B. Prosedur Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa…………..50
C.Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa………....55
D.Cara Penyelesaian Masalah Dalam Pelaksanaan Penagihan Hutang Dengan Surat Paksa……….57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...59
A. Kesimpulan………..59
B. Saran………....60
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Tujuan Negara RI yang berdasarkan Pancasila dan Unang-Undang dasar 1945
adalah Mewujudkan masyarakat adil, makmur dan merata material maupun spiritual,
pembangungan Nasional diperlukan dana antara lain bersumber dari peran serta
masyarakat dalam wujud pembayaran pajak.
Dalam Anggaran dasar Pendapatan Belanja Negara (APBN) pajak merupakan
salah satu non migas yang sangat berperan dalam usaha melaksanakan pembangunan
nasional, dimana sektor ini relatif dapat mengikuti keadaan perekonomian serta
perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya. Sebagaimana fungsi pajak yaitu
fungsi budgetair dimana pajak sebagai alat untuk memasukkan uang ke kas
NEGARA/APBN dan digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara, dan fungsi
reguler yaitu mengatur pajak sebagai sarana untuk menunjang pelaksanaan
Kebijakasanaan negara dalam lapangan ekonomi, sosial dan menentukan politik
perekonomian dengan sasaran untuk tujuan tertentu yang letak
nya diluar bidang keuwangan. Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang
mana digunakan untuk membiyai proses pembangunan, yang sejak lama menempuh
kebijaksanaan yang seimbang dalam anggaran, yang berarti pengeluaran
pembangunan dibuat sama dengan penerimaanya.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor tentang 16 Tahun 2009
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang nomor 6 tahun 1983 Tentang
Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa, pajak adalah
bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan di gunakan untuk Keperluan Negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Sebagai tindak lanjut guna meningkatkan penerimaan dari sektor pajak, dan
penerimaan dari sektor pajak itu sangat besar bagi pendapatan negara RI. Pemerintah
telah melakukan beberapa kali perubahan terhadap Undang-Undang perpajakan di
indonesia, dari menggunakan sistem pemungutan pajak official assessment hingga
kini menggunakan sistem pemungutan pajak self assessment yang mana wajib pajak (
WP ) diberikan kepercayaan sepenuhnya untuk menghitung, memperhitungkan,
melaporkan, dan membayar sendiri jumlah pajak terhutang, sehingga dapat dikatakan
WP memiliki peranan besar dalam menentukan keberhasilan sistem perpajakan
tersebut. Pada kenyataan masih banyak terdapat wajib pajak yang tidak memenuhi
kewajibannya sebagai wajib pajak.
pajak yang berfungsi sebagai sarana pencarian tunggakan pajak. Maka untuk
mencapai Akibat dari tindakan pajak ini maka dilakukanlah tindakan penagihan
tujuan tersebut, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh fiskus adalah bagaimana
penagihan pajak terhadap wajib pajak dapat berjalan dengan lancar. Karena lancar
tidaknya suatu penagihan akan mempengaruhi pendapatan dari sektor pajak tersebut.
Dalam hal penagihan pajak aparatur direktorat jendral pajak akan menerbitkan
pelunasan pajak terhutang. Namun kenyataan dilapangan masih banyak WP yang
tidak menghiraukan atas diterbitkannya surat tagihan pajak atau surat ketetapan pajak
tersebut dan selanjutnya aparatur perpajakan menerbitkan surat teguran pajak atau
surat peringatan lainnya.
Begitu juga Surat Teguran Pajak bukan merupakan suatu sarana yang dapat
menjamin penerimaan Negara berupa pajak dapat diterima / di peroleh dengan cepat.
Hal ini dapat dilihat masih banyaknya wajib pajak yang tidak menjawab atas
diterbitkannya Surat Teguran Pajak tersebut dan harus dilakukan penagihan pajak dan
biaya penagihan pajak. Oleh karena itu Surat paksa merupakan salah satu sarana
pengadministrasian yang penting dalam melaksanakan penagihan guna mencapai
penerimaan Negara dari sektor Pajak.
