• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN - Tata Cara Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN - Tata Cara Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

B. Prosedur Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa…………..50

C.Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa………....55

D.Cara Penyelesaian Masalah Dalam Pelaksanaan Penagihan Hutang Dengan Surat Paksa……….57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...59

A. Kesimpulan………..59

B. Saran………....60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Tujuan Negara RI yang berdasarkan Pancasila dan Unang-Undang dasar 1945

adalah Mewujudkan masyarakat adil, makmur dan merata material maupun spiritual,

(2)

pembangungan Nasional diperlukan dana antara lain bersumber dari peran serta

masyarakat dalam wujud pembayaran pajak.

Dalam Anggaran dasar Pendapatan Belanja Negara (APBN) pajak merupakan

salah satu non migas yang sangat berperan dalam usaha melaksanakan pembangunan

nasional, dimana sektor ini relatif dapat mengikuti keadaan perekonomian serta

perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya. Sebagaimana fungsi pajak yaitu

fungsi budgetair dimana pajak sebagai alat untuk memasukkan uang ke kas

NEGARA/APBN dan digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara, dan fungsi

reguler yaitu mengatur pajak sebagai sarana untuk menunjang pelaksanaan

Kebijakasanaan negara dalam lapangan ekonomi, sosial dan menentukan politik

perekonomian dengan sasaran untuk tujuan tertentu yang letak

nya diluar bidang keuwangan. Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang

mana digunakan untuk membiyai proses pembangunan, yang sejak lama menempuh

kebijaksanaan yang seimbang dalam anggaran, yang berarti pengeluaran

pembangunan dibuat sama dengan penerimaanya.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor tentang 16 Tahun 2009

tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun

2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang nomor 6 tahun 1983 Tentang

Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa, pajak adalah

(3)

bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan di gunakan untuk Keperluan Negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Sebagai tindak lanjut guna meningkatkan penerimaan dari sektor pajak, dan

penerimaan dari sektor pajak itu sangat besar bagi pendapatan negara RI. Pemerintah

telah melakukan beberapa kali perubahan terhadap Undang-Undang perpajakan di

indonesia, dari menggunakan sistem pemungutan pajak official assessment hingga

kini menggunakan sistem pemungutan pajak self assessment yang mana wajib pajak (

WP ) diberikan kepercayaan sepenuhnya untuk menghitung, memperhitungkan,

melaporkan, dan membayar sendiri jumlah pajak terhutang, sehingga dapat dikatakan

WP memiliki peranan besar dalam menentukan keberhasilan sistem perpajakan

tersebut. Pada kenyataan masih banyak terdapat wajib pajak yang tidak memenuhi

kewajibannya sebagai wajib pajak.

pajak yang berfungsi sebagai sarana pencarian tunggakan pajak. Maka untuk

mencapai Akibat dari tindakan pajak ini maka dilakukanlah tindakan penagihan

tujuan tersebut, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh fiskus adalah bagaimana

penagihan pajak terhadap wajib pajak dapat berjalan dengan lancar. Karena lancar

tidaknya suatu penagihan akan mempengaruhi pendapatan dari sektor pajak tersebut.

Dalam hal penagihan pajak aparatur direktorat jendral pajak akan menerbitkan

(4)

pelunasan pajak terhutang. Namun kenyataan dilapangan masih banyak WP yang

tidak menghiraukan atas diterbitkannya surat tagihan pajak atau surat ketetapan pajak

tersebut dan selanjutnya aparatur perpajakan menerbitkan surat teguran pajak atau

surat peringatan lainnya.

Begitu juga Surat Teguran Pajak bukan merupakan suatu sarana yang dapat

menjamin penerimaan Negara berupa pajak dapat diterima / di peroleh dengan cepat.

Hal ini dapat dilihat masih banyaknya wajib pajak yang tidak menjawab atas

diterbitkannya Surat Teguran Pajak tersebut dan harus dilakukan penagihan pajak dan

biaya penagihan pajak. Oleh karena itu Surat paksa merupakan salah satu sarana

pengadministrasian yang penting dalam melaksanakan penagihan guna mencapai

penerimaan Negara dari sektor Pajak.

Mengingat dasar inilah penulis melaksanakan Praktik kerja Lapangan mandiri

(PKLM) yang merupakan kegiatan intrakulikuler yang dilaksanakan secara mandiri

dalam rangka memperoleh pengalaman praktis dilingkungan kerja, maka dari pada itu

penulis tertarik untuk membahas tentang “ Tata Cara Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan ”

B. TUJUAN dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )

(5)

Praktek Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu syarat yang wajib

dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikannya. Adapun

tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Mandiri adalah:

1.1 Untuk dapat mengetahui Tata Cara Penagihan pajak dengan Surat

Paksa di Kantor pelayanan pajak Pratama Medan Belawan.

1.2 Untuk mengetahui bagaimana penerbitan Surat paksa hingga

mempengaruhi cepat lambatnya proses penerimaan pajak yang

dilaksanakan oleh Seksi Penagihan Pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Belawan.

1.3 Untuk mengetahui upaya-upaya dalam mengatasi kendala tersebut

2.Manfaat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

2.1 Bagi Mahasiswa

a. Menerapkan teori yang di dapat selama dibangku kuliah ke dalam

dunia kerja.

b. Hasil praktik dapat di jadikan sebagai sumber pengembangan ilmu

khususnya di bidang penagihan pajak.

c. Menempah mahasiswa menjadi tenaga kerja yang terampil dalam

menghadapi dunia kerja.

d. Meningkatkan kemampuan, memperluas, dan memantapkan

keterampilan mahasiswa dalam menjalin hubungan yang baik.

e. Untuk memperaktikan dan menerapkan pengetahuan yang di peroleh

(6)

2.2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

a. Menjalin hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara,

khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

b. Meningkatkan dan mendorong munculnya pemikiran-pemikiran baru

untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

c. Mempromosikan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

kepada Universitas Sumatera Utara khususnya Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik.

d. Meningkatkan kerja sama dengan lembaga pendidikan dalam hal

meningkatkan kualitas sumber daya.

2.3. Bagi Program Studi Dipoloma III Administrasi Perpajakan FISIP USU

a. Membuat kerja dan mengaplikasikan kurikulum yang nyata.

b. Membuka interaksi antara pengajar ( dosen ), Program Diploma III

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, dan

mahasiswa dengan instansi dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Belwan.

c. Mempromosikan kegunaan dan kualitas sumber daya mahasiswa.

d. Memperbaiki pandangan masyarakat atas kualitas sumber daya

manusia yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan khususnya

(7)

e. Memberi bukti nyata atas disiplin ilmu yang telah diterapkan selama

dibangku perkuliahan.

C. Uraian Teoritis

1. Defenisi pajak

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara

untukmembiayai pengeluaran rutin dan “surplus-nya” digunakan untuk publicsaving

yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment

(Soemitro,1998:8).

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat

(1) tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah Kontribusi

wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran Rakyat.

2. fungsi pajak

Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, S.H, Fungsi pajak ada 2 (dua)

yaitu fungsi budgetair dan reguleren. Fungsi budgetair merupakan salah satu

sumber penerimaan Pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin

maupun pengeluaran untuk pembangunan sebagai sumber keuangan Negara,

(8)

dimana hal ini dapat dilihat dari terus berkembangnya serta berubahnya

peraturan–peraturan dari berbagai jenis pajak seperti :

a. Pajak Penghasilan (UU No.36 Tahun 2008)

b. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (UUNo.42

Tahun 2009)

c. Pajak Bumi dan Bangunan dan Lainnya (UU No. 20 Tahun 2000)

d. Dan lain-lain.

Sedangkan fungsi reguleren merupakan fungsi mengatur artinya pajak

sebagai sebuah alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah

dalam bidang sosial dan ekonomi, dan mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar

bidang keuangan.

Misallnya :

a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi

konsumsi masyarakat terhadap minuman keras.

b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk

mengurangi gaya hidup yang konsumtif dari masyarakat

c. Tarif Pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor produk

Indonesia di pasaran dunia.

3. Penagihan Pajak

Pengertian penagihan khusus didalam bidang perpajakan adalah

“serangkaian tindakan dari aparatur Direktorat Jenderal Pajak, berhubung Wajib

(9)

terhutang menurut Undang-Undang perpajakan yang berlaku” (Moeljo Hadi,

1995:2). Sedangkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar

penaggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan

menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,

membertitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan

Penyitaan, melaksanakan Penyanderaan, menjual barang yang telah disita.

Penagihan dilakukan dengan adanya utang Pajak dari Wajib Pajak, yang

belum dilunasi sehingga dilakukan penagihan pajak melalui Surat Tagihan Pajak.

Surat Tagihan Pajak menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009) Pasal 1 Ayat (20)

adalah “ Surat untuk melakukan tagihan Pajak dan/atau sanksi administrasi

berupa bunga dan/atau denda.

Beberapa alasan yang menyebabkan Surat Tagihan Pajak (STP) dapat

dikeluarkan kepada Wajib Pajak adalah :

a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar

b. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran

pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung.

c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan/ atau bunga.

d. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak

Pertambahan Nilai 1984 tetapi tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk

(10)

e. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak tetapi

membuat faktur pajak atau pengusaha telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena

pajak tetapi tidak membuat faktur pajak.

f. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak tidak atau

membuat faktur pajak tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya faktur

pajak.

4. Fungsi Surat Tagihan Pajak

Dalam hal ini fungsi Surat Tagihan Pajak adalah :

a. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutama SPT Wajib Pajak, yang artinya

jika pajak dalam tahun berjalan yang tidak atau kurang dibayar / disetor ataupun

kekurangan pembayaran pajak, akibat salah tulis dan atau salah hitung dalam surat

pemberitahuan.

b. Sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga atau denda.

c. Alat untuk menagih.

5. Dasar Penagihan Pajak

Sesuai dengan sistem self Assessment yang berlaku sekarang ini, Wajib Pajak

wajib menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri utang

pajaknya. Apabila terdapat kekeliruan atau kesalahan dalam melakukan penghitungan

pajak yang terutang atau Wajib Pajak melanggar ketentuan Undang Undang

Perpajakan maka Direktorat Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak yang

(11)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan

Pembetulan (SKP), Surat Keputusan Keberatan (SKK) dan Putusan Banding (PB)

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 19 Tahun 2000 tentang Penagihan

Pajak dengan Surat Paksa.

a. Surat Tagihan Pajak (STP) Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (20), adalah surat untuk

melakukan tagihan pajak dan sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Menurut Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (16),

adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak,

jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya

sanksi administrasi dan jumlah pajak yang harus dibayar.

c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) Menurut Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1

Ayat (17), adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah

pajak yang telah ditetapkan.

d. Surat Keputusan Pembetulan (SKP) Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (16), adalah surat

ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan

Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat

(12)

e. Surat Keputusan Keberatan (SKK) Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (34), adalah surat

keputusan atas keberatan terhadap surat ketetapan pajak atau terhadap

pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.

f. Putusan Banding (PB) Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (35), adalah putusan badan

peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan

oleh Wajib Pajak.

6. Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

Sesuai dengan Pasal 1 Ayat (21) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009,

yang dimaksud dengan Surat Paksa adalah Surat perintah membayar utang pajak dan

biaya penagihan pajak. Di dalam Surat Paksa dicantumkan nama penanggung pajak

dan alamatnya yang jelas serta jumlah utang pajaknya. Surat Paksa yang berkepala “

Demi Keadilan berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa “. Surat Paksa yang

mempunyai kekuatan hukum yang sama seperti Grosse dari putusan hakim dalam

perkara perdata yang tidak dapat diminta banding lagi pada Hakim atasan.

Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa ini adalah suatu bentuk eksekusi

tanpa peraturan hakim (yang menjadi wewenang fiskus) yang lazimnya dinamakan

eksekusi langsung.

7. penerbitan surat paksa

(13)

a. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan

Surat Teguran.

b. Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,

atau

c. Penaggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum di dalam

keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran. Surat Paksa

mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan

grosse akte yaitu putusan pengadilan perdata yang telah mempunyai kekuatan

hukum tetap. Surat Paksa sekurang-kurangnya harus memuat :

1) Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak.

2) Dasar Penagihan.

3) Besarnya Utang Pajak.

4) Perintah untuk membayar.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam Praktek Kerja Lapangan Mandiri

(PKLM ) ini yang paling mendasar yaitu :

1. Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa pada kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Belwan

2. Faktor penerbitan Surat Paksa hingga mempengaruhi cepat lambatnya proses

penerimaan pajak yang dilaksanakan oleh Seksi Penagihan pada Kantor

(14)

3. Prosedur Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

E. Metode Praktek Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )

Metode PKLM yang di gunakan adalah sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan, kegitan yang harus dilakukan oleh mahasiswa sebelum

melaksanakan PKLM pada objek PKLM yang meliputi kegiatan seperti.pemilihan

objek PKLM, lokasi PKLM, pengajuan proposal PKLM dan menerima surat

pengantar dari fakultas.

2. Studi Literature

Studi literature, kegiatan studi mencari data dan informasi dengan membaca serta

menelaah landasan teori, buku literature, peraturan perundang-undangan

perpajakan, surat kabar, internet, catatan-catatan tertulis yang berhubungan dan

dapat dijadikan sumber oleh penulis dalam melaksanakan PKLM ini.

3. Observasi Lapangan

Observasi lapangan, kegiatan penulis dalam melakukan observasi lapangan selalu

sesuai dengan peraturan yang berlaku, dimana dalam observasi ini penulis

mengaharapkan bantuan dalam setiap permasalahan yang dihadapi, dan nantinya

akan di jadiakan bukti dalam daftar dokumentasi.

(15)

Pengumpulan data, penulis melakukan pengumpulan data untuk menunjang

keberhasilan dari topick yang akan dibahas. Dengan memperhatikan lokasi

penulis mengadakan PKLM, dan sumber-sumber yang di gunakan penulis,

miasalnya buku-buku mengenai materi yang dibahas, wawancara yang di lakukan

penulis dan lainya.

5. Analisis dan Evaluasi Data

Penulis melakukan analisis dan evaluasi data mengenai tata cara penagihan pajak

pada kantor pelayanan pajak pratama Medan Belawan.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara

Yaitu dengan melakukan pengajuan pertanyaan-pertanyaan baik yang tertulis

maupun tidak tertulis kepada pegawai yang terkait dengan Penagihan Pajak pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, yang dapat memberikan informasi

yang bermanfaat untuk membantu proses penyusunan laporan.

2. Observasi

Yaitu studi yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan lansung atas

kegiatan Penagihan Pajak khususnya dengan Surat Paksa pada KPP Medan Belawan,

untuk mengetahui prosedur yang dilakukan hingga diterbitkannya Surat Paksa

tersebut.

(16)

Dalam hal penulisan Laporan ini sistematika penulisan Laporan Praktek Kerja

Laporan Mandiri dibuat dan dilengkapi dengan sub bab dan di beri pejelasan

terperinci sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi

dasar pemikiran dalam menyusunan laporan, tujuan dan manfaat PKLM, uraian

teoritis ruang lingkup PKLM, metode penelitian serta sistematika penulisan

laporan.

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN POLONIA

Dalam bab ini akan menguraikan gambaran umum tentang sejarah berdirinya

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, Struktur Oraganisasi, dan

uraian uraian tugas pokok.

BAB III GAMBARAN DATA PKLM

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang data yang di peroleh mengenai

Tata Cara Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Prosedur penerbitan Surat Paksa

atau hal-hal lain yang berhubungan.

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan mengemukakan tentang masih banyak Wajip Pajak

yang tidak menjawab Surat Teguran dan Prosedur penerbitan Surat Paksa yang

mempengaruhi cepat lambatnya penerimaan Negara dari sektor Pajak.

(17)

Pada bab ini penulis akan mengemukakan rangkuman tentang hal-hal yang

dibahas dan juga mengemukakan saran berdasarkan data dan informasi yang telah

diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

judul “ Mekanisme Penagihan Utang Pajak Dengan Surat Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam”... 1.2

Putri Galih Utami, D1513080, 2016, “PROSEDUR PENAGIHAN UTANG PAJAK DENGAN SURAT PAKSA KEPADA WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KARANGANYAR.” Tugas Akhir: Program

Penagihan pajak aktif atau penagihan pajak dengan Surat Paksa dilakukan diatur dalam Undang-Undang No.19 tahun 1997 sebagaimana yang telah di ubah dengan Undang-Undang No.19

Penelitian yang berjudul “Peranan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Terhadap Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas” bertujuan untuk mengetahui

ANGGRAINI ASTUTI, D1513006, EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SEMARANG

Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap Peningkatan Penerimaan Tunggakan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palopo.

melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri dengan judul “Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan”.. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja

Upaya Kantor Pelayanan Pajak dalam melakukan Penagihan Utang Pajak dengan Surat Paksa terhadap Penanggung Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Selatan telah sesuai