• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

TUGAS AKHIR

TENTANG

PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PADA

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN PETISAH

Oleh :

NAMA : DESSY RAHMADANI NASUTION

NIM : 122600130

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi

Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Kata Pengantar

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala serta

shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan nikmat

dan kemudahanya, sehingga penulis mampu menyelesaikan Program Studi Diploma

III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

Syukur Alhamdulillah dengan rahmat dan ridho-Nya jugalah yang disertai

dengan usaha-usaha dan kemampuan yang ada pada penulis, maka penulis telah dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “PELAKSANAAN PENAGIHAN

PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA MEDAN PETISAH.Dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini banyak

bantuan yang diterima baik berupa moral maupun material serta bimbingan yang banyak

membantu penulisdalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan FISIP USU.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Program Studi

Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan

Tugas Akhir ini.

4. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Diploma III Administrasi

(3)

5. Bapak Seluruh Bapak/Ibu Dosen Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU

yang telah memberikan ilmunya selama penulis menjalani perkuliahan.

6. Bapak Johan Marlon Tambunan selaku Supervisor Lapangan yang telah meluangkan

waktunya untuk membantu saya mendapatkan data yang perlu diperlukan dalam

Penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.

7. Kepada kedua orang tua saya, Bapak Abdul Halim Nasution dan Ibu Erni yang telah

memberikan kasih sayang tiada henti, memberikan semangat, doa dan dukungan

berupa moral dan material selama menimba ilmu di Universitas Sumatera Utara.

8. Kepada adik sayaDenny Sakti Nasution dan Dea Safira Arba’ah Nasution yang

senantiasa memberikan dukungan dan semangat untuk menyelesaikan Laporan Tugas

Akhir.

9. Kepada abang saya Deddy Afrandi Nasution yang telah memberikan dukungan

dalam bentuk moral dan material selama menimba ilmu di Universitas Sumatera

Utara.

10. Ibu Corby Siburian, Abangda Afrizal Pasaribu S.Sos, dan Bapak Indra Effendy

Rangkuti S.Sos yang telah banyak membantu dan memberi masukan selama masa

perkuliahan sampai dengan selesainya TugasAkhir ini.

11. Teman-teman baik saya Mita Anwar, Angelia Nadia Sirait, Kristina Malau dan Octo

Marabona yang senantiasa mendukung satu sama lain dalam penyelesaian Laporan

Tugas Akhir.

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis menyadari adanya

kelemahan baik dari segi isi, tata bahasa, maupun penyajiannya. Akan tetapi,

penulis telah berusaha secaramaksimal dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir

(4)

ini. Penulis juga memohon maaf apabila terjadi kesalahan kata – kata dalam

penulisan Laporan Tugas Akhir ini.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat

bermanfaat bagi parapembaca nantinya.

Medan, April 2015

Penulis

Dessy Rahmadani Nasution

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3

C. Uraian Teoritis ... 4

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 7

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 7

F. Metode Pengumpulan Data ... 9

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 10

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah ... 12

B. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah ... 12

C. Moto Pelayanan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah ... 14

D. Tugas, Fungsi, Struktur Organisasi, dan Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah ... 14

E. Mandat yang Diberikan ... 23

F. Peran Strategis Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah ... 23

(6)

G. Sumber Daya Manusia ... 24

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Dasar Hukum Penagihan Pajak dengan Surat Paksa... 26

B. Pengertian Penagihan Pajak ... 27

C. Surat Tagihan Pajak ... 28

D. Penagihan Utang Pajak ... 30

E. Dasar Penagihan Pajak ... 31

F. Penagihan Utang Pajak dengan Surat Paksa ... 33

G. Penerbitan Surat Paksa ... 35

H. Jadwal Pelaksanaan Penagihan Pajak ... 36

I. Tata Cara Penagihan Pajak dengan Surat Paksa ... 37

J. Penagihan Seketika dan Sekaligus ... 38

K. Penyitaan ... 39

L. Jurusita Pajak ... 41

BAB IV ANALISA DATA EVALUASI DATA A. Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah ... 43

B. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa ... 51

(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )

PKLM adalah suatu kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang

bertujuan untuk memberikan pengalaman praktis di lapangan yang secara langsung

berhubungan dengan teori-teori keahlian yang diterima dari dosen Program Studi

Administrasi Perpajakan guna mengetahui secara langsung fungsi dan tugas dalam

pekerjaan yang sebenarnya.Sebagai Negara yang berkembang Negara Republik

Indonesia tengah menggalakkan pembangunan disegala bidang yaitu pembangunan

dibidang ekonomi, sosial budaya, hukum dan lain-lain. Salah satu usaha untuk

mewujudkan kemandirian suatu bangsa yaitu dengan menggali sumber dana yang

berasal dari dalam negeri yang berupa pajak. Pajak dipungut dari Warga Negara

Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksa penagihannya.Dalam

praktiknya sering kali dijumpai pihak-pihak yang tidak mempunyai kesadaran untuk

membayar pajak.

Penagihan pajak dengan surat paksa dilakukan oleh pegawai kantor pajak dimana

wajib pajak yang bersangkutan tinggal. Dengan adanya penagihan pajak dengan surat

paksa, wajib pajak yang tidak mau membayar pajaknya dapat dipaksa untuk

memenuhi kewajibannya, jika setelah dilakukan penagihan menggunakan surat paksa,

wajib pajak tersebut masih tetap tidak mau membayar pajaknya, maka kepadanya

(9)

sanksi kurungan ini mengakibatkan hilangnya kebebasan seseorang dan adanya

penyitaan barang mengakibatkan harta orang tersebut tidak dapat dipergunakan lagi

seperti semula. Penagihan pajak dengan surat paksa tidak dapat dilakukan dengan

sewenang-wenang.Dasar hukum melakukan tindakan penagihan pajak adalah

Undang-undang No 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat

Paksa.Undang-undang ini mulai berlaku tanggal 23 Mei 1997.Undang-undang ini

kemudian diubah dengan Undang-undang No 19 tahun 2000 yang mulai berlaku pada

tanggal 1 Januari 2001. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 ini untuk menambah

ketajaman upaya penagihan pajak, dalam keadaan tertentu terhadap wajib pajak dapat

dikenakan penagihan pajak dengan surat paksa yang nantinya akan diikuti penyitaan,

pelelangan dan bahkan penyanderaan. Undang-Undang penagihan pajak dengan surat

paksa diharapkan dapat mengatasi semua permasalahan yang ada dalam hal

penagihan pajak, khususnya dalam hal penunggakan hutang pajak oleh wajib pajak.

Penagihan pajak dengan surat paksa dilakukan apabila wajib pajak atau penanggung

pajak lalai melaksanakan kewajiban membayar pajak dalam waktu sebagaimana telah

ditentukan dalam pemberitahuan sebelumnya atas surat teguran maka penagihan

selanjutnya dilakukan juru sita pajak dengan menggunakan surat paksa yang

diberitahukan oleh juru sita pajak dengan pernyataan dan penyerahan kepada

penanggung pajak. Penagihan pajak dengan surat paksa ini dilakukan oleh juru sita

pajak pusat maupun daerah.

Dalam pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa petugas mengalami

kesulitan berhadapan dengan wajib pajak yang tidak menerima atas adanya surat

(10)

utang pajak oleh wajib pajak, maka mendorong penulis mengangkat judul tentang

“Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Medan Petisah”.

