• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK

H. Penyitaan

1. Pengertianpenyitaan

Penyitaan adalah tindakan lanjut dari pelaksanaan penagihan dengan Surat Paksa, apabila Pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2x24 jam (dua kali dua puluh empat) sesudah tanggal pemberitahuan dengan pernyataan dan penyerahaan Surat Paksa kepada Wajib Pajak. Penyitaan dilakukan oleh Jurusita Pajak yang telah disumpah terlebih dahulu dan didampingi oleh 2 orang saksi penduduk Indonesia yang telah mencapai usia dua puluh satu tahun, dikenal oleh Jurusita Pajak dan dapat dipercaya. Tujuan penyitaan adalah memperbolehkan jaminan pelunasan utang pajak dari Penanggung Pajak. Oleh karena itu, penyitaan dapat dilaksanakan terhadap semua barang Penanggung Pajak, baik yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan Penanggung Pajak, atau ditempat lain sekalipun penguasanya berada ditangan

51

pihak lain. Prinsipnya penyitaan dilakukan terhadap sejumlah barang bergerak dan jika ternyata tidak cukupbarang bergerak menurut Surat Paksa dan biaya-biaya penagihannya, maka dilanjutkan penyitaan terhadap barang-barang tidak bergerak. Namun apabila barang bergerak tidak memadai langsung dapat disita barang tidak bergerak. Dalam hal ini pengertian penyitaan oleh Mardiasmoadalah tindakanJurusitaPajakuntukmenguasaibarangPenanggungPajak,

gunadijadikanjaminanuntukmelunasiutangpajakmenurutperaturanperundang-undangan.

2. Objeksita

Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik Penanggung Pajak yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau ditemapat lain termasuk yang penguasaannya berada ditangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu yang dapat berupa:

1. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito

berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain, dan atau

2. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan.

I. PelaksanaanLelang

Dasar hukum pelaksanaan Lelang diatur pada peraturan pemerintah Nomor 136 Tahun 2000 tanggal 20 Desember 2000 Tentang Tata Cara Penjualan Barang

52

Sitaan yang dikecualikan dari penjualan secara lelang dalam rangka penagihan pajak dengan surat paksa.

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. AnalisaPerkembanganWajibPajak Yang MenunggakPajak

Dalam hal ini penulis akan menganalisa suatu data mengenai tunggakan pajak yang dilakukan tindakan Pelaksanaan Penagihan Pajak serta pencairannya guna meningkatkan penerimaan pajak dengan dasar teori dan praktik pelaksanaan Prosedur Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Surat Teguran, Penyitaan, dan Pelaksanaan Lelang yang melibatkan Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya. Ketidakpatuhan Wajib Pajak atas ketentuan perpajakan dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:

Tabel IV.1

Jumlah Penerbitan Surat teguran dan Surat Paksa untuk Wajib Pajak Orang Pribadi

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Bulan

Jumlahsuratteguran yang diterbitkan

JumlahSuratPaksa Yang Diterbitkan 2014 (JumlahKetetapan) Rp 2014 (jumlahKetetapan) Rp

53

Januari 190 2.630.156.164 1067 928.579.943

Sum ber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Tahun 2015

AnalisaTabel IV.1

Dari tabel di atas dapat kita lihat kinerja aparatur pajak pada seksi penagihan di KPP Pratama Medan Timurdalam pelaksanaan penagihan pajak pada tahun 2014.

Dalamtiapbulannyawajibpajakmasihbanyak yang tidakmemenuhikewajibanperpajakan.NamunSetelahSuratTeguranditerbitkanmasihteta

padaWajibPajak yang tidakmenghiraukan, makapihakaparaturpajakmenerbitkanSuratPaksasebagaisaranapencariantunggakanpaj ak. Maret 339 13.852.379.090 1215 41.865.535.518 April 323 5.335.114.543 24 8.051.345.897. Mei 125 1.168.205.345 194 5.938.870.695 Juni 295 17.771.816.241 95 815.297.136. Juli 0 - 148 2.336.005.739 Agustus 468 4.243.407.002 168 5.830.083.816 September 102 1.223.997.903 40 803.745.518 Oktober 84 614.120.857 37 1.750.507.839 Nopember 134 510.991.962 20 144.849.646 Desember 525 1.846.519.266 37 122.348.815 Jumlah 4021 92.464.827.079 3652 71.621.073.067

