• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAMPUNG HAMDAN

2. Jaringan Air Kotor

4.4 Penyusunan Konsep Rancangan

Konsep rancangan untuk proyek ini dikembangkan melalui isu sosial-ekonomi, yang mengubah kampung hamdan yang tadinya berfungsi sebagai permukiman menjadi suatu kawasan komersial yang dapat menunjang perekonomian warga yang bermukim di area perancangan.

Seperti sebelumnya yang telah penulis uraikan, terdapat empat elemen utama yang akan mewujudkan konsep rancangan proyek ini, yaitu area sirkulasi kawasan (Greenway Sistem), area hunian (The Residential), area komersial, dan taman parkir.

Green Commercial Community merupakan sub-tema untuk proyek ini. Green Commercial Community atau komunitas komersial yang hijau adalah suatu kawasan komersial yang di isi oleh komunitas pedagang yang sebenarnya adalah penduduk asli yang tinggal di area lokasi proyek yaitu Kampung Hamdan. Kemudian diberikan tempat tinggal yaitu rumah susun dan di berikan fasilitas untuk mereka tetap menjalankan profesi mereka yang sebelumnya adalah pedagang. Penerapan dari sub-tema sendiri adalah mewujudkan fungsi perekonomian secara langsung dan nyata dengan menyediakan tempat mereka berdagang dan berjualan.

Sistem greenway merupakan penggabungan linear dari ruang terbuka, firur alam dan layanan masyarakat. Sistem ini akan menyediakan jaringan rute off-road pejalan kaki yang menghubungkan daerah di dalam wilayah perencanaan dengan satusama lain.

Sistem greenway akan menyoroti unsur daerah perencanaan yang alami dengan fitur topografi kawasan yang tetap dipertahankan. Sistem ini juga berfungsi sebagai

penentu lingkungan atau sebagai garis-garis kawasan. Sistem ini akan menjadi bagian integral dari core area, lalu mengontribusikan karakter serta kemudahan dalam sirkulasi kawasan yang menghubungkan seluruh wilayah perencanaan dan menjadi sumber daya utama bagi penduduk dan pengunjung kawasan.

Kampung Hamdan akan memiliki akses sirkulasi yang benar-benar hijau dan sangat ramah terhadap pejalan kaki. Kawasan ini dirancang dengan konsep ini agar dapat mengundang masyarakat maupun pengunjung kawasan untuk hidup lebih sehat dengan berjalan kaki.

Daerah perencanaan akan sebagian besar menjadi wilayah hunian yang merupakan flat house atau rumah susun yang dirancang sedemikian rupa agar memiliki karakter unik yang menggambarkan identitas masyarakat sendiri yang dapat mempromosikan kualitas hidup yang baik bagi masyarakat kawasan muka sungai.

Flat house atau rumah susun akan menjadi smart building atau bangunan pintar karena memakai pendekatan arsitektur hijau. Kulit bangunan akan akan dirancang sedemikian rupa agar dapat menciptakan energi sendiri dan dapat menghemat energi tersebut.

Akan ada sebagian dinding luar bangunan (kulit bangunan) yang di buat miring dan ditanami rumput agar dapat menyerap air hujan dan difilter lalu dapat digunakan oleh penghuni rumah susun untuk mencuci, mandi dan sebagainya.

Rumah susun ini terdiri dari delapan lantai, serta memiliki tipe 36, tipe 45 dan tipe 54. Tipe 54 merupakan tipe yang paling mendominasi rumah susun karena mempunyai 2 kamar tidur. Ini dipertimbangkan mengingat permukiman aslinya rata-rata telah bekeluarga dan memiliki 3 – 4 anggota keluarga di dalam satu rumah. Tipe 45 di urutan kedua lalu tipe 36 di urutan terakhir. Jumlah keseluruhan unit hunian sekitar 243 buah.

Gambar 4.10. Aksonometrik Rumah Susun Sumber : Penulis (2014)

Desain dari bentukan rumah susun adalah hasil analisa sirkulasi matahari yang melintasi kawasan serta sirkulasi udara yang akan melewati rumah susun. Rumah susun Kampung Hamdan ini memiliki sembilan lantai dengan satu semi-basement yang bisa menjadi pintu masuk untuk rusun sendiri.

Gambar 4.11. Area Semi-Basement Sumber : Penulis (2014)

Desain semi-basement sendiri memang bertujuan untuk menciptakan basement yang aman dan nyaman serta dapat menjadi suatu hal yang baru sebagai inovasi dalam pembangunan kedepannya. Basement di dalam rumah susun hanya menampung

kendaraan roda dua dan mempunyai parkir khusus becak yang ditujukan bagi para penghuni yang berprofesi sebagai tukang becak. Basement yang hanya menampung kendaraan roda dua dibuat karena diasumsikan penghuni tidak memiliki kendaran roda empat.