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )

Adapun yang menjadi tujuan dan pelaksanaan PKLM :

a. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

b. Untuk mengetahui faktor penghambat penagihan pajak dengan surat paksa pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

2.1 Bagi Mahasiswa :

a. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan wawasan penulis

khususnya dalam pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa.

b. Mengaplikasikan teori dan ilmu yang didapat dibangku kuliah melalui

Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

c. Memberikan bekal pengalaman kerja kepada setiap mahasiswa.

2.2 Bagi Instansi/Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah :

a. Membina hubungan baik dengan Program Studi Diploma III Administrasi

Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

(11)

b. Sebagai bahan masukan bagi Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I

khususnya kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dalam

menangani administrasi pajak.

c. Dapat menambah sumber-sumber ide baru dari Universitas Sumatera

Utara melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik :

a. Untuk meningkatkan hubungan antara Universitas Sumatera Utara dengan

instansi pemerintahan dalam hal ini di Kantor Pelayanan Pajak.

b. Agar Universitas lebih berperan dalam kegiatan pendidikan sesuai dengan

peraturan yang sekarang ditetapkan.

c. Mempromosikan sumber daya yang dimiliki oleh Universitas Sumatera

Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

yang memahami administrasi perpajakan.

C. Uraian Teoritis

1. Pengertian Pajak

Pajak menurut Mardiasmo (2013 : 1) adalah “iuran rakyat kepada kas Negara

berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak

mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjuk

dan digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran umum.”

Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan

(12)

adalah Kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara

bagi kemakmuran rakyat.

2. Fungsi Pajak

Dikemukakan oleh Resmi (2011 : 3) secara teoritis dapat dilihat bahwa pajak

memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan Negara dan bermasyarakat yaitu :

fungsi budgetair, dan fungsi regulerend.

a. Fungsi budgetair (Sumber Keuangan Negara )

Artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk

membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.

b. Fungsi reguleren (Pengatur)

Artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan

pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan

tertentu diluar bidang keuangan. Contohnya : Pajak yang tinggi dikenakan

terhadap barang-barang mewah. Pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM)

dikenakan pada saat transaksi jual beli barang mewah.Semakin mewah suatu

barang maka tarif pajaknya semakin tinggi sehingga barang tersebut semakin

mahal harganya. Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak

berlomba-lomba mengkonsumsi barang mewah (mengurangi gaya hidup

(13)

3. Pengertian Penagihan Pajak, Surat paksa dan Penagihan Pajak Dengan

Surat Paksa

Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar

penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan

menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan

sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan,

melaksanakan Penyitaan, melaksanakan Penyanderaan, menjual barang yang

telah di sita. Sedangkan menurut Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak

No.D.15.4/IV/31/1976 tanggal 30 Maret 1976 tentang Pedoman Juru Sita

mengatakan bahwa Surat Paksa adalah surat keputusan yang mempunyai

kekuatan yang sama dengan Grosse (yang asli) keputusan hakim dalam perkara

perdata yang tidak dapat diganggu gugat lagi dengan cara meminta banding

kepada hakim yang lebih atas. Surat Paksa harus menggunakan kepala “atas

nama keadilan” karena perkataan-perkataan itulah surat paksa mendapat

kekuatan ekskutorial yaitu kekuatan untuk dijalankan dan kekuatan itu

didapatkannya karena keadilan yang semata-mata memerintah pelaksanaan itu.

Sehingga Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa ini adalah suatu

bentuk eksekusi tanpa peraturan hakim (yang menjadi wewenang fiskus) yang

(14)

4. Fungsi Surat Tagihan Pajak

Dalam hal ini fungsi Surat Tagihan Pajak adalah :

a. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang dari SPT Wajib Pajak, yang

artinya jika pajak dalam tahun berjalan yang tidak atau kurang bayar / disetor

ataupun kekurangan pembayaran pajak, akibat salah tulis dan atau salah

hitung dalam surat pemberitahuan.

b. Sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga dan denda.

c. Alat untuk menagih

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam laporan praktik kerja lapangan mandiri ini, yang menjadi ruang lingkup

penulisan adalah :

1. Pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Medan Petisah.

2. Faktor penghambat pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

3. Cara menyelesaikan masalah dalam pelaksanaan penagihan dengan surat

paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam pelaksanaan praktik kerja lapangan mandiri maka penulis menggunakan

(15)

1. Tahap Persiapan

Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa atau mahasiswi sebelum terjun

langsung melakukan PKLM yaitu :

a. Pengajuan judul proposal

b. Penentuan judul proposal

c. Seminar proposal

d. Penentuan tempat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

e. Penentuan dosen pembimbing

f. Pengurusan administrasi dan izin serta konsultasi dengan pihak dosen

2. Studi Literatur

Penulis mengumpulkan data-datanya yang menyangkut masalah yang akan

dibahas melalaui buku-buku perpajakan, majalah, undang-undang

perpajakan, keputusan Menteri Keuangan, keputusan Direktorat Jenderal

Pajak dan bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan objek

pembahasan.

3. Observasi Lapangan

Yaitu kegiatan studi untuk mencari data-data serta informasi-informasi

dengan mengikuti Praktik Kerja Lapangan Mandiri pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama serta mempelajari laporan-laporan yang berhubungan dengan

masalah yang akan di bahas.

4. Pengumpulan Data Primer dan Sekunder

Dalam hal ini penulis mengumpulkan data primer dan sekunder berhubungan

(16)

yang akan diperlukan dalam penyusunan laporan akhir dari kegiatan Praktik

Kerja Lapangan Mandiri.

a) Data Primer

Data yang diperoleh melalui wawancara terhadap orang-orang yang

dianggap mampu memberikan masukan dan informasi serta observasi

penulis di lapangan tempat objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

b) Data Sekunder

Data/informasi yang diperoleh melalui studi literatur seperti

sumber-sumber pustaka, Undang-Undang, dokumentasi maupun literatur lain yang

berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

5. Analisa Data dan Evaluasi

Kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisa permasalahan,

kendala yang dihadapi mencari tahu atau menanyakan bagaimana cara

menyelesaikan permasalahan yang timbul di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Petisah.

F. Metode Pengumpulan Data

Hal ini berkaitan dengan pengumpulan data dan informasi serta keterangan dalam

pelaksanaan PKLM, ada beberapa cara dalam pengumpulan data yaitu :

1. Daftar Pertanyaan ( Interview Guide )

Pengumpulan data dan mencari data dengan melakukan wawancara dengan

(17)

menambah objektif yang berkaitan dengan kebutuhan untuk melengkapi

laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

2. Daftar Observasi ( Observation Guide )

Dengan melakukan pengamatan langsung dan melakukan pencatatan data

yang diperlukan untuk pembahasan masalah.

3. Daftar Dokumentasi

Pengumpulan buku-buku perpajakan, majalah, undang-undang perpajakan,

Menteri Keuangan, Keputusan Direktorat Jenderal Pajak dan data-data lain

yang berhubungan dengan objek pembahasan.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam laporan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )

penulis menguraikan penulisan tersusun secara sistematika yang akan

dilakukan dalam penulisan laporan PKLM ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Didalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang, tujuan dan

manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang lingkup, metode PKLM, metode

pengumpulan data, dan sistematika.