Mengingat dasar inilah penulis melaksanakan Praktik kerja Lapangan mandiri
(PKLM) yang merupakan kegiatan intrakulikuler yang dilaksanakan secara mandiri
dalam rangka memperoleh pengalaman praktis dilingkungan kerja, maka dari pada itu
penulis tertarik untuk membahas tentang “ Tata Cara Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan ”
B. TUJUAN dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )
Praktek Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu syarat yang wajib
dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikannya. Adapun
tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Mandiri adalah:
1.1 Untuk dapat mengetahui Tata Cara Penagihan pajak dengan Surat
Paksa di Kantor pelayanan pajak Pratama Medan Belawan.
1.2 Untuk mengetahui bagaimana penerbitan Surat paksa hingga
mempengaruhi cepat lambatnya proses penerimaan pajak yang
dilaksanakan oleh Seksi Penagihan Pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Belawan.
1.3 Untuk mengetahui upaya-upaya dalam mengatasi kendala tersebut
2.Manfaat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
2.1 Bagi Mahasiswa
a. Menerapkan teori yang di dapat selama dibangku kuliah ke dalam
dunia kerja.
b. Hasil praktik dapat di jadikan sebagai sumber pengembangan ilmu
khususnya di bidang penagihan pajak.
c. Menempah mahasiswa menjadi tenaga kerja yang terampil dalam
menghadapi dunia kerja.
d. Meningkatkan kemampuan, memperluas, dan memantapkan
keterampilan mahasiswa dalam menjalin hubungan yang baik.
e. Untuk memperaktikan dan menerapkan pengetahuan yang di peroleh
2.2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
a. Menjalin hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara,
khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
b. Meningkatkan dan mendorong munculnya pemikiran-pemikiran baru
untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
c. Mempromosikan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
kepada Universitas Sumatera Utara khususnya Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik.
d. Meningkatkan kerja sama dengan lembaga pendidikan dalam hal
meningkatkan kualitas sumber daya.
2.3. Bagi Program Studi Dipoloma III Administrasi Perpajakan FISIP USU
a. Membuat kerja dan mengaplikasikan kurikulum yang nyata.
b. Membuka interaksi antara pengajar ( dosen ), Program Diploma III
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, dan
mahasiswa dengan instansi dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Belwan.
c. Mempromosikan kegunaan dan kualitas sumber daya mahasiswa.
d. Memperbaiki pandangan masyarakat atas kualitas sumber daya
manusia yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan khususnya
e. Memberi bukti nyata atas disiplin ilmu yang telah diterapkan selama
dibangku perkuliahan.
C. Uraian Teoritis
1. Defenisi pajak
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara
untukmembiayai pengeluaran rutin dan “surplus-nya” digunakan untuk publicsaving
yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment
(Soemitro,1998:8).
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat
(1) tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah Kontribusi
wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran Rakyat.
2. fungsi pajak
Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, S.H, Fungsi pajak ada 2 (dua)
yaitu fungsi budgetair dan reguleren. Fungsi budgetair merupakan salah satu
sumber penerimaan Pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin
maupun pengeluaran untuk pembangunan sebagai sumber keuangan Negara,
dimana hal ini dapat dilihat dari terus berkembangnya serta berubahnya
peraturan–peraturan dari berbagai jenis pajak seperti :
a. Pajak Penghasilan (UU No.36 Tahun 2008)
b. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (UUNo.42
Tahun 2009)
c. Pajak Bumi dan Bangunan dan Lainnya (UU No. 20 Tahun 2000)
d. Dan lain-lain.
Sedangkan fungsi reguleren merupakan fungsi mengatur artinya pajak
sebagai sebuah alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah
dalam bidang sosial dan ekonomi, dan mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar
bidang keuangan.
Misallnya :
a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi
konsumsi masyarakat terhadap minuman keras.
b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk
mengurangi gaya hidup yang konsumtif dari masyarakat
c. Tarif Pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor produk
Indonesia di pasaran dunia.