B. Pelaksanaan Penagihan Pajak Yang Dilakukan

Tata cara Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak dengan Surat Paksa yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Terhadap wajib Pajak yang tidak melunasi utang pajaknya adalah:

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama mengeluarkan Surat Teguran setelah

7(tujuh) hari jatuh tempo pembayaran melalui kantor POS dari produk hasil penelitian diantaranya:

(1) Surat Tagihan Pajak (STP)

(2) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

(3) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Dalam pelaksanaan penagihan ini masih dalam penagihan pasif penyerahan ketetapan pajak.

2. Tujuh hari setelah saat jatuh tempo Pengajuan Banding, dan Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan sehubungan (SKPKB), atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 8 ayat (1).

3. Tujuh hari setelah jatuh tempo pelunasan pajak yang masih harus dibayar berdasarkan putusan banding.

4. Setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pelunasan sebagaimana dalam pasal 5 dalam akhir pemeriksaan, kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran.

5. Tujuh hari sejak tanggal Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan atas surat keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) setelah tanggal jatuh tempo pelunasan tetapi sebelum tanggal diterima Surat Pemberitahuan Untuk Hadir oleh Wajib Pajak, Kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 8 ayat (1).

6. Kemudian apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajak yang seharusnya

dibayar setelah lewat waktu 21 hari sejak diterbitkannya Surat Teguran, pejabat segera menerbitkan Surat Paksa, dalam hal ini:

(1) Jurusita Pajak mendatangi tempat tinggal/tempat kedudukan Wajib Pajak/penganggung pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri. Jurusita mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan Surat Paksa dengan pernyataan dan menyerahkan salinan surat paksa tersebut.

(2) Jurusita Pajak mendatangi tempat tinggal/tempat kedudukan Wajib

Pajak/penganggung pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri. Jurusita mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan Surat Paksa dengan pernyataan dan menyerahkan salinan surat paksa tersebut.

(3) Jika jurusita bertemu langsung dengan Wajib Pajak/penanggung pajak

dan meminta agar Wajib pajak memperlihatkan surat-surat keterengan pajak yang ada untuk diteliti:

1. Apakah tunggakan pajak menurut STP/STKP cocok dengan jumlah tunggakan yang tercantum dengan surat paksa.

2. Apakah ada surat keputusan pembetulan dan keberatan/penghapusan. 3. Apakah ada kelebihan pembayaran dari tahun/jenis pajak lainnya yang

diperhitungkan.

4. Apakah terdapat kelebihan utang tersebut dalam surat paksa, diajukan keberatan.

(4) Bila Jurusita tidak menjumpai Wajib Pajak/penangggung pajak maka

salinan surat paksa tersebut dapat diserahakan kepada:

a) Keluarga Wajib pajak atau orang yang bertempat tinggal bersama

Wajib Pajak/penanggung pajak yang dewasa dan sehat mental.

b) Anggota pengurus komisaris atau para persero dari badan usaha bersangkutan atau;

c) Pejabat Pemerintah setempat (Bupati/Walikota/Camat/Lurah) dalam hal ini mereka tersebut pada butir 1 dan 2 diatas juga tidak dijumpai. Pejabat harus member tanda tangan pada surat paksa dan salinannya sebagai tanda diketahuinya dan menyampaikan salinannya kepada Wajib Pajak/penanggung pajak yang bersangkutan.

d) Jurusita yang telah melaksanakan penagihan pajak dengan surat paksa herus membuat laporan pelaksanaan Surat Paksa.

(5) Jurusita pajak mendatangi tempat tinggal/tempat kedudukan Wajib

Jurusita mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan Surat Paksa dengan pernyataan dan meyerahkan salinan surat paksa tersebut.