BAB II : GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PKLM

Penulis menjelaskan gambaran umum objek dan lokasi PKLM, sejarah

singkat serta struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

(18)

BAB III : GAMBARAN DATA TENTANG PELAKSANAAN PENAGIHAN

PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

Pada bab ini penulis membahas mengenai teori ketentuan dan tata cara

pelaksanaan, penagihan pajak dengan surat paksa berdasarkan

Undang-Undang pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini berisi analisa penulis dan pembahasan-pembahasan mengenai

pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa, faktor penghambat

pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa, cara penyelesaian masalah

dalam pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini terdiri dari dua hal yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan

merupakan inti yang mencakup seluruh objek pembahasan yang dibahas

PKLM, sedangkan saran merupakan ide atau gagasan yang harus dilakukan

dalam menemukan solusi atas masalah yang dibahas dari objek pembahasan

yang terdapat dalam laporan pelaksanaan PKLM.

DAFTAR PUSTAKA

(19)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA

LAPANGAN MANDIRI

A.Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah

Sejak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak-Departemen Keuangan melakukan

modernisasi perpajakan sebagai bagian dan reformasi perpajakan (tax reform) dan

reformasi birokrasi.Dilakukan perubahan paradigma perpajakan dengan

mengedepankan aspek pelayanan kepada Wajib Pajak, yang diimbangi dengan

pengawasan dan konsultasi.Untuk implementasinya dibentuk Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) modern dengan tiga model, yakni KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya, dan

KPP Pratama.Salah satunya adalah KPP Pratama Medan Petisah yang terletak di

Jalan Asrama No.7A Medan. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak

Nomor KEP95/PJ/2008 tanggal 27 Mei 2008 tentang Saat Mulai Operasi (SMO) KPP

Pratama di Lingkungan Kanwil DJP Sumatera Utara I, KPP Pratama Medan Petisah

ditetapkan mulai beroperasi tanggal 27 Mei 2008.

B.Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

VISI :

Sebagaimana kebijakan yang telah dicanangkan oleh Kantor Pusat DJP, Visi KPP

Pratama Medan Petisah adalah “Menjadikan Model Pelayanan Masyarakat yang

Menyelenggarakan Sistem dan Manajemen Perpajakan Kelas Dunia yang Dipercaya

dan Dibanggakan Masyarakat”Visi tersebut merefleksikan cita-cita KPP Pratama

(20)

Petisah untuk menjadi public service yang berstandar Internasional atau dunia baik

dari kerja sisi kualitas aparat maupun manajemennya sehingga ekstensinya dan

kinerjanya mampu memenuhi harapan masyarakat sebagai institusi yang memiliki

citra baik dan bersih.

MISI :

Misi Direktorat Jenderal Pajak dibedakan menjadi empat aspek atau bidang.

1. Misi Fiskal, yaitu menghimpun penerimaan Dalam Negeri sektor pajak yang

mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan

Undang-undang Perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.

2. Misi Ekonomi, yaitu mendukung kebijaksanaan pemerintah dalam mengatasi

permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijakan perpajakan yang

meminimalkan distorsi

3. Misi Politik, yaitu mendukung proses demokratisasi bangsa

4. Misi Kelembagaan, yaitu senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan

aspirasi masyarakat dan demokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan

muktahir. Misi tersebut sebagai suatu pernyataan tujuan keberadaan (ekstensi),

tugas, fungsi, peranan, dan tanggung jawab DJP KPP Pratama Medan Petisah

sebagaimana diamanatkan dalam UU dan Peraturan serta kebijaksanaan

pemerintah dengan dijiwai prinsip-prinsip dan nilai – nilai strategis organisasi

(21)

C.Moto Pelayanan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah

Profesional

Amanah

Sederhana

Transparan

Inovatif

D.Tugas, Fungsi, Struktur Organisasi, dan Wilayah Kerja

KPP Pratama Medan Petisah adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang

berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah

yang dipimpin oleh seorang Kepala Kantor.

1. Tugas

Dalam kedudukannya tersebut, KPP Pratama Medan Petisah mempunyai

tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di

bidang PPh, PPN, PPn BM, dalam wilayah wewenangnya berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas, KPP Pratama Medan Petisah menyelenggarakan

fungsi :

a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi

perpajakan, penyajian informasi perpajakan, penetapan dan penerbitan

produk hukum perpajakan.

b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan /

(22)

c. Penyuluhan perpajakan.

d. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

e. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

f. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

g. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.

h. Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi.

i. Pelaksanaan administrasi KPP.

3. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan sistematika

mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi, dan wewenang serta tanggung jawab

masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.Tujuannya

yaitu untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan

dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara

(23)

Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah

KPP Pratama Medan Petisah dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang secara

operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah DirektoratJenderal

Pajak. KPP Pratama Medan Petisah terdiri dari sembilan seksi,

dimanamasing-masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi.

Secara ringkas susunan Organisasi KPP Pratama Medan Petisah:

a. Sub Bagian Umum

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

c. Seksi Pelayanan

d. Seksi Penagihan

(24)

f. Seksi Ekstensifikasi

g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

j. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

k. Kelompok Jabatan Fungsional

Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan setiap seksi. Masing-masing seksi

dipimpin oleh seorang Kepala Seksi. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan

fungsi sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/KMK.01/1994 tanggal 29

Maret 1994, maka pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam

struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah adalah :

1. Kepala KPP ( Kepala Kantor)

Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut :

a. Mengkoordinasi penyusunan rencana kerja kantor sebagai bahan

penyusunan rencana strategi kantor wilayah.

b. Mengkoordinasi rencana pengamanan penerimaan pajak berdasarkan

potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan realisasi

penerimaan tahun lalu.

c. Mengkoordinasi pelaksanaan tindak lanjut nota kesepahaman (MOU)

sesuai arahan kepala kantor wilayah.

d. Mengkoordinasi rencana pencarian data strategis dan potensial dalam

(25)

e. Mengkoordinasi pengolahan data yang sumber datanya strategis dan

potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.

f. Mengkoordinasi pembuatan risalah perincian dasar pengenaan

pemotongan atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak

berdasarkan hasil perhitungan ketetapan pajak.

g. Mengkoordinasi pengolahan data guna menyajikan informasi perpajakan.

h. Mengkoordinasi penyusunan monografi perpajakan.

i. Mengkoordinasi pemantauan pelaporan dan pembayaran Masa dan

Tahunan PPh dan pembayaran Masa PPN/PPnBM serta untuk mengetahui

tingkat kepatuhan wajib pajak serta mengendalikan pelaksanaan

pemeriksaan perpajakan.

2. Sub Bagian Umum

Tugas dan fungsinya adalah sebagi berikut :

a. Pelaksanaan tata usaha dan kepegawaian yang bertugas membantu dan

menangani tata usaha dan kepegawaian.

b. Pekasanaan keuangan yang bertugas mengurusi keuangan.

c. Pelaksanaan rumah tangga yang bertugas menangani urusan perlengkapan

rumah tangga.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Tugas dan fungsinya adalah sebagi berikut :

a. Melakukan pengumpulan, pencarian, pengolahan data, penyajian infomasi

perpajakan.

