• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN TUNGGAKAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN TUNGGAKAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN

TUNGGAKAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

OLEH :

HELEN TEACHER BR NAIPOSPOS NIM. 7113220016

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN...

ABSTRAK ...i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Pembatasan Masalah ... 10

1.4 Rumusan Masalah ... 10

1.5 Tujuan Penelitian ... 11

1.6 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

2.1 Kerangka Teoritis ... 13

2.1.1 Pajak ... 13

(6)

vii

2.1.1.2 Fungsi Pajak ... 15

2.1.1.3 Syarat Pemungutan Pajak ... 15

2.1.1.4 Jenis-Jenis Pajak ... 16

2.1.1.5 Tarif-Tarif Pajak ... 18

2.1.1.6 Asas Pemungutan Pajak ... 19

2.1.1.7 Sistem Pemungutan Pajak ... 20

2.1.1.8 Utang Pajak ... 21

2.1.1.9 Tunggakan Pajak ... 23

2.1.1.10 Perlawanan Terhadap Pajak ... 25

2.1.2 Penagihan Pajak ... 26

2.1.2.1 Pengertian Penagihan Pajak ... 26

2.1.2.2 Dasar Penagihan Pajak ... 26

2.1.2.3 Tindakan Penagihan Pajak ... 27

2.1.2.4 Prosedur Penagihan Pajak ... 29

2.1.2.5 Penagihan Seketika dan Sekaligus ... 31

2.1.3 Surat Teguran ... 33

2.1.3.1 Pengertian Surat Teguran ... 33

2.1.3.2 Tata Cara Penerbitan Surat Teguran ... 34

2.1.4 Surat Paksa ... 35

2.1.4.1 Pengertian Surat Paksa ... 35

2.1.4.2 Dasar hukum Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa... 36

2.1.4.3 Penerbitan Surat Paksa ... 37

(7)

viii

2.1.4.5 Penentangan Terhadap Surat Paksa ... 39

2.2 Penelitian Terdahulu ... 40

2.3 Kerangka Berpikir ... 44

2.4 Hipotesis Penelitian ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 48

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 48

3.2 Populasi dan Sampel ... 48

3.2.1 Populasi ... 48

3.2.2 Sampel ... 48

3.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 49

3.3.1 Variabel Penelitian ... 49

3.3.2 Definisi Operasional Variabel ... 49

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.5 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 51

3.5.1 Teknik Analisis Data ... 51

3.5.1.1 Statistik Deskriptif ... 51

3.5.1.2 Uji Asumsi Klasik ... 51

a. Uji Normalitas ... 52

b. Uji Multikolonieritas ... 52

c. Uji Heterokedastisitas... 52

d. Uji Autokorelasi ... 53

3.5.1.3 Analisis regresi linear berganda ... 53

(8)

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

4.1 Hasil Penelitian ... 56

4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 56

4.1.1.1 Sejarah terbentuknya KPP Pratama Medan Timur ... 56

4.1.1.2 Visi dan Misi ... 61

4.1.1.3 Nilai ... 62

4.1.1.4 Lambang ... 63

4.1.1.5 Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Timur ... 64

4.1.1.6 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak ... 76

4.1.1.7 Kondisi Tunggakan Pajak ... 76

4.1.2 Deskripsi Data ... 77

4.1.3 Pengujian Hipotesis ... 79

4.1.3.1 Statistik Deskriptif ... 79

4.1.3.2 Uji Asumsi Klasik ... 81

a. Uji Normalitas ... 81

b. Uji Multikolinieritas ... 82

c. Uji Heteroskedastisitas ... 83

d. Uji Autokorelasi ... 85

4.1.3.3 Analisis Regresi Linear Berganda ... 86

4.1.3.4 Uji Hipotesis ... 87

1. Uji Parsial (t-test) ... 87

2. Uji Simultan (f-test) ... 88

(9)

x

4.2 Pembahasan ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 95

5.1 Kesimpulan ... 95

5.2 Saran ... 96

(10)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Negara... 3

Tabel 2.1 Tarif Pajak Pasal 17 PPh Orang Pribadi Dalam Negeri ... 18

Tabel 2.2 PTKP Mulai Tahun Pajak 2015 ... 19

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ... 42

Tabel 4.1 Wilayah kerja DJP yang ada di Medan ... 60

Tabel 4.2 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2012-2014... 76

Tabel 4.3 Perkembangan Tunggakan Pajak Tahun 2012-2014...76

Tabel 4.4 Penentuan Sampel... 77

Tabel 4.5 Jumlah Nominal Surat Teguran dan Surat Paksa yang Diterbitkan, dan Pencairan Tunggakan Pajak (Tahun 2012-2014))...78

Tabel 4.6 Statistik Deskriptif ... 80

Tabel 4.7 Output Pengujian Multikolinearitas... 83

Tabel 4.8 Output Pengujian Autokorelasi... 85

Tabel 4.9 Output Regresi Linear Berganda... 86

Tabel 4.10 Output Uji F... 89

(11)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Penagihan Pajak ... 31

Gambar 2.2 Kerangka Pikir ... 46

Gambar 4.1 Lambang KPP Pratama... 63

Gambar 4.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Timur... 66

Gambar 4.3 Output Pengujian Normalitas... 82

(12)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I RENCANA DAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK DI

KPP PRATAMA MEDAN TIMUR 2012-2014

LAMPIRAN 2 LAPORAN PERKEMBANGAN TUNGGAKAN PAJAK

DI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR 2011-2014

LAMPIRAN 3 PENERBITAN DAN PENCAIRAN SURAT TEGURAN

DAN SURAT PAKSA DI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR TAHUN 2012-2014

LAMPIRAN 4 HASIL OUTPUT SPSS

LAMPIRAN 5 FORMAT SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Setiap negara membutuhkan dana yang cukup besar dalam melaksanakan

pembangunan dan menyelenggarakan pemerintahan. Begitu juga termasuk negara

Indonesia yang membutuhkan banyak dana setiap tahunnya sebagai sumber

pembiayaan pengeluaran pemerintah.

Pengeluaran pemerintah adalah penggunaan uang dan sumber daya suatu

negara untuk membiayai suatu kegiatan negara atau pemerintah dalam rangka

mewujudkan fungsinya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Prasetya,

2012). Pengeluaran pemerintah biasanya direncanakan jauh lebih dulu. Jadi

pemerintah membuat daftar anggaran yang akan dikeluarkan setiap tahunnya,

yang di Indonesia dijabarkan dalam Anggaran Perencanaan Belanja Negara

(APBN). Pengeluaran pemerintah sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu

pengeluaran negara dan pengeluaran daerah, yang masing-masing mempunyai

struktur pengeluaran tersendiri dan berbeda.

Dalam APBN, pengeluaran Pemerintah Pusat dibedakan menjadi dua,

yang meliputi pengeluaran untuk belanja dan pengeluaran untuk pembiayaan.

Pengeluaran untuk belanja antara lain digunakan untuk belanja pemerintah pusat

seperti, belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang,

subsidi, belanja hibah, bantuan sosial, pembangunan infrastruktur dan lain-lain.

Juga untuk dialokasikan ke daerah untuk dana perimbangan serta dana otonomi

(14)

2

pengeluaran untuk obligasi pemerintah, pembayaran pokok pinjaman luar negeri,

dan lain-lain.

Untuk membiayai berbagai pengeluaran ini, maka pernerintah harus

mempunyai penerimaan. Sumber penerimaan tersebut terdiri dari penerimaan

dalam negeri dan hibah. Penerimaan dalam negeri berasal dari penerimaan pajak

dan penerimaan negara bukan pajak yang terdiri dari penerimaan sumber daya

alam baik migas maupun non migas, laba BUMN, dan pendapatan Badan

Layanan Umum.