(6) Bila Wajib Pajak tidak ditemukan di kantor atau tempat usaha/tempat

tinggal. Apabila hal ini terjadi, maka Jurusita dapat menyerahkan salinan surat paksa kepada:

a) Seseorang yang ada dikantornya (salah seorang pegawai)

b) Seseorang yang ada ditempat tinggalnya ( misalnya : istri,anak, atau pembantu rumah tangga).

(7) Biaya Penyampaian Surat Paksa

a) Biaya pelaksanaan atau penyampaian Surat Paksa yang meliputi

biaya harian dan biaya perjalanan Jurusita pajak. Biaya ini dikeluarkan untuk setiap Surat Paksa yang harus disampaikan oleh Jurusita pajak kepada penganggung pajak.

b) Apabila seorang Jurusita telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, maka ia berhak sepenuhnya biaya Penagihan tanpa dikaitkan apakah piutang pajak dan biaya penagihannya telah diluniasi atau belum oleh Wajib Pajak/penganggung pajak.

Tetapi itu tidak berarti bahwa Jurusita yang bersangkutan setelah menerima biaya Penagihan, lalu bebas dari tanggung jawab terhadap pencairan piutang pajak tersebut. Apabila Jurusita yakni Wajib

Pajak/penangggung pajak tersebut masih aktif dan potensial, maka ia harus mengambil langkah-langkah untuk melakukan tahap tindakan Penagihan lebih lanjut.

(8) Surat Paksa yang telah dilaksanakan,diserahkan kepada Kasi Penagihan disertai laporan pelaksanaan Penagihan dengan surat paksa dan diteruskan kepada Kepala Seksi Penagihan dan Vertifikasi untuk ditanda tangani dan selanjutnya dimaasukan dalam berkas Penagihan Wajib Pajak/penangggung pajak yang bersangkutan atau terlebih dahulu dicatat tanggal pelaksanaan surat paksa dalam buku register pengawasan Penagihan, buku register tindakan Penagihan, kartu pengawasan tunggakan pajak dan tindakan STP/SKP yangbersangkutan. Dalam melaksanakan surat paksa tersebut Jurusita sedapat mungkin melihat keadaan rumah tangga/perusahaan Wajib Pajak/penangggung pajak untuk dapat memberikan informasi dalam rangka mengambil langkah berikutnya.

(9) Laporan Pelaksanaan Surat Paksa.

a) Atas pelaksanaan surat paksa dibuat laporan oleh jurursita yang

melaksanakan Penagihan pajak dengan surat paksa tersebut. b) Hal-hal yang mendapat perhatian untuk dilaporkan yaitu :

- Pengakuan Penyelesaian surat keberatan. Mengenal hal ini agar diuraikan secara jelas dan jangan sampai melaksanakan penagihan secara paksa sedangkan tunggakannya ternyata sudah dikurangi.

- Jenis letak dan taksiran harga dari objek sita dengan memperlihatkan tunggakan pajak dan biaya pelaksanaan yang mungkin dikeluarkan.

- Dalam kesan dan usul hendaknya dilaporkan keadaan yang

sebenarnya dari Wajib Pajak/penangggung pajak antara lailn: kemampuan bayar,itikad mau membayar dan pandangannya terhadap penetapan/penagihan pajak dan sebagainya,sehingga Jurusita dapat mengajukan usul untuk tindakan Penagihan selanjutnya.

(10) Apabila Jurusita tidak dapat melaksanakan surat paksa secara langsung, maka jurursita membuat laporan secara tertulis mengenai sebab-sebabnya dan usaha-usaha yang dilakukan dalam upaya surat paksa, antara lain menghubungi Pemerintah setempat, Polisi dan sebagainya.

7. Apabila utang yang masih haris dibayar tidak dilunasi oleh Penaggung Pajak setelah lewat 2x 24 jam sejak Surat Paksa diberitahukan kepadanya Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang dilaksanakan oleh Jurusita dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Pajak, dan dapat dipercaya. Pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan Penyitaan. Penyitaan dapat dilaksanakan tehadap penganggung pajak yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan atau di tempat lain, termasuk yang

penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dibebani dengan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu. Didalam pelaksanaan Jurusita dapat menempel kertas Penyitaan kepada barang yang akan disita, biasanya barang yang akan disita tidak akan dibawa oleh Jurusita dikarenakan:

a. Tidak adanya tempat penyimpanan barang sitaan.

b. Mengantistipasi terjadinya kerusakan barang sitaan dengan perjalanan.