Gambar 4.12. Denah Tipe Hunian Sumber : Penulis (2014)

Gambar 4.13. Blok Per Lantai Setiap Tipe Hunian Sumber : Penulis (2014)

Rumah susun ini memiliki tiga tipe unit hunian, yaitu Tipe 54 dengan jumlah 121 unit, tipe 45 dengan jumlah 67 unit dan tipe 36 dengan jumlah 55 unit hunian. Total keseluruhan hunian yaitu berjumlah 243 unit hunian. 100 unit hunian ditujukan untuk penduduk awal yang menempati Kampung Hamdan lalu sisanya yaitu sebanyak 143 unit akan disewakan. Gambar disamping menunjukkan setiap tipe hunian yang ada dalam rumah susun.

Elemen ini merupakan konsep yang terinspirasi dari kegiatan ekonomi masyarakat kawasan muka sungai yang akan dituangkan ke dalam area komersial yang diberi nama taman komersial, yang diharapkan dapat mengembangkan dan membentuk pola perekonomian pada kawasan. Taman komersial merupakan lokasi yang tepat bagi masyarakat untuk berdagang dan membuat rumah produksi sendiri.

Area komersial dibagi menjadi dua area yaitu, terletak di pinggir jalan, di lantai dasar rumah susun dan di tepi sungai. Fungsinya berbeda, untuk area komersial di pinggir jalan akan difungsikan sebagai komersial bagi pedagang kaki lima. Untuk area rumah susun disediakan beberapa retail yang juga dapat menunjang kebutuhan penghuni rumah susun. Untuk tepi sungai area komersialnya difungsikan sebagai pusat kuliner kawasan, di desain bagi para penghuni rumah susun yang mempunyai kemampuan dalam memasak untuk membantu perekonomian mereka sendiri. Tak lupa, mereka juga memiliki industri rumah tangga sendiri berupa pembuatan bakso dan berjualan dengan berkeliling, untuk mempermudah pekerjaan mereka maka disediakan tempat untuk mereka.

Konsep ini juga dapat menjadi identitas kawasan. Dengan memiliki sumber daya sendiri dan dikembangkan di dalam wilayah sendiri diharapkan mampu mengundang pengunjung untuk menikmati kawasan serta sumber daya dari kawasan ini sendiri.

Struktur penggunaan lahan yang diuraikan di atas akan mendorong pola unik pembangunan yang memberikan kesempatan bagi warga untuk hidup, bekerja dan

menciptakan area perencanaan mereka sendiri. Pembangunan seluruh perencanaan Kawasan Kp. Hamdan harus berkualitas tinggi. Konsep ini terinspirasi dari elemen- elemen masyarakat. Efisiensi ini akan mendongkrak seluruh wilayah perencanaan dalam pola permukiman dan melalui penggunaan standar pembangunan alternatif untuk infrastruktur baru dan layanan masyarakat. Hal ini akan menjadikan daerah perencanaan yang lebih sustainable dan mempunyai lingkungan yang kompatibel.

Dalam perancangannya dibutuhkan pendekatan secara holistik agar pengembangan lahan dapat dirancang dan diimplementasikan pada skala besar di ligkungan pusat kota yang padat. Membangun pola pemukiman yang membuat masyarakat nyaman berdasarkan pada aktivitas yang beragam. GSS yang akan dijadikan ruang terbuka hijau. Proyek yang menunjukkan ciri khas daerah pinggiran sungai yang mencakup kinerja berkelanjutan yang disesuaikan dengan pendekatan perencanaan kawasan.

Penyusunan konsep bertahap, karena memiliki empat elemen, penyelesaiannya dibedakan kemudian hasilnya digabungkan agar menciptakan satu kesatuan kawasan komersial yang berada di dalam komunitas masyarakat yang lumayan besar.

Dalam proses hijaunya, kawasan ini menggunakan teknologi yang disebut

Siphonic. Teknologi ini merupakan sejenis pemanfaatan air hujan menjadi sumber air utama disamping pasokan utama. Tidak hanya itu teknologi ini juga mampu mengubah limbah air untuk menyiram tanaman. Lalu menggunakan sistem solar panel dalam pemasokan energi listrik. Solar panel digunakan untuk menyimpan energi yang terdapat dari sinar matahari. Sirkulasi hijau yang memngelilingi kawasan serta banyaknya ruang terbuka hijau.

Konsep dari area kuliner ini adalah dengan menyatukan aspek ekonomi, ekologi, budaya, dan sosial keberlanjutan secara bersama-sama. Penulis melakukannya dengan

inspirasi yang terjadi pada abad pertengahan yaitu desain tradisional Islam yang kemudian dikombinasikan dengan teknologi bangunan canggih kontemporer. Konsep arsitekturnya dikembangkan melalui penggunaan ubin girih sebagai metode desain yang mengangkat tujuan dari ornamen murni dengan metode pengembangan komposisi arsitektur, organisasi spasial, elemen struktur, integrasi teknologi lingkungan, hingga perencanaan aliran keluar masuk pengunjung.

Sampai saat ini, pemahaman umum dari desain tradisional Islam kompleks dengan pola bintang dan poligon geometris yang biasanya ditemukan padai ornamen- ornamen dari dunia Islam abad pertengahan yang diyakini dirancang dengan hanya menggunakan sebuah penggaris dan kompas untuk menghasilkan garis zig-zag. Penelitian ilmiah baru-baru ini telah menemukan bahwa generasi pola-pola ini jauh lebih matematis dan maju, dan bahwa kemungkinan besar didasarkan pada decagonal dan pemahaman matematika kuasi-kristal, melalui metode bernama ubin girih. Pemahaman matematika canggih ini di dunia Islam abad pertengahan yang digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan konsep arsitektur, memastikan hubungan yang kuat dan pelestarian konteks dengan budaya tradisionalnya, dan berabad-abad kemudian hal itu mengambil alih bagian dalam mendorong kemajuan desain dunia.

Berikut konsep area komersial yang ada di tengah-tengah kawasan, yaitu pusat pedagang kuliner. Area tersebut menyediakan setidaknya 80 tempat/counter bagi pedagang yang berdagang di bidang kuliner.

Gambar 4.14. Suasana area kuliner Sumber : Penulis (2014)

Melalui konsistensi dalam penerapan ubin girih (genteng) pada strategi desain, desain berdiri sebagai elemen arsitektur perkotaan yang sangat mengakar secara kultural dan juga eksperimental dengan kontemporernya dalam konteks estetika. Strukturnya merupakan pohon besar ysng dapat menutupi hampir sebagian area kuliner yang dapat melindungi alun-alun kuliner dari iklim, desain menyediakan kondisi yang optimal untuk aktivitas restoran dan kafe setiap harinya. Konsep "pohon" beradaptasi dengan perubahan kondisi matahari dari siang hari ke malam hari dan diaplikasikan dengan tingkat transparansi genteng/atap untuk mengontrol jumlah sinar matahari langsung yang memukul area kuliner secara langsung. Pada malam hari, genteng/atap benar-benar transparan, mengekspos elemen struktur kayu, pola dinamis dari BIPV (Building Integrated Fotovoltaik) dan memperlihatkan bintang-bintang di langit malam kepada pengunjung. Estetika dari konsep “pohon kanopi” akan menarik perhatian pada lingkungan dan menjadi bagian yang akan mendefinisikan identitas kawasan ke masa mendatang.

Konsep yang telah terintegrasi digunakan untuk mencapai kondisi yang optimal untuk alun-alun kuliner yang kontemporer dengan tujuan desain berkelanjutannya. Pemasangan konstruksi "Pohon" dijepit oleh material yang terdiri dari lapisan dalam

lapisan kaca dengan BIPV. BIPV menyediakan listrik yang dibutuhkan untuk mengoperasikan lapisan smart-glass pada siang hari dengan system solar panel yang memanfaatkan matahari itu sendiri yang lalu menyimpan listrik yang cukup untuk menerangi seluruh alun-alun pasar di malam hari denga lampu string-LED yang terintegrasi dalam kerangka kayu. Lapisan smart-glass mengubah tingkat opacity

tergantung pada intensitas sinar matahari pada siang hari. Semakin kuat sinar matahari, semakin buram sinarnya. Hal itu mengontrol suhu di bawah pohon pada siang hari dan memungkinkan cahaya menyebar cukup untuk menghilangkan penggunaan cahaya buatan.

Bentuk "pohon" kanopi, dengan batang tebal terletak di masing-masing "kolom pohon" yang dirancang sebagai pengumpul air hujan. Daerah percabangan dari kolom- kolom tersebut mengumpulkan air hujan hampir sama dengan seluruh area kawasan dan mengarahkannya melalui pipa-pipa yang lalu disimpan di dalam tangki penyimpanan air bawah tanah. Air yang terkumpul digunakan untuk mengisi cekungan air di trotoar area kulinaer. Lalu air diuapkan sehingga penguapan air dari cekungan air dapat mendinginkan aliran udara yang mengalir di bawah kanopi, dan bekerjasama dengan lapisan smart-glass untuk mengontrol suhu selama hari-hari panas. Air hujan juga sebagian akan di filter agar dapat digunakan sesuai kebutuhan konsumen.

Gambar 4.15. Konsep Pohon Kanopi area kuliner kawasan Sumber : Penulis (2014)

Struktur dari pohon kanopi tersebut menggunakan struktur kayu lalu lapisan atapnya merupakan smart glass yang dapat mengatur suhu dari panasnya matahari sehingga dapat menurunkan 60% dari suhu aslinya.

Mudah-mudahan dengan konsep ini interaksi dapat terjadi secara terus-menerus melalui perdagangan dan kegiatan sosial, alun-alun kuliner yang dapat berkontribusi bagi masa depan ekonomi, pembangunan sosial, lingkungan dan budaya yang berkelanjutan dari kawasan Kampung Hamdan sendiri.

Gambar 4.16. Konsep Kios Sumber : Penulis (2014)

Area kios merupakan area berdagang yang bersifat kering seperti berjualan kebutuhan pokok rumah tangga, gula, deterjen, rokok, makanan ringan, minuman kaleng, dan lain-lain. Untuk mengimbangi konsep area kuliner maka konsep kios sendiri dibuat dengan konsep atap seperti tenda yang kiosnya berukuran 5 x 6 meter. Kios berjumlah 20 Unit. Satu kios dapat dibagi dengan dua penduduk. Area Kios ini terletak di sepanjang pinggiran jalan juanda. Tujuannya untuk memudahkan pembeli untuk membeli kebutuhan mereka secara cepat dan mudah terutama para pejalan kaki atau orang-orang yang sekedar menunggu angkutan umum.

Perencanaan lokal mengenai areal parkir secara berkala memperkuat penggunaan mobil melalui zona-zona yang telah ditentukan. Meskipun dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan parkir masyarakat, dapat mengakibatkan kelebihan pasokan parkir. Sebagai akibatnya, kota-kota semakin berusaha mengembangkan suatu pendekatan baru untuk pengelolaan area parkir yang memungkinkan agar terjadi fleksibilitas yang lebih besar dan mempunyai kemampuan beradaptasi dengan menentukan ruang parkir secara numgota dalam suatu proyek tertentu, bukan melalui peraturan satu ukuran cocok untuk semua.

Dalam banyak kasus yang lebih kecil, secara nyata, kios dengan ukuran yang cukup akan dapat mengurangi jumlah penggunaan lahan. Meningkatkan estetika parkir juga merupakan teknik utama dalam konsep parkir hijau ini.

Salah satu tekniknya adalah dengan mengurangi syarat minimum dalam memarkirkan kendaraan berdasarkan proyek lokasi atau demografi.Pengembangan area parkir ini juga memikirkan permasalahan estetika kawasan. Dengan membangun parkir hanya karena kebutuhan semata pada lokasi proyek perancangan akan dapat menurunkan kualitas kawasan itu sendiri. Dengan demikian konsep yang akan diterapkan dalam kawasan Kampung Hamdan ini yaitu berupa area parkir yang juga merupakan garis penghubung yang kuat dalam menggambarkan perekonomian kawasan Kampung Hamdan dengan integrasnya secara langsung terhadap area komersial kawasan.

Elemen yang satu ini akan menjadi perencanaan daerah sebagai area penunjang dari area komersial kawasan Kampung Hamdan. Taman parkir akan ikut aktif dan hidup dalam membantu membangun identitas unik kawasan.

Taman Parkir terletak di tengah-tengah kawasan dan terintegrasi langsung dengan area komersial kawasan Kampung Hamdan. Tujuannya untuk membuat nyaman para pengunjung yang dapat langsung mengakses semua area yang terdapat di dalam kawasan Kampung Hamdan ini.

Dilihat dari kemacetan yang ditimbulkan dari tempat kuliner terkenal yang ada pada kawasan yaitu „bakso amat‟ maka, lahan parkir disediakan hampir setengah dari lahan perancangan. Konsep yang demikian telah dipikirkan matang-matang walaupun ada kendala dalam perkiraan anggaran yang cukup besar hanya untuk sebuah lahan parkir. Namun kembali pada konsep awal, elemen yang satu ini diintegrasikan berdasarkan fungsi area yang berupa area komersial, secara otomatis lahan parkir yang memadai dituntut harus ada pada kawasan untuk menghindari lonjakan pengunjung yang

menimbulkan kemacetan pada daerah perancangan yang sebelumnya juga merupakan isu awal. Dengan lahan parkir yang cukup luas ini maka sebutannya bukan lahan parkir melainkan taman parkir.

Gambar 4.17. Area Taman Parkir Sumber : Penulis (2014)

Inovasi stormwater management merupakan langkah strategis yang semakin diterapkan dalam pembangunan kota yang diterapkan dalam taman parkir hijau ini. Storwater management dapat membantu mengurangi dampak negatif dalam penampungan air dan dapat mengurangi kebutuhan infrastruktur mahal seperti pipa, selokan dan trotoar. Dalam skala kecil, sistem ini akan mengaplikasikan unsur ekologi dan proses hidrologis suatu kawasan dan dapat mengurangi biaya desain, konstruksi dan pemeliharaan.

Dokumen terkait