Dalam APBN, jika dibandingkan dengan penerimaan negara bukan

pajak, penerimaan pajak memiliki jumlah yang lebih besar. Hal ini menandakan

bahwa pajak merupakan kontribusi terbesar bagi penerimaan negara dan menjadi

pendapatan terpenting dari pemerintah. Menurut Arianto (2012) seperti yang

dilansir pada situs pajak, ada beberapa alasan mengapa pajak tetap menjadi

prioritas utama bagi penerimaan negara, yakni:

1. Faktor geografis dan demografi Indonesia, dimana indonesia memiliki wilayah

luas yang terdiri dari 17.000 pulau dengan jumlah penduduk terbesar ke-4

dunia yang populasinya mencapai 240 juta jiwa. Dengan kondisi tersebut,

pembangunan secara merata diseluruh wilayah dan upaya meningkatkan

kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan

dukungan finansial yang kuat untuk mewujudkan hal tersebut. Hasil kekayaan

alam yang kita miliki ternyata belum cukup mampu membiayai program

(15)

3

2. Meskipun Indonesia memiliki kekayaan sumber alam yang melimpah, semua

akan menjadi sia-sia jika tidak mampu dikelola dengan baik. Pembangunan

infrastruktur tentunya menjadi faktor penunjang utama untuk memaksimalkan

pengolahan kekayaan alam. Namun, pembangungan infrastruktur merupakan

investasi yang sangat besar dan penerimaan pajak tetap menjadi sumber utama

untuk membiayai investasi tersebut.

3. Pertimbangan bahwa suatu saat kekayaan alam yang kita miliki akan habis,

menjadikan pajak sebagai prioritas dan solusi utama sumber pembiayaan

negara.

Besar kecilnya pajak yang ditentukan pemerintah akan sangat

berpengaruh terhadap pendapatan dan pengeluaran pemerintah. Karena besarnya

pendapatan dari pajak secara tidak langsung akan mempengaruhi jumlah

pengeluaran yang juga akan meningkat. Oleh karena itu, sampai sekarang

pemerintah masih mengandalkan penerimaan pajak dalam sumber penerimaan

negara dan sangat mengandalkan peran warga negara sebagai pembayar pajak.

Dibawah ini adalah data tentang penerimaan pajak yang telah dihimpun

oleh Badan Pusat Statistik Republik Indonesia.

Tabel 1.1

Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah) 2011-2014

Sumber Penerimaan 2011 2012 2013 2014

I. Penerimaan Dalam Negeri 1 205 346 1 332 323 1 497 521 1 661 148

Penerimaan Perpajakan 873 874 980 518 1 148 365 1 310 219

Pajak Dalam Negeri 819 752 930 862 1 099 944 1 256 304

Pajak Penghasilan 431 122 465 070 538 760 591 621

Pajak Pertambahan Nilai 277 800 337 584 423 708 518 879

(16)

4

Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan - 1 0 0 0

Cukai 77 010 95 028 104 730 114 284

Pajak Lainnya 3 928 4 211 5 402 5 980

Pajak Perdagangan Internasional 54 122 49 656 48 421 53 915

Bea Masuk 25 266 28 418 30 812 33 937

Pajak Ekspor 28 856 21 238 17 609 19 978

Penerimaan Bukan Pajak 331 472 351 805 349 156 350 930

Penerimaan Sumber Daya Alam 213 823 225 844 203 730 198 088

Bagian laba BUMN 28 184 30 798 36 456 37 000

Penerimaan Bukan Pajak

Lainnya 69 361 73 459 85 471 91 083

Pendapatan Badan Layanan

Umum 20 104 21 704 23 499 24 759

II. Hibah 5 254 5 787 4 484 1 360

Jumlah 1 210 600 1 338 110 1 502 005 1 662 509

Sumber: Departemen Keuangan dan Badan Pusat Statistik Republik Indonesia Periode 2007-2014.

Ketika mendengar kata “pajak”, yang tergambarkan adalah sejumlah

uang yang harus dibayarkan kepada pemerintah, baik secara langsung maupun

tidak langsung (Sakti, 2015). Pajak merupakan salah satu penerimaan yang

berasal dari dalam negeri yang sangat penting untuk membiayai pembangunan

nasional dan juga mempunyai peran yang sangat besar dalam mengisi kas negara.

Pada dasarnya pajak adalah utang, yaitu utang anggota masyarakat

kepada masyarakat. Uang pajak yang diterima pemerintah dikeluarkan lagi ke

masyarakat untuk membiayai kepentingan umum masyarakat, sehingga

memberikan dampak yang sangat besar kepada perekonomian masyarakat

(Chomsatu, 2009).

Pada umumnya dikenal ada dua fungsi utama dari pajak, yakni fungsi

(17)

5

pengeluaran-pengeluarannya, dan fungsi mengatur (regulerend), sebagai alat

untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial

dan ekonomi. Dari fungsi pajak di atas bisa dilihat bahwa pajak merupakan

penerimaan negara yang sangat diandalkan.

Tuntutan akan peningkatan penerimaan, perbaikan dan perubahan

mendasar dalam segala aspek perpajakan menjadi alasan dilakukannya reformasi

perpajakan dari waktu ke waktu. Tujuan utama dari reformasi perpajakan ialah

untuk lebih menegakkan kemandirian negara dalam membiayai pembangunan

nasional dengan jalan lebih mengarahkan segenap potensi dan kemampuan dari

dalam negeri (Erwis, 2012). Dalam perjalanannya pemerintah melakukan

reformasi perpajakan secara menyeluruh pada tahun 1983. Sejak tahun 1983,

sistem pemungutan pajak di Indonesia telah mengalami perubahan yang cukup

signifikan yaitu perubahan dari Official Assessment System menjadi Self

Assessment System.

Salah satu pajak yang pemungutannya berdasarkan Self Assessment

System adalah Pajak Penghasilan (PPh). Sesuai dengan Undang-Undang PPh yang

baru, sistem pemungutan PPh di Indonesia ditetapkan berdasarkan sistem Self

Assesment yaitu Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar

dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar, sehingga Wajib Pajak

berperan secara aktif dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Dalam perkembangannya, penerimaan di sektor Pajak Penghasilan

memegang peranan yang lebih menonjol dibandingkan dengan penerimaan pajak

(18)

6

di dalamnya adalah penghasilan dari usaha atau menjalankan usaha, penghasilan

dari pekerjaan sebagai karyawan, dan penghasilan dari pekerjaan bebas dan

terhadap badan yang berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh

selama satu tahun pajak.

Peran serta masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya

sebagai Wajib Pajak berdasarkan ketentuan perpajakan tentu sangat diharapkan.

Namun pada kenyataannya usaha untuk mengoptimalkan penerimaan negara dari

sektor pajak sampai saat ini belum berjalan sesuai dengan harapan. Saat

pemerintah sedang gencar-gencarnya menambah penerimaan negara dengan

pajak, banyak Wajib Pajak yang cenderung untuk menghindarkan diri dari

pembayaran pajak. Masih terdapat cukup banyak masyarakat yang dengan sengaja

melakukan kecurangan-kecurangan dan melalaikan kewajibannya dalam

melaksanakan pembayaran pajak yang telah ditetapkan sehingga menyebabkan

timbulnya tunggakan pajak.

Pada tahun 2013, Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan

menyatakan tingkat kepatuhan wajib pajak masih rendah. Berdasarkan catatan

Dirjen Pajak, hanya 25 juta orang yang membayar pajak penghasilan dari total 60

juta Wajib Pajak Pribadi yang seharusnya membayar. Sedangkan untuk Wajib

Pajak Badan, dicatat hanya sekitar 520 Wajib Pajak yang membayar pajak

penghasilan dari sekitar 5 juta badan usaha yang memiliki laba. Selain itu pada

tahun 2014, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur I mencatat

(19)

7

Pajak di antaranya masih menunggak pembayaran pajak penghasilan dan nilai

tunggakan mencapai Rp. 900 miliar.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibutuhkan tindakan penagihan yang

mempunyai kekuatan hukum memaksa. Penagihan pajak merupakan serangkaian

tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak

dengan cara menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika

dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan,

melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang

telah disita.

Dasar penagihan pajak adalah adanya Surat Ketetapan Pajak. Setelah

dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak

sebagaimana dimaksud tersebut Wajib Pajak tetap tidak melunasinya, maka

dilakukan suatu tindakan penagihan aktif berupa penerbitan Surat Teguran, Surat

Peringatan, atau Surat Lain yang sejenis yang dimaksudkan untuk menegur atau

memperingatkan Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya.

Dengan adanya Undang-Undang Penagihan Pajak diharapkan dapat

mendorong peningkatan kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya guna mengurangi tunggakan pajak yang terjadi serta

dapat memberi penekanan yang lebih pada keseimbangan antara kepentingan

masyarakat Wajib Pajak dan kepentingan negara. Keseimbangan kepentingan

dimaksud berupa pelaksanaan hak dan kewajiban oleh kedua belah pihak yang

(20)

8

aturan yang jelas dan sederhana serta memberikan kepastian hukum. Dengan

demikian diharapkan penerimaan negara dari sektor pajak dapat lebih optimal.

Peneliti terdahulu yang menguji pengaruh penagihan dengan surat

teguran dan surat paksa di antaranya adalah Marhaendi (2009), Florensia (2013),

dan Indra, Yulistia, dan Darmayanti (2013), dan Arsil (2014). Hasil penelitian

Arsil menunjukkan bahwa surat teguran dan surat paksa berpengaruh terhadap

peningkatan penerimaan tunggakan pajak secara simultan. Koefisien determinasi

( ) menunjukkan bahwa 41% penerimaan tunggakan pajak dipengaruhi oleh

jumlah surat teguran dan surat paksa yang diterbitkan oleh KPP Pratama Palopo

sedangkan sisanya sebesar 59% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar

penelitian.

Florensia (2013) juga meneliti tentang pengaruh penagihan pajak dengan

surat paksa terhadap pencairan tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya

Bandung, dan membuktikan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara penagihan

pajak dengan surat paksa terhadap pencairan tunggakan pajak di KPP Madya

Bandung.

Berbeda halnya dengan penelitian Marhaendi (2009), yang meneliti

pengaruh tindakan penagihan aktif dalam usaha mencairkan tunggakan pajak,

menunjukkan bahwa jumlah surat-surat yang diterbitkan di KPP Pratama

Tamansari Satu Jakarta tidak berpengaruh signifikan terhadap pencairan

tunggakan pajak. Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Indra,

(21)

9

paksa tidak berpengaruh signifikan terhadap pencairan tunggakan pajak di KPP

Pratama Padang.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hasil penelitian

yang berbeda-beda, sehingga mendorong peneliti untuk kembali melakukan

pengujian mengenai pengaruh penagihan pajak dengan surat teguran dan surat

paksa terhadap peningkatan penerimaan tunggakan pajak pada lokasi Kantor

Pelayanan Pajak yang lain.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Arsil (2014)

dengan variabel yang digunakan yaitu surat teguran dan surat paksa. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Arsil adalah pertama,

perbedaan lokasi yang diteliti, dimana penelitian Arsil menggunakan lokasi

penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palopo sedangkan penelitian ini

menggunakan lokasi penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

Kedua, adanya perbedaan tahun yang diteliti, dimana peneliti terdahulu

menggunakan data variabel selama tahun 2011 sampai tahun 2013, sedangkan

penelitian ini menggunakan data variabel selama tahun 2012 sampai dengan tahun

2014.

Berdasarkan dengan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat

(22)

10

1.2Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas sebelumnya,

maka dapat diidentifikasi berbagai masalah dalam penelitian ini, yaitu antara lain:

1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan tunggakan pajak di

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur?

2. Apakah penagihan dengan surat teguran berpengaruh terhadap penerimaan

tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur?

3. Apakah penagihan dengan surat paksa berpengaruh terhadap penerimaan

tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur?

4. Apakah penagihan dengan surat teguran dan penagihan dengan surat paksa

secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penerimaan tunggakan

pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur?

1.3Pembatasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah pengaruh penagihan dengan

surat teguran dan penagihan dengan surat paksa terhadap peningkatan penerimaan

tunggakan pajak yang dibatasi hanya pada satu kantor pelayanan pajak yaitu

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dan menggunakan data variabel

mulai tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka

peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah penagihan dengan surat teguran berpengaruh terhadap penerimaan

(23)

11

2. Apakah penagihan dengan surat paksa berpengaruh terhadap penerimaan

tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur?

3. Apakah penagihan dengan surat teguran dan penagihan dengan surat paksa

secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penerimaan tunggakan

pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian adalah:

1. Untuk menguji pengaruh penagihan dengan surat teguran terhadap penerimaan

tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

2. Untuk menguji pengaruh penagihan dengan surat teguran terhadap penerimaan

tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

3. Untuk menguji pengaruh penagihan dengan surat teguran dan penagihan

dengan surat paksa secara bersama-sama terhadap penerimaan tunggakan pajak

di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

1.6 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi mahasiswa, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan wawasan peneliti tentang penagihan pajak dengan surat

teguran dan surat paksa, dalam hal penerimaan tunggakan pajak.

2. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

perbandingan penelitian yang telah ada dan sebagai bahan referensi dan sumber

(24)

12

pajak dengan surat teguran dan surat paksa terhadap peningkatan penerimaan

tunggakan pajak.

3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang

penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa yang dilakukan di

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

4. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, hasil penelitian ini

diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi atas hasil kinerja sehingga

dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Arianto, Nur. 2012. Siapkah Membangun Negeri Ini Tanpa Pajak?. www.pajak.go.id.

Arsil, Nelasti. 2014. Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap Peningkatan Penerimaan Tunggakan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palopo. Skripsi (S1). Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Hasanuddin Makassar.

Chomsatu, Yuli S. 2009. Pengaruh Proses Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. Jurnal Paradigma, Vol 06, No 02, Semester Genap 2009.

Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 24/PMK.03/2008 Tentang Tata Cara Pelaksanaan dan Penagihan Dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 85/PMK.03/2010.

Emanuel, Evans S. 2013. Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Berdasarkan Undang Undang Nomor 19 Tahun 2000. Jurnal Lex Administratum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013.

Erwis, Nana A. 2012. Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pratama Makassar Selatan. Skripsi (S1). Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Hasanuddin Makassar.

Farmita, Artika R. 2014. Tunggakan Pajak Di Jawa Timur Capai Rp 900 Miliar. www.bisnis.tempo.co

Firdaus, Rizkie A. 2010. Efektifitas Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Pencairan Tunggakan Pajak di KPP Pratama Semarang Candisari. Skripsi (D-III). Perpajakan. Fakultas Ekonomi. Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

(26)

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro.

Hasan, M.Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Infrensif). Jakarta: Bumi Aksara.

Hidayat, R dan Cheisviyanny, C. 2013. Pengaruh Kualitas Penetapan Pajak dan Tindakan Penagihan Aktif terhadap Pencairan Tunggakan Pajak. Padang. Journal WRA, Vol. 1, No. 1, April 2013.

Indra, R., Yulistia, R., dan Darmayanti, Y.2013. Pengaruh Tindakan Penagihan Pajak Aktif Dengan Surat Teguran Dan Surat Paksa Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak Di KPP Pratama Padang. Padang. E-Journal, Vol. 4, No.1, 2014.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 561/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa

Kismantoro, P. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009. www. pajak.go.id.

Mardiasmo. 2013. Perpajakan, Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi

Marduati, Andi. 2012. Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap Pencairan Tunggakan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat. Skripsi. Makasssar: Fakultas ekonomi dan Bisnis. Universitas Hasanuddin.

Marhaendi, Affan. 2009. Pengaruh Tindakan Penagihan Aktif dalam Usaha Mencairkan Tunggakan Pajak pada KPP Pratama Tamansari Satu Jakarta. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi. Universitas Gunadarma.

Marsyahrul, Tony. 2005. Pengantar Perpajakan. Jakarta: PT.Grasindo.

Noviyanti. 2013. Kepatuhan Wajib Pajak Dan Kemandirian Bangsa: Seminar Perpajakan. www. academia.edu.

Pertiwi, Diah Putri. 2014. Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap Efektivitas Pencairan Tunggakan Pajak. Jurnal Akuntansi. Vol. 18, No. 2.

(27)

Pudyatmoko, S. 2008. Hukum Pajak. Yogyakarta: Andi.

Rahayu, Sri. 2009. Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan pada KPP Pratama Bandung. Jurnal Akuntansi. Vol. 1, No. 2: 119-138.

Resmi, Siti. 2013. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Rifai, A. 2008. Akibat Hukum Terhadap Penagihan Pajak. Jurnal Yustitia. Vol.8 No.1 Hal 159-160.

Sakti, N.W. 2015. Panduan Praktis Mengurus Pajak Secara Online. Jakarta:Visi Media.

Sanusi, Anwar. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta:Salemba Empat.

Saupadang, R.F. 2012. Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Utara. Skripsi. Makassar: Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.

Sidiq, A Permana. 2012. Penerbitan Surat Paksa. azispermanasidiq.blogspot.com

Suandy, E. 2011. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Ulwan, M.N. 2014. Mengambil Sampel dengan Teknik Purposive Sampling. portalstatistik.blogspot.com

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang No.28 Tahun 2007 dan telah diubah dengan Undang-Undang No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagian Pajak dengan Surat Paksa

Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Wijaya, Angga S. 2013. 90 Persen Badan Usaha Tak Patuh Pajak. www.bisnis.tempo.co

(28)

Jakarta Mampang Prapatan. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran.

Y.Sri Pudyatmoko. 2009. Pengantar Hukum Pajak, Jakarta

Gambar

Gambar 2.1 Skema Penagihan Pajak  .............................................................
Tabel 1.1  Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah) 2011-2014

Referensi

Dokumen terkait

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah. Cara menyelesaikan masalah dalam pelaksanaan penagihan dengan surat.. paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

Penelitian oleh Cahyo Wicaksono (2006) pada tesis tentang “Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran dan Surat Paksa Terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak Di Kantor Pelayanan

Penagihan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Balikpapan dari tahun 2012 – 2015 baik dari penerbitan surat teguran ataupun surat paksa tergolong kriteria yang

Penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar tingkat efektiftas penagihan pajak menggunakan surat teguran dan surat paksa dalam penerimaan pajak di KPP Pratama

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penagihan pajak dengan surat teguran, surat paksa, dan surat sita terhadap efektivitas pencairan tunggakan pajak di Kantor

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penagihan pajak dengan surat teguran, surat paksa, dan surat sita terhadap efektivitas pencairan tunggakan pajak di Kantor

Kontribusi penagihan pajak Surat Teguran dan Surat Paksa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta di tahun 2010-2012 tergolong dalam kriteria kontirbusi yang

Efektivitas penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa terhadap penerimaan pajak penghasilan pada kantor pelayanan pajak pratama bitung dalam penelitian