• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Penyuluhan Pertanian

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 16 tahun 2006, penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan

mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan

kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Penyuluhan sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum merupakan hak asasi warga negara RepublikIndonesia.

Penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai pendidikan nonformal yang ditujukan kepada petani dan keluarganya dengan tujuan jangka pendek untuk mengubah perilaku termasuk sikap, tindakan dan pengetahuan kearah yang lebih baik, serta tujuan jangka panjang untuk

13

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Falsafah dasar penyuluhan pertanian adalah pendidikan, demokrasi, dan berkesinambungan. Sifat dari pendidikan dalam penyuluhan pertanian adalah pendidikan

nonformal, sedangkan demokrasi pada hakikatnya mengandung pengertian bahwa petani mempunyai kebebasan untuk memilih dan menentukan jalan hidupnya, dan berkesinambungan dapat diartikan sebagai kegiatan yang terus menerus (Sastraatmadja, 1986).

Penyuluhan dalam arti umum merupakan suatu ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu dan

masyarakat agar dengan terwujudnya perubahan tersebut dapat dicapai apa yang diharapkan sesuai dengan pola atau rencananya. Berdasarkan hal tersebut maka penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai suatu usaha atau upaya untuk merubah perilaku petani dan keluarganya, agar mereka mengetahui dan mempunyai kemauan serta mempu

memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya (Kartasapoetra, 1987). Menurut Ir. Salmon Padmanagara dalam Suhardiyono (1988) penyuluhan pertanian diartikan sebagai sistem pendidikan diluar sekolah (nonformal) untuk para petani dan keluarganya dengan tujuan agar mereka mampu, sanggup, dan berswadaya

memperbaiki/meningkatkan kesejahteraanya sendiri serta masyarakatnya.

Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian, sasaran yang ingin dicapai juga berupa peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani sehingga mereka akan mampu untuk mandiri, karena tanpa adanya penambahan pengetahuan dan ketrampilan serta perbaikan sikap mereka, mereka akan sulit untuk memperbaiki kehidupan mereka yang masih tradisional. Maka dari itu peran penyuluhan pertanian adalah jembatan yang menghubungkan kesenjangan antara sumber

pengetahuan dan para praktisi, sehingga harus ada komunikasi dua arah antara sumber pengetahuan dan para praktisi. Dalam kegiatan

penyuluhan pertanian agar penyampaian informasi baru yang berupa hasil penelitian dari sumber informasi segera dapat disampaikan dan diterima oleh para praktisi terutama petani maka harus ada hubungan erat antara tiga unsur pokok pertanian yaitu: penelitian pertanian, pendidikan pertanian dan penyuluhan pertanian (Suhardiyono, 1988).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 16 tahun 2006, penyuluh pertanian, penyuluh perikanan, atau penyuluh kehutanan, baik penyuluh PNS, swasta, maupun swadaya, yang selanjutnya disebut penyuluh adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan. Penyuluh pegawai negeri sipil (PNS) yang selanjutnya disebut penyuluh PNS merupakan PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan. Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga

15

yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan. Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh.

Menurut Kartasapoetra (1987), penyuluh pertanian adalah orang yang mengemban tugas memberikan dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidupnya yang lama dengan cara-cara baru yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman,

perkembangan teknologi pertanian yang lebih maju. Kartasapoetra (1987) menyatakan bahwa seorang penyuluh pertanian dalam tugasnya mempunyai tiga peranan penting, yaitu:

1) Berperan sebagai pendidik, memberikan pengetahuan atau cara-cara baru dalam budidaya tanaman, agar para petani lebih terarah dalam usahataninya, meningkatkan hasil dan mengatasi kegagalan-kegagalan dalam usaha taninya.

2) Berperan sebagai pemimpin, yang dapat membimbing dan memotivasi para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerjanya agar timbul keterbukaan dan mau menerapkan cara-cara bertani baru yang lebih berdaya guna dan berhasil guna, sehingga hidupnya akan lebih sejahtera.

3) Berperan sebagai penasihat, yang dapat melayani, memberi

petunjuk-petunjuk dan membantu petani baik dalam bentuk peragaan atau memberikan contoh-contoh kerja dalam usahatani dalam

Menurut Suhardiyono (1989), seorang penyuluh membantu para petani di dalam usaha mereka meningkatkan produksi dan mutu hasil

produksinya guna meningkatkan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu, penyuluh mempunyai banyak peran, antara lain:

1) Sebagai pembimbing petani

Seorang penyuluh adalah pembimbing dan guru petani dalam

pendidikan nonformal. Penyuluh harus mampu memberikan praktek demonstrasi tentang sesuatu cara atau metode budidaya sesuatu tanaman, membantu petani menempatkan atau menggunakan sarana produksi pertanian dan peralatan yang sesuai dengan tepat.

Penyuluh harus mampu memberikan bimbingan kepada petani tentang sumber dana kredit yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan usahatani mereka dan mengikuti perkembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan petani yang berasal dari instansi-instansi yang terkait.

2) Sebagai organisator dan dinamisator petani

Dalam penyelenggaraan kegiatan penyuluhan, para penyuluh lapang tidak mungkin mampu untuk melakukan kunjungan kepada masing-masing petani, sehingga petani harus diajak untuk membentuk kelompok-kelompok tani dan mengembangkannya menjadi suatu lembaga ekonomi dan sosial yang mempunyai peran dalam mengembangkan masyarakat di sekitarnya.

17

Seorang penyuluh harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan tektis yang baik, tanpa adanya pengetahuan dan ketrampilan teknis yang baik maka akan sulit baginya dalam memberikan pelayanan jasa konsultasi yang diminta petani.

4) Sebagai jembatan penghubung antara lembaga peneliti dengan petani Penyuluh bertugas untuk menyampaikan hasil temuan lembaga penelitian kepada petani. Sebaliknya petani berkewajiban

melaporkan hasil pelaksanaan penerapan hasil-hasil temuan lembaga penelitian yang dianjurkan tersebut kepada penyuluh yang

membinanya sebagai jembatan penghubung, selanjutnya penyuluh menyampaikan hasil penerapan teknologi yang dilakukan oleh petani kepada lembaga penelitian yang terkait sebagai bahan referensi lebih lanjut.

Dalam prakteknya penempatan penyuluh dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Penyuluh lapangan, yaitu penyuluh yang ditempatkan di Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP).

2. Penyuluh tingkat kecamatan, yaitu penyuluh yang ditempatkan di Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K). Penyuluh tingkat kecamatan seringkali disebut dengan Penyuluh Pertanian Urusan Programa (PPUP).

3. Penyuluh pertanian tingkat kabupaten, yaitu penyuluh yang

dan Kehutanan (BP4K). Penyuluh tingkat kabupaten seringkali disebut dengan Penyuluh Pertanian Spesialis (PPS).

4. Penyuluh pertanian tingkat propinsi, yaitu penyuluh yang

ditempatkan di Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.

5. Penyuluh pertanian tingkat nasional, yaitu penyuluh yang ditempatkan pada kelembagaan penyuluhan tingkat pusat yang merupakan badan yang menangani penyuluhan pada setiap Departemen/Kementerian yang bertanggung jawab di bidang pertanian, perikanan, dan kehutanan.

Dokumen terkait