3. Penagihan Pajak
Pengertian penagihan khusus didalam bidang perpajakan adalah
“serangkaian tindakan dari aparatur Direktorat Jenderal Pajak, berhubung Wajib
terhutang menurut Undang-Undang perpajakan yang berlaku” (Moeljo Hadi,
1995:2). Sedangkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar
penaggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan
menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
membertitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
Penyitaan, melaksanakan Penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
Penagihan dilakukan dengan adanya utang Pajak dari Wajib Pajak, yang
belum dilunasi sehingga dilakukan penagihan pajak melalui Surat Tagihan Pajak.
Surat Tagihan Pajak menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009) Pasal 1 Ayat (20)
adalah “ Surat untuk melakukan tagihan Pajak dan/atau sanksi administrasi
berupa bunga dan/atau denda.
Beberapa alasan yang menyebabkan Surat Tagihan Pajak (STP) dapat
dikeluarkan kepada Wajib Pajak adalah :
a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar
b. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran
pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung.
c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan/ atau bunga.
d. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 tetapi tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk
e. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak tetapi
membuat faktur pajak atau pengusaha telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena
pajak tetapi tidak membuat faktur pajak.
f. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak tidak atau
membuat faktur pajak tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya faktur
pajak.
4. Fungsi Surat Tagihan Pajak
Dalam hal ini fungsi Surat Tagihan Pajak adalah :
a. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutama SPT Wajib Pajak, yang artinya
jika pajak dalam tahun berjalan yang tidak atau kurang dibayar / disetor ataupun
kekurangan pembayaran pajak, akibat salah tulis dan atau salah hitung dalam surat
pemberitahuan.
b. Sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga atau denda.
c. Alat untuk menagih.
5. Dasar Penagihan Pajak
Sesuai dengan sistem self Assessment yang berlaku sekarang ini, Wajib Pajak
wajib menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri utang
pajaknya. Apabila terdapat kekeliruan atau kesalahan dalam melakukan penghitungan
pajak yang terutang atau Wajib Pajak melanggar ketentuan Undang Undang
Perpajakan maka Direktorat Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak yang
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan
Pembetulan (SKP), Surat Keputusan Keberatan (SKK) dan Putusan Banding (PB)
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 19 Tahun 2000 tentang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa.
a. Surat Tagihan Pajak (STP) Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (20), adalah surat untuk
melakukan tagihan pajak dan sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Menurut Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (16),
adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak,
jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya
sanksi administrasi dan jumlah pajak yang harus dibayar.
c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) Menurut Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1
Ayat (17), adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah
pajak yang telah ditetapkan.
d. Surat Keputusan Pembetulan (SKP) Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (16), adalah surat
ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat
e. Surat Keputusan Keberatan (SKK) Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (34), adalah surat
keputusan atas keberatan terhadap surat ketetapan pajak atau terhadap
pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.
f. Putusan Banding (PB) Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (35), adalah putusan badan
peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan
oleh Wajib Pajak.
6. Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa
Sesuai dengan Pasal 1 Ayat (21) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009,
yang dimaksud dengan Surat Paksa adalah Surat perintah membayar utang pajak dan
biaya penagihan pajak. Di dalam Surat Paksa dicantumkan nama penanggung pajak
dan alamatnya yang jelas serta jumlah utang pajaknya. Surat Paksa yang berkepala “
Demi Keadilan berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa “. Surat Paksa yang
mempunyai kekuatan hukum yang sama seperti Grosse dari putusan hakim dalam
perkara perdata yang tidak dapat diminta banding lagi pada Hakim atasan.
Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa ini adalah suatu bentuk eksekusi
tanpa peraturan hakim (yang menjadi wewenang fiskus) yang lazimnya dinamakan
eksekusi langsung.
7. penerbitan surat paksa
a. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan
Surat Teguran.
b. Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
atau
c. Penaggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum di dalam
keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran. Surat Paksa
mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan
grosse akte yaitu putusan pengadilan perdata yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap. Surat Paksa sekurang-kurangnya harus memuat :
1) Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak.
2) Dasar Penagihan.
3) Besarnya Utang Pajak.
4) Perintah untuk membayar.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam Praktek Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM ) ini yang paling mendasar yaitu :
1. Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa pada kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Belwan
2. Faktor penerbitan Surat Paksa hingga mempengaruhi cepat lambatnya proses
penerimaan pajak yang dilaksanakan oleh Seksi Penagihan pada Kantor
3. Prosedur Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
E. Metode Praktek Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )
Metode PKLM yang di gunakan adalah sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan, kegitan yang harus dilakukan oleh mahasiswa sebelum
melaksanakan PKLM pada objek PKLM yang meliputi kegiatan seperti.pemilihan
objek PKLM, lokasi PKLM, pengajuan proposal PKLM dan menerima surat
pengantar dari fakultas.
2. Studi Literature
Studi literature, kegiatan studi mencari data dan informasi dengan membaca serta
menelaah landasan teori, buku literature, peraturan perundang-undangan
perpajakan, surat kabar, internet, catatan-catatan tertulis yang berhubungan dan
dapat dijadikan sumber oleh penulis dalam melaksanakan PKLM ini.
3. Observasi Lapangan
Observasi lapangan, kegiatan penulis dalam melakukan observasi lapangan selalu
sesuai dengan peraturan yang berlaku, dimana dalam observasi ini penulis
mengaharapkan bantuan dalam setiap permasalahan yang dihadapi, dan nantinya
akan di jadiakan bukti dalam daftar dokumentasi.
Pengumpulan data, penulis melakukan pengumpulan data untuk menunjang
keberhasilan dari topick yang akan dibahas. Dengan memperhatikan lokasi
penulis mengadakan PKLM, dan sumber-sumber yang di gunakan penulis,
miasalnya buku-buku mengenai materi yang dibahas, wawancara yang di lakukan
penulis dan lainya.
5. Analisis dan Evaluasi Data
Penulis melakukan analisis dan evaluasi data mengenai tata cara penagihan pajak
pada kantor pelayanan pajak pratama Medan Belawan.
F. Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara
Yaitu dengan melakukan pengajuan pertanyaan-pertanyaan baik yang tertulis
maupun tidak tertulis kepada pegawai yang terkait dengan Penagihan Pajak pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, yang dapat memberikan informasi
yang bermanfaat untuk membantu proses penyusunan laporan.
2. Observasi
Yaitu studi yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan lansung atas
kegiatan Penagihan Pajak khususnya dengan Surat Paksa pada KPP Medan Belawan,
untuk mengetahui prosedur yang dilakukan hingga diterbitkannya Surat Paksa
tersebut.
Dalam hal penulisan Laporan ini sistematika penulisan Laporan Praktek Kerja
Laporan Mandiri dibuat dan dilengkapi dengan sub bab dan di beri pejelasan
terperinci sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi
dasar pemikiran dalam menyusunan laporan, tujuan dan manfaat PKLM, uraian
teoritis ruang lingkup PKLM, metode penelitian serta sistematika penulisan
laporan.
BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN POLONIA
Dalam bab ini akan menguraikan gambaran umum tentang sejarah berdirinya
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, Struktur Oraganisasi, dan
uraian uraian tugas pokok.
BAB III GAMBARAN DATA PKLM
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang data yang di peroleh mengenai
Tata Cara Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Prosedur penerbitan Surat Paksa
atau hal-hal lain yang berhubungan.
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis akan mengemukakan tentang masih banyak Wajip Pajak
yang tidak menjawab Surat Teguran dan Prosedur penerbitan Surat Paksa yang
mempengaruhi cepat lambatnya penerimaan Negara dari sektor Pajak.
Pada bab ini penulis akan mengemukakan rangkuman tentang hal-hal yang
dibahas dan juga mengemukakan saran berdasarkan data dan informasi yang telah
diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA