DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Mardiasmo, 2011.PerpajakanEdisi Revisi2011. Andi: Yogyakarta.
Resmi, Siti. 2011. Perpajakan :Teori dan Kasus edisi 6 buku 1. Salemba Empat: Jakarta.
Lain-Lain :
Peraturan Perundang-Undangan No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum danTata Cara Perpajakan.
Peraturan Perundang-Undangan No. 19 tahun 2000, Tentang Pengertian Penagihan Pajak.
29 BAB III
GAMBARAN MENGENAI PELAKSANAAN PENAGIHAN TUNGGAKAN PAJAK TERHADAP WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
A. Ketentuan Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi
Undang – undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun
2000.
Pengertian mengenai pelaksanaan penagihan tunggakan pajak terhadap WajiB Pajak
Orang Pribadi
1. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab
atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi
kewajiban wajib pajak menurut ketentuan Peraturan Undang – undang
Perpajakan (Mardiasmo, 2006:113).
2. Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi
utang pajak dan biaya penagihan pajak yang dilakukan dengan menegur atau
memperingatkan melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
41
3. penyitaan, melaksankan penyanderaan, menjual barang yang telah disita
(Mardiasmo, 2006:113).
4. Biaya penagihan adalah biaya pelaksanaan surat paksa, surat perintah
melakukan penyitaan, pengumuman lelang, pembatalan lelang jasa penilai, dan
biaya lainnya sehubungan dengan dengan penagihan pajak. (Mardiasmo,
2006:113)
B. DefinisiPenagihanPajak
Penagihan dilaksanakan oleh fiksus sehubungan adanya kewajiban wajib
pajak, baik sebagian maupun keseluruhan, yang masih terutang pada negara menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Proses penagihan yang optimal akan
lebih meningkatkan realisasi penerimaan negara melalui pencairan tunggakan. Agar
penagihan dapat maksimal, maka harus dilakukan dengan tertib dan taat asas.
C. PenagihanUtangPajak
Tindakanutangpajaksecarateoritisdapatdilakukandengan 2 langkah:
1. PenagihanPasif
Penagihan pajak pasif dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak
(STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan yang
menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan Keberatan
42
hari belum dilunasi, maka tujuh hari setelah jatuh tempo akan diikuti dengan
penagihan pajak secara aktif yang dimulai dengan tindakan sita yang telah
didahului adanya Surat Teguran, dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.
Dalam hal ini Utang Pajak itu adalah Pajak yang masih harus dibayar termasuk
sanksi administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang tercantum dalam
Surat Ketetapan Pajak atau Surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
2. PenagihanAktif
Penagihan Pajak Aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif,
dimana dalam upaya panagihan ini fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya
mengirim Surat Tagihan atau Surat Ketetapan Pajak tetapi akan diikuti dengan
tindakan sita yang didahului dengan Surat Teguran dan Surat Paksa dan
dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang. Surat Paksa sekurang-kurangnya
memuat:
a. Namawajibpajakataupenanggungpajak
b. Besarnyautangpajak
c. Perintahuntukmembayardalamwaktu 2x24 jam
sejaksuratpaksadisampaikan.
D. DasarHukumPenagihanPajak
1. Undang-undang No. 19 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang No.
43
2. Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
E. Tata Cara Penagihan 1. SuratTeguran
Pengertian surat teguran sesuai dengan peraturan menteri keuangan Nomor
24/PMK.03/2008 sebagaimana telah mengalami perubahan Nomor 85/PMK.03/2010
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Dengan Surat Paksa Dan Pelaksanaan
Penagihan Seketika Dan Sekaligus adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk
menegur atau memperingatkan wajib pajak untuk melunasi utang pajak nya sampai
dengan tanggal jatuh tempo pembayaran (PMK.Nomor.85/PMK.03/2010).
PenerbitanSuratTeguran
1. Tindakan pelaksanaan penagihan pajak diawali dengan penerbitan surat
teguran atau surat peringatan atau surat lain sejenis setelah tujuh hari sejak
tanggal jatuh tempo pembayaran (1 bulan sejak tanggal atau keputusan
diterbitkan).
2. Penerbitan surat teguran dimaksudkan untuk memperingatkan atau menegur
wajib pajak untuk melunasi pajaknya.
3. Surat teguran tidak diterbitkan kepada penanggung pajak yang telah disetujui
44
4. Penerbitan surat teguran merupakan tindakan awal dari pelaksanaan
penagihan dan harus dilakukan terlebih dahulu sebelum dilanjutkan dengan
pengeluaran SuratPaksa.
5. Pada dasarnya surat teguran hanya diterbitkan 1 kali saja.
6. Bila terhadap wajib pajak tidak pernah diterbitkan surat teguran tapi langsung
diterbitkan Surat peringatan, maka secara yuridis Surat peringatan tersebut
dianggap tidak ada, karena tidak didahului dengan pengeluaran SuratTeguran.
F. PenagihanPajakDenganSuratPaksa
Sesuai dengan pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, yang
dimaksud dengan Surat Paksa adalah : Surat Perintah membayar utang pajak dan
biaya penagihan pajak.
1. Dasar Hukum Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Paksa
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.04/2000 sebagaimana
telah diubah dengan Nomor 24/PMK.03/2008.
b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-561/KMK.04/2000
sebagaimana telah diubah dengan Nomor 24/PMK.03/2008 .
c. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor Kep-564/KMK.04/2000
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
Kep-474/PJ./2002.
d. Surat edaran direktorat jenderal pajak nomor : SE-13/PJ.75/1998
45 2. Isi Dan Karakteristik Dari SuratPaksa
Berbicara lebih lanjut tentang surat paksa, maka surat paksa dapat ditainjau
dari 2 (dua) segi,yaitu segi isinya dan segi karakteristiknya.
a. Dari segi isinya:
1. Berkepala kata-kata “Atas Nama Keadilan’’ yang dengan Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1970 pasal 4 disesuiakan bunyinya menjadi’’ Demi
Keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa’’.
2. Nama wajib pajak/ penaggung pajak, keterangan cukup tentang alasan
yang menjadi dasar penagihan,perintah membayar.
3. Dikeluarkan/ ditandatangani oleh pejabat berwenang yang ditunjuk oleh
menteri keuangan/ Kepala Daerah.
b. Dari segikarakteristiknya:
1. Mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Grosse putusan hakim
dalam perkara perdata yang tidak dapat diminta banding lagi pada Hakim
atasan.
2. Mempunyai kekuatan hukum yang pasti.
3. Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih pajak dan menagih bukan pajak
(biaya-biaya penagihan).
4. Dapat dilanjutkan dengan tindakan penyitaan atau penyanderaan
46 3. PenerbitanSuratPaksa
Menurut pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 dinyatakan
bahwasurat paksa diterbitkan apabila:
1. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal
jatuh tempo pembayaran dan kepadanya telah diterbitkan Surat teguran
atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis.
2. Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan Penagihan Seketika dan
Sekaligus.
3. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum
dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran
pajak.