(26)

c. Merekam SSP 3 lembar.

d. Merekam SPT Masa PPN 1107, 1107A, 1107B.

e. Merekam PPh pasal 21.

f. Merekam PPh pasal 23/26.

g. Merekam PPh Final pasal 4 ayat 3.

h. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan.

i. Memberikan pelayanan dukungan teknis komputer.

j. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing.

k. Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG

l. Penyiapan laporan kinerja.

4. Seksi Pelayanan

Tugas dan fungsinya adalah sebagi berikut :

a. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan.

c. Melakukan penyuluhan perpajakan

d. Menerima, meneliti, dan merekam surat permohonan dari Wajib Pajak dan

surat-surat lainnya.

e. Melakukan penerimaan dan pengelolaan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak

dan surat lainnya.

f. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan pencabutan

identitas Wajib Pajak.

g. Melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak.

(27)

5. Seksi Penagihan

Tugas dan fungsinya adalah sebagi berikut :

a. Pelaksanaan pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi

penagihan.

b. Pelaksanaan penagihan, yang bertugas membantu penyiapan surat tagihan,

surat paksa, surat perintah, melaksanakan penyitaan, usulan lelang, dan

penagihan lainnya.

c. Pelaksanaan penatausahaan Surat Keputusan Pembetulan/ Keberatan/

Putusan Banding/ Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak dan

Surat Keputusan Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi pada

seksi penagihan.

6. Seksi Pemeriksaan

Tugas dan fungsinya adalah sebagi berikut :

a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan.

b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.

c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta

administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

7. Seksi Ekstensifikasi

Tugas dan fungsinya adalah sebagi berikut :

a. Pelaksanaan pemrosesan dan penatausahaan ddokumen masuk di seksi

ekstensifikasi perpajakan.

b. Melakukan pengamatan potensi perpajakan.

(28)

d. Pembentukan dan pemuktahiran basis data nilai objek pajak dalam

menunjang ekstensifikasi.

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Tugas dan fungsinya adalah sebagi berikut :

a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

b. Membimbingan/menghimbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis

perpajakan.

c. Menganalisis kinerja Wajib Pajak.

d. Memberikan konsultasi kepada Wajib Pajak tentang ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

e. Pelaksanaan penyelesaian permohonan keberatan, pembetulan,

pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi Pajak Penghasilan,

Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah di KPP.

f. Melakukan evaluasi hasil banding.

g. Melakukan rekonsiliasi data Wajib pajak dalam rangka melakukan

intensifikasi. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,

penerimaan dan pengelolaan Surat Pemberitahuan serta penerimaan surat

lainnya.

h. Penyuluhan perpajakan.

9. Fungsional Pemeriksa dan Penilai

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas dan melakukan kegiatan

sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan

(29)

sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam kelompok sesuai dengan

bidang keahliannya.

a. Pejabat fungsional pemeriksa koordinasi dengan seksi pemeriksaan

sedangkan pejabat fungsional penilai berkoordinasi dengan seksi

ekstensifikasi.

b. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior

yang ditunjuk oleh kepala kantor wilayah sebagai supervisor, atau kepala

KPP yang bersangkutan.

c. Jumlah jabatan fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban

kerja.

d. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

4. Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Petisah Meliputi : a. Medan Helevetia

- Tanjung Gusta - Cinta Damai - Sei Sikambing CII

- Dwikora

- Helvetia

- Helvetia Tengah - Helvetia Timur b. Medan Sunggal

(30)

- Tanjung Rejo

- Lalang

- Babura

- Simpang Tanjung

- Sei Sikambing B c. Medan Petisah

- Sei Putih Timur I - Sei Putih Timur II - Sei Putih Barat

- Sekip

- Sei Putih Tengah - Sei Sikambing D - Petisah Tengah

E.Mandat yang diberikan

Dalam melaksanakan tugas sebagai pengemban penerimaan APBN. KPPPratama

Medan Petisah sebagai instansi vertikal di bawah Direktorat Jenderal Pajak secara

langsung mendapat mandat mengumpulkan dana bagi pembiayaan negara (APBN).

F. Peran Strategis KPP Pratama Medan Petisah

Wilayah kerja KPP Pratama Medan Petisah mencakup seluruh Kecamatan Medan

Helvetia, Medan Petisah dan Medan Sunggal.Wilayah ekonomi Kecamatan Medan

Petisah terdiri dari dua sektor yaitu pedagangan dan pemukiman penduduk baik

berupa komplek perumahan dan pemukiman penduduk biasa.Wilayah perdagangan

(31)

Muslim.Wilayah pemukiman meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Medan

Helvetia, Medan Petisah dan Medan Sunggal.

G.Sumber Daya Manusia

Aspek kepegawaian yang mendukung operasional KPP Pratama Medan Petisah dapat

digambarkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Klasifikasi Kepegawaian Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan

Sumber : KPP Pratama Medan Petisah

2. Berdasarkan Pangkat/Golongan

Klasifikasi Pegawai Berdasarkan Pangkat/Golongan

Pangkat /Golongan

(32)

3. Berdasarkan Jabatan

Klasifikasi Kepegawaian Berdasarkan Jabatan

Jabatan

Jabatan Jumlah

Ka. Kantor 1

Kasi /Kasubbag 10

Supervisor 2

Fungsional 11

Account representative 27

Pelaksana 39

(33)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A.Dasar Hukum Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

Adapun dasar hukum penagihan pajak dengan surat paksa adalah sebagai berikut:

1. Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan

Surat Paksa.

2. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 24/PMK.03/2008

sebagaimana telah diubah Nomor 85/PMK.03/2010 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Penagihan Dengan Surat Paksa dan Seketika dan Sekaligus.

3. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor Se-08/PJ.75/2002 tentang Kebijaksanaan

Penagihan Pajak Tahun 2002.

4. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor Se-08/PJ.75/2002 tentang Pemeriksaan Untuk

Tujuan Penagihan Pajak.

5. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor Se-02/PJ.75/2004 tentang Kebijakan Penagihan Pajak Tahun 2004.

Dengan adanya peraturan dan Undang-Undang yang menjadi landasan hukum

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa di Indonesia ini.Maka pajak yang dipungut

oleh pemerintah sudah mempunyai suatu pondasi yang kuat dan tegas sehingga

tidak perlu lagi adanya keraguan ataupun alasan bagi wajib pajak.

(34)

B.Pengertian Penagihan Pajak

Definisi penagihan pajak menurut Soemitro, yaitu Penagihan Pajak adalah

perbuatan yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak karena Wajib Pajak tidak

mematuhi ketentuan Undang-Undang pajak, khususnya mengenai pembayaran pajak

yang terutang.

Menurut H.Moeljo Hadi,SH Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan dari

aparatur DirektoratJenderal Pajak, berhubung Wajib Pajak tidak melunasi

sebagian/seluruh kewajiban perpajakan yang terutang menurut undang-undang

perpajakan yang berlaku, agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya

penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan

seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan,

melaksanakan penagihan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang

telah disita.

Sedangkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan, Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penaggung

pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau

memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan

Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan Penyitaan, melaksanakan

(35)

Penaggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas

pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban

Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Biaya Penagihan Pajak, adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah

Melaksanakan Penyitaan, Pengumuman Lelang, Pembatalan Lelang, Jasa Penilai, dan

biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak.

C. Surat Tagihan Pajak

1. Pengertian Surat Tagihan Pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan pasal 1 angka 20, yang dimaksud dengan Surat Tagihan

Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi

berupa bunga dan/atau denda.

2. Fungsi Surat Tagihan Pajak :

a. sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut Surat

Pemberitahuan Wajib Pajak;

b. sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga dan at

c. sarana untuk menagih pajak.

3. Penerbitan Surat Tagihan Pajak

Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila

(Pasal 14 (1) UU KUP) :

a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;

(36)

c. dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai

akibat salah tulis dan/atau salah hitung;

d. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi

tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat

waktu;

e. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang

tidak mengisi faktur pajak secaralengkap sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13 ayat (5) UU PPN 1984 dan perubahannya, selain:

1. identitas pembeli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5)

huruf b UU PPN 1984 dan perubahannya; atau

2. identitas pembeli serta nama dan tandatangan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 13 ayat (5) hurufb dan huruf g UU PPN 1984 dan

perubahannya, dalam hal penyerahan dilakukan oleh Pengusaha Kena

Pajak pedagang eceran;

f. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa

penerbitan faktur pajak; atau

g. Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan

pengembalian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat

(6a) UU PPN 1984 dan perubahannya.

4. Surat untuk Melakukan Tagihan Sanksi Administrasi berupa Bunga :

a. Pasal 8 ayat 2 KUP: dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT

(37)

b. Pasal 9 ayat 2a KUP: pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang

dalam suatu Masa Pajak dilakukan setelah tanggal jatuh tempo;

c. Pasal 19 ayat 1 KUP: dalam hal jumlah pajak yang masih harus dibayar

menurut ketetapan, pada saat jatuh tempo tidak atau kurang dibayar;

d. Pasal 19 ayat 2 KUP: dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur

atau menunda pembayaran pajak;

e. Pasal 19 ayat 3 KUP: dalam hal Wajib Pajak menunda penyampaian SPT

Tahunan yang penghitungan sementara pajak yang terutang kurang dari

jumlah pajak yang sebenarnya terutang;

f. Pasal 9 ayat 2b KUP: pembayaran atau penyetoran kekurangan pajak

yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh dilakukan setelah tanggal

jatuh tempo penyampaian SPT Tahunan;

g. Pasal 8 ayat 2a KUP: dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT

Masa yg mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar.

h. Pasal 14 ayat 1 huruf g: Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi

dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 9 ayat (6a) UU PPN 1984 dan perubahannya.

D.Penagihan Utang Pajak

Tindakan penagihan utang pajak secara teoritis diatur dalam Undang-undang Nomor

19 tahun 2007 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19

tahun 2000 dapat dilakukan dengan 2 (dua) langkah:

(38)

Penagihan pajak pasif dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak (STP),

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan yang menyebabkan pajak

terutang menjadi lebih besar, Surat keputusan Keberatan yang menyebabkan pajak

terutang menjadi lebih besar, jika jangka waktu 30 hari belum dilunasi, maka 7 hari

setelah jatuh tempo akan diikuti dengan penagihan pajak secara aktif yang dimulai

dengan tindakan sita yang telah didahului adanya Surat Teguran dan dilanjutkan

dengan pelaksanaan lelang. Dalam hal ini utang pajak itu adalah pajak yang masih

harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan

yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak atau surat sejenisnya berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Penagihan Aktif

Penagihan aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif dimana dalam

upaya penagihan ini fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim

Surat Tagihan atau Surat Ketetapan Pajak tetapi akan diikuti dengan tindakan

sita didahului dengan Surat Teguran dan Surat Paksa akan dilanjutkan dengan

pelaksanaan lelang.

E.Dasar Penagihan Pajak

Sesuai dengan sistem self Assessment yang berlaku sekarang ini, Wajib Pajak wajib

menghitung, memperhitungkan.membayar, dan melaporkan sendiri utang pajaknya.

Apabila terdapat kekeliruan atau kesalahan dalam melakukan penghitungan pajak

yang terutang atau Wajib Pajak melanggar ketentuan Undang-Undang Perpajakan

(39)

Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan

(SKP), Surat Keputusan Keberatan (SKK) dan Putusan Banding (PB) sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang No 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan

Surat Paksa.

1. Surat Tagihan Pajak (STP) Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (20), adalah surat untuk

melakukan tagihan pajak dan sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Menurut Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (16),

adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak,

jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya

sanksi administrasi dan jumlah pajak yang harus dibayar.

3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan ( SKPKBT ) Menurut Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan Undang- Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1

Ayat ( 17 ), adalah Surat Ketetapan Pajak yang mentukan tambahan atas jumlah

pajak yang telah ditetapkan.

4. Surat Keputusan Pembetulan (SKP) Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (16), adalah surat

ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan

Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat

(40)

5. Surat Keputusan Keberatan (SKK) Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (34), adalah surat

keputusan atas keberatan terhadap surat ketetapan pajak atau terhadap

pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.

6. Putusan Banding (PB) Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (35), adalah putusan badan

peradilan pajak atas banding terhadap Surat Kepitusan Keberatan yang diajukan

oleh Wajib Pajak.

F. Penagihan Utang Pajak dengan Surat Paksa

Sesuai dengan pasal 1 Ayat (21) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, yang

dimaksud dengan Surat Paksa adalah Surat perintah membayar utang pajak dan biaya

penagihan pajak. Di dalam Surat Paksa dicantumkan nama penanggung pajak dan

alamatnya yang jelas serta jumlah utang pajaknya.

Surat Paksa yang berkepala “ Demi Keadilan berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa

“. Surat Paksa yang mempunyai kekuatan hukum yang sama seperti Grosse dari

putusan hakim dalam perkara perdata yang tidak dapat diminta banding lagi pada

Hakim atasan. Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa ini adalah suatu

bentuk eksekusi tanpa peraturan hakim (yang menjadi wewenang fiskus) yang

lazimnya dinamakan eksekusi langsung.

Surat Paksa adalah surat keputusan yang mempunyai kekuasaan yang sama dengan

Groose (yang asli) keputusan hakim dalam perkara perdata yang tidak dapat diganggu

(41)

harus menggunakan kepala “atas nama keadilan” karena perkataan-perkataan itulah

surat paksa mendapat kekuatan ekstutorial yaitu kekuatan untuk dijalankan dan

kekuatan itu didapatkannya karena keadilan yang semata-mata memerintah

pelaksanaan itu. Surat Paksa memuat perintah wajib pajak untuk melunasi pajaknya

yang sudah barang tentu baru akan dikeluarkan setelah dipandang cukup.

1) Isi dan Krakteristik dari Surat Paksa

Berbicara lebih lanjut tentang surat paksa, maka surat paksa dapat ditinjau dari

2 (dua) segi, yaitu segi isinya dan segi karaktaristiknya.

a. Dari segi isinya :

1. Berkepala kata-kata “Atas Nama Keadilan” yang dengan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 pasal 4 disesuaikan bunyinya menjadi

“Demi Keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Nama wajip pajak / penanggung pajak, keterangan cukup tentang

alasan yang menjadi dasar penagihan, perintah membayar.

3. Dikeluarkan/ditandatangi oleh pejabat berwenang yang ditunjuk oleh

menteri Keuangan/Kepala Daerah.

b. Dari segi karakteristiknya :

1. Mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Groose putusan

hakim dalam perkara perdata yang tidak dapat diminta banding lagi

pada hakim atasan.

2. Mempunyai kekuatan hukum yang pasti.

3. Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih pajak dan menagih bukan

(42)

4. Dapat dilanjutan dengan tindakan penyitaan atau penyandaraan/

pencegahan.

Surat paksa, dalam bahasa hukum disebut sebagai parate eksekusi (eksekusi

langsung), yang berarti bahwa penagihan pajak secara paksa dapat dilakukan tanpa

melalui proses Pengadilan Negeri. Hal ini bisa dimengerti karena surat paksa itu

mempunyai kekuatan hukum yang pasti, dimana fiskus dalam melaksanakan

kewajiban mempunyai hak “Parate Eksekusi”.

G.Penerbitan Surat Paksa

Menurut pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Surat Paksa diterbitkan

apabila:

a. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak sampai tanggal jatuh tempo

pembayaran dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat

Peringatan atau surat lain yang sejenis.

b. Terhadap Penaggung Pajak telah dilaksanakan Penagihan Seketika dan

Sekaligus.

c. Penaggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam

keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

Surat Paksa sekurang-kurangnya memuat :

a. Nama Wajib Pajak, atau Penaggung Pajak

b. Dasar penagihan

(43)

d. Perintah untuk membayar dalam waktu 2x24 jam sejak Surat Paksa

disampaikan.

H. Jadwal Pelaksanaan Penagihan Pajak

Tindakan pelaksanaan penagihan sebagaimana di maksud dalam Pasal 1 angka 5

pasal 4 di awali UU No 19 tahun 2000 yaitu :

a. Tindakan pelaksanaan penagihan pajak diawali dengan penerbitan surat teguran

setelah 7 hari jatuh tempo pembayaran.

Surat Teguran tidak diterbitkan terhadap penanggung pajak yang telah disetujui

untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajaknya.

b. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh

penanggung pajak setelah 21 hari sejak diterbitkannya surat teguran, maka akan

diterbitkan Surat paksa.

c. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar dilunasi oleh

penanggung pajak setelah lewat waktu 2×24 jam sejak Surat Paksa

diberitahukan, maka segera akan diterbitkan Surat Perintah Melaksanakan

Penyitaan (SPMP) yang di laksanakan jurusita pajak dengan di saksi oleh

sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa , penduduk indonesia,

dikenali oleh jurusita pajak, dan dapat dipercaya.

d. Apabila utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus dibayar tidak

dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat waktu 14 hari sejak tanggal

pelaksanaan penyitaan, pejabat segera melaksanakan pengumuman lelang.

e. Apabila utang pajak dan biaya penagihan tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak

(44)

dilaksanakan pelelangan (penjualan barang sitaan Penanggung Pajak)

melaluikantor lelang.

I. Tata Cara Penagihan degan Surat Paksa

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 561/KMK.04/2000

Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika dan sekaligus dan pelaksanaan

Surat Paksa.

1. Surat Paksa diberitahukan oleh Jurusita Pajak dengan penyitaan dan penyerahan

salinan Surat Paksa Kepada Penanggung Pajak.

2. Pemberitahuan Surat Paksa sebagaimana dalam ayat (1) dituangkan dalam berita

acara yang sekurang-kurangnya memuat hari dan tanggal pemberitahuan Surat

Paksa, nama Jurusita Pajak, nama yang menerima, dan tempat pemberitahuan

Surat Paksa.

Surat Paksa terhadap Orang Pribadi diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada :

a. Penanggung Pajak di tempat tinggal, tempat usaha, atau di tempat lain yang

memungkinkan.

b. Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama atau yang bekerja di tempat

usaha Penanggung Pajak, apabila Penanggung Pajak bersangkutan tidak dapat

dijumpai.

c. Salah seorang ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta

peninggalannya, apabila Wajib Pajak meninggal dunia dan harta warisan

belum dibagi, atau

d. Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan

(45)

Surat Paksa terhadap Badan diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada :

a. Pengurus, Pemegang saham dan pemilik modal, baik ditempat kedudukan

badan yang bersangkutan, ditempat tinggal mereka maupun ditempat lain

yang memungkinkan, atau

b. Pegawai tetap ditempat kedudukan atau tempat usaha badan yang

bersangkutan apabila Jurusita Pajak tidak dapat menjumpai salah seorang

pengurus, sebagaimana dalam nomor 1 (satu) .

J. Penagihan Seketika dan Sekaligus

Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan

oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo

pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, masa pajak,

dan tahun pajak. Penagihan pajak seketika dan sekaligus dilaksanakan apabila :

a. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau

berniat untuk pergi.

b. Penanggung Pajak memindah tangankan barang yang dimiliki atau yang

dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan usahanya di

Indonesia.

c. Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan

usahanya atau berniat untuk itu.

d. Badan usaha akan dibubarkan oleh Negara.

e. Terjadinya penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau

(46)

Mungkin saja terjadi bahwa Penanggung Pajak mempunyai itikad kurang baik,

sebagaimana dicerminkan oleh berbagai indikator tersebut.Adanya itikad kurang baik

tersebut mungkin disebabkan karena yang bersangkutan bermaksud agar ketika

terjadi penyitaan terhadap kekayaan untuk kemudian dilelang kekayaan tersebut

sudah tidak ada lagi atau tidak ditemukan lagi.Hal semacam ini tentu perlu

diantisipasi sekaligus dihindarkan, sehingga keadilan dapat diwujudkan dan Negara

tidak dirugikaan.Oleh karena itu, dalam keadaan tertentu Jurusita Pajak dapat

melakukan penagihan Seketika dan Sekaligus.

K. Penyitaan

1. Pengertian Penyitaan

Penyitaan adalah tindakan jurusita pajak untukmenguasai barang penanggung

pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku (Mardiasmo,2013:148)

2. Tujuan Penyitaan

Tujuannya adalah memperoleh uang jaminan pelunasan utang pajak dari penanggung

pajak. Oleh karena itu penyitaan dapat dilaksanakan terhadap semua barang

penanggung pajak, baik yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat

kedudukan penanggung pajak atau di tempat lain sekalipun penguasaannya berada

di tangan pihak lain. Penyitaan diatur dalam Undang-Undang No 19 Tahun 2000

(47)

3. Objek Sita Pajak

Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik Penanggung Pajak yang berada di

tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau ditempat lain termasuk yang

penguasaannya berada di tangan lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang

tertentu. Terhadap Penanggung Pajak Badan dilaksanakan terhadap barang milik

perusahaan, pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, Penanggung Pajak,

pemilik modal, ditempat kedudukan, tempat tinggal dan tempat lain.

Objek yang dapat disita berupa :

a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasaan, uang tunai, dan deposito

berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu, obligasi saham, atau surat berharga lainnya,

piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain atau

b. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi

kotor tertentu.

Barang-barang yang tidak boleh disita menurut ketentuan Pasal 15 ayat (1)

Undang-Undang No 19 Tahun 2000. Barang bergerak milik Penanggung Pajak

yang dikecualikan dari penyitaan adalah:

a. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh

Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.

b. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta

(48)

c. Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas.

d. Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung

Pajak dan alat-alat yang dipergunakan untuk pendidikan, kebudayaan, dan

keilmuan.

e. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan

pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari

Rp. 20.000.000,00.

f. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan

keluarga yang menjadi tanggungan.

L. Jurusita Pajak

Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan

seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyanderaan

(Pasal 1 ayat 6 Undang-undang No 19 Tahun 2000). Jurusita pajak diangkat dan

diberhentikan oleh penjabat yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk penagihan

pajak pusat Gubernur atau Bupati / Walikota untuk penagihan pajak Daerah.

1. Syarat -syarat menjadi jurusita pajak adalah:

a. Berijazah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau yang

sederajat ;

b. Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda/ Golongan I;

c. Berbadan sehat;

d. Lulus pendidikan dan latihan Jurusita Pajak;

e. Jujur, bertanggung jawab, dan penuh pengabdian.

(49)

Sesuai dengan Pasal 4 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 562/KMK.04/2000

Jurusita Pajak diberhentikan dari jabatannya dalam hal:

a. meninggal dunia;

b. pensiun;

c. karena alih tugas atau kepentingan dinas lainnya;

d. ternyata lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugas;

e. melakukan perbuatan tercela;

f. melanggar sumpah atau janji Jurusita Pajak; atau

g. sakit jasmani atau rohani terus menerus.

3. Jurusita bertugas :

Berdasarkan UU PPSP pasal 5 ayat 1 Undang-undang No. 19 Tahun 2000,

Tugas Jurusita Pajak adalah:

a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus;

b. Memberitahukan Surat Paksa;

c. Melaksanakan penyitaan atas barang Penangung Pajak berdasarkan Surat

Perintah Melaksanakan Penyitaan; dan

d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah

(50)

BAB IV

ANALISA DATA EVALUASI DATA

Didalam bab ini penulis akan menganalisa suatu masalah guna mendapatkan

pengertian yang berasal dari suatu perbandingan anatara hal-hal yang di tetapkan dari

suatu teori dan praktik pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Dimana

penulis lebih melibatkan Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban

perpajakannya.

A. Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

Tata cara pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa yang dilakukan oleh

Kantor Pelayanan Pajak Pratama terhadap Wajib Pajak yang tidak melunasi hutang

pajaknya adalah :

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama mengeluarkan atau menerbitkan Surat

Teguran setelah 7 hari jatuh tempo pembayaran melalui Kantor Pos dari

pruduk hasil penilitian diantaranya :

a. Surat Tagihan Pajak (STP)

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Surat Teguran tidak diterbitkan terhadap Wajib Pajak yang telah disetujui

untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajaknya.

2. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar atau tidak dilunasi oleh

penanggung pajak setelah 21 hari sejak diterbitkannya surat teguran, maka

(51)

a. Jurusita mendatangi tempat tinggal / tempat kedudukan Wajib Pajak

dengan memperlihatkan pengenalan diri, dan kemudian Jurusita Pajak

memberi penjelasan tentang kedatangannya untuk memberitahukan Surat

Paksa dengan pernyataan dan menyerahkan salinan Surat Paksa tersebut.

b. Jika Jurusita bertemu langsung dengan Wajib Pajak meminta agar Wajib

Pajak memperlihatkan surat-surat keterangan pajak untuk diteliti :

1. Apakah tunggakan pajak menurut STP/SKPKB/SKPKBT sesuai dengan

jumlah tunggakan yang tercantum dalam Surat Paksa.

2. Apakah ada surat keputusan / keberatan / penghapusan.

3. Apakah ada kelebihan pembayaran pajak dari tahun sebelumnya.

c. Apabila Jurusita tidak bertemu dengan Wajib Pajak maka Salinan Surat Paksa dapat diserahkan kepada :

1. Keluarga Wajib Pajak atau orang yang tinggal bersama yang dewasa dan

sehat mental.

2. Anggota pengurus komisaris atau persero dari badan yang bersangkutan.

3. Penjabat setempat (Bupati/Walikota/Cama/Lurah) dan harus memberi

tanda tangan pada Surat Paksa dan salinanya sebagai tanda diketahui oleh

Wajib Pajak yang bersangkutan.

4. Apabila Jurusita telah melaksanakan penagihan utang pajak dengan Surat

Paksa, harus membuat laporan pelaksanaan Surat Paksa.

d. Biaya penyampaian Surat Paksa

Biaya Harian Jurusita = Rp. 50.000,00

(52)

Jumlah = Rp. 150.000,00

e. Surat Paksa yang dilaksanakan kepada Kasubsi Penagihan disertai laporan

penagihan dengan Surat Paksa dan diserahkan kepada kepala Seksi

Penagihan, verifikasi untuk ditandatangani dan selanjutnya dimasukkan

dalam berkas penagihan pajak.

f. Laporan Pelaksanaan Surat Paksa

Adapun hal-hal yang diperlu diperhatikan untuk dilaporkan dalam laporan

Pelaksanaan Surat Paksa yang dibuat oleh Jurusita yang melaksanakan

penagihan pajak dengan Surat Paksa tersebut adalah:

1. Penyelesaian surat keberatan harus diuraikan secara jelas dan tidak

melakukan penagihan secara paksa sedangkan tunggakan pajak

ternyata sudah berkurang.

2. Jenis, letak dan taksiran harga dari objek sita dengan

memperhatikan tunggakan pajak dan biaya pelaksanaan yang

mungkin dikeluarkan.

3. Hendaknya melaporkan tentang keadaan yang sebenarnya dari

Wajib Pajak misalnya kemampuan membayar, itikad mau

membayar dan tindakan penagihan selanjutnya.

g. Apabila Jurusita tidak dapat melaksanakan Surat Paksa secara langsung

kepada Wajib Pajak maka Jurusita membuat laporan secara tertulis

mengenai alasan atau sebab-sebab dan usaha-usaha yang telah dilakukan

dalam upaya Surat Paksa antara lain menghubungi atau memberi tahu

(53)

3.Apabila utang yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Wajib Pajak setelah

lewat 2 x 24 jam sejak Surat Paksa diberitahukan kepada Wajib Pajak, Pejabat

segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang dilaksanakan

oleh Jurusita Pajak dapat disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang

telah dewasa, penduduk Indonesia yang dikenal oleh Jurusita Pajak dan dapat

dipercaya.

Didalam pelaksanaan Jurusita dapat menempel kertas penyitaan kepada barang

yang akan disita. Biasanya barang yang akan disita tidak akan dibawa oleh Jurusita

dikarenakan :

a. Tidak adanya tempat penyimpanan barang sitaan.

b. Mengantisipasi terjadinya kerusakan barang sitaan dalam perjalanan.

4. Apabila utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus dibayar tidak dilunasi

oleh Wajib Pajak setelah lewat 14 hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan,

pejabat segera melaksanakan pengumuman lelang.

Dan dalam hal pelaksanaan lelang Jurusita mempertanyakan dulu kepada dinas

yang bersangkutan atau kepada Wajib Pajak mengenai hak milik barang yang

dilelang. Dalam hal ini hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk

biaya penagihan pajak dan utang pajak, pelaksanaan lelang diberhentikan

walaupun barang yang akan dilelang masih ada, sisa barang beserta uang

kelebihan hasil lelang dikembalikan oleh pejabat kepada Wajib Pajak setelah

pelaksanaan lelang.

Dengan dianutnya sistem self assessment yang memberikan kepercayaan kepada

(54)

jumalah pajak terutang.Pihak Direktorat Jendral pajak mengharapkan penerimaan

Negara dari sektor pajak tersebut dapat ditingkatkan.Hal ini berarti bahwa peranan

Wajib Pajak sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan sistem perpajakan

tersebut.Namun kenyataan yang terjadi dilapangan masih banyak wajib pajak yang

tidak memenuhi kewajiban perpajakan yaitu dalam hal pelunasan hutang

pajak.Banyak dari wajib pajak yang tidak menghiraukan atas diterbitkannya Surat

Ketetapan Pajak dan selanjutnya pihak aparatur pajak harus menerbitkan, Surat

Teguran. Begitu juga Surat Teguran bukanlah suatu sarana yang menjamin atas

lancarnya penerimaan pajak, kemudian pihak Aparatur Pajak masih haruskan

menerbitkan Surat Paksa yang merupakan salah satu sarana untuk mencairkan

tunggakan pajak. Sebagai akibat dari ketidakpatuhan wajib pajak ini, maka dilakukan

tindakanpenagihan aktif dimana sebagai sarana dalam mencapai penerimaan Negara

dari sektor pajak.

1. Data Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

Tabel 1.1

Wajib Pajak Jumlah

Orang Pribadi 89.198

Badan 11.466

Bendahara 223

Blank 147

Jumlah Wajib Pajak 101.034

(55)

2. Data Wajib Pajak atas Ketidakpatuhan dalam memenuhi perpajakannya dapat

dilihat dari tabel sebagai berikut :

Jumlah Penerbitan Surat Teguran di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Petisah Tahun 2013

Tabel 2.1

Tahun 2013 Surat Teguran

(Bulan) Lembar Rupiah

Jan - Des 1037 3.252.030.043

Sumber : KPP Pratama Medan Petisah

Jumlah Penerbitan Surat Teguran di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Petisah Tahun 2014

Tabel 2.2

Tahun 2014 Surat Teguran

(Bulan) Lembar Rupiah

Jan - Des 1186 68.621.649.133

(56)

Analisa Tabel 2.1 dan 2.2

Dari tabel diatas dapat dilihat kinerja aparatur pajak seksi penagihan di KPP Pratama

Medan Petisah dalam melaksanakan penagihan pajak tahun 2013 dan tahun 2014,

ternyata masih banyak Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan

dapat dilihat dari jumlah penerbitan Surat Teguran pada KPP Pratama Medan Petisah.

Namun setelah Surat Teguran ini diterbitkan masih ada juga Wajib Pajak yang tidak

menghiraukannya, maka pihak Aparatur Pajak harus menerbitkan Surat Paksa sebagai

sarana pencarian tunggakan pajak.

Dibawah ini merupakan tabel penerbitan Surat Paksa oleh KPP Pratama Medan

Petisah.

Jumlah Penerbitan Surat Paksa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Petisah Tahun 2013

Tabel 2.3

Tahun 2013 Surat Paksa

(Bulan) Lembar Rupiah

Jan – Des 945 685.880.121

(57)

Jumlah Penerbitan Surat Paksa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Petisah Tahun 2014

Tabel 2.4

Tahun 2014 Surat Paksa

(Bulan) Lembar Rupiah

Jan – Des 1080 48.292.828.694

Sumber : KPP Pratama Medan Petisah

Analisa Tabel 2.3 dan 2.4

Dari banyak Surat Teguran yang dikeluarkan oleh KPP Pratama Medan Petisah pada

tahun 2013 ternyata Wajib Pajak yang segera melunasi atau membayar utang

pajaknya meningkat, hal ini dapat dilihat dari jumlah Surat Paksa yang diterbitkan

pada tahun 2013 yaitu sebanyak 945 lembar Surat Paksa, lebih sedikit dari jumlah

Wajib Pajak yang memperoleh Surat Teguran yang dikeluarkan sebanyak 1037

lembar oleh KPP Pratama Medan Petisah. Dan pada tahun 2014 Wajib Pajak yang

melunasi utang pajaknya juga meningkat, dapat dilihat dari jumlah Surat Paksa yang

diterbitkan sebanyak 1080 lembar, lebih sedikit dari jumlah penerbitan Surat Teguran

sebanyak 1186 lembar. Maka dari itu di tahun 2014 hanya 106 lembar Surat Teguran

yang dihiraukan Wajib Pajak untuk membayar utang pajaknya, dan masih banyak

juga Wajib Pajak yang tidak menghiraukan diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa

(58)

B. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat

Paksa

Adapun kendala-kendala yang sering dihadapi berkaitan dengan penagihan pajak

dengan Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah:

1. Alamat Wajib Pajak tidak dapat diketahui tempat tinggalnya atau Wajib Pajak pindah domisili tidak memberi tahu ke Kantor Pelayanan Pajak.

2. Dalam hal Wajib Pajak tidak dapat ditemukan, hal ini juga sama dengan saat Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tidak dapat diketahui tempat tinggalnya,

tempat usaha, atau tempat kedudukannya. Maka Jurusita Pajak akan

menyampaikan Surat Paksa itu melalui Pemerintah Daerah setempat, kemudian

Surat Paksa tersebut ditempel di kantor Pejabat yang menerbitkannya,

mengumumkannya di media massa, atau dengan cara lain sesuai ketentuan

Menteri atau Kepala Daerah.

3. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dinyatakan pailit atau tidak mampu

mempunyai kemampuan untuk melunasi.

Jurusita Pajak harus menyampaikan Surat Paksa itu kepada Kurator, Hakim

Pengawas atau Balai Harta Peninggalan.Wajib Pajak atau Penanggung Pajak

dinyatakan bubar atau dalam likuidasi.Maka Jurusita Pajak harus menyampaikan

Surat Paksa itu kepada Likuidator.

4. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak menolak Surat Paksa itu.

Apabila Wajib pajak menolak menerima surat paksa karena berbagai alasan.

Misalnya karena sedang mengajukan surat keberatan atau sengaja menolak

Gambar

Tabel 1.1 Wajib Pajak
Tabel 2.1 Tahun 2013
Tabel 2.3
Tabel 2.4

Referensi

Dokumen terkait

Ekstrak kasar menghambat makan larva Plutella xylostella (L.) (Lepidopterea: Yponomeutidae) baik dengan metode pilihan maupun tanpa pilihan. Tidak a& aktivitas makan

26 Terkait dengan agama, Susanto mendapati bahwa peran yang dimainkan agama pada dasarnya sama, yaitu sebagai alat untuk menghindar dari dilabeli sebagai

2.3. franciscana EG-grade, INVE Aquaculture NV, Belgium cysts were decapsulated, incubated for 24 h at 28 8 C and 5‰ salinity under strong illumination and aeration, and fed for 3

The irrigation scheduling practices were: tensiometer-based with the tensiometers placed at 50% or 75% of the root-zone depth and irrigations started when tensiometer's readings

privacy bagi wanita menopause juga sangat mempengaruhi dalam melakukan aktivitas seksual dalam hal ini adalah lingkungan dimana lansia tinggal, didukung dengan anggapan

Penelitan pada kasus ini baru hanya pada profil jenis tumor tulang yang dijumpai dimana jenis tumor tulang benigna yang terbanyak adalah osteokondroma dan yang maligna

Telah dilakukan analisa unsur hara besi yang terdapat dalam sampel tanah pada tanaman kelapa sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.. Analisis besi dilakukan dengan

Model sekolah Adiwiyata adalah suatu program pendidikan lingkungan hidup yang ditujukan bagi pemberdayaan sekolah di tingkat SD, SMP, dan SMA. Untuk mewujudkan sekolah