Syahab, Gisijanto, Pengaruh Penagihan… 137
PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DAN SURAT PAKSA PAJAK
TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN
Zakiah M Syahab1Hantoro Arief Gisijanto2 1
Mahasiswa 2
Dosen
Jurusan Akuntansi, FE UG Jl. Margonda Raya 100 Depok 16424
1 kiekie_cute@yahoo.com 2 hantoro@staff.gunadarma.ac.id . ABSTRACT
The present study is aimed at (i) describing the existing tax collection, use of tax compulsion letter, and revenues of institutional income tax at Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama within Regional Office of DJP Jakarta Pusat, and (ii) analyzing the effects of tax collection and use of tax compulsion letter on revenues of institutional income tax. Secondary data were gathered from annual report on revenues of institutional income tax from a period of 2003-2008. Multiple linear regression analysis was applied to analyze data. The study results indicated that (i) tax collection has been well performed according to the existing rules and use of letter of tax compulsion has been low; (ii) annual revenues of institutional income tax steadily increased during the period between 2002 and 2007; and (iii) tax collection and use of tax compulsion letter, either partially or simultaneously, have a significant impact on annual revenues of institutional income tax.
Key words: tax collection; letter of tax compulsion; institutional income tax payers
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis 1) kondisi penagihan pajak, surat paksa pajak dan penerimaan pajak penghasilan badan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat, dan 2) pengaruh penagihan pajak dan surat paksa pajak baik secara simultan maupun secara parsial terhadap penerimaan pajak penghasilan badan pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat. Survei dilakukan pada kantor pelayana pajak pratama Jakarta pusat dan unit analisis adalah data skunder berupa laporan penerimaan PPH badan periode tahun 2003 s/d 2008. Data dilanalisis dengan analisa jalur dan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan 1) Penagihan pajak di setiap KPP Pratama Kanwil DJP Jakarta Pusat secara umum sudah dilakukan sesuai dengan prosedur dan tata cara tindakan penagihan, surat paksa pajak juga secara umum masih rendah 2) Dalam kurun waktu selama 5 (lima) tahun yaitu tahun 2003 sampai dengan 2007, jumlah penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) badan di KPP Pratama Kanwil DJP Jakarta Pusat terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dan 3) penagihan pajak dan surat paksa pajak baik secara simultan maupun secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Badan. Kata Kunci: Tagihan Pajak, Surat Paksa, Penerimaan PPH dan Wajib pajak badan.
138 Jurnal Ekonomi Bisnis No. 2 Vol. 13, Agustus 2008 PENDAHULUAN
Peran penerimaan pajak sangat penting bagi kemandirian pembangunan, karena pajak merupakan salah satu sumber pe-nerimaan negara dari dalam negeri yang paling utama selain dari minyak dan gas bumi untuk mendanai Anggaran Pen-dapatan dan Belanja Negara (APBN). Dalam Ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/1998 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) disebutkan
bahwa pelaksanaan pembangunan nasi-onal harus berlandaskan kemampuan sendiri, sedangkan bantuan luar negeri merupakan pelengkap. Hal ini menun-jukkan bahwa sedapat mungkin peranan bantuan luar negeri semakin berkurang sehingga negara semakin mampu mem-bangun berdasarkan kekuatannya sendiri terutama jiwa warganya untuk berpa-rtisipasi membayar pajak sebagai kewajiban dan keikutsertaannya dalam pembiayaan negara.
Tabel 1
Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)
Tahun Kategori Penerimaa n Perpajaka n Penerimaan bukan pajak (PNBP) Hiba h Jumlah % Peneri maan Pajak 2002 PAN 210,1 88,4 0,1 298,8 70,31 2003 PAN 242,0 98,9 0,5 341,4 70,88 2004 APBN-P 279,2 123,8 0,7 403,8 69,14 2005 APBN-P 2 347,6 161,4 7,2 516,2 67,34 2006 APBN 416,3 205,3 3,6 625,2 66,59 2007 APBN 509,5 210,9 2,7 723,1 70,46 2007 APBN-P 690,3 198,3 3,8 892,4 77,35 2008 RAPBN 759,3 175,6 2,1 937,0 81,03
Sumber: Kanwil DJP Jakarta Pusa PAN : Nota Perhitungan Anggaran Negara
APBN-P : Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan APBN-P 2 : Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan Kedua RAPBN : Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Negara
Dari tabel di atas, terlihat ke-cenderungan penerimaan perpajakan se-lalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Kecenderungan kenaikan tersebut di-sebabkan seiring dengan semakin meningkatnya kondisi ekonomi negara Indonesia dan adanya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah guna mening-katkan penerimaan negara dari sektor perpajakan. Rimsky (1999:34) menya-takan bahwa peningkatan penerimaan da-lam negeri dari sektor pajak adalah se-suatu yang wajar karena secara logis jumlah pembayar pajak dari tahun ke tahun akan semakin banyak sejalan
de-ngan peningkatan jumlah penduduk dan kesejahteraan masyarakat. Dari jumlah penerimaan perpajakan dalam RAPBN tahun 2008 tersebut, kontribusi terbesar berasal dari penerimaan pajak peng-hasilan (PPh), sebesar sekitar 50,9 persen dari total penerimaan perpajakan dan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 43,1 persen dari total penerimaan perpajakan (www.bapeki.go.id).
Untuk memenuhi target penerimaan pajak dan meningkatnya peranan pajak dalam pembangunan di Indonesia, men-jadi tugas Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebagai lembaga otoritas pajak. KPP
Pra-Syahab, Gisijanto, Pengaruh Penagihan… 139 tama merupakan integrasi dari tiga kantor
operasional DJP, yaitu KPP, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa). Dalam KPP Pratama, diperkenalkan konsep pem-berian pelayanan satu atap. Artinya, KPP Pratama memberikan pelayanan atas se-mua jenis pajak yang diadministrasikan oleh pemerintah pusat, yaitu PPh, PPN,
PBB serta jenis pajak lainnya, termasuk pemeriksaan pajak.
KPP Pratama di lingkungan Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Pa-jak (DJP) Jakarta Pusat setiap tahunnya diberikan tanggung jawab dan wewenang untuk melakukan operasionalisasi pelak-sanaan penagihan. Adapun perkembangan penagihan pajak terhadap wajib pajak badan tahun pajak 2007 dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 2
Perkembangan Penagihan Pajak atas Wajib Pajak Badan KPP Pratama Kanwil DJP Jakarta Pusat Tahun 2007
No KPP Pratama Jumlah WP Badan
Realisasi Penagihan
%
1 Jakarta Cempaka Putih 777 57 7,33
2 Jakarta Gambir Satu 1.485 491 33,03
3 Jakarta Gambir Dua 10.032 442 4,41
4 Jakarta Gambir Empat 3.633 228 6,29
5 Jakarta Menteng Dua 5.753 294 5,11
6 Jakarta Menteng Satu 3.358 86 2,57
Sumber: Kanwil DJP Jakarta Pusat Dari tabel di atas, terlihat bahwa rata-rata pencapaian rencana penagihan terhadap wajib pajak badan setiap tahun yang dilaksanakan oleh KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat adalah sebesar 9,79%. Rendahnya persentase wajib pajak badan yang ditagih karena jumlah tenaga penagihan pajak yang masih terlalu sedikit. Pena-gihan yang secara persentase tidak menunjukkan peningkatan akan meng-akibatkan penagihan pajak yang di-lakukan kurang mempengaruhi pening-katan jumlah penerimaan pajak penghasilan badan.
Dalam rangka meningkatkan ke-patuhan perpajakan, upaya penagihan dilakukan dengan memperhatikan
opti-malisasi jumlah wajib pajak yang ditagih. Optimalisasi tersebut dimaksudkan agar dapat menghasilkan penerimaan pajak dan juga mempertimbangkan segi keadilan dalam memperlakukan wajib pajak. Oleh sebab itu, diupayakan agar setiap wajib pajak akan mendapatkan giliran untuk diperiksa dalam rangka menguji pemenuhan kewajiban pe-rpajakannya. Jika wajib pajak setelah ditagih pun belum memenuhi penagihan pajak maka KPP berhak menagih dengan surat paksa pajak sesuai dengan hukum Perpajakan. Jumlah wajib pajak yang ada pada KPP Pratama yang dikenakan surat paksa pajak di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat dapat di lihat pada Tabel 3:
140 Jurnal Ekonomi Bisnis No. 2 Vol. 13, Agustus 2008
Tabel 3
Perkembangan Jumlah Surat Paksa Pajak KPP Pratama Kanwil DJP Jakarta Pusat Tahun 2007
KPP Pratama Bendaharawan Badan OP PPh 21 PPN Jumlah
Jakarta Gambir Satu 0 253 85 9 0 347
Jakarta Gambir Tiga 0 106 36 11 0 153
Jakarta Gambir Empat 0 152 20 2 0 174
Jakarta Cempaka Putih 0 46 49 6 0 101
Jakarta Menteng Satu 0 98 16 0 0 114
Jakarta Menteng Dua 0 109 9 0 0 118
Sumber: Kanwil DJP Jakarta Pusat
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kriteria wajib pajak yang paling banyak mendapat surat paksa pa-jak pada setiap KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat sebagian besar adalah wajib pajak badan. Angka ini menunjukkan bahwa pe-rkembangan bisnis di wilayah kerja Kanwil DJP Jakarta pusat didominasi
oleh pengusaha-pengusaha yang sudah berbadan hukum.
Kinerja penerimaan pajak penghasilan (PPh) di Indonesia terlihat juga pada pencapaian penerimaan PPh KPP Pratama Kanwil DJP Jakarta Pusat. KPP Pratama Kanwil DJP Jakarta Pusat sebagai salah satu KPP modern di Indonesia memiliki kinerja penerimaan PPh seperti tampak pada Tabel 4.
Tabel 4
Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan KPP Pratama Kanwil DJP Jakarta Pusat
Tahun 2007 (dalam jutaan rupiah)
Realisasi KPP Pratama Rencana PPh PPN &
PnBM
Pajak Lainnya
Jumlah % Pencapaian Jakarta Gambir Satu 873.881 104.129 70.007 641 174.776 20 Jakarta Gambir Tiga 237.097 118.657 79.774 730 199.161 84 Jakarta Gambir Empat 216.795 133.038 89.443 819 223.299 103 Jakarta Cempaka Putih 1.487.123 558.184 375.273 3436 936.887 63 Jakarta Menteng Satu 102.495 70.225 47.213 432 117.869 115 Jakarta Menteng Dua 227.802 52.931 35.586 326 88.843 39 Sumber: Kanwil DJP Jakarta Pusat, 2008
Dari Tabel 4 di atas, terlihat bahwa rata-rata realisasi penerimaan pajak penghasilan oleh KPP Pratama di di Lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat adalah 71%. Masih kurang optimalnya penerimaan pajak tersebut dikarenakan berbagai kendala. Kendala yang dihadapi, disebabkan oleh faktor eksternal dan in-ternal, diantaranya adalah masih ren-dahnya kepatuhan wajib pajak badan yang melaksanakan kewajiban perpajakan. Dengan demikian, agar KPP Pratama mampu mencapai target penerimaan pajak penghasilan setiap tahunnya untuk
periode ke depan, tentunya harus meningkatkan pelaksanaan penagihan pajak dan diperkuat lagi dengan surat paksa pajak dengan mengacu kepada ketentuan dan undang-undang perpajakan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan yang ingin diteliti adalah bagaimana kondisi penagihan pajak, surat paksa pajak dan penerimaan PPh badan pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat dan sejauh mana pengaruh pemeriksaan pajak, kepatuhan wajib pajak dan penambahan jumlah wajib
Syahab, Gisijanto, Pengaruh Penagihan… 141 pajak badan terdaftar terhadap
pene-rimaan pajak penghasilan badan KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat baik secara simultan maupun secara parsial.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis kondisi penagihan pajak, surat paksa pajak dan penerimaan pajak penghasilan badan pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat, serta Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh pemeriksaan pajak, kepatuhan wajib pajak dan penambahan jumlah wajib pajak Badan terdaftar baik secara simultan maupun secara parsial terhadap penerimaan pajak penghasilan
badan pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat.
METODE PENELITIAN
Objek penelitian adalah penagihan pajak dan surat paksa pajak yang dihubungkan dengan penerimaan pajak penghasilan badan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey di KPP pratama DKI Jakarta Pusat.
Variabel bebas terdiri dari penagihan pajak (X1), surat paksa pajak (X2) dan variabel terikat yaitu penerimaan pajak penghasilan badan (Y). Untuk lebih jelasnya, operasionalisasi variabel di atas dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5
Operasionalisasi Variabel
Variabel Uraian dan Indikator Ukuran Skala
Penagihan Pajak
(X1)
Koreksi fiskal atas SPT wajib pajak yang dilaksanakan oleh fiskus sehingga menyebabkan PPh terutang wajib pajak menjadi lebih besar yang harus ditagih dalam rangka menguji kepatuhan wajib pajak serta untuk meningkatkan penerimaan pajak. Koreksi fiskal PPh terutang menurut SPT PPh Badan Rasio Surat Paksa Pajak (X2)
PPh atas wajib pajak Badan yang masih tertunggak dan berhasil ditagih setelah diterbitkannya kebijakan surat paksa terhadap wajib pajak yang mempunyai hutang PPh dalam rangka pencapaian target penerimaan pajak.
PPh tertagih PPh tertunggak Rasio Penerimaan Pajak Penghasilan Badan (Y)
Penerimaan pajak penghasilan badan yang berhasil dihimpun dan/atau diterima oleh Kanwil DJP dibandingkan target
penerimaan pajak penghasilan badan
Realisasi penerimaan PPh Badan Target penerimaan PPh Badan Rasio
Sumber: Data diolah.
1. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh laporan perpajakan tahunan pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat untuk tahun 2003 s/d 2007. Jenis data yang digunakan
dalam penelitian adalah data sekunder yang bersumber dari laporan/publikasi resmi dari KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat berupa laporan penagihan pajak, surat paksa pajak dan laporan penerimaan pajak.
142 Jurnal Ekonomi Bisnis No. 2 Vol. 13, Agustus 2008 HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun KPP Pratama (KPP) di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat
yang menjadi objek penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6
KPP Pratama yang Menjadi Objek Penelitian
No Kode Nama
1 CPT KPP Pratama Jakarta Cempaka Putih 2 GB1 KPP Pratama Jakarta Gambir Satu 3 GB3 KPP Pratama Jakarta Gambir Tiga 4 GB4 KPP Pratama Jakarta Gambir Empat 5 MT2 KPP Pratama Jakarta Menteng Dua 6 MT1 KPP Pratama Jakarta Menteng Satu Sumber : Kanwil DJP Jakarta Pusat
Penagihan Pajak
Kondisi penagihan pajak dihitung berdasarkan perbandingan jumlah koreksi
fiskal dengan jumlah PPh terutang menurut SPT PPh badan, dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7
Data Penelitian Penagihan Pajak
Penagihan Pajak 2003 2004 2005 2006 2007 CPT 2.85 2.14 1.70 1.61 1.27 GB1 3.52 2.65 2.09 1.98 1.57 GB3 3.87 2.91 2.30 2.18 1.72 GB4 2.95 2.22 1.76 1.66 1.32 MT2 1.62 1.22 0.96 0.91 0.72 MT1 2.27 1.71 1.35 1.28 1.01 Rata-rata 2.85 2.14 1.69 1.61 1.27 Sumber : Data diolah.
Rata-rata penagihan pajak yang dilaksanakan oleh setiap KPP Pratama Kanwil DJP Jakarta Pusat selama 5 tahun untuk periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 adalah 191%, seperti yagn dapat dilihat pada Gambar 1. Untuk gabungan penagihan pajak tahun 2003, 2004, 2005, 2006, dan 2007 jumlah Penagihan Pajak tertinggi sebesar 387% yang dilaksanakan oleh KPP Pratama Gambir Tiga pada tahun 2003, hal ini
disebabkan karena adanya beberapa jenis pajak yang berhasil dikoreksi yang diakibatkan banyak wajib pajak badan yang tidak melaporkan kewajiban perpajakannya dalam SPT Tahunan seperti jenis pajak PPh Pasal 4 (2) dan PPh Pasal 23. Kondisi ini mengakibatkan tingginya angka koreksi positif yang dilakukan oleh tenaga fungsional pemeriksa di KPP Pratama Jakarta Gambir Tiga.
Syahab, Gisijanto, Pengaruh Penagihan… 143 Penagihan pajak terendah sebesar
72% yang dilaksanakan oleh KPP Pratama Jakarta Menteng Dua pada tahun 2007. Hal ini dikarenakan cukup
tingginya kesadaran WP Badan di KPP ini untuk melaporkan seluruh jenis pajak yang merupakan kewajiban perpajak-annya. 0 1 2 3 4 5 2003 2004 2005 2006 2007 CPT GB1 GB3 GB4 MT2 MT1 Gambar1.
Perkembangan Penagihan Pajak
KPP Pratama Kanwil DJP Jakarta Pusat Tahun 2003 s.d 2007 Sumber : Data diolah.
Surat Paksa Pajak
Kondisi surat paksa pajak dihitung berdasarkan perbandingan jumlah PPh
Badan tertunggak dengan PPh Badan tertagih.
Tabel 8
Data Penelitian Surat Paksa Pajak
Penagihan Pajak 2003 2004 2005 2006 2007 CPT 95% 96% 100% 100% 100% GB1 96% 94% 95% 100% 99% GB3 91% 91% 100% 95% 100% GB4 93% 93% 91% 97% 100% MT2 94% 96% 100% 100% 100% MT1 91% 100% 92% 98% 100% Rata-rata 93,33% 95,33% 96.33% 98.67% 99.83%
Sumber : Data diolah.
Rata-rata keefektifan surat paksa pajak di setiap KPP Pratama Kanwil DJP Jakarta Pusat selama 5 tahun untuk pe-riode 2003 sampai dengan tahun 2007 adalah 96,7%. Untuk gabungan surat pak-sa pajak tahun 2003, 2004, 2005, 2006, dan 2007, tingkat Surat Paksa tertinggi dengan rata – rata hampir sebesar 99,83% pada 6 KPP Pratama Kanwil DJP Jakarta Pusat yaitu pada tahun 2007. Hal ini
dikarenakan kemauan dan kepatuhan wajib pajak badan akan hukum yang melandasi surat paksa pajak yang dikirim oleh Jurusita Pajak sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa wajib pajak badan sudah mengetahui dan memahami unsur Pajak yang bisa memaksa dan mem-punyai hukum yang melandasinya, serta dengan kian majunya pelayanan – pelayanan serta penyuluhan pajak yang
144 Jurnal Ekonomi Bisnis No. 2 Vol. 13, Agustus 2008 dilakukan oleh KPP Pratama Kanwil DJP
Jakarta Pusat seiring dengan majunya perekonomian dunia. Kondisi ini me-nunjukkan bahwa wajib pajak badan sudah mengetahui dan memahami hak dan kewajibannya jika berkaitan dengan kewajiban untuk memenuhi panggilan surat paksa pajak. Dan tingkat Surat Paksa tertinggi dengan rata – rata sebesar 98,2% selama 5 tahun berturut – turut oleh KPP Menteng Satu selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.
Surat paksa pajak terendah dengan rata – rata sebesar 93,33% pada 6 KPP Pratama Kanwil DJP Jakarta Pusat yaitu pada tahun 2003, seperti yagn dapat dilihat pada Gambar 2. Hal ini kemungkinan dikarenakan kurangnya sosialisasi tentang surat paksa pajak yang dilakukan oleh beberapa KPP Pratama , sehingga beberapa wajib pajak tidak terlalu memahami Unsur – Unsur surat paksa pajak serta hukum – hukum yang mengikat surat paksa pajak dan sangat rendahnya kesadaran WP Badan di KPP
ini untuk melaporkan seluruh jenis pajak yang sebenarnya telah ditagih dan masih tertunggak karena belum dibayarkan oleh WP dan belum ada laporan dari WP bersangkutan, juga kurangnya pema-haman dan kesadaran WP akan unsur – unsur pajak yang bisa memaksadan kurangnya kesadaran untuk memenuhi panggilan surat paksa pajak, membuat wajib pajak bersangkutan hingga ak-hirnya terlibat hukum pajak dan pengadilan pajak. Di samping itu, adanya angka yang rendah ini menunjukkan bahwa masih banyak WP Badan yang menunda mememnuhi panggilan surat paksa pajak yang disebabkan oleh belum selesainya mereka membuat laporan keuangan sebagai bahan lampiran untuk penolakan terhadap surat paksa pajak. Tingkat Surat Paksa pajak terendah dengan rata – rata sebesar 94,8% selama 5 tahun berturut – turut oleh KPP Pratama Gambir Empat selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. 0.9 0.91 0.92 0.93 0.94 0.95 0.96 0.97 0.98 0.99 1 1.01 2003 2004 2005 2006 2007 CPT GB1 GB3 GB4 M T2 M T1 Gambar 2.
Perkembangan Surat Paksa Pajak
KPP Pratama Kanwil DJP Jakarta Pusat Tahun 2003 s.d 2007
Sumber : Hasil Pengolahan Data Penerimaan PPh (Pajak Penghasilan) Badan
Kondisi penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) badan dihitung
berdasarkan perbandingan antara target dengan realisasi penerimaan. Data penelitian penerimaan dapat dilihat pada Tabel 9.
Syahab, Gisijanto, Pengaruh Penagihan… 145 Tabel 9 Penerimaan PPh Badan Penerimaan PPh Badan 2003 2004 2005 2006 2007 CPT 0.58 0.52 0.56 0.53 0.63 GB1 0.11 0.10 0.11 0.10 0.20 GB3 0.79 0.71 0.76 0.73 0.84 GB4 1.17 0.05 1.13 1.08 1.03 MT2 0.69 1.51 0.63 0.56 1.39 MT1 1.77 1.58 1.71 1.63 1.15 Rata-rata 0.85 0.75 0.82 0.77 0.87 Sumber : Data diolah.
Penerimaan PPh Badan di KPP Pratama Kanwil DJP Jakarta Pusat terus me-ngalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 sampai dengan 2007, rata-rata realisasi penerimaan
Pajak Peng-hasilan Badan dibandingkan target adalah 81%. Perkembangan penerimaan pajak penghasilan badan dapat dilihat pada Gambar 3.
0% 25% 50% 75% 100% 125% 150% 175% 200% 2003 2004 2005 2006 2007 CPT GB1 GB3 GB4 MT2 MT1 Gambar 3.
Perkembangan Penerimaan PPh Badan
KPP Pratama Kanwil DJP Jakarta Pusat Tahun 2003 s.d 2007
Sumber : Data diolah.
Dari gambar di atas, terlihat bahwa realisasi penerimaan PPh Badan tertinggi dicapai oleh KPP Pratama Jakarta Menteng Satu dengan rata-rata 157%. Hal ini diakibatkan tingginya komitmen
pegawai di KPP ini untuk dapat merealisasikan target penerimaan PPh B-adan dengan menerapkan strategi intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dengan tetap mengacu pada peraturan
146 Jurnal Ekonomi Bisnis No. 2 Vol. 13, Agustus 2008 per-undangan-undangan perpajakan yang
berlaku. Kondisi ini juga mencerminkan bahwa WP Badan masih mendominasi penerimaan pajak dibandingkan jenis pajak lainnya.
Kinerja penerimaan PPh Badan terendah dicapai oleh KPP Pratama Jakarta Gambir Satu dengan rata-rata 12%. Rendahnya realisasi yang dicapai KPP ini lebih disebabkan masih rendahnya tingkat kepatuhan WP dalam membayar pajak disamping adanya tunggakan pajak yang belum dilunasi oleh WP khususnya wajib pajak badan.
Kondisi ini mencerminkan masih lemahnya komitmen KPP ini dalam merealisasikan target penerimaan pajaknya.
Analisis Jalur
Selanjutnya akan diuji keberartian koefisien korelasi antar variabel X1 dan X2 dengan bantuan program SPSS 12.0 for Windows yaitu Correlate-Pearson
yang menghasilkan data seperti yagn dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Correlate-Pearson Correlations 1.000 -.332 -.104 -.332 1.000 -.594 -.104 -.594 1.000 . .037 .292 .037 . .000 .292 .000 . 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Y X1 X2 Y X1 X2 Y X1 X2 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N Y X1 X2
Sumber :Data diolah.
Kemudian dilakukan analisis taksiran koefisien jalur atau koefisien jalur antara variabel eksogen (X) dan endogen (Y) yang menggunakan pendekatan
regresi-korelasi. Dari hasil olahan program SPSS 15.0 for Windows yaitu Correlate-Pearson, yang hasilnya dicantumkan di
atas, memberikan hasil berikut ini : Korelasi Pearson antara X1 dengan X2 ditulis: rx1.x2 = - 0,594
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa hubungan antara Penagihan Pajak dengan surat paksa pajak adalah negatif yaitu 59,4%. Dengan demikian, secara umum dapat disimpulkan bahwa besarnya hu-bungan antara variabel penagihan pajak dengan variabel surat paksa pajak adalah tinggi yang berarti bahwa faktor tenaga fungsional penagihan telah mampu menunjang kualitas surat paksa pajak. Adanya angka negatif menunjukkan
bahwa jika nilai variabel penagihan pajak meningkat maka akan menurunkan nilai variabel surat paksa pajak.
Dengan diketahui gambaran hubungan kausal antara variabel X1 dan X2 selanjutnya dilakukan analisis taksiran
Koefisien jalur atau koefisien jalur
antara variabel eksogen (penagihan pajak dan surat paksa pajak) dan variabel endogen (penerimaan pajak penghasilan badan) yang menggunakan pendekatan
Syahab, Gisijanto, Pengaruh Penagihan… 147 regresi-korelasi dengan bantuan program
SPSS 12.0 for Windows diperoleh hasil
seperti yagn dapat dilihat pada Tabel 11 dan 12. Tabel 11 ANOVAb 1.920 2 .960 4.509 .020a 5.749 27 .213 7.670 29 Regression Residual Total Model 1 Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), X2, X1 a.
Dependent Variable: Y b.
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
Tabel 12 Coefficientsa 8.328 3.164 2.632 .014 -.408 .139 -.608 -2.938 .007 .647 1.545 -6.977 3.105 -.465 -2.247 .033 .647 1.545 (Constant) X1 X2 Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Y a.
Sumber : Data diolah
Dari tabel anova (analysis of Variance) di
atas, menyatakan bahwa secara statistik dapat diuji bahwa model struktural yang melibatkan semua faktor dalam variabel eksogen (X1 dan X2) signifikan hubungannya dengan variabel endogen (variabel Y), yaitu dengan statistik ujinya: F = 4,509 signifikan pada taraf uji α = 5 %. Atau secara manual dapat dirancang sebagai berikut :
Hipotesis:
H0 : PYX1 = PYX2 = 0, atau tidak terdapat hubungan kausal antara variabel bebas dan tak bebas.
H1 : Salah satu tanda “=” tidak berlaku, atau sekurang-kurangnya ada sebuah PYXi ≠ 0, berarti terdapat minimal satu buah variabel bebas yang berhubungan secara kausal dengan variabel tak bebas.
Statistik uji: untuk menguji pengaruh secara keseluruhan adalah :
(
)
(
−
∑
∑
)
−
−
=
= yxi YXi k i yxi YXir
P
k
r
P
k
n
F
1
1
1Kriteria Uji ; Jika F hitung lebih besar nilainya dari F-tabel untuk taraf uji (α) = 5%, maka H0 ditolak. Dari tabel distribusi F dengan taraf kesalahan (α) =
5% diperoleh F α ;k ; (n-k-1) = F0.05; 2 ; 27
= 3,35. Dikarenakan Fhitung > Ftabel atau 4,509 > 3,35, maka H0 ditolak yang berarti bahwa secara statistik, uji
148 Jurnal Ekonomi Bisnis No. 2 Vol. 13, Agustus 2008 signifikan menunjukkan terdapat
hubungan antara variabel eksogen dan endogen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel penagihan pajak dan surat paksa pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan badan pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat.
Selanjutnya berdasarkan tabel taksiran koefisien jalur (dengan pendekatan regresi) di atas, yaitu berdasarkan hasil pengolahan dengan perangkat lunak SPSS 12.0 for Windows,
dapat diungkapkan bahwa ukuran yang didapat ditunjukkan Tabel 13
Tabel 13 Hasil Koefisien Jalur
Koefisien Jalur Simbol Nilai Signifikansi
Antara X1 dan Y PY.X1 -0,608 0,007
Antara X2 dan Y PY.X2 -0,465 0,033
Jadi dengan uji statistik, variabel eksogen (penagihan pajak dan surat paksa pajak) yang signifikan dengan variabel endogen (penerimaan pajak penghasilan badan) secara statistik dengan 5% atau dengan kata lain dengan mengambil tingkat keyakinan sampai 95 %, semua variabel yaitu variabel X1 (penagihan pajak) dan X2 (surat paksa pajak) adalah signifikan atau terdapat hubungan jalur diantara mereka pada variabel endogen (Y) atau dengan kata lain memiliki arti penting dalam pengaruhnya terhadap penerimaan pajak penghasilan badan.
Secara manual pengertian hasil analisis di atas dapat diuraikan sebagai berikut :
Statistik Uji ;
H0: PYXi = 0, tidak terdapat pengaruh variabel Xi terhadap variabel Y
H1: PYXi ≠ 0, Terdapat pengaruh variabel Xi terhadap variabel Y
Statistik uji untuk menguji pasangan hipotesis dan alternatifnya,
(
)
(
n k 1)
C R 1 P t ii X X X X . Y 2 X . Y i 4 3 2 1 i − − − =i = 1, 2 ... k (banyak koefisien jalur) k = banyaknya variasi eksogenus dalam
subkontrak yang sedang diuji
ti = mengikuti distribusi t student derajat bebas sebesar (n-k-1), k=5
Kemudian dengan membandingkan nilai koefisien jalur masing-masing variabel X dengan nilai t tabel dengan taraf uji α = 0,05 dan derajat bebas (n-k-1) = 1, dapat dibuat kesimpulan seperti yagn dapat dilihat pada Tabel 14.
Syahab, Gisijanto, Pengaruh Penagihan… 149 Tabel 14 Tabel Uji-t Koefisien jalur Besarnya pengaruh (Py.x1 )2 Nilai t hitung
Nilai t tabel Kesimpulan
PY.X1 -0,608 0,3697 -2,937 2,052 H0 ditolak PY.X2 -0,465 0,2162 -2,247 2,052 H0 ditolak Sumber Data diolah
Berdasarkan tabel di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
2. Untuk tyx1 ; nilai thitung = -2,937, dengan membandingkan dengan ttabel maka thitung > ttabel ; -2,937 > 2,052, maka keputusan yang diambil adalah H0 ditolak atau H1 diterima, artinya bahwa bahwa variabel penagihan pajak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan badan pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat.
3. Untuk tyx2 ; nilai thitung = -2,247, dengan membandingkan dengan ttabel, maka thitung > ttabel ; -2,247 > 2,052, sehingga keputusan yang diambil adalah H0 ditolak atau H1 diterima, artinya bahwa variabel surat paksa Pajak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan badan pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat.
Adapun besarnya pengaruh masing-masing variabel kinerja kualitas pelayanan jasa terhadap nilai penjualan adalah sebagai berikut :
1. Variabel pemeriksaan pajak sebesar 0,3697 x 100% = 36,97%. Hal ini berarti bahwa bukti langsung mempunyai kontribusi terhadap naik turunnya penerimaan pajak penghasilan badan sebesar 36,97%. Cukup besarnya kontribusi penagihan pajak tersebut menunjukkan bahwa kinerja dan kebijakan penagihan pajak
yang dilakukan KPP Pratama dinilai telah cukup memenuhi harapan DJP. 2. Variabel surat paksa pajak sebesar
0,2162 x 100% = 21,62%. Hal ini berarti bahwa keandalaan mempunyai kontribusi terhadap naik turunnya penerimaan pajak penghasilan badan sebesar 21,62%. Relatif besarnya kontribusi surat paksa tersebut menunjukkan bahwa sistem administrasi perpajakan dinilai telah optimal oleh WP.
Berdasarkan uraian hipotesis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel X1 (penagihan pajak) dan X2 (surat paksa pajak) berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan badan pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat. Sedangkan secara individu (parsial) masing-masing variabel X1 (penagihan pajak) dan X2 (surat paksa pajak) berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan badan pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat. Pengaruh terbesar diberikan oleh penagihan pajak yaitu sebesar 36,97%.
Karena secara teoritis (substansi) variabel eksogen yang diteliti yaitu variabel penagihan pajak dan surat paksa pajak semua didukung oleh teori yang mempengaruhi variabel penerimaan pajak penghasilan badan, maka model struktural jalur atau model hubungan antar variabel yang diteliti dapat pada Gambar 4
150 Jurnal Ekonomi Bisnis No. 2 Vol. 13, Agustus 2008
Gambar 4.
Model Struktur, Hubungan X1 dan X2 dengan Y
Atas dasar asumsi bahwa model struktural tersebut mengikuti substansinya, yaitu variabel penagihan pajak dan surat paksa pajak diukur pengaruhnya pada variabel penerimaan pajak penghasilan badan, maka dengan ukuran-ukuran perangkat di atas (koefisien jalur dan koefisien korelasi) dapat diungkapkan seberapa besar
pengaruh langsung dan tak langsung setiap variabel eksogen (penagihan pajak dan surat paksa pajak) terhadap variabel endogen (penerimaan pajak penghasilan badan).
Besarnya pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan badan dinyatakan dalam Tabel 15.
Tabel 15
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung dari X1 terhadap Y
Interprestasi Analisis Jalur
Ket Pengaruh %
X1 Pengaruh langsung ke Y 0,3697 36,97 Pengaruh tidak langsung ke Y melalui X2 -0,2196 -21,96
Jumlah 0,1501 15,01
Dari tabel di atas, dapat diungkapkan bahwa penagihan pajak secara langsung memberikan penga-ruhnya terhadap penerimaan pajak penghasilan badan sebesar 36,97% ; tidak langsung melalui surat paksa pajak sebesar -21,96%. Sedangkan pengaruh
pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan badan secara keseluruhan mencapai 15,01%.
Besarnya pengaruh kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan badan dinyatakan dalam Tabel 16. X1 X2 Y
e
PYX1 = -0,608 RX1X2 = -0,594 PYX2 = -0,465 PYX = 0,7621Syahab, Gisijanto, Pengaruh Penagihan… 151
Tabel 16
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung dari X2 terhadap Y
Interprestasi Analisis Jalur
Ket Pengaruh %
X2 Pengaruh langsung ke Y 0,2162 21,62
Pengaruh tidak langsung ke Y melalui X1 -0,1294 -12,94
Jumlah 0,0878 8,78
Dari tabel di atas, dapat diungkapkan bahwa surat paksa pajak secara langsung memberikan pengaruhnya terhadap penerimaan pajak penghasilan badan sebesar 21,62% ; tidak langsung melalui penagihan pajaksebesar -12,94%. Sedangkan pengaruh surat paksa pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan badan secara keseluruhan mencapai 8,78%.
Untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan badan pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat, dilakukan dengan memeriksa hasil uji beda antara koefisien jalur PYXi. Dari hasil perhitungan diperoleh urutan nilai dari yang terbesar sampai yang terkecil sebagai berikut :
- Koefisien jalur PYX1 = -0,608 ; ρ -value = 0,007
- Koefisien jalur PYX2 = -0,465 ; ρ -value = 0,033
Berdasarkan nilai tersebut dapat diungkap bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan badan pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat adalah penagihan pajak (kontribusi pengaruh 15,01%), kemudian diikuti oleh surat paksa pajak (kontribusi
pengaruh 8,78%).
Namun demikian, sekalipun harga PYXi berbeda, tetapi dipandang dari sudut statistik perbedaan tersebut secara umum bermakna dikarenakan ρ < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan besarnya pengaruh langsung dari variabel penagihan pajak dan surat paksa pajak terhadap
penerimaan pajak penghasilan badan pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Penagihan pajak di setiap KPP
Pratama Kanwil DJP Jakarta Pusat secara umum sudah dilakukan sesuai dengan prosedur dan tata cara tindakan penagihan yang rata-rata pelaksanaanya mencapai 191% dan surat paksa pajak secara umum juga masih rendah yaitu 96,7%.
2. Dalam kurun waktu selama 5 (lima) tahun yaitu tahun 2003 sampai dengan 2007, jumlah penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Badan di KPP Pratama Kanwil DJP Jakarta Pusat terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Namun peningkatan tersebut belum dicapai secara optimal. Hal ini terlihat dari realisasi dibandingkan target penerimaan pajak penghasilan badan. Rata-rata penerimaan Pajak Penghasilan Badan adalah 81%. Perbandingan realisasi dengan target penerimaan PPh Badan tertinggi dicapai oleh KPP Pratama Jakarta Menteng Satu yaitu 157% dan penerimaan terendah dicapai oleh KPP Pratama Jakarta Gambir Satu yaitu sebesar 12%.
3. Penagihan Pajak dan surat paksa pajak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Badan di KPP Pratama Kanwil DJP Jakarta Pusat Dari ketiga variabel independen yang
152 Jurnal Ekonomi Bisnis No. 2 Vol. 13, Agustus 2008 diamati ternyata kedua variabel
tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan PPh Badan.
4. Dari ke 2 (dua) variabel ini memberikan kontribusi pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap penerimaan PPh Badan yaitu penagihan pajak sebesar 15,01%, dan surat paksa pajak sebesar 8,78%. Adapun variabel yang paling besar memberikan kontribusi pengaruh terbesar terhadap penerimaan PPh Badan adalah penagihan pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Asri Harahap. 2004. ”Paradigma Baru Perpajakan Indonesia : Perspektif Ekonomi-Politik.” Inte-grita Dinamika Press, Jakarta. Agus Sambodo. 2009. ”Kewajiban
Perpajakan bagi Badan Usaha dan Orang Pribadi (Tinjauan dari Sisi Wajib Pajak).” BPFE, Yogyakarta. Brotodihardjo, Santoso R.
2003. ”Pengantar Ilmu Hukum Pajak”. (Edisi Keempat), PT Re-fika Aditama, Bandung.
Chairuddin Syah Nasution. 2002. ”Analisis Potensi Dan
Per-tumbuhan Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Di Indonesia Periode 1990-2000.” Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol.7,
No.2.
Gunadi. 2002. “Panduan Komprehensif Ketentuan Umum Perpajakan 2000” Penerbit Multi Utama Consultindo, Jakarta.
Lisa Nurwulan. 2008. “Analisa Perhitungan Penerimaan Pajak Penghasilan”. Jurnal Riset Akuntansi & Manajemen Indonesia. Vol II, No.1
Rimsky K Judisseno. 1999. “Pajak dan Strategi Bisnis”. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Rudiyanto. 2007. “Pengaruh Pemeriksaan Pajak Atas Surat Pemberitahuan (Spt) Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Terhadap
Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Cimahi”. Tesis. Universitas Padjadajaran. Tidak Dipublikasikan.
Rochmat Soemitro. 2004. “Asas dan Dasar Perpajakan 1 & 2”. Refika Aditama, Bandung