Dalam hal tetentu, misalnya karena penanggung pajak mengalami
kesulitan likuidasi, kepada penanggung pajak atas dasar permohonannya
dapat diberikan persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran
pajak melalui keputusan pejabat. Oleh karena itu keputusan dimaksud
mengikat kedua belah pihak. Dengan demikian, apabila kemudian
penanggung pajak, tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam
keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak. Maka
surat paksa dapat diterbitkan langsung tanpa surat teguran, surat peringatan,
47 4. FungsiSuratPaksa
Adapun fungsi surat paksa adalah sebagai sarana atau alat pemabayaran
kepada penanggung pajak untuk melunasi utang pajaknya dalam jangka waktu
2x24 jam. Sebagai tindak lanjut untuk mencairkantunggakan pajak atas tidak
hiraukan nya penerbitan Surat Paksa maka aparatur pajak akan melaksanakan
penyitaan.
5. Tata Cara PenagihanSuratPaksa
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
561/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika dan
Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa.
a. Surat diberitahukan oleh Jurusita Pajak dengan pernyataan dan
penyerahaan Salinan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak.
b. Pemberitahuan Surat Paksa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dituangkan dalam Berita Acara yang sekurang-kurangnya memuat hari dan
tanggal pemberitahuan Surat Paksa, nama Jurusita Pajak, nama yang
menerima, dan tempat pemberitahuan Surat Paksa.
SuratPaksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada:
a. Penanggung Pajak ditempat, tempat usaha atau ditempat lain yang
memungkinkan.
b. Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun yang bekerja
ditempat usaha penanggung Pajak, apabila Penanggung Pajak yang
48
c. Salah seorang ahli waris atau pelaksana wasiat, yang mengurus harta
penggilan, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan
belum dibagi, atau
d. Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meningal dunia dan harta
warisan telah dibagi.
Surat Paksa terhadap badan diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada:
a. Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik
modal, baik ditempat kedudukan badan yang bersangkutan, ditempat
tinggal mereka maupun ditempat lain yang memungkinkan; atau
b. Pegawai tempat ditempat kedudukan atau tempat usaha badan yang
bersangkutan apabila Jurusita Pajak tidak dapat menjumpai salah seorang
sebagaimana dalam huruf a.
G. PenagihanSeketika Dan Sekaligus
Perlu diketahui bahwa dalam penagihan pajak dikenal adanya penagihan
seketika dan sekaligus. Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan
pajak yang dilaksakan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu
tanggal jatuh tempo pembayaran dan meliputi seluruh uang pajak dari semua jenis
pajak, masa pajak, dan tahun pajak. Penagihan pajak seketika dan sekaligus dilakukan
49
1. Terdapat tanda-tanda bahwa penanggung pajak akan membubarkan badan
usahanya atau berniat itu.
2. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau
berniat untuk pergi. Penanggung Pajak menghentikan atau secara
nyatamengecilkan kegiatan perusahaan atau pekerjaan yang dilakukannya di
Indonesia atau pun memindahtangankan barang yang dimilikinya atau
dikuasainya.
3. Badan usaha akan dibubarkan oleh Negara, atau
4. Terjadinya penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau
terdapat tanda-tanda kepailitan.
Mungkin saja terjadi bahwa Penangung Pajak mempunyai itikad kurang baik,
sebagaimana dicerminkan oleh berbagai indikator tersebut. Adanya itikad kurang
baik tersebut mungkin disebabkan karena yang bersangkutan bermaksud agar
ketika terjadi penyitaan terhadap kekayaan untuk kemudian dilelang, kekayaan
tersebut sudah tidak ada lagi atau tidak ditemukan lagi. Hal semacam ini tentu
perlu diantisipasi sekaligus dihindarkan, sehingga keadilan dapat diwujudkan dan
Negara tidak dirugikan. Oleh karena itu, dalam keadaan tertentu Jurusita Pajak
dapat melakukan penagihan seketika dan sekaligus. Dalam hal ini terjadi
penagihan seketika dan sekaligus, maka penagihan dilakukan terhadap seluruh
utang pajak dan semua jenis pajak, masa pajak, dan tahun pajak. Pennyampaian
Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus dilaksanakan secara langsung
50
mengetahui bahwa barang milik Penanggung Jawab akan disita oleh pihak ketika
atau terdapat tanda-tanda kepailitan, atau Penanggung Pajak akanmembubarkan
badan usahanya atau memindahtangankan perusahaan yang dimilikinya atau
dikuasainya, maka jurusita pajak segera melakukan penagihan seketika dan
sekaligus dengan melaksanakan penyitaan terhadap sebagian besar barang milik
Penanggung Pajak tersebut setelah Surat Paksa diberitahukan. Indikator tersebut
merupakan petunjuk yang kuat bahwa Penanggung Pajak berniat untuk
mengurangi atau menjual/ memindahtangankan barang-barangnya sehingga tidak
ada lagi barang yang dapat disita.
H. Penyitaan
1. Pengertianpenyitaan
Penyitaan adalah tindakan lanjut dari pelaksanaan penagihan dengan Surat
Paksa, apabila Pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu
2x24 jam (dua kali dua puluh empat) sesudah tanggal pemberitahuan dengan
pernyataan dan penyerahaan Surat Paksa kepada Wajib Pajak. Penyitaan dilakukan
oleh Jurusita Pajak yang telah disumpah terlebih dahulu dan didampingi oleh 2
orang saksi penduduk Indonesia yang telah mencapai usia dua puluh satu tahun,
dikenal oleh Jurusita Pajak dan dapat dipercaya. Tujuan penyitaan adalah
memperbolehkan jaminan pelunasan utang pajak dari Penanggung Pajak. Oleh
karena itu, penyitaan dapat dilaksanakan terhadap semua barang Penanggung
Pajak, baik yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan
51
pihak lain. Prinsipnya penyitaan dilakukan terhadap sejumlah barang bergerak dan
jika ternyata tidak cukupbarang bergerak menurut Surat Paksa dan biaya-biaya
penagihannya, maka dilanjutkan penyitaan terhadap barang-barang tidak bergerak.
Namun apabila barang bergerak tidak memadai langsung dapat disita barang tidak
bergerak. Dalam hal ini pengertian penyitaan oleh Mardiasmoadalah
tindakanJurusitaPajakuntukmenguasaibarangPenanggungPajak,
gunadijadikanjaminanuntukmelunasiutangpajakmenurutperaturanperundang-undangan.
2. Objeksita
Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik Penanggung Pajak yang berada
ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau ditemapat lain termasuk
yang penguasaannya berada ditangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagai
pelunasan utang tertentu yang dapat berupa:
1. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito
berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya,
piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain, dan atau
2. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan.
I. PelaksanaanLelang
Dasar hukum pelaksanaan Lelang diatur pada peraturan pemerintah Nomor
52
Sitaan yang dikecualikan dari penjualan secara lelang dalam rangka penagihan pajak
dengan surat paksa.
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
A. AnalisaPerkembanganWajibPajak Yang MenunggakPajak
Dalam hal ini penulis akan menganalisa suatu data mengenai tunggakan pajak
yang dilakukan tindakan Pelaksanaan Penagihan Pajak serta pencairannya guna
meningkatkan penerimaan pajak dengan dasar teori dan praktik pelaksanaan Prosedur
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Surat Teguran, Penyitaan, dan Pelaksanaan
Lelang yang melibatkan Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.
Ketidakpatuhan Wajib Pajak atas ketentuan perpajakan dapat dilihat melalui tabel
[image:14.612.107.531.557.674.2]di bawah ini:
Tabel IV.1
Jumlah Penerbitan Surat teguran dan Surat Paksa untuk Wajib Pajak Orang Pribadi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Bulan
Jumlahsuratteguran yang diterbitkan
JumlahSuratPaksa Yang
Diterbitkan
2014
(JumlahKetetapan)
Rp 2014
53
Januari 190 2.630.156.164 1067 928.579.943
Sum
ber:
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Tahun 2015
AnalisaTabel IV.1
Dari tabel di atas dapat kita lihat kinerja aparatur pajak pada seksi penagihan di KPP
Pratama Medan Timurdalam pelaksanaan penagihan pajak pada tahun 2014.