Barang dari hasil sita harus sebanding dengan jumlah utang pajak yang ditanggung Penanggung pajak dan jika tidak sebanding maka akan dilakukan Penyitaan.

8. Apabila utang pajak dan biaya Penagihan yang masih harus dibayar tidak

dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan Penyitaan, Pejabat segera melaksanakan pengumuman Lelang. Dan dalam hal pelaksanaan Lelang Jurusita mempertanyakan dulu kepada Dinas yang bersangkutan mengenai hak milik barang yang dilelang. Hasil Lelang dipergunakan terlebih dahulu untuk membayar biaya Penagihan pajak yang belum dibayar dan sisanya untuk membayar utang pajak. Dalam hal hasil Lelang sudah mencapai jumlah yang cukup utnuk melunasi biaya Penagihan pajak dan utang pajak, pelaksanaan Lelang dihentikan walaupun barang yang akan dilelang masih ada. Sisa barang beserta uang kelebihan hasi Lelang dikembalikan oleh Pejabat kepada Penanggung Pajak setelah pelaksanaan Lelang.

C. Faktor-Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Penagihan Melalui Surat Paksa

Adapun kendala-kendala yang sering ditemui berkaitan dengan Penagihan pajak dengan surat paksa pada kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah : 1. Data yang tidak jelas atau identitas Wajib Pajak tidak jelas

2. Wajib Pajak tidak ditemukan/pindah tetapi tidak memberitahu data ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama

3. Kemampuan Ekonomis Wajib Pajak (Kondisi Usaha Wajib Pajak)

4. Wajib Pajak menolak pemberian Surat Paksa 5. Daftar penetapan hutang pajak kurang valid 6. Wajib pajak yang sudah meninggal dunia

D. Langkah Penyelesaian Masalah Dalam Pelaksanaan Penagihan Melalui Surat Paksa

1. Mencari data dari pihak ketiga melalui konfirmasi tertulis 2. Meminta bantuan unit organisasi lain:-Kepolisian

-Pemerintah daerah setempat

3. Melakukan Update Data agar kondisi data Kantor Pelayanan Pajak sesuai

51 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Penagihan Pajak adalah merupakan serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya Penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan Penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan Penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita. (Pasal 1 ayat 9 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000).

Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasa yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:

1. Penagihan pajak timbul akibat dari adanya penelitian dan pemeriksaan yang dilakukan terhadap SPT yang disamapaikan oleh Wajib pajak kepada kantor pelayanan pajak. Pada KPP Pratama Medan Timur pun terdapat tunggakan pajak dari hasil pemeriksaan yang dimana tindakan Penagihan terhadap tunggakan tersebut telah dilakukan.

2. Bedasarkan pencapaiannya KPP Pratama Medan Timur telah melakukan

Penagihan pajak dengan optimal, dan bedasarkan Prosedur pelaksanaan Penagihan pajak pada KPP Pratama Medan Timur sudah sesuai dengan Undang-Undang.

Nomor 19 Tahun 2000. Pelaksanaan Penagihan pajak yang dilakukan KPP Pratama Medan Timur meruapakan salah satu upaya penegakan hukum (Law Enforcement) yang dimana upaya ini memiliki kekuatan humum dan dalam prosesnya sendiri upaya ini dapat meminimalisasikan jumlah tunggakan pajak yang ada.

3. Hambatan yang dihadapi dalam Penagihan pajak berasal dari dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meruapakan faktor yang berasal dari instansi perusahaan itu sendiri. Sedangkan untuk faktor eksternal meruapakan faktor yang berasal dari luar isntansi perusahaan yang diantaranya adalah mengenai objek sita, kerjasama dengan pihak-pihak lain,likuliditas, pengetahuanwajib pajak yang kurang mengenai perpajakan, dan Wajib pajak yang tidak diketahui alamatnya.

4. Upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

diantaranya adalah untuk mengatasi hambatan faktor internal, upaya yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan koordinasi dengan seksi-seksi lain dalam instansi pajak sendiri dan meningkatkan keterampilan serta wawasan Jurusita mengenai perpajakan. Sedangkan upaya untuk mengatasi hambatan dari faktor eksternal yaitu dengan melakukan kerjasama dengan pihak ketiga agar tindakan Penagihan pajak dapat berjalan optimal dan juga melakukan pemutakhiran data mengenai Wajib pajak, serta memberikan penyuluhan kepada Wajib pajak mengenai hak dan kewajiban perpajakannya.

B. Saran

Setelah penulis mengemukakan uraian dan menarik kesimpulan dari data yang ada, pada kesempatan ini penulis mencoba mengemukakan beberapa saran yaitu:

1. Pelakasanaan Penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Timur bedasarkan sistem harus lebih ditingkankan lagi, sehingga dapat mengurangi tunggakan pajak dan meningkatkan penerimaan pajak.

2. Meningkatkan pengetahuan Jurusita melalui pendidikan dan pelatihan agar

terdapat kesiapan saat regenerasi. Selain itu juga lebih meningkatkan penyuluhan Wajib pajak dan membuat kerjasama dengan pihak lain untuk membuat talkshow seputar perpajakan ataupun membuat penayangan iklan perpajakan lebih intensif lagi agar mampu menggugah ssemangat Wajib pajak untuk membayar pajak. Dalam hal pendaftaran Wajib pajak baru, sebaiknya perlu dilakukan penelitian lapangan agar alamat yang diberikan oleh Wajib pajak dapat dibuntikan kebenarannya (tidak fiktif). Selain itu juga pemberitahuan yang jelas dan menyeluruh atau sosialisasi dari pemerintahan mengenai setiap perubahan peraturan perundang-undangan pajak, dan penyuluhan tentang pentingnya pajak sebaiknya lebih ditingkatkan lagi, seperti dengan cara mendatangi langsung Wajib pajaknya maupun dengan membuat selebaran tentang informasi perpajakan. Sehingga penanggung pajak menyadari kegunaan pajak dan diharapkan dapat membayar pajaknya tepat pada waktunya, sehingga akan meningkatkan penerimaan pajak.

3. Perlunya dilaksanakan penyuluhan pajak secara lebih intensif oleh Direktorat Jenderal Pajak, agar Wajib Pajak semakin sadar akan pentingnya membayar pajak untuk kelangsungan pembangunan.

4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur hendaknya menindak tegas

Wajib Pajak yang tidak mengindahkan Surat Teguran yang disampaikan oleh KPP.

5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur hendaknya menindak tegas

oknum-oknum yang berusaha menghalangi proses Penagihan yang dilanjutkan dengan Penyitaan sesuai dengan Undang-undang yang berlaku.

11 BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

A. Sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur

Kantor pelayanan pajak dimulai pada masa penjajahan belanda, dan masa itu kantor pelayanan pajak masih disebut Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan negara Republik Indonesia berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi kantor Inspeksi Pajak dengan Induk Organisasinya adalah Direktorat Jendral Pajak.

Di Sumatera Utara sendiri pada tahun 1976 berdiri 3 (tiga) kantor inspeksi pajak, yaitu :

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan. 2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara. 3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Pada tahun 1978 Kantor Pajak Medan Selatan dipecah menjadi 2 (dua), yaitu Kantor Pajak Medan Selatan dan Kantor pajak medan Kisaran. Untuk memudahkan dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, dan dengan pertumbuhan

ekonomi yang semakin cepat, maka didirikannyalah Kantor Inspeksi Medan Timur (sekarang Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ). Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.94/KMK/.01/1994 tanggal 29 maret 1994, didirikanlah Kantor pelayanana Pajak Medan Timur.

Kantor pelayanan Pajak Medan Timur merupakan bagian dari Direktorat Jenderal Pajak mempunyai tugas pokok dibidang penerimaan negara yang berasal dari pajak sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. Nomenlaktur KPP Medan Timur diganti menjadi Kantor Pelayananan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur pada tanggal 06 Mei 2008, sesuai dengan Peraturan Menteri keuangan Nomor 67/PMK.0/2008 tentang perubahan kedua atas PMK No.132/PMK.01/2006 Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Medan Tmur beralamat di Jalan SukaMulia No.17-A Medan.

Kantor Pelayanan Pajak Modren diseluruh jajaran Direktorat jenderal Pajak terdiri dari tiga (3) jenis, yaitu :

1. Kantor pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar 2. Kantor pelayanan Pajak Madya

3. Kantor pelayanan Pajak Pratama

Dengan dibentuknya Kantor pelayanan Pajak Madya dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama di bawah kantor Wilayah DJP Sumatera Utara I, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah sebagian Provinsi Sumatera Utara.

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

a. Kecamatan Medan Timur

b. Kecamatan Medan Tembung

c. Kecamatan Medan Perjuangan

3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi wilayah kecamatan Medan Barat

4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, dengan ruang lingkup

meliputi wilayah :

a. Kecamatan Medan Sunggal

b. Kecamatan Medan Petisah

c. Kecamatan Medan Helvetia

5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi

wilayah :

a. Kecamatan Medan Kota

b. Kecamatan Medan Denai

c. Kecamatan Medan Area

d. Kecamatan Medan Amplas

6. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan polonia, dengan ruang lingkup

meliputi wilayah :

a. Kecamatan Medan polonia

b. Kecamatan Medan Maimun

d. Kecamatan Medan Tuntungan

e. Kecamatan Medan Selayang

f. Kecamatan Medan Johor

7. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, dengan ruang lingkup

meliputi wilayah :

a. Kecamatan Medan Belawan

b. Kecamatan Medan Marelan

c. Kecamatan Medan Labuhan

d. Kecamatan Medan Deli

8. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, dengan ruang lingkup meliputi

wilayah:

a. Kota Binjai

b. Kabupaten Langkat

9. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, dengan ruang lingkup meliputi wilayah Kabupaten Deli Serdang .

B. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur serta Nilai – Nilai Kementerian Keuangan

Keberhasilan program moderenisasi di lingkungan Direktorat Jendral Pajak khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, tidak hanya membawa paradigma dan perubahan prilaku pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Timur. Tetapi lebih jauh juga dapat dampak positif terhadap pembangunan dan kualitas kesehatan di negri ini.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jendral Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan. Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut :

Visi Direktorat Jendral Pajak

“Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan moderen yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan propesionalisme yang tinggi”.

Misi Direktorat Jendral Pajak

”menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang – undang perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem Administrasi Perpajakan yang efektif dan efisien”. 1. Visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

“Menjadi kantor pelayanan pajak terbaik tingkat nasional dalam menunjang penerimaan negara melalui pelayanan prima”.

2. Misi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

“Mencapai kinerja yang optimal melalui pelayanan, penyuluhan dan pengawasan berdasarkan ketentuan perpajakan.

Moto Pelayanan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

“Melayani Dengan Transparan,Integritas,Mumpuni,Upaya Optimal Dan Responsif ” Janji Pelayanan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur:

1. Memberikan Pelayanan Perpajakan Yang Prima Kepada Wajib Pajak 2. Memberikan Solusi Terbaik Kepada Wajib Pajak Berdasarkan Ketentuan

Perpajakan Yang Berlaku

3. Bekerja Dengan Cerdas, Akurat dan Efektif Maklumat Pelayanan

“Dengan Ini Kami Menyatakan Sanggup Menyelenggarakan Pelayanan Sesuai Standar Pelayanan Yang Telah Ditetapkan Dan Apabila Tidak Menepati Janji Ini, Kami Siap Menerima Sanksi Sesuai Peraturan Perundang Undangan Yang Berlaku” 3. Nilai Kementrian Keuangan

a. Integritas

Menjalanakan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang teguh kodeetik dan prinsip – prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten, dan menepati janji.

b. Profesionalisme

Memiliki kompetensi dibidang profesi dan menjalankan tugas atau pekerjaaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan sosial.

c. Sinergi

Membangun dan memastikan hubungan kerja sama internal yang produktif serta kemintraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan

Dokumen terkait