PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN
TUNGGAKAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
OLEH :
HELEN TEACHER BR NAIPOSPOS NIM. 7113220016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN...
ABSTRAK ...i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL ...xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 10
1.3 Pembatasan Masalah ... 10
1.4 Rumusan Masalah ... 10
1.5 Tujuan Penelitian ... 11
1.6 Manfaat Penelitian ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13
2.1 Kerangka Teoritis ... 13
2.1.1 Pajak ... 13
vii
2.1.1.2 Fungsi Pajak ... 15
2.1.1.3 Syarat Pemungutan Pajak ... 15
2.1.1.4 Jenis-Jenis Pajak ... 16
2.1.1.5 Tarif-Tarif Pajak ... 18
2.1.1.6 Asas Pemungutan Pajak ... 19
2.1.1.7 Sistem Pemungutan Pajak ... 20
2.1.1.8 Utang Pajak ... 21
2.1.1.9 Tunggakan Pajak ... 23
2.1.1.10 Perlawanan Terhadap Pajak ... 25
2.1.2 Penagihan Pajak ... 26
2.1.2.1 Pengertian Penagihan Pajak ... 26
2.1.2.2 Dasar Penagihan Pajak ... 26
2.1.2.3 Tindakan Penagihan Pajak ... 27
2.1.2.4 Prosedur Penagihan Pajak ... 29
2.1.2.5 Penagihan Seketika dan Sekaligus ... 31
2.1.3 Surat Teguran ... 33
2.1.3.1 Pengertian Surat Teguran ... 33
2.1.3.2 Tata Cara Penerbitan Surat Teguran ... 34
2.1.4 Surat Paksa ... 35
2.1.4.1 Pengertian Surat Paksa ... 35
2.1.4.2 Dasar hukum Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa... 36
2.1.4.3 Penerbitan Surat Paksa ... 37
viii
2.1.4.5 Penentangan Terhadap Surat Paksa ... 39
2.2 Penelitian Terdahulu ... 40
2.3 Kerangka Berpikir ... 44
2.4 Hipotesis Penelitian ... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 48
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 48
3.2 Populasi dan Sampel ... 48
3.2.1 Populasi ... 48
3.2.2 Sampel ... 48
3.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 49
3.3.1 Variabel Penelitian ... 49
3.3.2 Definisi Operasional Variabel ... 49
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 50
3.5 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 51
3.5.1 Teknik Analisis Data ... 51
3.5.1.1 Statistik Deskriptif ... 51
3.5.1.2 Uji Asumsi Klasik ... 51
a. Uji Normalitas ... 52
b. Uji Multikolonieritas ... 52
c. Uji Heterokedastisitas... 52
d. Uji Autokorelasi ... 53
3.5.1.3 Analisis regresi linear berganda ... 53
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56
4.1 Hasil Penelitian ... 56
4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 56
4.1.1.1 Sejarah terbentuknya KPP Pratama Medan Timur ... 56
4.1.1.2 Visi dan Misi ... 61
4.1.1.3 Nilai ... 62
4.1.1.4 Lambang ... 63
4.1.1.5 Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Timur ... 64
4.1.1.6 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak ... 76
4.1.1.7 Kondisi Tunggakan Pajak ... 76
4.1.2 Deskripsi Data ... 77
4.1.3 Pengujian Hipotesis ... 79
4.1.3.1 Statistik Deskriptif ... 79
4.1.3.2 Uji Asumsi Klasik ... 81
a. Uji Normalitas ... 81
b. Uji Multikolinieritas ... 82
c. Uji Heteroskedastisitas ... 83
d. Uji Autokorelasi ... 85
4.1.3.3 Analisis Regresi Linear Berganda ... 86
4.1.3.4 Uji Hipotesis ... 87
1. Uji Parsial (t-test) ... 87
2. Uji Simultan (f-test) ... 88
x
4.2 Pembahasan ... 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 95
5.1 Kesimpulan ... 95
5.2 Saran ... 96
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Negara... 3
Tabel 2.1 Tarif Pajak Pasal 17 PPh Orang Pribadi Dalam Negeri ... 18
Tabel 2.2 PTKP Mulai Tahun Pajak 2015 ... 19
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ... 42
Tabel 4.1 Wilayah kerja DJP yang ada di Medan ... 60
Tabel 4.2 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2012-2014... 76
Tabel 4.3 Perkembangan Tunggakan Pajak Tahun 2012-2014...76
Tabel 4.4 Penentuan Sampel... 77
Tabel 4.5 Jumlah Nominal Surat Teguran dan Surat Paksa yang Diterbitkan, dan Pencairan Tunggakan Pajak (Tahun 2012-2014))...78
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif ... 80
Tabel 4.7 Output Pengujian Multikolinearitas... 83
Tabel 4.8 Output Pengujian Autokorelasi... 85
Tabel 4.9 Output Regresi Linear Berganda... 86
Tabel 4.10 Output Uji F... 89
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Penagihan Pajak ... 31
Gambar 2.2 Kerangka Pikir ... 46
Gambar 4.1 Lambang KPP Pratama... 63
Gambar 4.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Timur... 66
Gambar 4.3 Output Pengujian Normalitas... 82
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I RENCANA DAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK DI
KPP PRATAMA MEDAN TIMUR 2012-2014
LAMPIRAN 2 LAPORAN PERKEMBANGAN TUNGGAKAN PAJAK
DI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR 2011-2014
LAMPIRAN 3 PENERBITAN DAN PENCAIRAN SURAT TEGURAN
DAN SURAT PAKSA DI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR TAHUN 2012-2014
LAMPIRAN 4 HASIL OUTPUT SPSS
LAMPIRAN 5 FORMAT SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah
Setiap negara membutuhkan dana yang cukup besar dalam melaksanakan
pembangunan dan menyelenggarakan pemerintahan. Begitu juga termasuk negara
Indonesia yang membutuhkan banyak dana setiap tahunnya sebagai sumber
pembiayaan pengeluaran pemerintah.
Pengeluaran pemerintah adalah penggunaan uang dan sumber daya suatu
negara untuk membiayai suatu kegiatan negara atau pemerintah dalam rangka
mewujudkan fungsinya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Prasetya,
2012). Pengeluaran pemerintah biasanya direncanakan jauh lebih dulu. Jadi
pemerintah membuat daftar anggaran yang akan dikeluarkan setiap tahunnya,
yang di Indonesia dijabarkan dalam Anggaran Perencanaan Belanja Negara
(APBN). Pengeluaran pemerintah sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu
pengeluaran negara dan pengeluaran daerah, yang masing-masing mempunyai
struktur pengeluaran tersendiri dan berbeda.
Dalam APBN, pengeluaran Pemerintah Pusat dibedakan menjadi dua,
yang meliputi pengeluaran untuk belanja dan pengeluaran untuk pembiayaan.
Pengeluaran untuk belanja antara lain digunakan untuk belanja pemerintah pusat
seperti, belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang,
subsidi, belanja hibah, bantuan sosial, pembangunan infrastruktur dan lain-lain.
Juga untuk dialokasikan ke daerah untuk dana perimbangan serta dana otonomi
2
pengeluaran untuk obligasi pemerintah, pembayaran pokok pinjaman luar negeri,
dan lain-lain.
Untuk membiayai berbagai pengeluaran ini, maka pernerintah harus
mempunyai penerimaan. Sumber penerimaan tersebut terdiri dari penerimaan
dalam negeri dan hibah. Penerimaan dalam negeri berasal dari penerimaan pajak
dan penerimaan negara bukan pajak yang terdiri dari penerimaan sumber daya
alam baik migas maupun non migas, laba BUMN, dan pendapatan Badan
Layanan Umum.
Dalam APBN, jika dibandingkan dengan penerimaan negara bukan
pajak, penerimaan pajak memiliki jumlah yang lebih besar. Hal ini menandakan
bahwa pajak merupakan kontribusi terbesar bagi penerimaan negara dan menjadi
pendapatan terpenting dari pemerintah. Menurut Arianto (2012) seperti yang
dilansir pada situs pajak, ada beberapa alasan mengapa pajak tetap menjadi
prioritas utama bagi penerimaan negara, yakni:
1. Faktor geografis dan demografi Indonesia, dimana indonesia memiliki wilayah
luas yang terdiri dari 17.000 pulau dengan jumlah penduduk terbesar ke-4
dunia yang populasinya mencapai 240 juta jiwa. Dengan kondisi tersebut,
pembangunan secara merata diseluruh wilayah dan upaya meningkatkan
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan
dukungan finansial yang kuat untuk mewujudkan hal tersebut. Hasil kekayaan
alam yang kita miliki ternyata belum cukup mampu membiayai program
3
2. Meskipun Indonesia memiliki kekayaan sumber alam yang melimpah, semua
akan menjadi sia-sia jika tidak mampu dikelola dengan baik. Pembangunan
infrastruktur tentunya menjadi faktor penunjang utama untuk memaksimalkan
pengolahan kekayaan alam. Namun, pembangungan infrastruktur merupakan
investasi yang sangat besar dan penerimaan pajak tetap menjadi sumber utama
untuk membiayai investasi tersebut.
3. Pertimbangan bahwa suatu saat kekayaan alam yang kita miliki akan habis,
menjadikan pajak sebagai prioritas dan solusi utama sumber pembiayaan
negara.
Besar kecilnya pajak yang ditentukan pemerintah akan sangat
berpengaruh terhadap pendapatan dan pengeluaran pemerintah. Karena besarnya
pendapatan dari pajak secara tidak langsung akan mempengaruhi jumlah
pengeluaran yang juga akan meningkat. Oleh karena itu, sampai sekarang
pemerintah masih mengandalkan penerimaan pajak dalam sumber penerimaan
negara dan sangat mengandalkan peran warga negara sebagai pembayar pajak.
Dibawah ini adalah data tentang penerimaan pajak yang telah dihimpun
oleh Badan Pusat Statistik Republik Indonesia.
Tabel 1.1
Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah) 2011-2014
Sumber Penerimaan 2011 2012 2013 2014
I. Penerimaan Dalam Negeri 1 205 346 1 332 323 1 497 521 1 661 148
Penerimaan Perpajakan 873 874 980 518 1 148 365 1 310 219
Pajak Dalam Negeri 819 752 930 862 1 099 944 1 256 304
Pajak Penghasilan 431 122 465 070 538 760 591 621
Pajak Pertambahan Nilai 277 800 337 584 423 708 518 879
4
Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan - 1 0 0 0
Cukai 77 010 95 028 104 730 114 284
Pajak Lainnya 3 928 4 211 5 402 5 980
Pajak Perdagangan Internasional 54 122 49 656 48 421 53 915
Bea Masuk 25 266 28 418 30 812 33 937
Pajak Ekspor 28 856 21 238 17 609 19 978
Penerimaan Bukan Pajak 331 472 351 805 349 156 350 930
Penerimaan Sumber Daya Alam 213 823 225 844 203 730 198 088
Bagian laba BUMN 28 184 30 798 36 456 37 000
Penerimaan Bukan Pajak
Lainnya 69 361 73 459 85 471 91 083
Pendapatan Badan Layanan
Umum 20 104 21 704 23 499 24 759
II. Hibah 5 254 5 787 4 484 1 360
Jumlah 1 210 600 1 338 110 1 502 005 1 662 509
Sumber: Departemen Keuangan dan Badan Pusat Statistik Republik Indonesia Periode 2007-2014.
Ketika mendengar kata “pajak”, yang tergambarkan adalah sejumlah
uang yang harus dibayarkan kepada pemerintah, baik secara langsung maupun
tidak langsung (Sakti, 2015). Pajak merupakan salah satu penerimaan yang
berasal dari dalam negeri yang sangat penting untuk membiayai pembangunan
nasional dan juga mempunyai peran yang sangat besar dalam mengisi kas negara.
Pada dasarnya pajak adalah utang, yaitu utang anggota masyarakat
kepada masyarakat. Uang pajak yang diterima pemerintah dikeluarkan lagi ke
masyarakat untuk membiayai kepentingan umum masyarakat, sehingga
memberikan dampak yang sangat besar kepada perekonomian masyarakat
(Chomsatu, 2009).
Pada umumnya dikenal ada dua fungsi utama dari pajak, yakni fungsi
5
pengeluaran-pengeluarannya, dan fungsi mengatur (regulerend), sebagai alat
untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial
dan ekonomi. Dari fungsi pajak di atas bisa dilihat bahwa pajak merupakan
penerimaan negara yang sangat diandalkan.
Tuntutan akan peningkatan penerimaan, perbaikan dan perubahan
mendasar dalam segala aspek perpajakan menjadi alasan dilakukannya reformasi
perpajakan dari waktu ke waktu. Tujuan utama dari reformasi perpajakan ialah
untuk lebih menegakkan kemandirian negara dalam membiayai pembangunan
nasional dengan jalan lebih mengarahkan segenap potensi dan kemampuan dari
dalam negeri (Erwis, 2012). Dalam perjalanannya pemerintah melakukan
reformasi perpajakan secara menyeluruh pada tahun 1983. Sejak tahun 1983,
sistem pemungutan pajak di Indonesia telah mengalami perubahan yang cukup
signifikan yaitu perubahan dari Official Assessment System menjadi Self
Assessment System.
Salah satu pajak yang pemungutannya berdasarkan Self Assessment
System adalah Pajak Penghasilan (PPh). Sesuai dengan Undang-Undang PPh yang
baru, sistem pemungutan PPh di Indonesia ditetapkan berdasarkan sistem Self
Assesment yaitu Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar
dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar, sehingga Wajib Pajak
berperan secara aktif dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Dalam perkembangannya, penerimaan di sektor Pajak Penghasilan
memegang peranan yang lebih menonjol dibandingkan dengan penerimaan pajak
6
di dalamnya adalah penghasilan dari usaha atau menjalankan usaha, penghasilan
dari pekerjaan sebagai karyawan, dan penghasilan dari pekerjaan bebas dan
terhadap badan yang berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh
selama satu tahun pajak.
Peran serta masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya
sebagai Wajib Pajak berdasarkan ketentuan perpajakan tentu sangat diharapkan.
Namun pada kenyataannya usaha untuk mengoptimalkan penerimaan negara dari
sektor pajak sampai saat ini belum berjalan sesuai dengan harapan. Saat
pemerintah sedang gencar-gencarnya menambah penerimaan negara dengan
pajak, banyak Wajib Pajak yang cenderung untuk menghindarkan diri dari
pembayaran pajak. Masih terdapat cukup banyak masyarakat yang dengan sengaja
melakukan kecurangan-kecurangan dan melalaikan kewajibannya dalam
melaksanakan pembayaran pajak yang telah ditetapkan sehingga menyebabkan
timbulnya tunggakan pajak.
Pada tahun 2013, Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan
menyatakan tingkat kepatuhan wajib pajak masih rendah. Berdasarkan catatan
Dirjen Pajak, hanya 25 juta orang yang membayar pajak penghasilan dari total 60
juta Wajib Pajak Pribadi yang seharusnya membayar. Sedangkan untuk Wajib
Pajak Badan, dicatat hanya sekitar 520 Wajib Pajak yang membayar pajak
penghasilan dari sekitar 5 juta badan usaha yang memiliki laba. Selain itu pada
tahun 2014, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur I mencatat
7
Pajak di antaranya masih menunggak pembayaran pajak penghasilan dan nilai
tunggakan mencapai Rp. 900 miliar.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibutuhkan tindakan penagihan yang
mempunyai kekuatan hukum memaksa. Penagihan pajak merupakan serangkaian
tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak
dengan cara menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika
dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan,
melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang
telah disita.
Dasar penagihan pajak adalah adanya Surat Ketetapan Pajak. Setelah
dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak
sebagaimana dimaksud tersebut Wajib Pajak tetap tidak melunasinya, maka
dilakukan suatu tindakan penagihan aktif berupa penerbitan Surat Teguran, Surat
Peringatan, atau Surat Lain yang sejenis yang dimaksudkan untuk menegur atau
memperingatkan Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya.
Dengan adanya Undang-Undang Penagihan Pajak diharapkan dapat
mendorong peningkatan kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya guna mengurangi tunggakan pajak yang terjadi serta
dapat memberi penekanan yang lebih pada keseimbangan antara kepentingan
masyarakat Wajib Pajak dan kepentingan negara. Keseimbangan kepentingan
dimaksud berupa pelaksanaan hak dan kewajiban oleh kedua belah pihak yang
8
aturan yang jelas dan sederhana serta memberikan kepastian hukum. Dengan
demikian diharapkan penerimaan negara dari sektor pajak dapat lebih optimal.
Peneliti terdahulu yang menguji pengaruh penagihan dengan surat
teguran dan surat paksa di antaranya adalah Marhaendi (2009), Florensia (2013),
dan Indra, Yulistia, dan Darmayanti (2013), dan Arsil (2014). Hasil penelitian
Arsil menunjukkan bahwa surat teguran dan surat paksa berpengaruh terhadap
peningkatan penerimaan tunggakan pajak secara simultan. Koefisien determinasi
( ) menunjukkan bahwa 41% penerimaan tunggakan pajak dipengaruhi oleh
jumlah surat teguran dan surat paksa yang diterbitkan oleh KPP Pratama Palopo
sedangkan sisanya sebesar 59% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar
penelitian.
Florensia (2013) juga meneliti tentang pengaruh penagihan pajak dengan
surat paksa terhadap pencairan tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya
Bandung, dan membuktikan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara penagihan
pajak dengan surat paksa terhadap pencairan tunggakan pajak di KPP Madya
Bandung.
Berbeda halnya dengan penelitian Marhaendi (2009), yang meneliti
pengaruh tindakan penagihan aktif dalam usaha mencairkan tunggakan pajak,
menunjukkan bahwa jumlah surat-surat yang diterbitkan di KPP Pratama
Tamansari Satu Jakarta tidak berpengaruh signifikan terhadap pencairan
tunggakan pajak. Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Indra,
9
paksa tidak berpengaruh signifikan terhadap pencairan tunggakan pajak di KPP
Pratama Padang.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hasil penelitian
yang berbeda-beda, sehingga mendorong peneliti untuk kembali melakukan
pengujian mengenai pengaruh penagihan pajak dengan surat teguran dan surat
paksa terhadap peningkatan penerimaan tunggakan pajak pada lokasi Kantor
Pelayanan Pajak yang lain.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Arsil (2014)
dengan variabel yang digunakan yaitu surat teguran dan surat paksa. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Arsil adalah pertama,
perbedaan lokasi yang diteliti, dimana penelitian Arsil menggunakan lokasi
penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palopo sedangkan penelitian ini
menggunakan lokasi penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
Kedua, adanya perbedaan tahun yang diteliti, dimana peneliti terdahulu
menggunakan data variabel selama tahun 2011 sampai tahun 2013, sedangkan
penelitian ini menggunakan data variabel selama tahun 2012 sampai dengan tahun
2014.
Berdasarkan dengan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat
10
1.2Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas sebelumnya,
maka dapat diidentifikasi berbagai masalah dalam penelitian ini, yaitu antara lain:
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan tunggakan pajak di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur?
2. Apakah penagihan dengan surat teguran berpengaruh terhadap penerimaan
tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur?
3. Apakah penagihan dengan surat paksa berpengaruh terhadap penerimaan
tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur?
4. Apakah penagihan dengan surat teguran dan penagihan dengan surat paksa
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penerimaan tunggakan
pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur?
1.3Pembatasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah pengaruh penagihan dengan
surat teguran dan penagihan dengan surat paksa terhadap peningkatan penerimaan
tunggakan pajak yang dibatasi hanya pada satu kantor pelayanan pajak yaitu
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dan menggunakan data variabel
mulai tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.
1.4Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka
peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah penagihan dengan surat teguran berpengaruh terhadap penerimaan
11
2. Apakah penagihan dengan surat paksa berpengaruh terhadap penerimaan
tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur?
3. Apakah penagihan dengan surat teguran dan penagihan dengan surat paksa
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penerimaan tunggakan
pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian adalah:
1. Untuk menguji pengaruh penagihan dengan surat teguran terhadap penerimaan
tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
2. Untuk menguji pengaruh penagihan dengan surat teguran terhadap penerimaan
tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
3. Untuk menguji pengaruh penagihan dengan surat teguran dan penagihan
dengan surat paksa secara bersama-sama terhadap penerimaan tunggakan pajak
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
1.6 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi mahasiswa, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan peneliti tentang penagihan pajak dengan surat
teguran dan surat paksa, dalam hal penerimaan tunggakan pajak.
2. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
perbandingan penelitian yang telah ada dan sebagai bahan referensi dan sumber
12
pajak dengan surat teguran dan surat paksa terhadap peningkatan penerimaan
tunggakan pajak.
3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang
penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa yang dilakukan di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
4. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi atas hasil kinerja sehingga
dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam
DAFTAR PUSTAKA
Arianto, Nur. 2012. Siapkah Membangun Negeri Ini Tanpa Pajak?. www.pajak.go.id.
Arsil, Nelasti. 2014. Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap Peningkatan Penerimaan Tunggakan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palopo. Skripsi (S1). Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Hasanuddin Makassar.
Chomsatu, Yuli S. 2009. Pengaruh Proses Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. Jurnal Paradigma, Vol 06, No 02, Semester Genap 2009.
Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 24/PMK.03/2008 Tentang Tata Cara Pelaksanaan dan Penagihan Dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 85/PMK.03/2010.
Emanuel, Evans S. 2013. Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Berdasarkan Undang Undang Nomor 19 Tahun 2000. Jurnal Lex Administratum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013.
Erwis, Nana A. 2012. Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pratama Makassar Selatan. Skripsi (S1). Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Hasanuddin Makassar.
Farmita, Artika R. 2014. Tunggakan Pajak Di Jawa Timur Capai Rp 900 Miliar. www.bisnis.tempo.co
Firdaus, Rizkie A. 2010. Efektifitas Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Pencairan Tunggakan Pajak di KPP Pratama Semarang Candisari. Skripsi (D-III). Perpajakan. Fakultas Ekonomi. Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hasan, M.Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Infrensif). Jakarta: Bumi Aksara.
Hidayat, R dan Cheisviyanny, C. 2013. Pengaruh Kualitas Penetapan Pajak dan Tindakan Penagihan Aktif terhadap Pencairan Tunggakan Pajak. Padang. Journal WRA, Vol. 1, No. 1, April 2013.
Indra, R., Yulistia, R., dan Darmayanti, Y.2013. Pengaruh Tindakan Penagihan Pajak Aktif Dengan Surat Teguran Dan Surat Paksa Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak Di KPP Pratama Padang. Padang. E-Journal, Vol. 4, No.1, 2014.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 561/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa
Kismantoro, P. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009. www. pajak.go.id.
Mardiasmo. 2013. Perpajakan, Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi
Marduati, Andi. 2012. Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap Pencairan Tunggakan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat. Skripsi. Makasssar: Fakultas ekonomi dan Bisnis. Universitas Hasanuddin.
Marhaendi, Affan. 2009. Pengaruh Tindakan Penagihan Aktif dalam Usaha Mencairkan Tunggakan Pajak pada KPP Pratama Tamansari Satu Jakarta. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi. Universitas Gunadarma.
Marsyahrul, Tony. 2005. Pengantar Perpajakan. Jakarta: PT.Grasindo.
Noviyanti. 2013. Kepatuhan Wajib Pajak Dan Kemandirian Bangsa: Seminar Perpajakan. www. academia.edu.
Pertiwi, Diah Putri. 2014. Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap Efektivitas Pencairan Tunggakan Pajak. Jurnal Akuntansi. Vol. 18, No. 2.
Pudyatmoko, S. 2008. Hukum Pajak. Yogyakarta: Andi.
Rahayu, Sri. 2009. Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan pada KPP Pratama Bandung. Jurnal Akuntansi. Vol. 1, No. 2: 119-138.
Resmi, Siti. 2013. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Rifai, A. 2008. Akibat Hukum Terhadap Penagihan Pajak. Jurnal Yustitia. Vol.8 No.1 Hal 159-160.
Sakti, N.W. 2015. Panduan Praktis Mengurus Pajak Secara Online. Jakarta:Visi Media.
Sanusi, Anwar. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta:Salemba Empat.
Saupadang, R.F. 2012. Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Utara. Skripsi. Makassar: Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.
Sidiq, A Permana. 2012. Penerbitan Surat Paksa. azispermanasidiq.blogspot.com
Suandy, E. 2011. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Ulwan, M.N. 2014. Mengambil Sampel dengan Teknik Purposive Sampling. portalstatistik.blogspot.com
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang No.28 Tahun 2007 dan telah diubah dengan Undang-Undang No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagian Pajak dengan Surat Paksa
Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Wijaya, Angga S. 2013. 90 Persen Badan Usaha Tak Patuh Pajak. www.bisnis.tempo.co
Jakarta Mampang Prapatan. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran.
Y.Sri Pudyatmoko. 2009. Pengantar Hukum Pajak, Jakarta