Dalamtiapbulannyawajibpajakmasihbanyak yang
tidakmemenuhikewajibanperpajakan.NamunSetelahSuratTeguranditerbitkanmasihteta
padaWajibPajak yang tidakmenghiraukan,
makapihakaparaturpajakmenerbitkanSuratPaksasebagaisaranapencariantunggakanpaj
ak.
Maret 339 13.852.379.090 1215 41.865.535.518
April 323 5.335.114.543 24 8.051.345.897.
Mei 125 1.168.205.345 194 5.938.870.695
Juni 295 17.771.816.241 95 815.297.136.
Juli 0 - 148 2.336.005.739
Agustus 468 4.243.407.002 168 5.830.083.816
September 102 1.223.997.903 40 803.745.518
Oktober 84 614.120.857 37 1.750.507.839
Nopember 134 510.991.962 20 144.849.646
Desember 525 1.846.519.266 37 122.348.815
B. Pelaksanaan Penagihan Pajak Yang Dilakukan
Tata cara Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak dengan Surat Paksa yang
dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Terhadap wajib Pajak
yang tidak melunasi utang pajaknya adalah:
1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama mengeluarkan Surat Teguran setelah
7(tujuh) hari jatuh tempo pembayaran melalui kantor POS dari produk hasil
penelitian diantaranya:
(1) Surat Tagihan Pajak (STP)
(2) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
(3) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
Dalam pelaksanaan penagihan ini masih dalam penagihan pasif penyerahan ketetapan
pajak.
2. Tujuh hari setelah saat jatuh tempo Pengajuan Banding, dan Wajib Pajak tidak
mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan sehubungan
(SKPKB), atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran sebagaimana dimaksudkan
dalam pasal 8 ayat (1).
3. Tujuh hari setelah jatuh tempo pelunasan pajak yang masih harus dibayar
berdasarkan putusan banding.
4. Setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pelunasan sebagaimana dalam pasal 5
5. Tujuh hari sejak tanggal Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan atas
surat keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) setelah tanggal jatuh
tempo pelunasan tetapi sebelum tanggal diterima Surat Pemberitahuan Untuk
Hadir oleh Wajib Pajak, Kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran
sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 8 ayat (1).
6. Kemudian apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajak yang seharusnya
dibayar setelah lewat waktu 21 hari sejak diterbitkannya Surat Teguran,
pejabat segera menerbitkan Surat Paksa, dalam hal ini:
(1) Jurusita Pajak mendatangi tempat tinggal/tempat kedudukan Wajib
Pajak/penganggung pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri.
Jurusita mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan
Surat Paksa dengan pernyataan dan menyerahkan salinan surat paksa
tersebut.
(2) Jurusita Pajak mendatangi tempat tinggal/tempat kedudukan Wajib
Pajak/penganggung pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri.
Jurusita mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan
Surat Paksa dengan pernyataan dan menyerahkan salinan surat paksa
tersebut.
(3) Jika jurusita bertemu langsung dengan Wajib Pajak/penanggung pajak
dan meminta agar Wajib pajak memperlihatkan surat-surat keterengan
1. Apakah tunggakan pajak menurut STP/STKP cocok dengan jumlah
tunggakan yang tercantum dengan surat paksa.
2. Apakah ada surat keputusan pembetulan dan keberatan/penghapusan.
3. Apakah ada kelebihan pembayaran dari tahun/jenis pajak lainnya yang
diperhitungkan.
4. Apakah terdapat kelebihan utang tersebut dalam surat paksa, diajukan
keberatan.
(4) Bila Jurusita tidak menjumpai Wajib Pajak/penangggung pajak maka
salinan surat paksa tersebut dapat diserahakan kepada:
a) Keluarga Wajib pajak atau orang yang bertempat tinggal bersama
Wajib Pajak/penanggung pajak yang dewasa dan sehat mental.
b) Anggota pengurus komisaris atau para persero dari badan usaha
bersangkutan atau;
c) Pejabat Pemerintah setempat (Bupati/Walikota/Camat/Lurah) dalam
hal ini mereka tersebut pada butir 1 dan 2 diatas juga tidak dijumpai.
Pejabat harus member tanda tangan pada surat paksa dan salinannya
sebagai tanda diketahuinya dan menyampaikan salinannya kepada
Wajib Pajak/penanggung pajak yang bersangkutan.
d) Jurusita yang telah melaksanakan penagihan pajak dengan surat
paksa herus membuat laporan pelaksanaan Surat Paksa.
(5) Jurusita pajak mendatangi tempat tinggal/tempat kedudukan Wajib
Jurusita mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan
Surat Paksa dengan pernyataan dan meyerahkan salinan surat paksa
tersebut.
(6) Bila Wajib Pajak tidak ditemukan di kantor atau tempat usaha/tempat
tinggal. Apabila hal ini terjadi, maka Jurusita dapat menyerahkan salinan
surat paksa kepada:
a) Seseorang yang ada dikantornya (salah seorang pegawai)
b) Seseorang yang ada ditempat tinggalnya ( misalnya : istri,anak, atau
pembantu rumah tangga).
(7) Biaya Penyampaian Surat Paksa
a) Biaya pelaksanaan atau penyampaian Surat Paksa yang meliputi
biaya harian dan biaya perjalanan Jurusita pajak. Biaya ini
dikeluarkan untuk setiap Surat Paksa yang harus disampaikan oleh
Jurusita pajak kepada penganggung pajak.
b) Apabila seorang Jurusita telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku, maka ia berhak sepenuhnya biaya
Penagihan tanpa dikaitkan apakah piutang pajak dan biaya
penagihannya telah diluniasi atau belum oleh Wajib
Pajak/penganggung pajak.
Tetapi itu tidak berarti bahwa Jurusita yang bersangkutan setelah
menerima biaya Penagihan, lalu bebas dari tanggung jawab terhadap
Pajak/penangggung pajak tersebut masih aktif dan potensial, maka ia
harus mengambil langkah-langkah untuk melakukan tahap tindakan
Penagihan lebih lanjut.
(8) Surat Paksa yang telah dilaksanakan,diserahkan kepada Kasi Penagihan
disertai laporan pelaksanaan Penagihan dengan surat paksa dan diteruskan
kepada Kepala Seksi Penagihan dan Vertifikasi untuk ditanda tangani dan
selanjutnya dimaasukan dalam berkas Penagihan Wajib
Pajak/penangggung pajak yang bersangkutan atau terlebih dahulu dicatat
tanggal pelaksanaan surat paksa dalam buku register pengawasan
Penagihan, buku register tindakan Penagihan, kartu pengawasan
tunggakan pajak dan tindakan STP/SKP yangbersangkutan. Dalam
melaksanakan surat paksa tersebut Jurusita sedapat mungkin melihat
keadaan rumah tangga/perusahaan Wajib Pajak/penangggung pajak untuk
dapat memberikan informasi dalam rangka mengambil langkah
berikutnya.
(9) Laporan Pelaksanaan Surat Paksa.
a) Atas pelaksanaan surat paksa dibuat laporan oleh jurursita yang
melaksanakan Penagihan pajak dengan surat paksa tersebut.
b) Hal-hal yang mendapat perhatian untuk dilaporkan yaitu :
- Pengakuan Penyelesaian surat keberatan. Mengenal hal ini agar
diuraikan secara jelas dan jangan sampai melaksanakan penagihan
- Jenis letak dan taksiran harga dari objek sita dengan
memperlihatkan tunggakan pajak dan biaya pelaksanaan yang
mungkin dikeluarkan.
- Dalam kesan dan usul hendaknya dilaporkan keadaan yang
sebenarnya dari Wajib Pajak/penangggung pajak antara lailn:
kemampuan bayar,itikad mau membayar dan pandangannya
terhadap penetapan/penagihan pajak dan sebagainya,sehingga
Jurusita dapat mengajukan usul untuk tindakan Penagihan
selanjutnya.
(10) Apabila Jurusita tidak dapat melaksanakan surat paksa secara langsung,
maka jurursita membuat laporan secara tertulis mengenai sebab-sebabnya
dan usaha-usaha yang dilakukan dalam upaya surat paksa, antara lain
menghubungi Pemerintah setempat, Polisi dan sebagainya.
7. Apabila utang yang masih haris dibayar tidak dilunasi oleh Penaggung Pajak
setelah lewat 2x 24 jam sejak Surat Paksa diberitahukan kepadanya Pejabat
segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang
dilaksanakan oleh Jurusita dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2
(dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita
Pajak, dan dapat dipercaya. Pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak tidak
mengakibatkan penundaan pelaksanaan Penyitaan. Penyitaan dapat
dilaksanakan tehadap penganggung pajak yang berada di tempat tinggal,
penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dibebani dengan hak
tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu. Didalam pelaksanaan
Jurusita dapat menempel kertas Penyitaan kepada barang yang akan disita,
biasanya barang yang akan disita tidak akan dibawa oleh Jurusita
dikarenakan:
a. Tidak adanya tempat penyimpanan barang sitaan.
b. Mengantistipasi terjadinya kerusakan barang sitaan dengan perjalanan.
Barang dari hasil sita harus sebanding dengan jumlah utang pajak yang
ditanggung Penanggung pajak dan jika tidak sebanding maka akan dilakukan
Penyitaan.
8. Apabila utang pajak dan biaya Penagihan yang masih harus dibayar tidak
dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari
sejak tanggal pelaksanaan Penyitaan, Pejabat segera melaksanakan
pengumuman Lelang. Dan dalam hal pelaksanaan Lelang Jurusita
mempertanyakan dulu kepada Dinas yang bersangkutan mengenai hak milik
barang yang dilelang. Hasil Lelang dipergunakan terlebih dahulu untuk
membayar biaya Penagihan pajak yang belum dibayar dan sisanya untuk
membayar utang pajak. Dalam hal hasil Lelang sudah mencapai jumlah yang
cukup utnuk melunasi biaya Penagihan pajak dan utang pajak, pelaksanaan
Lelang dihentikan walaupun barang yang akan dilelang masih ada. Sisa
barang beserta uang kelebihan hasi Lelang dikembalikan oleh Pejabat kepada
C. Faktor-Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Penagihan Melalui Surat Paksa
Adapun kendala-kendala yang sering ditemui berkaitan dengan Penagihan pajak
dengan surat paksa pada kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah :
1. Data yang tidak jelas atau identitas Wajib Pajak tidak jelas
2. Wajib Pajak tidak ditemukan/pindah tetapi tidak memberitahu data ke Kantor
Pelayanan Pajak Pratama
3. Kemampuan Ekonomis Wajib Pajak (Kondisi Usaha Wajib Pajak)
4. Wajib Pajak menolak pemberian Surat Paksa
5. Daftar penetapan hutang pajak kurang valid
6. Wajib pajak yang sudah meninggal dunia
D. Langkah Penyelesaian Masalah Dalam Pelaksanaan Penagihan Melalui Surat Paksa
1. Mencari data dari pihak ketiga melalui konfirmasi tertulis
2. Meminta bantuan unit organisasi lain:-Kepolisian
-Pemerintah daerah setempat
3. Melakukan Update Data agar kondisi data Kantor Pelayanan Pajak sesuai
51 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Penagihan Pajak adalah merupakan serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak
melunasi utang pajak dan biaya Penagihan pajak dengan menegur atau
memperingatkan, melaksanakan Penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan
Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan Penyitaan, melaksanakan
penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita. (Pasal 1 ayat 9 Undang-Undang
Nomor 19 tahun 2000).
Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasa yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:
1. Penagihan pajak timbul akibat dari adanya penelitian dan pemeriksaan yang
dilakukan terhadap SPT yang disamapaikan oleh Wajib pajak kepada kantor
pelayanan pajak. Pada KPP Pratama Medan Timur pun terdapat tunggakan
pajak dari hasil pemeriksaan yang dimana tindakan Penagihan terhadap
tunggakan tersebut telah dilakukan.
2. Bedasarkan pencapaiannya KPP Pratama Medan Timur telah melakukan
Penagihan pajak dengan optimal, dan bedasarkan Prosedur pelaksanaan
Penagihan pajak pada KPP Pratama Medan Timur sudah sesuai dengan
Nomor 19 Tahun 2000. Pelaksanaan Penagihan pajak yang dilakukan KPP
Pratama Medan Timur meruapakan salah satu upaya penegakan hukum (Law
Enforcement) yang dimana upaya ini memiliki kekuatan humum dan dalam
prosesnya sendiri upaya ini dapat meminimalisasikan jumlah tunggakan pajak
yang ada.
3. Hambatan yang dihadapi dalam Penagihan pajak berasal dari dua faktor yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meruapakan faktor yang
berasal dari instansi perusahaan itu sendiri. Sedangkan untuk faktor eksternal
meruapakan faktor yang berasal dari luar isntansi perusahaan yang
diantaranya adalah mengenai objek sita, kerjasama dengan pihak-pihak
lain,likuliditas, pengetahuanwajib pajak yang kurang mengenai perpajakan,
dan Wajib pajak yang tidak diketahui alamatnya.
4. Upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
diantaranya adalah untuk mengatasi hambatan faktor internal, upaya yang
dilakukan yaitu dengan meningkatkan koordinasi dengan seksi-seksi lain
dalam instansi pajak sendiri dan meningkatkan keterampilan serta wawasan
Jurusita mengenai perpajakan. Sedangkan upaya untuk mengatasi hambatan
dari faktor eksternal yaitu dengan melakukan kerjasama dengan pihak ketiga
agar tindakan Penagihan pajak dapat berjalan optimal dan juga melakukan
pemutakhiran data mengenai Wajib pajak, serta memberikan penyuluhan
B. Saran
Setelah penulis mengemukakan uraian dan menarik kesimpulan dari data yang
ada, pada kesempatan ini penulis mencoba mengemukakan beberapa saran yaitu:
1. Pelakasanaan Penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur bedasarkan sistem harus lebih ditingkankan lagi, sehingga dapat
mengurangi tunggakan pajak dan meningkatkan penerimaan pajak.
2. Meningkatkan pengetahuan Jurusita melalui pendidikan dan pelatihan agar
terdapat kesiapan saat regenerasi. Selain itu juga lebih meningkatkan
penyuluhan Wajib pajak dan membuat kerjasama dengan pihak lain untuk
membuat talkshow seputar perpajakan ataupun membuat penayangan iklan
perpajakan lebih intensif lagi agar mampu menggugah ssemangat Wajib
pajak untuk membayar pajak. Dalam hal pendaftaran Wajib pajak baru,
sebaiknya perlu dilakukan penelitian lapangan agar alamat yang diberikan
oleh Wajib pajak dapat dibuntikan kebenarannya (tidak fiktif). Selain itu juga
pemberitahuan yang jelas dan menyeluruh atau sosialisasi dari pemerintahan
mengenai setiap perubahan peraturan perundang-undangan pajak, dan
penyuluhan tentang pentingnya pajak sebaiknya lebih ditingkatkan lagi,
seperti dengan cara mendatangi langsung Wajib pajaknya maupun dengan
membuat selebaran tentang informasi perpajakan. Sehingga penanggung
pajak menyadari kegunaan pajak dan diharapkan dapat membayar pajaknya
3. Perlunya dilaksanakan penyuluhan pajak secara lebih intensif oleh Direktorat
Jenderal Pajak, agar Wajib Pajak semakin sadar akan pentingnya membayar
pajak untuk kelangsungan pembangunan.
4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur hendaknya menindak tegas
Wajib Pajak yang tidak mengindahkan Surat Teguran yang disampaikan oleh
KPP.
5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur hendaknya menindak tegas
oknum-oknum yang berusaha menghalangi proses Penagihan yang
11 BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
A. Sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
Kantor pelayanan pajak dimulai pada masa penjajahan belanda, dan masa itu
kantor pelayanan pajak masih disebut Belasting, yang kemudian setelah
kemerdekaan negara Republik Indonesia berubah nama menjadi Kantor Inspeksi
Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi kantor Inspeksi Pajak dengan Induk
Organisasinya adalah Direktorat Jendral Pajak.
Di Sumatera Utara sendiri pada tahun 1976 berdiri 3 (tiga) kantor inspeksi
pajak, yaitu :
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan.
2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara.
3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Pada tahun 1978 Kantor Pajak Medan Selatan dipecah menjadi 2 (dua), yaitu
Kantor Pajak Medan Selatan dan Kantor pajak medan Kisaran. Untuk memudahkan
ekonomi yang semakin cepat, maka didirikannyalah Kantor Inspeksi Medan Timur
(sekarang Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ). Berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia No.94/KMK/.01/1994 tanggal 29 maret 1994,
didirikanlah Kantor pelayanana Pajak Medan Timur.
Kantor pelayanan Pajak Medan Timur merupakan bagian dari Direktorat
Jenderal Pajak mempunyai tugas pokok dibidang penerimaan negara yang berasal
dari pajak sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. Nomenlaktur
KPP Medan Timur diganti menjadi Kantor Pelayananan Pajak (KPP) Pratama Medan
Timur pada tanggal 06 Mei 2008, sesuai dengan Peraturan Menteri keuangan Nomor
67/PMK.0/2008 tentang perubahan kedua atas PMK No.132/PMK.01/2006
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Tmur beralamat di Jalan SukaMulia No.17-A
Medan.
Kantor Pelayanan Pajak Modren diseluruh jajaran Direktorat jenderal Pajak
terdiri dari tiga (3) jenis, yaitu :
1. Kantor pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar
2. Kantor pelayanan Pajak Madya
3. Kantor pelayanan Pajak Pratama
Dengan dibentuknya Kantor pelayanan Pajak Madya dan Kantor Pelayanan
Pajak Pratama di bawah kantor Wilayah DJP Sumatera Utara I, yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:
a. Kecamatan Medan Timur
b. Kecamatan Medan Tembung
c. Kecamatan Medan Perjuangan
3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah kecamatan Medan Barat
4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, dengan ruang lingkup
meliputi wilayah :
a. Kecamatan Medan Sunggal
b. Kecamatan Medan Petisah
c. Kecamatan Medan Helvetia
5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah :
a. Kecamatan Medan Kota
b. Kecamatan Medan Denai
c. Kecamatan Medan Area
d. Kecamatan Medan Amplas
6. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan polonia, dengan ruang lingkup
meliputi wilayah :
a. Kecamatan Medan polonia
b. Kecamatan Medan Maimun
d. Kecamatan Medan Tuntungan
e. Kecamatan Medan Selayang
f. Kecamatan Medan Johor
7. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, dengan ruang lingkup
meliputi wilayah :
a. Kecamatan Medan Belawan
b. Kecamatan Medan Marelan
c. Kecamatan Medan Labuhan
d. Kecamatan Medan Deli
8. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah:
a. Kota Binjai
b. Kabupaten Langkat
9. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah Kabupaten Deli Serdang .
B. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur serta Nilai – Nilai Kementerian Keuangan
Keberhasilan program moderenisasi di lingkungan Direktorat Jendral Pajak
khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, tidak hanya membawa
Timur. Tetapi lebih jauh juga dapat dampak positif terhadap pembangunan dan
kualitas kesehatan di negri ini.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jendral Pajak telah mencanangkan
visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan. Adapun visi dan
misi tersebut adalah sebagai berikut :
Visi Direktorat Jendral Pajak
“Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi
perpajakan moderen yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas
dan propesionalisme yang tinggi”.
Misi Direktorat Jendral Pajak
”menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang – undang perpajakan
yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara melalui sistem Administrasi Perpajakan yang efektif dan efisien”.
1. Visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
“Menjadi kantor pelayanan pajak terbaik tingkat nasional dalam menunjang
penerimaan negara melalui pelayanan prima”.
2. Misi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
“Mencapai kinerja yang optimal melalui pelayanan, penyuluhan dan pengawasan
berdasarkan ketentuan perpajakan.
Moto Pelayanan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
“Melayani Dengan Transparan,Integritas,Mumpuni,Upaya Optimal Dan Responsif ”
1. Memberikan Pelayanan Perpajakan Yang Prima Kepada Wajib Pajak
2. Memberikan Solusi Terbaik Kepada Wajib Pajak Berdasarkan Ketentuan
Perpajakan Yang Berlaku
3. Bekerja Dengan Cerdas, Akurat dan Efektif
Maklumat Pelayanan
“Dengan Ini Kami Menyatakan Sanggup Menyelenggarakan Pelayanan Sesuai
Standar Pelayanan Yang Telah Ditetapkan Dan Apabila Tidak Menepati Janji Ini,
Kami Siap Menerima Sanksi Sesuai Peraturan Perundang Undangan Yang Berlaku”
3. Nilai Kementrian Keuangan
a. Integritas
Menjalanakan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang teguh kodeetik
dan prinsip – prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur,
konsisten, dan menepati janji.
b. Profesionalisme
Memiliki kompetensi dibidang profesi dan menjalankan tugas atau pekerjaaan
sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan
sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan
sosial.
c. Sinergi
Membangun dan memastikan hubungan kerja sama internal yang produktif
serta kemintraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan
terlihat dua dimensi sinergi yang selayaknya terjalin, yaitu dimensi internal dan
dimensi eksternal.
d. Pelayanan
Memberikan pelayanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan
yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat dan aman.
e. Kesempurnaan
Senantiasa melakukan upaya perbaikan disegala bidang untuk menjadi dan
memberikan yang terbaik.
C.Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta
posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan
operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi meggambarkan dengan jelas
pemisahan kegiatan pekerjaan antara satu dengan yang lainnya dan bagaimana
hubungan aktifitas dan fungsi dibatasi.
Struktur organisasi yang ada di kantor pelayanan pajak pratama medan timur
adalah sebagai berikut :
1. Sub bagian umum dan Kepatuhan Internal
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Pemeriksaan
6. Seksi Ekstensifikasi dan penyuluhan
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
11. Kelompok jabatan fungsional
Adapun wilayah kerja di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur antara lain:
1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
Kelurahan Pulo Brayan Darat I dan II Kelurahan Sidodadi.
2. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
Kelurahan Sei Kera HilirI dan II, Kelurahan Sidorame Barat I dan II,
KelurahanPahlawan, Kelurahan Sei Kera Hulu, Kelurahan Padau Hilir dan
Kelurahan Tegal Rejo.
3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
Kelurahan Bandar Selamat, Kelurahan Bantan, Kelurahan Bantan Timur,
Kelurahan Indri Kasih, Kelurahan Sidorejo, Kelurahan Sidorejo Hilir dan
Kelurahan Printis.
4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
Kelurahan Durian, Kelurahan Gaharu, Kelurahan Glugur Darat I dan II,
Tabel II.1. Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Timur
No. Unit Jumlah Pegawai
(Orang)
1 Sub Bagian Umum 7
2 Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 10
3 Seksi Pelayanan 14
4 Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 15
5 Seksi Penagihan 4
6 Seksi Ekstensifikasi Perpajakan 6
7 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 7
8 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 8
9 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 8
10 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 8
Jumlah 87 Orang
Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Tahun 2015
D.Uraian Tugas dan Fungsi 1. Kepala Kantor
Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB,
maka kepala Kantor KPP Pratama mempunyai Tugas Mengkoordinasi
Pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang
Pajak Penghasilan, pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang
Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Sub Bagian Umum dan kepatuhan internal
Melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah tangga, dan
pengelolaan kinerja pegawai, pemantauan pengendalian intern, pemantauan
pengelolaan resiko, pemantauan kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin,
dan tindak lanjut hasil pengawasan, serta penyusunan rekomendasi perbaikan
Adapun tugasnya sebagai berikut:
a. Penatausahaan surat masuk dan keluar
b. Menyusun tanggapan/ tindak lanjut terhadap surat hasil pemeriksaan/
laporan hasil pemeriksaan dari Ditjen Kemenkeu/BPK/ Unit
Fungsional Pemeriksaan lainnya.
c. Menyusun tanggapan terhadap surat pengaduan anggota masyaraakat
melalui pos maaupun secara langsung.
d. Menyusun laporan berkala KPP, meliputi Laporan Ketertiban
pegawai, Laporan Penggunaan Anggaran, Laporan Pemakaian
Barang-barang milik negara dan lain sebagaainya.
e. Meneliti pelanggaran disiplin pegawai yang terjadi sessuai dengan
peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010.
f. Pengadministrasian hak-hak pegawai antara lain hak cuti, asuransi
kesehatan, pengangkatan pegawai, pengajuan pengsiun dan
sebagainya.
g. Pengadministrasian gaji pegawai.
h. Pemeliharaan aset-aset negara serta pengadaaan barang-barang
kebutuhan kantor.
i. Pengelolaan dan penggunaan anggaran, serta mengelola sistem
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Melakukan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi
perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha angka
penerimaan pajak, pengalokasian, pelayanan dukungan teknis computer,
pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.
Adapun tugasnya sebagaai berikut:
a. Menyusun rencana penerimaan pajak berdassaarkan ekonomi dan
keuangan.
b. Menatausahaan penerimaan pajak.
c. Membuat laporan monitoring penerimaan pajak dan extra effort.
d. Perbaikan komputer dan aplikasi komputer.
e. Penatausahaan alat keterangan.
f. Penatausahaan surat-surat masuk pada seksi pengolaan data dan
informasi.
g. Pengaturan jaringan komputer keseluruh pegawai serta pengawasan
terhadap penggunaan jaringan komputer.
4. Seksi Pelayanan
Melaksaanakan penerbitan produk hukum perpajakan,
pengadministrasiandokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan,
pelaksanaan registrasi WP, serta kerja sama perpajakan sesuai ketentuan yang
a. Menatausahakan surat permohonan dari wajib pajak dan
surat-surat lainnya pada tempat pelayanan terpadu(TPT)
b. Menatausahakan surat-surat masuk untuk seksi pelayanan.
c. Penatausaahakan arsip/berkas perpajakan.
d. Menyelesaikan registrasi wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena
pajak serta permohonan NPWP.
e. Menyelesaikan permohonan penghapusan NPWP dan pengukuhan
PKP.
f. Menerbitkan surat keputusan pembetulan produk hukum.
g. Pemberitahuan wajib pajak keluar/ pindah masuk.
h. Menatausahakan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN atau SPT
masa PPh pemotong dan pemungut yang telah diterima kembali dalam
rangka pengawasan kepatuhan wajib pajak.
i. Menyelesaikan permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian
SPT Tahunan PPh.
j. Melayani peminjaman/ pengiriman berkas dari/ ke KPP lain.
k. Melaksanakan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi.
l. Mencetak surat teguran sehubungan dengan SPT Tahunan PPh, SPT
masa PPh, SPT masa PPN, yang tidak di sampaikan atau disampaikan
tidak sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
m. Menerbitka Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan
n. Melaksanakan penyuluhan perpajakan.
o. Melaksanakan pelayanan kebutuhan informasi perpajakan yang
dibutuhkan oleh wajib pajak
5. Seksi Penagihan
Pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan
dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta
penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.Adapun tugasnya sebagai
berikut:
a. Menatausahakan surat masuk ke seksi penagihan.
b. Melakukan pengawasan terhadap tunggakan dan angsuran/pelunasan
pajak.
c. Menerbitkan dan menyampaikan surat teguran kepadaa wajib pajak.
d. Menerbitkan dan melaksanakan surat paksa.
e. Menerbitkan SPMP (surat perintah melakukan penyitaan) dan
melaksanakan penyitaan.
f. Menerbitkan surat permintaan pemblokiran rekening wajib pajak
kepada pimpinan bank.
g. Melakukan proses lelang atas harta kekayaan penunggakan pajak yang
telah disita.
h. Melakukan penelitian administratif dan penelitian setempat terhadap
piutang pajak yang diperkirakan tidak dapat ditagih/tidak mungkin
i. Melakukan penelitian atas usulan penghapusan piutang pajak.
j. Menjawab konfirmasi data tunggakan wajib pajak.
6. Seksi Pemeriksaan
Pelaksanaan penyusunan perencanaan pemeriksaan, pengawasan
pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah
Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya, serta
pelaksanaan pemeriksaan oleh petugas pemeriksaan oleh petugas pemeriksa
pajak yang ditunjuk kepala kantor
Adapun tugasnya sebagai berikut:
a. Menatausahakan surat masuk ke seksi pemeriksaan dan kepatuhan
internal.
b. Mengusulkan wajib pajak yang akan dilakukan pemeriksaan.
c. Menerbikan surat perintah pemeriksaan (SP2), surat pemberitahuan
(SPT) pemeriksaan pajak dan surat pemanggilan pemeriksaan pajak.
d. Menatausahakan laporan hasil pemeriksaan (LPH) dan nota
perhitungan (Nothit).
e. Mengusulkan dilakukannya penyidikan pajak.
f. Membuat laporan tentang wajib pajak patuh.
g. Pengawasan / kepatuhan internal.
7. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan.
Mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan
pajak dalam menunjang ekstensifikasi, bimbingan dan pengawasan wajib
pajak baru, serta penyuluhan perpajakan. Adapun tugasnya sebagai berikut:
a. Menatausahakan surat yang masuk ke seksi ekstensifikasi perpajakan.
b. Menerbitkan surat himbauan ber-NPWP.
c. Mencari data dari pihak ketiga dalam rangka pembentukan data
perpajakan.
d. Mencari data potensi perpajakan dalam pembuatan monografi fiska.
e. Pembuatan daftar biaya komponen bangunan (DBKB).
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Melaksanakan pengawasan kepatuhan Wajib pajak (PPh, PPN, dan Pajak
lainnya), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis
perpajakan, penyusunan profil Wajb Pajak, analis kinerja Wajib Pajak dalam
rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding
berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 4
(empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya
didasarkan pada cakupan wilayah(territorial tertentu).
a. Melakukan pengawasan penerbitan surat teguran kepada wajib pajak
yang belum menyampaikan surat pemberitahuan (SPT).
b. Melaksanakan peneliatian dan analisa kepatuhan material wajib pajak.
c. Melakukan penghapusan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak
benar.
e. Pengusulan wajib pajak patuh.
f. Melakukan penelitian untuk mengusulkan penerbitan Surat
Keterangan Fiskal (SKF).
g. Pemberian izin penggunaan mesin teraan materai.
h. Melakukan bimbingan dan memberikan konsultasi teknis kepada
wajib pajak.
i. Mengirimkan himbauan perbaikan surat pemberitahuan (SPT).
j. Melakukan kunjungan kerja ke lokasi wajib pajak dalam rangka
pengawasan dan wajib pajak.
k. Melaksanakan rekonsiliasi data wajib pajak (data maching).
l. Membuat surat keterangan bebas (SKB).
9. Kelompok Jabatan Fungsional Pemeriksaan Pajak
Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan
Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada
Kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional
Pemeriksaan berkoordinasi, integrasi,sinkronisasi, dan simplifikasi dengan
Seksi Ekstensifikasi.Selain itu, teknologi informatika dan sistem informasi
dimanfaatkan secara optimal
a. melakukan pemeriksaan sederhana lapangan atau pemeriksaan
lengkap.
c. Membuat nota perhitungan (Nothit) pajak, daftar kesimpulan hasil
pemeriksaan (DKHP) dan alat keterangan (Alket).
8 BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Pajak bukan lagi sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia, karenapajak
mempunyai peranan yang sangat besar dalam menjalankan rodapemerintahan. Pajak
merupakan salah satu penerimaan Negara yang digunakan untuk melaksanakan
pembangunan bagi seluruh rakyat indonesia. Pada saat ini sektor perpajakan
merupakan sumber penerimaan negara yang paling ideal dan sangat besar
kontribusinya baik penerimaan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Dilihat dari potensi pajak menjadi salah satu sektor yang dapat memenuhi
pembiayaan pembangunan yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Pemanfaatan sumber perpajakan bisa berjalan secara baik tidak lepas dari
adanya kebijakan–kebijakan dari pemerintah dan peran serta masyarakat selaku wajib
pajak untuk memenuhi kewajiban pembayaran pajak berdasarkan ketentuan
perpajakan. Namun dalam kenyataannya masih banyak dijumpai adanya tunggakan
Selama ini masyarakat selaku masih menganggap bahwa pajak bukan sebagai
kewajiban, melainkan lebih dianggap sebagai momok dan beban,karena dengan
membayar pajak akan mengurangi penghasilan atau harta kekayaan yang mereka
miliki, sementara di lain pihak tingkat pendapatan yang rendah serta minimnya
pengetahuan tentang pajak merupakan suatu faktor yang menyebabkan kurangnya
kesadaran masyarakat untuk melunasi pembayaran kewajiban pajaknya.
Sehubungan dengan hal itu, aparat pajak dalam melakukan tugasnya didukung
oleh berbagai faktor penunjang, salah satunya adalah penerapan langkah strategi
meningkatkan kepatuhan wajib pajak, serta upaya yang dilakukan dalam rangka
pelunasan atau pencairan tunggakan pajak yang terutang sesuai dengan prosedur
penagihan sehingga tercapainya pelunasan tunggakan pajak yang semestinya untuk
meningkatkan penerimaan pajak.
Pajak sebagai sumber utama penerimaan negara perlu terus ditingkatkan
sehingga pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan kemampuan sendiri
berdasarkan prinsip kemandirian. Peningkatan kesadaran masyarakat di bidang
perpajakan harus ditunjang dengan iklim yang mendukung peningkatan peran aktif
masyarakat selaku wajib pajak dan serta pemahaman akan hak kewajibannya dalam
melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Penagihan pajak adalah rangkaian kegiatan petugas pajak yang dilakukan
kepada penanggung pajak agar melunasi utang pajaknya berikut biaya penagihan
yang timbul dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan
seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan,
melaksanakan penyitaan atau pemblokiran rekening, melaksanakan penyanderaan
Melihat pentingnya pelaksanaan penagihan pajak guna pelunasan utang pajak
oleh wajib pajak, maka mendorong penulis untuk memilih judul “Pelaksanaan
Penagihan Tunggakan Pajak Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur”.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) merupakan salah satu syarat yang
harus dilaksanakan mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan Program Diploma III
Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara. Tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan praktik kerja lapangan mandiri
(PKLM) ini adalah:
1.1 Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya penagihan tunggakan
pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
1.2 Untuk mengetahui kendala-kendala atau hambatan yang terjadi
dalam penagihan tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Timur.
1.3 Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala
dalam penagihan tunggakan pajak oleh Kantor Pelayanan Pajak
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 2.1 Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama kuliah pada
saat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
b. Dapat mempraktikkan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah ke dalam
dunia kerja.
c. Untuk meningkatkan komunikasi maupun pendekatan pada instansi
mengenai fungsi dan tugas.
d.Memahami tentang pelaksanaan penagihan tunggakan pajak terhadap wajib
pajak orang pribadi pada kantor pelayanan pajak pratama medan timur.
2.2 Bagi Instansi
a.Untuk mempererat hubungan baik antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur Dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program
Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
b.Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kinerja dilingkungan instansi.
c. Dapat mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan ilmu perpajakan
dilingkungan Perguruan Tinggi khusunya di Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan.
2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
a. Untuk mempererat hubungan baik Universitas Sumatera Utara Khususnya
Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan Kantor
b. Memberikan uji nyata atas ilmu yang didapat selama masa perkuliahan
c. Dapat mempromosikan sumber daya manusia yang berkompeten dibidang
perpajakan .
d. Mendapatkan masukan dan saran atas kurikulum yang berlaku di Program
Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
C. Uraian Teoritis
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam bukunya Dasar - Dasar
Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan menyatakan Pajak adalah iuran kepada kas
Negara bersadasarkan Undang - Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapatkan jasa timbal balik (kontaprestasi), yang dapat ditunjukkan dan digunakan
untuk membayar pengeluaran umum (Resmi, 2011:1).
Berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan , Pajak adalah kontribsusi Wajib kepada Negara yang
terutang oleh orang pribadi dan badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Syarat pemungutan Pajak, agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan
atau perlawanan, terlebih dahulu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi
utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,
melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa,
mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan,
menjual barang yang telah disita (Pasal 1 angka 9 UU No. 19/2000).
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah :
1. Prosedur pelaksanaan penagihan tunggakan pajak terhadap wajib pajak orang
pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur .
2. Informasi mengenai data-data pelunasan tunggakan pajak di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Timur.
3. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam proses penagihan pajak dan
upaya-upaya yang ditempuh dalam mengatasinya.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun metode dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan persiapan yang dibutuhkan dalam Praktik
Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) , mulai dari pengajuan judul, penentuan
judul oleh ketua program studi, penyusunan proposal, perbaikan proposal,
penentuan dosen pembimbing, bimbingan, persetujuan dan pengajuan surat
2. Studi Pustaka
Penulis melakukan studi literatur ke berbagi sumber bacaan yang berkaitan
dengan judul dan proposal tersebut yang merupakan dasar teori yang
mendukung pembuatan laporan seperti buku–buku, majalah, koran,Undang–
Undang maupun literatur yang berkaitan dengan kegiatan yang akan
dilakuakan oleh penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri.
3. Observasi Lapangan
Melakukan pengamatan secara langsung di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur untuk mengetahui keadan kinerja pada kantor tersebut dan
untuk mendapatkan gambaran mengenai masalah yang akan diteliti.
4. Pengumpulan Data
Dalam tahap ini penulis melakukan pengumpulan data yang diperlukan dalam
penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri Pengumpulan data
penulis lakukan demi menunjang keberhasilan dari topik yang akan dibahas,
dalam hal ini data–data bersumber dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur baik dari hal- hal yang sudah lihat, data tertulis maupun data
lisan.
5. Analisis Dan Evaluasi
Kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisa permasalahan dan
kendala yang dihadapi dan mencari tahu atau menanyakan solusi yang terbaik
F. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Wawancara
Dalam metode ini penulis melakukan tanya jawab Langsung kepada para
pegawai mengenai permasalahan yang dihadapi penulis dalam penulisan
laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
2. Observasi
Dalam metode ini penulis langsung ke lapangan untuk melakukan
pengamatan terhadap data-data di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur.
3. Dokumentasi
Dalam metode ini penulis mempelajari dokumen-dokumen resmi atau
arsip-arsip yang dianggap penting bukti otentik yang berhubungan dengan
pelaksanaan penagihan tunggakan pajak terhadap wajib pajak orang pribadi di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dan data lain yang
berhubungan dengan objek pembahasan.
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun sistematika dalam penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan secara singkat alasan penulis untuk melakukan
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM), Uraian Teoritis, Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM), Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Metode
Pengumpulan Data, dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM).
BAB II GAMBARAN UMUM DAN OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Pada bab ini diuraikan mengenai sejarah singkat mengenai lokasi Praktik Kerja
Lapngan Mandiri. Berdirinya KPP Pratama Medan Timur, uraian tugas pokok dan
fungsi, struktur organisasi dan keadaan pegawai KPP Pratama Medan Timur.
BAB III GAMBARAN DATA DAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
Dalam bab ini dijelaskan mengenai pelaksanan dan tata cara penagihan tunggakan
dan pemungutan pajak orang pribadi oleh KPP Pratama Medan Timur.
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis menganalisa data yang sudah dikumpulkan terlebih dahulu
dan menyederhanakan data yang banyak dalam bentuk yang lebih sederhana.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini menguraikan tentang kesimpulan, mengenai objek Praktik Kerja
Lapangan Mandiri di lapangan yang dianggap perlu. Sedangkan Saran merupakan hal
- hal, ide - ide, atau gagasan yang harus dilakukan dalam melaksanakan solusi atau
masalah yang dibahas dari objek pembahasan yang terdapat dalam pelaksanaan
Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
PELAKSANAAN PENAGIHAN TUNGGAKAN PAJAK TERHADAP WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
MEDAN TIMUR O
L E H
SELAMAT APRIANTO 122600008
Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
penulis berupa rahmat, hidayah serta nikmat kesehatan, kesempatan, kesabaran, dan
kreativitas sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tak lupa, penulis
mengucapkan shalawat berangkaikan salam kepada Nabi Muhammad SAW semoga
penulis mendapatkan syafa’atnya kelak.
Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madia (A.Md). Adapun judul Tugas Akhir ini adalah
“Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur”.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu, memberikan dukungan, motivasi dan inspirasi
kepada penulis sehingga Tugas Akhir ini selesai. Ucapan terima kasih disampaikan
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
2
3. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
4. Bapak/Ibu Dosen Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah
memberikan ilmu pengetahuan terutama di bidang perpajakan kepada penulis
selama menjajaki masa kuliah.
5. Seluruh Bapak/Ibu Staff Pegawai Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP
USU yang telah banyak membantu dan memberikan masukan selama masa
perkuliahan sampai dengan selesainya Laporan Tugas Akhir ini.
6. Bapak Henri Sibarani. SE.Ak, MSi selaku Dosen Pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu memberikan arahan, petunjuk serta bimbingan
penulis dalam menyusun dan menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dari awal
hingga selesai.
7. Bapak Supervisor Lapangan yang bersedia meluangkan waktunya memberikan
data-data yang diperlukan dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
8. Kepada Keluarga yang menjadi inspirasi utama penulis dalam menyelesaikan
Tugas Akhir ini, yang tak henti-hentinya mendukung segala hal yang ingin
penulis lakukan, membesarkan dan mendidik dengan kasih sayang berlimpah
kepada penulis dari kecil hingga sekarang serta dapat memberikan kebutuhan
penulis selama menapakin bangku perkuliahan.
9. Seluruh Mahasiswa Diploma III Administrasi Perpajakan stambuk 2012 yang
3
Pihak-pihak lain dan seluruh teman-teman yang namanya tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu lagi, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan
dukungan hingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan dan
penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini, namun penulis menyadari masih banyak
kelemahan dari segi isi maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan Laporan Tugas
Akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat
memberikan manfaat kepada pembaca.
Medan, Agustus 2015
Penulis
4 DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 4
C. Uraian Teoritis ... 5
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 6
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 7
F. Metode Pengumpulan Data ... 8
G. Sistematika Penulisan Laporan ... 9
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur ... 11
B. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur serta Nilai-nilai Kementerian Keuangan ... 15
C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 18
5
BAB III : GAMBARAN MENGENAI PELAKSANAAN PENAGIHAN TUNGGAKAN PAJAK TERHADAP WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
A. Ketentuan Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak Terhadap
Wajib Pajak Orang Pribadi ... 29
B. Defenisi Penagihan Pajak ... 30
C. Penagihan Utang Pajak ... 30
D. Dasar Hukum Penagihan Pajak ... 31
E. Tatacara Penagihan ... 32
F. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa ... 33
G. Penagihan Seketika dan Sekaligus ... 37
H. Penyitaan ... 39
I. Pelaksanaan Lelang ... 40
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI A. Analisa Perkembangan Wajib Pajak yang Menunggak Pajak .... 41
B. Pelaksanaan Penagihan Pajak yang Dilakukan ... 43
C. Faktor-faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Penagihan Melalui Surat Paksa ... 50
6 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 51
B. Saran ... 53
7
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel II.1 Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Timur ... 20
Tabel IV.1 Jumlah Penerbitan Surat Teguran dan Surat Paksa untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama