1
PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP PEMBAYARAN TUNGGAKAN PAJAK
PENGHASILAN PADA KPP PRATAMA GORONTALO VERONIKA SAAD1, SAHMIN NOHOLO2, USMAN3
Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo
Veronika Saad. 921 411 150. 2015. Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa Terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo. Skripsi Program Studi S1 Akuntansi, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo, dibawah bimbingan Bpk Sahmin Noholo, SE., MM dan Bpk Usman, S.Pd., M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari surat teguran (X1), dan surat paksa (X2) terhadap Pembayaran tunggakan pajak penghasilan. Data dalam penelitian ini didapatkan dengan meneliti langsung di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Populasi dalam penelitian adalah wajib pajak yang memiliki tunggakan di KPP Pratama Gorontalo, Sedangkan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah wajib pajak yang memiliki tunggakan pajak penghasilan selama 3 tahun terakhir. Analisis data menggunakan aplikasi perangkat lunak Statistical Product and Service Solution (SPSS).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial surat teguran berpengaruh Positif dan signifikan terhadap pembayaran tunggakan pajak penghasilan, dan surat paksa berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pembayaran tunggakan pajak penghasilan. Secara simultan variabel bebas yakni surat teguran dan surat paksa berpengaruh signifikan terhadap pembayaran tunggakan pajak penghasilan pada KPP Pratama Gorontalo. Hal ini menunjukkan bahwa pelunasan pajak dengan menggunakan surat teguran dan surat paksa akan memberikan dampak baik bagi KPP Pratama Gorontalo. Hal tersebut juga terlihat dari nilai Adjusted RSquare sebesar 18,7%.
Kata Kunci: Surat Teguran, Surat Paksa, Pembayaran Tunggakan Pajak Penghasilan.
1
Veronika Saad, Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo
2 Sahmin Noholo, SE., MM., Dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo
3
Usman, S.Pd, M.Si, Dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo
2 PENDAHULUAN
Penerimaan negara dalam sektor pajak sangatlah tinggi, namun harus terus
ditingkatkan seiring dengan meningkatnya kebutuhan pendanaan seperti
pembangunan nasional yang kegiatannya secara terus menerus dan
berkesinambungan yang tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Dalam usaha ini, pemerintah melalui Direktorat jenderal perpajakan terus
melakukan terobosan guna mengoptimalkan penerimaan dalam sektor ini, melalui
kebijakan yang dikeluarkan.
Apabila rakyat mengerti tentang manfaat dan fungsi pajak dalam masyarakat,
maka masyarakat akan sadar tentang pajak, dan jika masyarakat sudah sadar akan
hak dan kewajibannya dalam membayar pajak, maka rakyat akan rajin membayar
pajak dan tidak akan menunggak lagi. Sehingga akan timbul disiplin pajak,
dimana wajib pajak akan memenuhi kewajiban pajaknya tepat waktu tanpa
menunggak lagi, tetapi pada kenyataannya tidak sedikit masyarakat yang masih
melakukan kecurangan dan melalaikan kewajibannya dalam membayar pajak
yang telah ditetapkan sehingga menyebabkan timbulnya hutang pajak.
Adapun jumlah tunggakan wajib pajak yang terdapat pada KPP Pratama
Gorontalo adalah sebagai berikut:
Tabel 1: Perkembangan Tunggakan Wajib Pajak Pada KPP Pratama Gorontalo
Tahun 2012-2014 Tahun Jumlah Tunggakan Pajak
2012 36,385,624,038
2013 48,879,831,658
2014 60,590,750,257
3
Karena adanya fenomena peningkatan jumlah tunggakan pajak dari tahun ke
tahun, maka ini menandakan bahwa perlu dilakukan penagihan pajak oleh fiskus,
yang dimana dengan dilakukannya penagihan pajak tersebut dapat mengatasi
masalah peningkatan tunggakan pajak. Tindakan tersebut berupa penagihan pajak
pasif melalui himbauan dengan menggunakan surat tagihan atau surat ketetapan
pajak. Dan selanjutnya berupa penagihan pajak aktif yang meliputi penerbitan
surat teguran yaitu Surat yang diterbitkan oleh pejabat pajak untuk menegur atau
memperingatkan kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya, Sesuai
Pasal 5 Keputusan Menteri Keuangan No.561/KMK.04/2000 bahwa tindakan
pelaksanaan penagihan pajak diawali dengan surat teguran, surat peringatan atau
surat lain yang sejenis oleh pejabat atau kuasa pejabat setelah 7 hari sejak saat
jatuh tempo pembayaran, dan kemudian disusul dengan surat paksa, surat paksa
adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Surat
paksa berkepala kata-kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa”. Agar tercapai efektivitas dan efisiensi penagihan pajak yang didasari dengan
surat paksa, maka surat paksa mempunyai kekuatan hukum dan kedudukan
hukum yang sama dengan grosse akte yaitu putusan pengadilan perdata yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, berdasarkan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 19 tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik untuk
4
Teguran Dan Surat Paksa Terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak Penghasilan
Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo“.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Penagihan Pajak
Pengertian Penagihan Pajak menurut Moeljohadi dalam bukunya “Perpajakan
(Konsep, Teori dan Isu)” (2006: 174) mendefinisikan bahwa “Penagihan Pajak
adalah serangkaian tindakan dari Aparatur Direktorat Jenderal Pajak, berhubung
wajib pajak tidak melunasi baik sebagian atau seluruh kewajiban perpajakan yang
terhutang menurut Undang-Undang perpajakan yang berlaku.”
Surat Teguran
Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis sesuai dengan
Pasal 1 angka 10 (UU Penagihan Pajak) adalah “surat yang diterbitkan oleh
pejabat pajak untuk menegur atau memperingatkan kepada Wajib Pajak untuk
melunasi utang pajaknya”. Sesuai Pasal 5 Keputusan Menteri Keuangan No.
561/KMK.04/2000 bahwa tindakan pelaksanaan penagihan pajak diawali dengan
surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis oleh pejabat atau kuasa
pejabat setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.
Dalam buku KUP Pelaksanaan penagihan pajak dilakukan dengan
menerbitkan Surat Teguran oleh Dirjen Pajak. Keputusan Dirjen Pajak yang
menyetujui penanggung pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran
pajak mengakibatkan tidak adanya upaya penagihan pajak kecuali penanggung
5 Surat Paksa
Pengertian Surat Paksa
Surat paksa sesuai Pasal 1 huruf 21 (UU KUP) dan Pasal 1 huruf 12 (UU
Penagihan Pajak) menyatakan bahwa “surat paksa adalah surat perintah
membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak”.
Penerbitan Surat Paksa
Secara teori surat paksa diterbitkan setelah surat teguran, surat peringatan
atau surat lain yang sejenis dikeluarkan oleh pejabat. Menurut pasal 8 (UU
Penagihan Pajak) menyatakan bahwa surat paksa diterbitkan apabila:
1. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan
surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis.
2. Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan pajak seketika dan
sekaligus, atau
3. Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam
keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.
Pemberitahuan Surat Paksa
Surat paksa diberitahukan oleh juru sita pajak dengan pernyataan dan
penyerahan salinan surat paksa kepada penanggung pajak. Pemberitahuan surat
paksa kepada penanggung pajak oleh jurusita pajak dilaksanakan dengan cara
membacakan isi surat paksa dan kedua belah pihak menandatangani berita acara
sebagai pernyataan bahwa surat paksa telah diberitahukan. Selanjutnya salinan
surat paksa diserahkan kepada penanggung pajak dan surat paksa yang asli
6 Tunggakan Pajak
Pengertian Tunggakan Pajak
Undang-Undang No.19 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang No.
19 Tahun 1997 tentang penagihan pajak dengan surat paksa, pasal 1 angka (8)
menegaskan “Tunggakan Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk
sanksi adminstrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang tercantum dalam
surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.”
Pembayaran Tunggakan Pajak
Pembayaran tunggakan pajak sama dengan pencairan tunggakan pajak.
Pengertian pencairan tunggakan pajak yang dikemukakan oleh Waluyo dan
Wirawan (2003: 64), Pencairan tunggakan pajak adalah jumlah pembayaran atas
tunggakan pajak yang dapat terjadi karena:
1. Pembayaran dengan menggunakan Surat Setoran Pajak untuk pelunasan
piutang pajak yang terdaftar dalam STP/SKPKB/SKPKBT/SK Pembetulan/SK
Keberatan/Putusan Banding yang mengakibatkan bertambahnya jumlah
piutang pajak.
2. Pemindahbukuan. Sebenarnya wajib pajak sudah membayar utang pajaknya,
tapi salah nomor rekening sehingga dianggap belum melunasi utangnya. Oleh
karena itu, dilakukan pemindahbukuan.
3. Pengajuan permohonan pembetulan yang dikabulkan atas Surat Teguran/Surat
Peringatan/Surat lain yang sejenis, Surat Penagihan Seketika dan Sekaligus,
7
Surat Penentuan harga Limit yang dalam perhitungannya terdapat kesalahan
atau kekeliruan yang mengakibatkan berkurangnya jumlah piutang pajak.
4. Pengajuan Keberatan/Banding yang dikabulkan atas SKPKB/SKPKBT yang
mengakibatkan berkurangnya jumlah piutang pajak.
5. Penghapusan Piutang. Dilakukan karena piutang pajak sudah tidak mungkin
lagi ditagih penyebabnya antara lain karena wajib pajak dan atau penanggung
pajak sudah meninggal dunia dan tidak mempunyai harta warisan, wajib pajak
dan atau penanggung pajak tidak mempunyai harta kekayaan lagi dan hak
untuk melakukan penagihan pajak sudah daluarsa.
6. Wajib pajak pindah yang artinya wajib pajak pindah alamat dan tidak dapat
ditemukan lagi.
Pajak Penghasilan
Pengertian Pajak Penghasilan Menurut Resmi (2011: 74), Pajak
Penghasilan adalah Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak.
Menurut Suandy (2011: 36), Pajak Penghasilan adalah pajak yang
dikenakan terhadap penghasilan, dapat dikenakan secara berkala dan
berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu baik masa pajak maupun tahun pajak.
METODE PENELITIAN
Tempat penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Gorontalo yang beralamat di Jalan Arif Rahman Hakim Kota Gorontalo. Desain
8
regresi sebagai instrumen pengujian pengaruh antara variabel-variabel, variabel
tidak terikat (independent) terhadap variabel terikat (dependent). Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif, yang
menganalisis adanya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah wajib pajak yang
memiliki tunggakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama di Lingkungan
kota Gorontalo. Sampel yang diambil oleh peneliti adalah Wajib Pajak yang
memiliki tunggakan pajak selama 3 tahun terakhir (2012-2014) pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo.
Teknik pengumpulan data adalah data sekunder yang diperoleh langsung
dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo berupa laporan kinerja seksi
penagihan, laporan penerimaan pajak, serta data-data lain yang terkait.
Aplikasi perangkat lunak yang digunakan dalam menganalisis data pada
penelitian ini adalah Statistical Product and Service Solution (SPSS). Metode-metode yang digunakan untuk menganalisis data dan menguji hipotesis dalam
penelitian ini adalah uji asumsi klasik antara lain uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, Analisis regresi linear
berganda, dan uji hipotesis menggunakan uji parsial, uji simultan, dan koefisien
determinasi.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di KPP Pratama Gorontalo dengan menggunakan data
9
KPP Pratama Gorontalo. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 3 Tahun
yakni dari tahun 2012 sampai 2014. Data dalam penelitian diolah dalam bentuk
perbulan menggunakan bantuan program SPSS 21.
Tabel 5: Statistik Deskriptif Penelitian
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation Teguran 36 ,00 308,00 53,0278 83,35963 Paksa 36 ,00 186,00 39,9722 54,12815 Pemb_Tunggaka n 36 5686857,00 1023817527,0 0 213488316,5 5 192120191,54 Valid N (listwise) 36 Sumber: Pengolahan SPSS 21, 2015 Uji Asumsi Klasik
Berdasarkan hasil pengujian normalitas dapat dilihat bahwa nilai
kolmogorov smirnov sebesar 0,653 dengan nilai signifikansi sebesar 0,788. Nilai signifikansi ini lebih besar dibandingkan dengan nilai alpha 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa berdasarkan pengujian normalitas, data dalam penelitian ini
berdistribusi normal. Karena nilai signifikansi dari pengujian lebih dari nilai alpha
0,05.
Dalam penelitian ini uji autokorelasi diuji melalui Run Test agar hasilnya lebih dapat diandalkan. Tingkat kepercayaan yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah sebesar 95% atau tingkat signfikansinya (alpha) sebesar 5%.
Dalam penelitian ini menggunakan metode Run Test. Dengan uji Run Test, apabila nilai signifikansi dari pengujian lebih dari nilai alpha 0,05, maka model regresi tersebut memenuhi uji autokorelasi. Berdasarkan hasil uji autokorelasi
10
nilai alpha 0,05. Sehingga data dalam penelitian ini tidak terkena gejala autokorelasi.
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas seluruh variabel baik variabel
bebas maupun variabel terikat mempunyai nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang rendah yakni dibawah 10. Jadi disimpulkan model regresi tidak terdapat
masalah multikolinearitas. Sehingga data memenuhi uji multikolinearitas.
Uji heteroskedasitas merupakan pengujian yang bertujuan untuk menguji
apakah dalam suatu regresi terjadi perbedaan variance dari residual data yang ada.
Jika tidak ada pula yang jelas, serta titik-titik diatas dan dibawah angka 0 pada
sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskesdasitas.
11
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Oleh
karena itu maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi
heterokedastisitas.
Hasil Analisis Regresi
Tabel 10: Model Analisis Regresi Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 18,418 ,243 75,821 ,000 Teguran ,005 ,002 ,439 2,673 ,012 Paksa ,191 ,326 ,096 ,585 ,563
Sumber: Data Olahan SPSS 21, 2015
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Tabel 11: Hasil Pengujian Parsial
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 18,418 ,243 75,821 ,000 Teguran ,005 ,002 ,439 2,673 ,012 Paksa ,191 ,326 ,096 ,585 ,563
Sumber: Data Olahan SPSS 21, 2015
Hasil Uji Simultan (Uji F)
Tabel 12: Hasil Pengujian Simultan
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 7,649 2 3,824 5,031 ,012b Residual 25,085 33 ,760 Total 32,734 35
12 Interpretasi Koefisien Determinasi
Tabel 13: Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,483a ,234 ,187 ,87186 1,480
Sumber: Data Olahan SPSS 21, 2015
Pembahasan
Pengaruh Surat Teguran Terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak Penghasilan KPP Pratama Gorontalo tahun 2012-2014
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama ditemukan bahwa koefisien
regresi variabel Surat Teguran sebesar 0,005 berarti bahwa setiap peningkatan
Surat Teguran sebesar 1 surat, maka akan meningkatkan (karena tanda +)
Pembayaran Tunggakan Pajak Penghasilan KPP Pratama Gorontalo sebesar LN
0,005. Dengan ketentuan variabel lainnya dengan nilai yang konstan. Karena nilai
thitung yang diperoleh jauh lebih besar dari nilai ttabel. Nilai signifikansi Surat
Teguran lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
pada tingkat kepercayaan 95% (alpha 0,05) Surat Teguran berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak Penghasilan dari KPP
Pratama Gorontalo tahun 2012-2014.
Pengaruh Surat Paksa Terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak Penghasilan KPP Pratama Gorontalo tahun 2012-2014
Berdasarkan pengujian hipotesis kedua mengenai pengaruh Surat Paksa
terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak Penghasilan ditemukan bahwa koefisien
regresi variabel Surat Paksa sebesar 0,191 berarti bahwa setiap peningkatan Surat
13
Tunggakan Pajak Penghasilan KPP Pratama Gorontalo sebesar LN 0,191. Dengan
ketentuan variabel bebas lainnya dengan nilai yang konstan. Karena nilai Maka
thitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai ttabel. Nilai signifikansi Surat Paksa lebih
besar dari nilai probabilitas 0,05 sehingga pada tingkat kepercayaan 95% (alpha
0,05) Surat Paksa berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap
Pembayaran Tunggakan Pajak Penghasilan dari KPP Pratama Gorontalo tahun
2012-2014.
Pengaruh Surat Teguran dan Surat Paksa Terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak PenghasilanKPP Pratama Gorontalo
Sebagaimana hasil pengujian hipotesis (pengujian simultan) ditemukan bahwa
secara simultan variabel surat teguran dan surat paksa memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak Penghasilan KPP Pratama
Gorontalo. hal tersebut karena nilai nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel.
Sedangkan berdasarkan pengujian kekuatan hubungan atau besaran pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat ditemukan nilai R Kuadrat yang
disesuaikan (Adjusted R Square) sebesar 0,901. Nilai ini berarti bahwa sebesar
18,7% besarnya Pembayaran Tunggakan Pajak Penghasilan KPP Pratama
Gorontalo dipengaruhi oleh rasio keuangan perusahaan yakni Surat Teguran dan
Surat Paksa . Dapat pula disimpulkan bahwa variabel-variabel bebas masih
kurang mampu menjelaskan atau memberikan informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel terikat. Adapun pengaruh dari variabel lain terhadap
14
Penggunaan R Kuadrat yang disesuaikan (Adjusted R Square) karena dalam
penelitian ini menggunakan lebih dari 1 variabel bebas.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengujian hipotesis pertama variabel surat teguran berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak Penghasilan KPP
Pratama Gorontalo. Pengaruh positif ini menunjukan bahwa apabila terjadi
peningkatan pada jumlah surat teguran yang diterbitkan maka Pembayaran
Tunggakan Pajak Penghasilan akan meningkat pula.
2. Berdasarkan pengujian hipotesis kedua variabel surat paksa berpengaruh positif
namun tidak signifikan terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak Penghasilan
KPP Pratama Gorontalo. Pengaruh positif ini menunjukan bahwa apabila
terjadi peningkatan pada surat paksa maka Pembayaran Tunggakan Pajak
Penghasilan akan meningkat pula. Namun peningkatannya tidak begitu besar.
3. Berdasarkan pengujian hipotesis ketiga variabel penagihan pajak dengan surat
teguran dan surat paksa berpengaruh signifikan terhadap Pembayaran
Tunggakan Pajak Penghasilan KPP Pratama Gorontalo. Hal ini menunjukan
bahwa pelunasan pajak dengan menggunakan surat teguran dan surat paksa
akan memberikan dampak baik bagi KPP Pratama.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang telah diuraikan di atas, maka
15
1. Diharapkan aparat pajak melakukan tindakan tegas terhadap wajib pajak yang
menunggak sesuai dengan ketentuan perpajakan yang ada dan berlaku di
Indonesia.
2. Sebaiknya penelitian selanjutnya meneliti faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi pembayaran tunggakan pajak penghasilan, seperti
pemberlakuan sanksi administrasi, denda administrasi, dan kepatuhan wajib
pajak, Karena dalam penelitian ini ditemukan bahwa surat teguran dan surat
paksa walaupun signifikan pengaruhnya, namun masih sangat kecil yakni
hanya sebesar 18,7%.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Purwanto, Erwan. 2007. Desain Penelitian. Yogyakarta: Gaya Media.
Ginting, Riskon. 2006. Pengaruh Pemberian Surat penagihan Terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak Penghasilan ditiga KPP. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Poltek. Jakarta.
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Gralia Indonesia.
Kuncoro. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Kurniawan, Anang Mury. 2011. Upaya Hukum Terkait dengan Pemeriksaan, Penyidikan, dan Penagihan Pajak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Mardiasmo. 2003. Perpajakan. Yogyakarta: Andi.
Mardiasmo. 2005. Perpajakan edisi revisi. Yogyakarta: Andi.
Marduati, Andi. 2012. Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap Pencairan Tunggakan Pajak di KPP Pratama Makasar Barat. Skripsi, Universitas Hasanudin. Makasar.
Moeljohadi. 2006. Dasar-Dasar Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
16
Panca, Kurniawan dan Bagus Pamungkas. 2006. Penagihan Pajak di Indonesia. Malang: Bayumedia Publishing.
Paseleg Agustinus, Agus T Toputra, dan Steven J tangkumah. 2013. Efektifitas Penagihan Pajak dengan Surat Tagihan dan Surat Paksa terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan pada KPP Pratama Manado. Jurnal ISSN. Manado.
Resmi, Siti. 2003. Perpajakan teori dan kasus. Jakarta: Salemba Empat.
_________ 2011. Perpajakan Teori dan kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Rusdji, Mohamad. 2005. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Jakarta: Indeks.
Suandy, Erly. 2008. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
___________2011. Hukum Pajak. Jakarta : Salemba Empat.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Waluyo. 2000. Undang-Undang Perpajakan dan Reformasi. Jakarta: Salemba Empat.
Waluyo, Wirawan B. 2003. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Waluyo. 2005. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Wijayanto, Mayang. 2010. Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Mampang. Skripsi. Fakultas Ekonomi Veteran. Jakarta.
_______1997, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
_______2000, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
_______2007, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
_______2008, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.