan orang banyak.

Selain itu, pada contoh (31) referen dari kata ipod mengalami pergeseran. Ipod yang memiliki referen benda elektronik berukuran kecil seperti MP3, yang

dapat menyimpan lebih dari 10.000 lagu, menyimpan data, foto, dan video klip berubah referennya menjadi sesuatu yang digantungkan seseorang karena kapasitasnya yang besar. Dalam ujaran sehari-hari, seseorang akan menggunakan tuturan seperti anak cacat itu menggantungkan dirinya kepada kedua orangtuanya atau monyet itu sedang menggantungkan dirinya di sebuah pohon yang besar.

(32) Sampe kemaren, gw lagi nonton tipi terus tiba” aus. Lalu gw pun memutuskan untuk minum dan membuka kulkas gw. Di dalam kulkas tersebut terlihatlah dengan manja sekaleng kokakola. Karena aus, gw ambil aja terus gw minum dengan penuh kenistaan ampe abis. Pas minum gw langsung memuntahkannya kembali. SUMPAH RASANYA GAK ENAK BANGET.

Gak taunya itu kokakola entah berapa taun yang lalu, abis rasanya aceeeeeeeeeeeeeeem bener.

(Dika, hal:161-162)

Pada contoh (32) terdapat tuturan unik berupa klausa terlihatlah dengan manja sekaleng kokakola. Klausa tersebut dibentuk oleh unsur fungsional P

‟terlihatlah‟, K ‟dengan manja‟, dan S ‟sekaleng kokakola. Menurut KBBI

(2005:713), manja berarti kurang baik adat kelakuannya karena selalu diberi hati,

(61)

perhatian orang tua atau lingkungannya terhadap diri sendiri. Pemakaian kata manja biasanya digunakan dalam kalimat seperti, Andi merupakan anak yang

sangat manja, karena ia adalah anak sulung atau Anak-anak kecil itu sangat manja pada orangtuanya

Disebut unik karena tuturan unik terlihatlah dengan manja sekaleng kokakola mengalami pergeseran makna kata manja. Manja yang merupakan sifat

khas anak-anak bergeser maknanya menjadi sifat sebuah kaleng minuman cocacola. Dalam tuturan yang wajar, seseorang biasa bertutur terlihat dengan

nyata sekaleng cocacola untuk menjelaskan situasi dalam contoh (32).

(33) Akhirnya setelah urusan imigrasi beres segala macem, gw naek taksi dan kembali lagi ke dalam apartemen gw tercinta. Gw sampe di apartemen gw jam setengah delapan pagi, dan gw mencoba

untuk tidur, setelah gw ga bias tidur di pesawat gara” penumpang

di depan gw mundurin kursinya ampe gw benyek kaya sarden. Pas udah berbaring dengan manja di tempat , gw lalu mecoba untuk memejamkan mata sambil sekali” mikirin mantan pacar gw, Dian Sastro, gw pun siap untuk tidur. Lalu tiba” terdengar suara.. TENOOOTTT TENOOTTTT. Buset. Siapa yang maen priwitan jam segini yak

Arah tuh suara biadab dari jendela, maka gw ke arah jendela, trus gw menyadari bahwa di bawah apartemen gw lagi ada festival

(62)

semua kehendaknya. Gejala manja seperti ini biasanya terjadi pada anak-anak usia antara 4-6 tahun untuk memperoleh perhatian orang tua atau lingkungannya terhadap diri sendiri. Pemakaian kata manja biasanya digunakan dalam kalimat seperti, Andi merupakan anak yang sangat manja, karena ia adalah anak sulung atau Anak-anak kecil itu sangat manja pada orangtuanya

Disebut unik karena tuturan unik pada contoh (33) mengalami perubahan makna kata manja. Manja yang berarti sifat khas anak-anak berubah menjadi keterangan yang menerangkan cara tidur seseorang. Dalam tuturan yang wajar, seseorang biasa menuturkan tuturan berbaring dengan untuk menjelaskan situasi seperti dalam contoh (33).

(34) Sampe kemaren, gw lagi nonton tipi terus tiba” aus. Lalu gw pun memutuskan untuk minum dan membuka kulkas gw. Di dalam kulkas tersebut terlihatlah dengan manja sekaleng kokakola. Karena aus, gw ambil aja terus gw minum dengan penuh kenistaan ampe abis. Pas minum gw langsung memuntahkannya kembali. SUMPAH RASANYA GAK ENAK BANGET.

Gak taunya itu kokakola entah berapa taun yang lalu, abis rasanya aceeeeeeeeeeeeeeem bener.

(Dika, hal:161-162)

Pada contoh (34) terdapat tuturan unik berupa klausa minum dengan penuh kenistaan. Klausa tersebut dibentuk oleh unsur fungsional P ‟minum‟ dan K

‟dengan penuh kenistaan‟. Menurut KBBI (2005:965), nista berarti hina; rendah;

Referensi

Dokumen terkait

dengan prioritas masalah Gangguan Nutrisi Kurang Dari kebutuhan. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan

Yang bertanda tangan dibawah ini Kelompok Kerja (Pokja) Pemagaran Gedung Kantor Pengadilan Agama Tanjung Selor, pada hari ini RABU , tanggal TIGA bulan JUNI¸ tahun DUA

Hubungan yang baik antara penyanyi dalam sebuah paduan suara akan menciptakan suasana yang menyenangkan ketika menyanyikan sebuah lagu, karena komunikasi

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENANGANAN KONFLIK KEAGAMAAN (Studi Penelitian Tentang Konflik Keagamaan Antara Nahdhlatul Ulama Dengan Majelis Tafsir Al- qur’an Di Desa

Fresmon Pacifik Prima periode 31 Desember 2009 sampai dengan 31 Desember 2012 Dengan data perbandingan berdasarkan hasil pengamatan sementara menggunakan konsep

6. Kolom 6 diisi dengan jumlah pendapatan yang disetorkan.. penyetoran dilakukan pada saat bendahara penerimaan pembantu menyetorkan pendapatan yang diterimanya ke rekening

IMPLEMENTASI METODE DISCOVERY LEARNING DENGAN MEDIA INTERNET UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN PENGEMBANGAN SIKAP POSITIF PADA TEMA PENIPISAN LAPISAN OZON..

Judul Skripsi : Sintesis Pati Sitrat Dari Pati Singkong (Manihot utilissima P.) Dengan Metode Basah (Adebiyi). Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan