PENGEMBANGAN KAWASAN KOMERSIAL KAMPUNG HAMDAN
DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR HIJAU
SKRIPSI
OLEH
RADITA AYU UTAMI
100406002
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGEMBANGAN KAWASAN KOMERSIAL KAMPUNG HAMDAN
DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR HIJAU
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Dalam Departemen Arsitektur
Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
OLEH
RADITA AYU UTAMI
100406002
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN
PENGEMBANGAN KAWASAN KOMERSIAL KAMPUNG HAMDAN
DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR HIJAU
SKRIPSI
Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi, dan sepenjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juli 2014
Penulis
Judul Skripsi
: Pengembangan Kawasan Komersial Kampung
Hamdan dengan Pendekatan Arsitektur Hijau
Nama Mahasiswa
: Radita Ayu Utami
Nomor Pokok
: 100406002
Departemen
: Arsitektur
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Dwira N Aulia, M.Sc
Koordinator Skripsi,
Ir. Bauni Hamid, M.DesS, Ph.D
Ketua Program Studi,
Ir. N. Vinky Rahman, MT
Telah diuji pada
Tanggal: 14 Juli 2014
Panitia Penguji Skripsi
Ketua Komisi Penguji
: Dr. Ir. Dwira N Aulia, M.Sc
Anggota Komisi Penguji
: 1. Ars. Boy Brahmawanta, IAI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
DAFTAR ISI ... v
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
PROLOGUE ... 1
BAB I PROYEK PERANCANGAN DALAM KERANGKA ACUAN KERJA 1.1 Latar Belakang ... 2
1.2 Maksud dan Tujuan ... 4
BAB II EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek ... 5
2.2 Topografi Lahan ... 6
2.3 Aspek Fisik Kawasan ... 7
BAB III ARSITEKTUR HIJAU 3.1 Arsitektur Hijau ... 15
3.2 Aspek Berkelanjutan ... 18
3.3 Penerapan Pendekatan Desain Terhadap Desain ... 20
3.4 Bangunan Ramah Lingkungan ... 23
BAB IV KONSEP RANCANGAN DESAIN KAWASAN KAMPUNG HAMDAN 4.1 Green Commercial Community ... 26
4.2 Penerapan Tema pada Kawasan Perancangan ... 28
4.3 Konsep Perancangan “Green Commercial Community” ... 29
4.5 Skenario Ganti Untung ... 51 BAB V KONSEP STRUKTUR PADA RUMAH SUSUN
5.1 Bangunan Ramah Lingkungan ... 55 5.2 Material Bangunan ... 56 5.3 Struktur Bangunan ... 57 BAB VI SISTEM UTILITAS PADA RUMAH SUSUN
6.1 Mekanikal... 61 6.2 Elektrikal ... 65 BAB VII ARSITEKTUR TEPI SUNGAI,
KATA PENGANTAR
Terlebih dahulu penulis ingin memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT
bahwa berkat rahmat dan karuniaNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan
Skripsi ini sebagai Tugas Akhir yang harus penulis selesaikan sebagai mahasiswi di
Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.
Kota Medan sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia sebagaimana halnya
kota-kota besar lainnya juga mengalami permasalahan lingkungan terlantar, ilegal, tidak
tertata dan kumuh di kawasan aliran sungai. Skripsi ini merupakan proposal bagi
pengembangan salah satu kawasan di kota Medan yang terpilih untuk ditata dan
direvitalisasi.
Dengan tema sosial-ekonomi dan mengangkat sub- tema Green Commercial
Community pada Skripsi ini penulis membahas permasalahan yang ada di kawasan
tersebut dan mengajukan usulan perencanaan pengambangannya sebagai alternatif solusi
atas permasalahan yang dihadapi. Pembangunan rumah susun sederhana yang sehat dan
nyaman untuk ditinggali serta penyediaan area komersil pada kawasan tersebut sebagai
sarana pendukung kegiatan ekonomi warganya, dengan penataan kawasan yang
sedemikian rupa adalah inti dari Skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan, bimbingan,
serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, dorongan, bantuan dan
menyertai penulis dengan doa, sehingga penulis mendapatkan kemudahan dan
kelancaran dalam menuntut ilmu.
2. Adik-adikku Alfira Maya Jelita dan Indah Reina Shalma yang senantiasa selalu
menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Ir. Dwira N Aulia, M.Sc dan Konsultan Lapangan Ars. Boy
Brahmawanta, IAI selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan
dorongan dan bantuan kepada penulis.
4. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT, selaku Ketua Program Studi Departemen
Arsitektur.
5. Seluruh staf pengajar dan seluruh karyawan Departemen Arsitektur yang telah
memberikan pengetahuan dan wawasan kepada penulis selama melaksanakan
6. Muhammad Iqrom yang telah memberikan kasih sayangnya, selalu memotivasi
serta mendoakan penulis. Thanks for everything.
7. Dwi Octavianty T., Novi Istigfarini, Fanny D. Ningrum dan Adinda Dara A.
Lubis yang selalu menghibur, menyemangati dan mendorong penulis dalam
pegerjaan skripsi ini.
8. Sahabat terbaik Liswi Febriarti yang selalu mendorong penulis dalam pengerjaan
skripsi ini.
9. Teman seperjuangan perancangan arsitektur enam Rina, Meta, Anggi, dan Utik.
Akhirnya, tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang sempurna, penulis
mengakui bahwa penulisan Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, dan masih banyak
terdapat kesalahan di sana-sini. Untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak agar penulsian Skripsi ini dapat dibuat lebih sempurna lagi.
Mudah-mudahan apa yang penulis sajikan pada Skripsi ini dapat memberikan
manfaat khususnya bagi Pemko Medan yang membutuhkan masukan dalam
pengembangan dan revitaslisai kawasan pinggiran aliran sungai khususnya kawasan
Kampung Hamdan, dan semoga bermanfaat pula bagi siapa saja yang memerlukannya
sebagai referensi. Terima kasih.
Medan, Juli 2014
Hormat penulis Penulis,
Radita Ayu Utami
Abstrak
Sungai adalah tempat lahirnya peradaban dan merupakan fitur yang tidak terpisahkan dari sejarah suatu kota. Muka sungai tidak hanya merupakan ruang yang unik, tetapi juga mencerminkan karakter lokal kota tersebut. Sejak revolusi industri, penduduk perkotaan dengan kebutuhan tempat tinggal mereka yang meningkat pesat, banyak di antaranya bermukim di area tepi sungai dan mengakibatkan penurunan kualitas air sungai. Seiring waktu, muka sungai perkotaan dijadikan area belakang. Dalam transformasi perkotaan, peningkatan teknologi dan penyesuaian struktur industri telah memberikan banyak peluang atas pembangunan kembali area tepi sungai. Sementara itu masalah sosial–ekonomi dan nilai-nilai estetika muka sungai mulai bermunculan.
Untuk mewujudkan kesejahteraan kehidupan masyarakat muka sungai tersebut dengan pertimbangan isu sosial-ekonomi di atas maka sub-tema yang akan di angkat adalah Green Commercial Community, yang merupakan komunitas komersial yang bertujuan untuk dapat mendongkrak perekonomian kawasan khususnya bagi masyarakat itu sendiri dengan menggunakan pendekatan Green Architecture. Konsep utama dalam tema ini adalah untuk mengembangkan kawasan kumuh muka sungai Kampung Hamdan menjadi kawasan komersial. Terdapat 4 elemen yang mengisi kawasan Kampung Hamdan ini yaitu, Sistem Greenway komprehensif yang akan menjadi elemen utama kawasan, mengatur dan menentukan besarnya lingkup kawasan proyek perancangan,
Hunian Rumah Susun yang nyaman untuk masyarakat, Area Komersil yang dirancang untuk mengakomodasi kegiatan ekonomi kawasan, dan yang keempat adalah Taman Parkiryang merupakan penunjang area komersil.
Penulis mengharapkan rancangan desain tersebut dapat meningkatkan fungsi kawasan, mengembangkan lebih banyak potensi area tepian sungai untuk digunakan oleh penghuni maupun pengunjung kawasan serta dapat mempromosikan kehidupan yang harmonis dan lingkugan yang sehat bagi masyarakat kawasan muka sungai.
Kata Kunci : sungai, muka sungai, area tepi sungai, rumah susun, kawasan komersil, komunitas komersial.
Abstract
River is the place where the civilization start to grow and develop and it is an integral feature of the history of a city. River front is not only a unique space, but also reflects the local character of the city itself. Since the industrial revolution, urban residents with their housing needs which increasing rapidly, many of them live in the riverside area and cause a decrease in water quality. As time goes on, the urban river front is being used as a rear area. In urban transformation, technological improvement and adjustment of industrial structure has provided many opportunities over the redevelopment of the riverside area. Meanwhile the social - economic and aesthetic values of the river front began to appear.
organizing and determining the scope of the design project area, the second is a convenience Residential Flats for the community to stay in, the third is Commercial Area which is designed to accommodate the economy activities of the region, and finally the fourth is Parking Garden which is intended to support the Commercial Area.
The author expects that such design can improve the function of the area, develops more potential at riparian areas which can be used by residents and visitors, and to promote harmonious life and healthy environmental for riverfront area.
KATA PENGANTAR
Terlebih dahulu penulis ingin memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT
bahwa berkat rahmat dan karuniaNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan
Skripsi ini sebagai Tugas Akhir yang harus penulis selesaikan sebagai mahasiswi di
Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.
Kota Medan sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia sebagaimana halnya
kota-kota besar lainnya juga mengalami permasalahan lingkungan terlantar, ilegal, tidak
tertata dan kumuh di kawasan aliran sungai. Skripsi ini merupakan proposal bagi
pengembangan salah satu kawasan di kota Medan yang terpilih untuk ditata dan
direvitalisasi.
Dengan tema sosial-ekonomi dan mengangkat sub- tema Green Commercial
Community pada Skripsi ini penulis membahas permasalahan yang ada di kawasan
tersebut dan mengajukan usulan perencanaan pengambangannya sebagai alternatif solusi
atas permasalahan yang dihadapi. Pembangunan rumah susun sederhana yang sehat dan
nyaman untuk ditinggali serta penyediaan area komersil pada kawasan tersebut sebagai
sarana pendukung kegiatan ekonomi warganya, dengan penataan kawasan yang
sedemikian rupa adalah inti dari Skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan, bimbingan,
serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, dorongan, bantuan dan
menyertai penulis dengan doa, sehingga penulis mendapatkan kemudahan dan
kelancaran dalam menuntut ilmu.
2. Adik-adikku Alfira Maya Jelita dan Indah Reina Shalma yang senantiasa selalu
menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Ir. Dwira N Aulia, M.Sc dan Konsultan Lapangan Ars. Boy
Brahmawanta, IAI selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan
dorongan dan bantuan kepada penulis.
4. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT, selaku Ketua Program Studi Departemen
Arsitektur.
5. Seluruh staf pengajar dan seluruh karyawan Departemen Arsitektur yang telah
memberikan pengetahuan dan wawasan kepada penulis selama melaksanakan
6. Muhammad Iqrom yang telah memberikan kasih sayangnya, selalu memotivasi
serta mendoakan penulis. Thanks for everything.
7. Dwi Octavianty T., Novi Istigfarini, Fanny D. Ningrum dan Adinda Dara A.
Lubis yang selalu menghibur, menyemangati dan mendorong penulis dalam
pegerjaan skripsi ini.
8. Sahabat terbaik Liswi Febriarti yang selalu mendorong penulis dalam pengerjaan
skripsi ini.
9. Teman seperjuangan perancangan arsitektur enam Rina, Meta, Anggi, dan Utik.
Akhirnya, tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang sempurna, penulis
mengakui bahwa penulisan Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, dan masih banyak
terdapat kesalahan di sana-sini. Untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak agar penulsian Skripsi ini dapat dibuat lebih sempurna lagi.
Mudah-mudahan apa yang penulis sajikan pada Skripsi ini dapat memberikan
manfaat khususnya bagi Pemko Medan yang membutuhkan masukan dalam
pengembangan dan revitaslisai kawasan pinggiran aliran sungai khususnya kawasan
Kampung Hamdan, dan semoga bermanfaat pula bagi siapa saja yang memerlukannya
sebagai referensi. Terima kasih.
Medan, Juli 2014
Hormat penulis Penulis,
Radita Ayu Utami
Abstrak
PENGEMBANGAN KAWASAN KOMERSIAL KAMPUNG HAMDAN
DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR HIJAU
Sungai adalah tempat lahirnya peradaban dan merupakan fitur yang tidak terpisahkan dari sejarah suatu kota. Muka sungai tidak hanya merupakan ruang yang unik, tetapi juga mencerminkan karakter lokal kota tersebut. Sejak revolusi industri, penduduk perkotaan dengan kebutuhan tempat tinggal mereka yang meningkat pesat, banyak di antaranya bermukim di area tepi sungai dan mengakibatkan penurunan kualitas air sungai. Seiring waktu, muka sungai perkotaan dijadikan area belakang. Dalam transformasi perkotaan, peningkatan teknologi dan penyesuaian struktur industri telah memberikan banyak peluang atas pembangunan kembali area tepi sungai. Sementara itu masalah sosial–ekonomi dan nilai-nilai estetika muka sungai mulai bermunculan.
Untuk mewujudkan kesejahteraan kehidupan masyarakat muka sungai tersebut dengan pertimbangan isu sosial-ekonomi di atas maka sub-tema yang akan di angkat adalah Green Commercial Community, yang merupakan komunitas komersial yang bertujuan untuk dapat mendongkrak perekonomian kawasan khususnya bagi masyarakat itu sendiri dengan menggunakan pendekatan Green Architecture. Konsep utama dalam tema ini adalah untuk mengembangkan kawasan kumuh muka sungai Kampung Hamdan menjadi kawasan komersial. Terdapat 4 elemen yang mengisi kawasan Kampung Hamdan ini yaitu, Sistem Greenway komprehensif yang akan menjadi elemen utama kawasan, mengatur dan menentukan besarnya lingkup kawasan proyek perancangan,
Hunian Rumah Susun yang nyaman untuk masyarakat, Area Komersil yang dirancang untuk mengakomodasi kegiatan ekonomi kawasan, dan yang keempat adalah Taman Parkiryang merupakan penunjang area komersil.
Penulis mengharapkan rancangan desain tersebut dapat meningkatkan fungsi kawasan, mengembangkan lebih banyak potensi area tepian sungai untuk digunakan oleh penghuni maupun pengunjung kawasan serta dapat mempromosikan kehidupan yang harmonis dan lingkugan yang sehat bagi masyarakat kawasan muka sungai.
Kata Kunci : sungai, muka sungai, area tepi sungai, rumah susun, kawasan komersil, komunitas komersial.
Abstract
River is the place where the civilization start to grow and develop and it is an integral feature of the history of a city. River front is not only a unique space, but also reflects the local character of the city itself. Since the industrial revolution, urban residents with their housing needs which increasing rapidly, many of them live in the riverside area and cause a decrease in water quality. As time goes on, the urban river front is being used as a rear area. In urban transformation, technological improvement and adjustment of industrial structure has provided many opportunities over the redevelopment of the riverside area. Meanwhile the social - economic and aesthetic values of the river front began to appear.
especially for the community itself by using the approach of Green Architecture .The main concept in this theme is to develop the slum of riverfront Kampung Hamdan into a commercial area. There will be four elements that populate this region, namely Comprehensive Greenway System which will be a major element of the region, organizing and determining the scope of the design project area, the second is a convenience Residential Flats for the community to stay in, the third is Commercial Area which is designed to accommodate the economy activities of the region, and finally the fourth is Parking Garden which is intended to support the Commercial Area.
The author expects that such design can improve the function of the area, develops more potential at riparian areas which can be used by residents and visitors, and to promote harmonious life and healthy environmental for riverfront area.
Sebuah kawasan yang berlokasi di salah satu kecamatan di Kota Medan,
tepatnya yang bernama Kampung Hamdan di Kecamatan Medan Maimun sudah sangat
lama berada dalam kondisi tidak tertata, terlantar dan kumuh. Kawasan ini yang
merupakan daerah sempadan Sungai Deli disesaki oleh stuktur fisik yang kumuh dengan
kualitas lingkungan yang memperihatinkan.
Pemerintah Kota Medan yang dalam hal ini bekerja sama dengan pihak swasta
berupaya melakukan antisipasi agar kondisi kawasan ini tidak semakin parah akibat
kurangnya perhatian terhadap kondisi sosial, budaya dan ekonomi masyarakat setempat
yang semakin lama semakin melemah.
Sebagai salah satu anggota tim perencana, penulis menyajikan usulan alternatif
rencana penataan dan revitalisasi kawasan ini. Dengan mengangkat sub-tema Green Commercial Community, penulis mencoba membuat rancangan penataan dan pengembangan kawasan ini dengan mengimplementasikan perencanaannya melalui
pendekatan green architecture atau arsitektur hijau, yaitu perencanaan arsitektur yang berusaha meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan
lingkungan.
Dengan konsep utama pengembangan kawasan kumuh muka sungai Kampung
Hamdan menjadi kawasan komersial, maka akan terdapat empat elemen yang mengisi
kawasan Kampung Hamdan ini, yaitu sistem greenway komprehensif yang akan menjadi elemen utama kawasan, hunian rumah susun yang nyaman untuk masyarakat, area
komersial yang dirancang untuk mengakomodasi kegiatan ekonomi kawasan, dan taman
Abstrak
PENGEMBANGAN KAWASAN KOMERSIAL KAMPUNG HAMDAN
DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR HIJAU
Sungai adalah tempat lahirnya peradaban dan merupakan fitur yang tidak terpisahkan dari sejarah suatu kota. Muka sungai tidak hanya merupakan ruang yang unik, tetapi juga mencerminkan karakter lokal kota tersebut. Sejak revolusi industri, penduduk perkotaan dengan kebutuhan tempat tinggal mereka yang meningkat pesat, banyak di antaranya bermukim di area tepi sungai dan mengakibatkan penurunan kualitas air sungai. Seiring waktu, muka sungai perkotaan dijadikan area belakang. Dalam transformasi perkotaan, peningkatan teknologi dan penyesuaian struktur industri telah memberikan banyak peluang atas pembangunan kembali area tepi sungai. Sementara itu masalah sosial–ekonomi dan nilai-nilai estetika muka sungai mulai bermunculan.
Untuk mewujudkan kesejahteraan kehidupan masyarakat muka sungai tersebut dengan pertimbangan isu sosial-ekonomi di atas maka sub-tema yang akan di angkat adalah Green Commercial Community, yang merupakan komunitas komersial yang bertujuan untuk dapat mendongkrak perekonomian kawasan khususnya bagi masyarakat itu sendiri dengan menggunakan pendekatan Green Architecture. Konsep utama dalam tema ini adalah untuk mengembangkan kawasan kumuh muka sungai Kampung Hamdan menjadi kawasan komersial. Terdapat 4 elemen yang mengisi kawasan Kampung Hamdan ini yaitu, Sistem Greenway komprehensif yang akan menjadi elemen utama kawasan, mengatur dan menentukan besarnya lingkup kawasan proyek perancangan,
Hunian Rumah Susun yang nyaman untuk masyarakat, Area Komersil yang dirancang untuk mengakomodasi kegiatan ekonomi kawasan, dan yang keempat adalah Taman Parkiryang merupakan penunjang area komersil.
Penulis mengharapkan rancangan desain tersebut dapat meningkatkan fungsi kawasan, mengembangkan lebih banyak potensi area tepian sungai untuk digunakan oleh penghuni maupun pengunjung kawasan serta dapat mempromosikan kehidupan yang harmonis dan lingkugan yang sehat bagi masyarakat kawasan muka sungai.
Kata Kunci : sungai, muka sungai, area tepi sungai, rumah susun, kawasan komersil, komunitas komersial.
Abstract
River is the place where the civilization start to grow and develop and it is an integral feature of the history of a city. River front is not only a unique space, but also reflects the local character of the city itself. Since the industrial revolution, urban residents with their housing needs which increasing rapidly, many of them live in the riverside area and cause a decrease in water quality. As time goes on, the urban river front is being used as a rear area. In urban transformation, technological improvement and adjustment of industrial structure has provided many opportunities over the redevelopment of the riverside area. Meanwhile the social - economic and aesthetic values of the river front began to appear.
especially for the community itself by using the approach of Green Architecture .The main concept in this theme is to develop the slum of riverfront Kampung Hamdan into a commercial area. There will be four elements that populate this region, namely Comprehensive Greenway System which will be a major element of the region, organizing and determining the scope of the design project area, the second is a convenience Residential Flats for the community to stay in, the third is Commercial Area which is designed to accommodate the economy activities of the region, and finally the fourth is Parking Garden which is intended to support the Commercial Area.
The author expects that such design can improve the function of the area, develops more potential at riparian areas which can be used by residents and visitors, and to promote harmonious life and healthy environmental for riverfront area.
DALAM KERANGKA ACUAN KERJA
1.1 Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir, transformasi industri perkotaan telah memberikan
banyak kesempatan untuk pembangunan kembali daerah tepian sungai. Pada saat yang
sama, kasus yang berhasil dikembangkan dengan baik berada di Benua Eropa dan
Amerika, dengan demikian orang-orang menyadari bahwa pengembangan tepian sungai
ini dapat menaikkan nilai sosial dan ekonomi yang sangat besar. Sementara itu, tepian
muka sungai banyak menjadi hal utama dalam perencanaan kota dan mempunyai nilai
bersejarah, yang membuatnya menjadi suatu bagian dari ekologi lingkungan dan lansekap
kawasan yang kuat.
Karena keterbatasan pemahaman dan biaya dalam departemen pemerintah,
sebagian langkah transformasi atau revitalisasi daerah tepian sugai saat ini telah ditangani
oleh departemen yang berbeda, misalnya seperti departemen yang mengurusi masalah
pemeliharaan air yang hanya menekankan pengendalian banjir dan irigasi, lalu sektor
tranportasi yang menekankan fungsi transportasi air, serta dalam sektor pariwisata yang
seringkali hanya mempertimbangkan nilai-nilai wisata. Departemen-departemen tersebut
menganggap bahwa sungai hanya sebagai entitas rekayasa daripada ruang publik
perkotaan. Maka, pemerintah akhirnya mempertimbangkan kebutuhan psikologis dan
fisiologis rakyat dengan merencanakan proyek ini sebagai gerakan revitalisasi pada
kawasan-kawasan tepian sungai yang berada di Kota Medan.
Daerah sempadan sungai yang seharusnya bebas struktur fisik kerap diisi oleh bangunan
atau fungsi yang tidak legal. Kenyataan ini diperburuk dengan kecenderungan masyarakat
yang menjadikan sungai sebagai daerah belakang, yang berfungsi sebagai sasaran akhir
sebegai tempat pembuangan sampah.
Berbagai upaya mengembalikan fungsi sungai sebagai daerah muka, dan
memperbaiki kondisi fisiknya sampai saat ini masih jauh dari yang diharapkan.
Penggunaan dan pembangunan yang tidak terkendali di daerah sempadan sungai
merupakan kondisi nyata di lapangan yang mengindikasikan kompleksitas
permasalahanyang harus diatasi.
Pada daerah tepian sungai, eksistensi kehidupan air pada nilai-nilai sosial -
ekonomi masyarakat diimplementasikan dalam wujud pola ruang perkotaan yang
dibentuknya. Dalam dinamika pertumbuhan dan perkembangan yang dibentuk dalam
waktu panjang dan terakumulasi dari setiap tahapan perkembangannya, muncul pola
ruang perkotaan yang tidak terkendali dan terlepas dari nilai kehidupan sungai.
Tercatat pada tahun 2008 Kota Medan memiliki kawasan kumuh yang menyebar
di 7 kecamatan dan 18 kelurahan dengan luas sekitar 403 hektar. Luas daerah kumuh di
Medan mencapai 1,5% per tahun dari total keseluruhan luas daerah tersebut. Daerah ini
meliputi tujuh kecamatan antara lain Medan Area dengan luas daerah kumuh 24,55 hektar
dengan 1.625 penduduk miskin, Medan Denai 207.4 hektar dengan 6.849 penduduk
miskin, Medan Perjuangan 14.30 hektar dengan 1.067 penduduk miskin, Medan Belawan
61.35 hektar dengan penduduk miskin 17.716 warga, Medan Deli 112.2 hektar dengan
penduduk miskin 25.280 orang, Medan Labuhan 56,5 hektar dengan penduduk miskin
20.599 dan Medan Marelan 27 hektar dengan 11.931 penduduk miskin.
Kondisi ini menimbulkan tekanan yang sangat kuat terhadap kualitas lingkungan,
mengingat cepatnya perubahan lahan produktif menjadi berbagai keperluan seperti
permukiman, prasarana umum, serta area komersial yang dapat menciptakan suasana
sosial dan ekonomi antar manusia dapat terjalin.
Dalam upaya mengatasi permukiman kumuh di kota Medan, khususnya pada
daerah bantaran sungai, perlu dilakukan penataan dan revitalisasi yang tepat sehingga
dapat meningkatkan mutu lingkungan tata ruang dan mempertegas struktur ruang kota
serta memberikan pemecahan masalah terhadap semakin sempitnya lahan permukiman di
Kota Medan khususnya untuk tepian muka sungai.
1.2 Maksud dan Tujuan
Pengembangan kawasan muka Sungai Deli ini dimaksudkan untuk mewujudkan
satu model penataan, pengembangan dan revitalisai kawasan muka sungai dalam satu
perencanaan terpadu yang diharapkan dapat menjadi referensi bagi upaya dan langkah
2.1 Lokasi Proyek
Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul “Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana”. Tema besar yang mengikuti judul proyek tersebut adalah isu mengenai sosial – ekonomi. Proyek ini dilaksanakan oleh pihak Pemerintah Kota Medan dan bekerjasama dengan pihak swata yang dianggap memiliki kemampuan
lebih untuk mengembangkan proyek revitalisasi kawasan muka Sunga Deli. Dalam hal ini
pihak swasta yang dimaksud adalah PT Twin River Development, yang merupakan
konsorsium pengembang ternama di Kota Medan.
Pengembangan kawasan muka Sungai Deli ini dimaksudkan untuk mewujudkan
satu model penataan, pengembangan dan revitalisasi kawasan muka sungai dalam satu
perencanaan terpadu yang diharapkan dapat menjadi referensi bagi upaya dan langkah
sejenis, baik dalam konteks Kota Medan yang lebih luas lagi.
Proyek perancangan sendiri berlokasi di permukiman Kampung Hamdan, yang
berbatasan dengan tepi Sungai Deli, Jalan Multatuli dan Jalan Ir. H. Juanda, Kelurahan
Hamdan, Kecamatan Medan Maimun dan terdiri dari Linkungan I, Lingkungan II,
Lingkungan III dan Lingkungan IV. Kawasan Kampung Hamdan ini merupakan kawasan
padat penduduk. Secara demografi penduduk Kampung Hamdan terdiri dari seratus
kepala keluarga dengan total jumlah penduduk lebih kurang tiga ratus lima puluh jiwa.
Lebar Sungai Deli pada area Kawasan Kampung Hamdan mencapai 15 – 27 meter, serta mempunyai kedalaman sungai mencapai 3 – 6 meter. Lebar jalan Ir. H. Juanda mencapai 12,8 meter, kandungan material badan jalan merupkan aspal dengan
kondisi baik, lebar parit pada jalan Ir. H. Juanda mencapai 1,2 meter. Pada jalan
Multatuli, lebar badan jalan sebesar 4,2 meter dengan kandungan material aspal dan
dengan kondisi yang cukup baik, lebar parit pada jalan multatuli sebesar 0,8 meter. Serta
pada jalan Samanhudi, lebar badan jalan 6,5 meter dengan kandungan material aspal
dalam kondisi yang cukup baik serta lebar parit yang mencapai 1,7 meter.
2.2 Topografi Lahan
Permukaan tertinggi pada lokasi perancangan terdapat pada ketinggian lebih dari
dua puluh enam meter, sedangkan daerah permukaan yang paling rendah berada di area
pinggiran sungai yaitu berada pada ketinggian lebih dari dua puluh tiga meter pada lokasi
perancangan. Kondisi ini menunjukkan bahwa kawasan Kampung Hamdan ini memiliki
tanah yang cukup berkontur sehingga bisa dimanfaatkan untuk pengolahan air limbah
termasuk dreinase. Selain itu tanah yang berkontur ini bisa dimanfaatkan untuk
Gambar 2.2 Topografi Lokasi Proyek Sumber : Penulis (2014)
Walaupun kawasan ini memiliki tanah yang berkontur, pada saat musim hujan air
sungai pasti akan meluap sehingga menggenangi pemukiman warga. Hal ini dapat terjadi
karena sistem aliran dreinase dari kawasan yang kurang baik, serta kurangnya area hijau
sebagai area resapan air juga menjadi permasalahan yang cukup rumit di kawasan
pemukiman padat penduduk ini.
2.3 Aspek Fisik Kawasan 2.3.1 Tipologi Rumah
Kelurahan Hamdan ini merupakan permukiman padat penduduk. Dari hasil
survei lapangan, jarak rumah ke rumah yang lain sangat berdekatan tanpa adanya pagar
pembatas, rumah berdempetan sering ditemui di dalam kawasan ini. Tipologi rumah pada
kawasan ini dapat disimpulkan adalah berupa rumah deret, rumah tunggal dan rumah
Gambar 2.3 Rumah Kopel pada Kampung Hamdan
Sumber: Penulis (2014)
Gambar 2.4 Rumah Deret pada Kampung Hamdan
Sumber : Penulis (2014)
Pada gambar di atas bisa dilihat kondisi satu rumah yang berada dalam lokasi
Berikut tabel mengenai data garis sempadan kawasan :
Tabel 2.1. Data Garis Sempadan dan Ketentuan KDB
Garis Sempadan Sungai : 15 meter
KDH (koefisien dasar hijau) : Berdasarkan RDTR Kec. Medan Maimun, untuk kawasan perumahan minimal 25%
Klasifikasi KDB Berdasarkan RDTR Kec. Medan Maimun :
1. Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan sangat tinggi (> 75%)
2. Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan tinggi (50%-75%)
3. Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan menengah (20%-50%)
4. Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan rendah (5%-20%)
5. Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan sangat rendah (< 5%)
Ketentuan KDB untuk perumahan adalah KDB menengah - tinggi, tergantung besar luas kapling dan lokasinya terhadap jalan.
A.
KDB untuk perumahan di tepi jalan fungsi Primer Petak besar : maksimal 40%
Petak sedang : maksimal 50% Petak kecil : maksimal 60%
B.
KDB untuk perumahan di tepi jalan fungsi Sekunder dan jalan Lingkungan Petak besar : maksimal 50%
Petak sedang : maksimal 60% Petak kecil : 60% - 70%
Sumber : Penulis (2014)
Melihat data di atas, tertulis bahwa bangunan di sekitar kawasan perancangan
tidak memperhatikan KDB, KLB dan GSS. Koefisien dasar hijau di sekitar kawasan
perancangan tidak terlihat karena lahan kosong yang ada seharusnya digunakan sebagai
ruang terbuka hijau dan tidak dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kawasan
2.3.2 Material Bangunan
Material yang digunakan setiap bangunan bervariasi, untuk konstruksi rumah
banyak menggunakan beton dan kayu, dinding bangunan menggunakan batu bata dan
kayu, untuk bahan atap menggunakan seng sebagai penutup bangunan. Pada kawasan
proyek terlihat kondisi rumah berdasarkan kenyamanan termal tidak memenuhi standar
rumah yang seharusnya. Akibat rumah-rumah yang menempel satu sama lain, sirkulasi
udara dan cahaya pada rumah tidak baik.
Gambar 2.5 Material Beton
Sumber : Penulis (2014)
2.3.2 Ruang Terbuka dan Tata Hijau
Gambar 2.7 Area Ruang Terbuka Hijau pada Lokasi Proyek Perancangan Sumber : Penulis (2014)
Dilihat pada gambar di atas, kebanyakan ruang terbuka yang tersedia dijadikan
tempat untuk menumpuk barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi dan dijadikan
tempat sampah. Terdapat beberapa ruang terbuka lainnya, namun kesemuanya ditutup
dengan perkerasan sehingga tanaman apapun tak bisa menumbuhi ruang terbuka tersebut.
Lapangan sekolah terutama sangat tidak aman untuk anak-anak bermain karena
merupakan perkerasan dan juga tidak ada terdapat satupun pohon sehingga terasa gersang
dan panas.
Pinggiran sungai yang terdapat banyak pohon seharusnya dimanfaatkan sebagai
ruang terbuka hijau yang bisa digunakan sebagai aktivitas sosial, namun pada site
tangga warga kampung Hamdan. Sirkulasi udara di sekitar sitepun kurang nyaman dan
terasa panas ketika berjalan karena tidak ada pohon disekitar perumahan warga.
2.3.3 Sistem Utilitas Kawasan
Kondisi utilitas pada lokasi perancangan belum memadai. Kondisi saluran
dreinase yang berupa selokan tidak memiliki penutup, sehingga menjadi tempat
menumpuknya sampah. Hal ini menyebabkan pemandangan pada lokasi perancangan
tidak menyenangkan dan dapat berdampak negatif bagi kesehatan warga setempat.
Kondisi yang mengkhawatirkan juga terlihat dari kebiasaan warga yang menggunakan
kabel listrik sebagai tempat menjemur pakaian. Beberapa penerangan jalan dibuat sendiri
oleh warga dengan menggantung lampu pada kabel listrik.
Gambar 2.8 Gambar Lampu Jalan Pada Lokasi Perancangan
Sumber : Pemulis (2014)
Kondisi yang sama mengkhawatirkannya juga terlihat pada lokasi perancangan
yang tidak memiliki tempat pembuangan sementara (TPS) sehingga di beberapa titik pada
Sungai Deli, bahkan ironisnya tidak hanya di pinggiran tetapi badan sungai juga menjadi
tepat pembuangan sampah warga sekitar.
Masalah dreinase pada kawasan juga merupakan masalah yang cukup rumit
untuk diselesaikan. Kurangnya kesadaran warga akan pentinganya kesehatan menjadi
sorotan utama pada kawasan ini. Dimulai dari kesadaran warga mengenai membuang
sampah pada tempatnya. Malah kebanyakan warga meletakkan sampah begitu saja di
samping rumah atau di tepi jalan pedestrian, di selokan-selokan yang berada di sekitar
[image:30.595.235.389.286.495.2]rumah warga.
Gambar 2.9 Gambar keadaan saluran dreinase pada tapak Sumber : Penulis (2014)
Selokan warga baik yang besar maupun kecil dipenuhi oleh sampah rumah
tangga maupun sampah-sampah organik dan non organik. Kondisi ini dapat dilihat pada
Gambar 2.10 Gambar keadaan pinggiran sungai sebagai Tempat Pembuangan Sampah Sumber. Penulis (2014)
Pinggiran sungai juga dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah rumah
tangga dan industri, dapat dilihat pada Gambar 2.5. Kondisi ini membuat Sungai Deli di
kawasan ini tercemar dan mengurangi kedalaman sungai karena sampah yang masuk ke
dalam sungai, yang mengakibatkan sampah mengendap di dasar sungai.
2.3.4 Akses Kendaraan
Akses menuju lokasi perancangan hanya bisa melalui jalan Multatuli dan Ir. H.
Juanda. Sirkulasi pada lokasi perancangan yang tidak beraturan dan memiliki banyak
gang-gang kecil menjadi karakteristik lokasi perancangan. Sirkulasi pada lokasi
perancangan umumnya hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki, kendaraan roda dua dan
kendaraan roda tiga. Kondisi koridor jalan cukup memprihatinkan karena lebar jalan yang
terlalu kecil dan tidak adanya pemisah antara jalur pejalan kaki dengan kendaraan
tempat usaha. Sehingga tidak jarang pejalan kaki mengambil badan jalan untuk jalur
[image:32.595.111.515.143.355.2]sirkulasi yang tentunya hal ini sangat membahayakan keselamatan.
Gambar 2.11 Sirkulasi Kendaraan dan Pejalan Kaki
Sumber : Penulis (2014)
Di kawasan Kampung Hamdan ini terdapat banyak jalan-jalan kecil yang hanya
bisa dilewati pejalan kaki, sepeda motor dan becak karena padatnya perumahan
penduduk. Jalan primer pada kawasan ini terletak pada jalan sekitar site yaitu, Jalan
Juanda, Jalan Samanhudi, dan Jalan Multatuli. Jalan sekundernya merupakan gang-gang
kecil yang terdapat di dalam site yang tidak dapat dilalui kendaraan beroda empat.
2.3.5 Sosial - Ekonomi
Pengamatan langsung terhadap perilaku sosial masyarakat juga dilakukan dalam
studi lapangan. Hal ini dilakukan karena masalah sosial yang muncul pada kawasan tidak
Kehidupan sosial merupakan bagian kebudayaan, di mana kehidupan sosial
meliputi interaksi sosial yakni kelakuan manusia dengan manusia lain di sekelilingnya
yang akan menghasilkan tingkatan-tingkatan sosial tertentu dan stratifikasi sosial.
Kegiatan sosial pada lokasi perancangan tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan
ekonomi, karena kebanyakan interaksi sosial yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan
ekonomi. Hal ini terlihat di beberapa warung kopi dan warung-warung jajanan yang
[image:33.595.228.398.263.397.2]tersebar pada lokasi perancangan kebanyakan menjadi tempat berkumpul warga.
Gambar 2.12 Tempat Interaksi Sosial
Sumber : Penulis (2014)
Terlihat suasana lokasi perancangan yang tidak begitu ramai. Interaksi sosial
banyak dilakukan di teras rumah yang saling berhadapan. Warga saling berkomunikasi
dari teras rumah masing-masing tanpa meninggalkan pekerjaan rumah tangganya. Hal ini
dapat terjadi karena tidak adanya pagar pembatas antar rumah dan jarak rumah-rumah
yang saling berdekatan. Sungai juga menjadi tempat interaksi sosial warga, mulai dari
pinggiran sampai badan sungai. Warga melakukan aktivitas mencuci, memancing
bersama-sama di pinggiran sungai, sedangkan anak-anak bermain di daerah badan sungai
yang dangkal. Untuk kegiatan olahraga, warga menggunakan lahan kosong pada malam
Gambar 2.13 Gambar Kegiatan Olahraga Di Malam Hari
Sumber: Penulis (2014)
2.3.6 Kepatuhan Hukum dan Peraturan
Berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 38 tahun 2011
tentang sungai, terlihat bahwa tidak adanya kepatuhan hukum dan peraturan yang ada di
sekitar Kelurahan Kampung Hamdan seperti ruang sungai yang berupa garis sempadan
sungai dan perlindungan pada sungai. Ini terlihat dari keadaan bangunan di tepi sugai dan
keadaan sungai yang terdapat banyak tumpukan sampah, menyebabkan air sungai
meluap.
Untuk perlindungan dasar sungai bisa menggunakan batu-batu lepas. Hal ini
dilakukan pada daerah sungai yang tererosi secara intensif. Cara penanganannnya yaitu
dengan menyusun batu pada dasar sungai dengan konstruksi menyerupai ripple dan pool.
2.3.7 Anggaran dan Biaya & Analisis Investasi
Sebagian besar warga kampung Hamdan merupakan masyarakat menengah ke
bawah dengan pendapatan sekitar 1,2 juta-1,5juta rupiah per orang. Harga lahan di
Dengan pendapatan tersebut, warga tidak mampu untuk membeli satu unit di
rumah susun. Bentuk Rumah Susun yang aneh/unik dan berlebihan akan membuat biaya
pembangunan dan biaya pemeliharaan bangunan menjadi tinggi sehingga warga tidak
mampu menanganinya.
Rumah susun akan didesain semurah mungkin yaitu dengan menggunakan
material bangunan yang terjangkau dan ada dijual di sekitar site (Medan). Karena warga
kampung Hamdan merupakan masyarakat menengah ke bawah, maka pada rumah susun
yang di bangun nanti akan menggunakan sistem sewa bagi yang tidak mampu
membelinya. Desain rumah susun akan dibuat sederhana untuk menghindari tingginya
3.1 Arsitektur Hijau
Pendekatan arsitektur yang akan dipakai pada kawasan adalah Green
Architecture atau sering disebut sebagai Arsitektur Hijau. Arsitektur Hijau atau „arsitektur berkelanjutan‟ adalah arsitektur yang didesain dengan keramahan lingkungan. Kemudian tujuan dari „berkelanjutan‟ atau „arsitektur hijau‟ adalah untuk menciptakan
struktur yang indah dan fungsional, akan tetapi juga memberikan kontribusi untuk
keberlanjutan budaya dan kehidupan. Perhatian di dalam arsitektur keberlanjutan tumbuh
secara radikal di awal abad ke-21, hal ini terjadi akibat dari respon perkembangan
lingkungan, tetapi pada kenyataannya masyarakat telah membangun keberlanjutan selama
ribuan tahun. Di sini „hijau‟ atau „berkelanjutan‟ berhubungan dengan efisiensi
penggunaan bahan-bahan seperti air, energi, material, habitat alami yang disumbangkan
pada lingkungan dan kesehatan manusia yang ‘well being’. Banyak praktik yang
dilakukan pada saat sekarang ini cenderung buta arah karena tidak diikuti dengan teori
atau tidak bersandar pada teori yang tidak mampu bertahan (viable). Penggabungan teori dengan praktik secara khusus mencolok di dalam arsitektur (Skolimowski 2004:122).
Perkembangan desain inilah yang membuat kesalahan dalam memahami
lingkungan dan alam serta kehidupan masyarakat urban dan tradisional. Lokasi menjadi
sangat penting dalam mengungkapkan proses desainnya, sehingga pengalaman teori dari
pendidikan formal yang didapat para arsitek harus dapat diterjemahkan ke dalam
pemikiran praksis lingkungan alamnya. Ditambahkan oleh Skolimowski (2004:122)
secara nyata kebesaran visi-visi kita dan juga kegagalan konsep yang lebih besar.
Singkatnya, di dalam arsitektur banyak ide yang didiskusikan di dalam bab-bab
sebelumnya sehingga menemukan suatu perwujudan yang dapat dilihat.
Pendapat Wines (2008) menjadi sangat jelas bahwa bangunan-bangunan telah
mengkonsumsi seperenam sumber air bersih dunia, seperempat produksi kayu dunia, dan
duaperlima bahan bakar dari fosil. Oleh karena itu arsitektur merupakan salah satu target
utama dari reformasi ekologi. Meskipun beberapa arsitek telah melakukan rancangan
bangunannya yang katanya „environmental friendly’, namun kenyataanya masih banyak
yang belum sadar akan hal itu. Mereka tetap melakukan rancangannya baik dengan spirit
teknologi maupun mengkopi masa lalu yang dikombinasikan dengan industrialisasi.
Sebenarnya pemikiran ke depan adalah bagaimana arsitek sebagai manusia tidak akan
membiarkan sebuah bangunan yang secara estetika buruk meskipun bangunan itu dibalut
dengan nama arsitektur „hemat energi‟ atau arsitektur „ramah lingkungan‟.
Radikalisme arsitektur mulai berkembang dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan, kemudian alam dijadikan tempat sebagai pelampiasan inspirasi untuk
merepresentasikan model karya arsitekturnya, yang dikatakan arsitektur yang tanggap
terhadap kondisi alam dan bumi saat ini.
Apakah arsitektur yang berkelanjutan itu merupakan spirit atau style yang dapat terintegrasi dalam sutuasi dan kondisi lingkungan sekitarnya. “Hijau merupakan istilah
yang menjadi konsep sustainable development atau pembangunan berkelanjutan sebagaimana yang diterapkan pada bangunan industri. Arsitektur „hijau‟ ialah arsitektur yang memepertimbangkan konsep pembangunan berkelanjutan” (Saraswati 2011:4).
Jawaban itu harus dimulai sejak awal rancangan bangunan itu, kemudian proses
pembangunannya dan terakhir sesudah bangunan itu berdiri. Sebenarnya pengertian
pengertian arsitektur bioklimatik, arsitektur ramah lingkungan maupun arsitektur hemat
energi (Saraswati 2011:11). Arsitektur hijau atau desain hijau adalah sebuah pendekatan
pada bangunan yang meminimalkan efek kerusakan terkait dengan kesehatan manusia
dan lingkungannya. Arsitek hijau atau perancang berusaha untuk melindungi udara, air
dan tanah dengan memilih material bangunan ramah lingkungan dan praktek konstruksi.
Bangunan hijau menggunakan konstruksi nyata dan material yang bertanggung-jawab
pada lingkungan, dan efisiensi bahan dan fase desain melalui perawatan dan idealnya
untuk merenovasi maupun dekonstruksi.
Keberlanjutan terkait dengan aspek lingkungan alami dan buatan, penggunaan
energi, ekonomi, sosial, budaya, dan kelembagaan. Penerapan arsitektur hijau akan
memberi peluang besar terhadap kehidupan manusia secara berkelanjutan.
Aplikasi arsitektur hijau akan menciptakan suatu bentuk arsitektur yang berkelanjutan
terhadap kawasan Kampung Hamdan ini.
Untuk pemahaman dasar arsitektur hijau yang berkelanjutan, meliputi di
antaranya lansekap, interior, dan segi arsitekturnya menjadi satu kesatuan. Dalam contoh
kecil, arsitektur hijau bisa juga diterapkan di sekitar lingkungan kita. Misalnya, dalam
perhitungan kasar, jika luas rumah adalah seratus meter persegi, dengan pemakaian lahan
untuk bangunan adalah enam puluh meter persegi, maka sisa empat puluh meter persegi
lahan hijau, Jadi komposisinya adalah enam puluh banding empat puluh. Selain itu
membuat atap dan dinding menjadi konsep roof garden dan green wall. Dinding bukan sekadar beton atau batu alam, melainkan dapat ditumbuhi tanaman merambat. Selain itu,
Selain itu, arsitektur hijau diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian
energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap
kesehatan. Arsitektur hijau juga dapat direncanakan melalui tata letak, konstruksi, operasi
dan pemeliharaan bangunan.
3.2 Aspek Berkelanjutan
Terdapat tiga aspek utama yang harus diperhatikan dalam kerangka
pembangunan berkelanjutan, yaitu aspek ekologi, sosial, dan ekonomi, dan
masing-masing aspek tersebut mempunyai persyaratan agar pembangunan suatu wilayah atau
suatu sektor dapat berlangsung secara berkelanjutan. Antara spek tersebut sebaiknya
terintegrasi sehingga pembangunan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
kesejahteraan masyarakat tanpa mengabaikan prinsip-prinsip kelestarian sumber daya
alam dan lingkungan hidup.
Terdapat beberapa syarat dalam aspek ekologi ini, yaitu : Pertama, keharmonisan
ruang diperlukan dalam kehidupan manusia dan kegiatan pembangunan. Kedua, tingkat
pemanfaatan sumberdaya dapat pulih tidak boleh melebihi kemampuan pulih dari
sumberdaya tersebut dalam kurun waktu tertentu. Ketiga, eksploitasi sumberdaya tidak
pulih harus dilakukan dengan cara yang tidak merusak lingkungan agar tidak mematikan
kelayakan usaha sektor pembangunan lainnya. Keempat, pembuangan limbah yang
memenuhi kapasitas asimilasi lingkungan. Dan kelima, pembangunan kawasan harus
sesuai dengan kaidah alam yang tidak merusak secara ekologis.
Memandang pentingnya penekanan demokratisasi, pemberdayaan, peran serta,
transparansi, dan keutuhan budaya sebagai kunci untuk melaksanakan pembangunan yang
berkelanjutan. Proses pemberdayaan, peran serta dan transparansi saat ini masih
pemerintah dan keengganan mitra kerja dalam membangun sistem yang proporsional dan
sistematis merupakan penghambat dalam pembangunan yang berkelanjutan. Keterbukaan
dan memberikan ruang bagi pihak-pihak yang berperan serta sangat diperlukan dalam
pembangunan yang berkelanjutan, sehingga setiap komponen saling mengenali dan
berperan aktif.
Kebiasaan masyarakat yang suka berkumpul menjadi sorotan utama di kampung
Hamdan ini. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa suka berkumpul untuk
melakukan interaksi dengan tetangga ataupun warga sekitar. Area berkumpul warga pun
tersebar di banyak tempat, mulai dari area tepi sungai, warung-warung makan, area ruang
terbuka, bahkan bantaran jalan di dalam lokasi perancangan. Kegiatan yang mereka
lakukan juga cukup beragam, misalkan apabila berkumpul di sungai mereka melakukan
beberapa kegiatan seperti mandi, mencuci baju, memancing, bahkan melakukan
pembuangan akhir seperti buang air bahkan buang sampah. Kondisi ini sangat ironi
sekali, mengingat mereka juga menggunakan air untuk memasak nasi, mencuci, bahkan
melakukan aktivitas mandi di sungai. Bisa dibayangkan bagaimana tercemarnya air
sungai apabila pembuangan itu tetap berlangsung walaupun kegiatan pokok masyarakat
di sungai lebih mengutamakan air yang bersih dan sehat karena akan digunakan untuk
konsumsi langsung seperti mandi bahkan minum.
Perlunya memfokuskan perhatian pada upaya peningkatan kemakmuran
semaksimal mungkin dalam batasan ketersediaan modal dan kemampuan teknologi.
Sumberdaya alam merupakan modal yang akan menjadi langka dan menjadi kendala bagi
upaya kemakmuran, sedangkan sumberdaya manusia dengan kemampuan teknologinya
akan menjadi tumpuan harapan untuk melonggarkan batas dan mengubah kendala yang
Masyarakat Kampung Hamdan terkenal dengan industri baksonya, dapat dilihat
dari terdapatnya warung bakso yang cukup terkenal di kota Medan yaitu bakso Amat
yang terletak di pinggiran lokasi perancangan Kampung Hamdan ini. Keadaan ini
menjadi poin penting dari kawasan, walaupun tidak sebahagian besar warga bermata
pencaharian sebagai tukang bakso, tapi setidaknya ada contoh kasus yang berhasil dalam
usaha bakso yang bisa dijadikan sebagai ciri khas kampung tersebut. Namun selain usaha
bakso, dikampung ini juga banyak terdapat usaha-usaha warga yang lain seperti warung
nasi, toko jajanan, warkop, salon, penjahit, bengkel, dan lain-lain. Usaha-usaha itu
sebahagian besar terdapat di pinggiran lokasi perancangan yang berorientasi ke jalan
sehingga dengan keadaan ini memicu terjadinya kemacetan. Bantaran jalan yang
digunakan sebagai tempat parkir mengakibatkan kemacetan yang cukup parah, ditambah
lagi ruas jalan yang cukup kecil. Penjabaran ini merupakan poin-poin besar bagaimana
keadaan sosial ekonomi warga di kampung tersebut, mulai dari kebiasaan hingga mata
pencaharian warga yang dominan.
3.3 Penerapan Pendekatan Desain Terhadap Desain
Pendekatan arsitektur hijau dalam tema ini terdapat didalam tiga dari empat
elemen pada desain. Tiga elemen tersebut yaitu sistem greenway komprehensif yang akan mmengatur dan menentukan besarnya lingkup kawasan proyek perancangan, hunian
rumah susun yang nyaman untuk masyarakat, dan area komersial yang dirancang untuk
3.3.1Sistem Greenway
Greenway System merupakan penggabungan linear dari ruang terbuka. Sistem ini akan menyediakan jaringan rute off-road atau akses bagi pejalan kaki yang menghubungkan daerah di dalam wilayah perencanaan dengan satusama lain.
Greenway System akan menyoroti unsur daerah perencanaan yang alami dengan fitur topografi kawasan yang beberapa tetap dipertahankan. Sistem ini juga berfungsi
sebagai penentu lingkungan atau sebagai garis-garis kawasan. Sistem ini akan menjadi
bagian integral dari area komersial kawasan, lalu mengontribusikan karakter serta
kemudahan dalam sirkulasi kawasan yang menghubungkan seluruh wilayah perencanaan
dan menjadi sumber daya utama bagi penduduk dan pengunjung kawasan.
Elemen ini juga menggunakan konsep hijau yaitu jaringan sirkulasi pejalan kaki
maupun kendaraan bermotor yang aksesnya dapat menggunakan sistem penampung air
hujan yang kemudian air hujan tersebut ditampung dan diarahkan ke tangki air dalam
tanah yang kemudian di-filter atau disaring sehingga air hujan dapat digunakan untuk penghuni rumah susun baik pada bangunan rumah susun itu sendiri maupun area
komersialnya.
3.3.2 Hunian Rumah Susun
Rumah susun sendiri didesain agar setiap unit hunian mendapatkan akses
langsung dari matahari sehingga pada siang hari penggunaan cahaya buatan seperti lampu
tidak diperlukan yang dampaknya akan dapat menghemat pengeluaran energi listrik.
Setiap area sirkulasi pada bangunan juga merupakan dinding hijau yang didesain
terbuka sehingga aliran udara masuk secara alami ke dalam bangunan yang kemudian
tidak diperlukan pengudaraan buatan didalam sirkulasi bangunan.
Dalam rangka penghijauan, setiap atap pada bangunan dijadikan taman atap atau roof garden yang selain berfungsi sebagai ruang komunal bagi penghuni rumah susun juga diharapkan dapat mengurangi panas matahari terhadap bangunan. Roof garden juga dapat menampung air hujan yang kemudian di alirkan langsung ke dalam tangki bawah
tanah untuk kemudian disaring lalu digunakan sebagai langkah hemat air.
3.3.3 Area Komersial
Konsep hijau unytuk area komersial ini berupa bentuk yang di sebut "pohon"
kanopi, dengan batang tebal terletak di masing-masing "kolom pohon" yang dirancang
sebagai pengumpul air hujan. Daerah percabangan dari kolom-kolom tersebut
mengumpulkan air hujan hampir sama dengan seluruh area kawasan dan
mengarahkannya melalui pipa-pipa yang lalu disimpan di dalam tangki penyimpanan air
bawah tanah. Air yang terkumpul digunakan untuk mengisi cekungan air di trotoar area
kulinaer. Lalu air diuapkan sehingga penguapan air dari cekungan air dapat
mendinginkan aliran udara yang mengalir di bawah kanopi, dan bekerjasama dengan
Gambar 3.1 Konsep Pohon Kanopi area kuliner kawasan
Sumber : Penulis (2014)
3.4 Bangunan Ramah Lingkungan
Arsitektur hijau yang dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang
berkelanjutan adalah proses struktur yang bertanggung jawab tehadap lingkungan dan
sumber daya yang efisien di seluruh bangunan, mulai dari lokasi perancangan, konstruksi,
pelaksanaan, pemeliharaan, renovasi, dan dekonstruksi. Arsitektur hijau didefenisikan
sebagai sebuah istilah yang menggambarkan mengenai ekonomi, hemat energi, ramah
lingkungan, dan dapat dikembangkan menjadi pembangunan berkesinambungan. Rumah
susun Kampung Hamdan ini didesain selain untuk menunjang kehidupan sosial-ekonomi
yang lebih baik untuk penduduknya juga bertujuan untuk melestarikan lingkunganya
dengan pendekatan arsitektur hijau. Rumah susun ini dibangun dengan pendekatan
tersebut agar rumah susun tersebut menjadi bangunan hijau yang dirancang untuk
dan lingkungan alam oleh efisiensi menggunakan energi, air, dan sumber daya lain,
kesehatan penghuni, dan mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan.
Dalam pemilihan material untuk rumah susun Kampung Hamdan ini sendiri
dapat dijabarkan menjadi dua yakni dari sisi teknologi dan penggunaannya. Dari sisi
teknologi, pemilihan bahannya dimaksimalkan agar menghindari adanya toksin atau
racun dan diproduksi tidak bertentangan dengan alam. Contohnya, meminimalkan
penggunaan material kayu, batu alam maupun bahan bangunan yang mengandung
asbeston. Sedangkan dari sisi penggunaan, pemilihan material yang ramah lingkungan
seperti menggunakan lampu hemat energi seperti lampu LED yang rendah konsumsi
listrik.
3.4.1 Material Bangunan
Rumah rusun Kampung Hamdan ini dibangun dengan pendekatan arsitektur hijau
ataupun merupakan bangunan yang berkelanjutan. Pemilihan materialnya dipilih selain
hemat biaya juga hemat energi. Dengan memilih bahan baku yang sesuai, efisien dan
ramah lingkungan, Rumah susun ini dapat meminimalkan terjadinya kontaminasi
lingkungan, mengurangi pemakaian sumber daya alam serta dapat menghemat
penggunaan energi secara keseluruhan. Bahan baku yang ramah lingkungan berperan
KAMPUNG HAMDAN
Sebelum memutuskan untuk menggunakan tema green commercial community, penulis memiliki beberapa tema yang dijadikan alternatif dalam membangun kawasan
muka sungai ini. Beberapa diantaranya adalah “Hamdan community development” yang
berarti pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di Kampung Hamdan. Maksudnya
yaitu membuat kawasan Kampung Hamdan menjadi kawasan ideal dalam pengembangan
kualitas hidup dan kesejahteraan bagi masyarakatnya.
Community development merupakan tema yang menggambarkan konsep pengembangan suatu kawasan kumuh menjadi kawasan yang memiliki kualitas hidup
ideal bagi penghuni kawasan tersebut. Kampung Hamdan akan dikembangkan melalui
aspek sosial dan ekonominya. Tujuannya untuk membuat komunitas sosial-ekonomi yang
seimbang dari berbagai aktivitas yang ada pada kawasan. Dengan konsep greenway system yang akan menjadi penghubung segala kawasan, lalu the core area yang merupakan pusat kegiatan sosial kawasan, serta business park yang merupakan fokus kegiatan ekonomi di kawasan tersebut dengan industri rumah tangganya yang menjadi
nilai plus dalam pengembangan kawasan ini.
Namun setelah penulis menelaah kembali tema tersebut disimpulkan bahwa tema
tidak cukup untuk menangani isu perekonomian kawasan. Maka dari itu tema “Hamdan community development” kemudian dikembangkan menjadi tema baru namun tetap
mempertahankan beberapa konsep yang ada di dalamnya dan menambahkan beberapa
dengan lebih mempertimbangkan isu yang diangkat ke dalam proyek ini yaitu isu
mengenai sosial – ekonomi, maka lahirlah tema “green commercial community”.
4.1 Green Commercial Community
Sosial-ekonomi merupakan tema besar untuk proyek perancangan arsitektur
enam ini. Isu tersebut diangkat menjadi tema mengingat lingkungan yang merupakan
kawasan muka sungai dan paling identik dengan lokasi terlantar, tidak tertata serta
kumuh. Masyarakat kawasan muka sungai ini juga rata-rata pedagang kaki lima, buruh,
tukang becak, dan lain-lain.
Untuk mewujudkan kesejahteraan kehidupan masyarakat muka sungai tersebut
dengan pertimbangan isu sosial-ekonomi di atas maka sub-tema yang akan di angkat
adalah green commercial community, yang merupakan komunitas komersial yang dapat membantu dalam mendongkrak perekonomian kawasan khususnya bagi masyarakat itu
sendiri dengan menggunakan pendekatan green architecture.
Kawasan komersial sendiri adalah area yang mempunyai fungsi dominan untuk
kegiatan komersial atau disebut sebagai kawasan pusat perniagaan/usaha kota, letaknya
tidak selalu di tengah-tengah kota dan mempunyai pengaruh besar terhadap kegiatan
ekonomi kota.
Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi
lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas
manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber
daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa1. Komunitas
berasal dari bahasa latin communitas yang berarti “kesamaan”, kemudian dapat
diturunkan dari communis yang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak”.
Menurut Crow dan Allan, Komunitas dapat terbagi menjadi tiga komponen, yaitu berdasarkan lokasi atau tempat (wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat dilihat
sebagai tempat di mana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara
geografis), berdasarkan minat (sekelompok orang yang mendirikan suatu komunitas
karena mempunyai ketertarikan dan minat yang sama, misalnya agama, pekerjaan, suku,
ras, maupun berdasarkan kelainan seksual), dan berdasarkan komuni (komuni dapat
berarti ide dasar yang dapat mendukung komunitas itu sendiri).
Dari penjabaran di atas, maka commercial community merupakan suatu kawasan komersial yang mempunyai fungsi dominan untuk kegiatan perekonomian yang diisi oleh
sebuah kelompok sosial yang umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama
sehingga menjadikannya sebagai identitas kawasan mereka bersama yang membentuk
komunitas itu sendiri.
Dalam bentuk pendekatan desainnya sendiri tema di atas menggunakan
pendekatan green architecture.Green Architecture atau Arsitektur Hijau adalah perencanaan arsitektur yang berusaha meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan
pada kesehatan manusia dan lingkungan. Konsep green architecture memberi konstribusi
pada masalah lingkungan.
Kawasan muka sungai ini akan dikembangkan melalui aspek sosial dan
ekonominya. Tujuannya untuk membuat komunitas sosial-ekonomi yang seimbang dari
berbagai aktivitas yang ada pada kawasan. Penjabaran mengenai konsep arsitektur hijau
4.2 Penerapan Tema pada Kawasan Perancangan
Konsep utama dalam tema ini adalah untuk mengembangkan kawasan kumuh
muka sungai Kampung Hamdan menjadi kawasan komersial. Terdapat empat elemen
yang mengisi kawasan Kampung Hamdan ini, yaitu sistem greenway komprehensif yang akan menjadi elemen utama kawasan, mengatur dan menentukan besarnya lingkup
kawasan proyek perancangan, hunian rumah susun yang nyaman untuk masyarakat,
taman parkir yang merupakan penunjang area komersial kawasan, dan area komersial
yang dirancang untuk mengakomodasi kegiatan ekonomi kawasan.
Sistem Greenway
Sistem greenway merupakan penggabungan linear dari ruang terbuka, fitur alam
dan layanan masyarakat. Sistem ini akan menyediakan jaringan rute off-road pejalan kaki yang menghubungkan daerah di dalam wilayah perencanaan dengan satusama lain.
Greenway System akan menyoroti unsur daerah perencanaan yang alami dengan fitur topografi kawasan yang beberapa tetap dipertahankan. Sistem ini juga berfungsi
sebagai penentu lingkungan atau sebagai garis-garis kawasan. Sistem ini akan menjadi
bagian integral dari area komersial, lalu mengontribusikan karakter serta kemudahan
dalam sirkulasi kawasan yang menghubungkan seluruh wilayah perencanaan dan menjadi
sumber daya utama bagi penduduk dan pengunjung kawasan.
Hunian Rumah Susun
Daerah perencanaan akan sebagian besar menjadi wilayah hunian yang
merupakan flat house atau rumah susun yang dirancang sedemikian rupa agar memiliki
karakter unik yang menggambarkan identitas masyarakat sendiri yang dapat
Area Komersial
Elemen ini merupakan elemen yang terinspirasi dari kegiatan ekonomi
masyarakat kawasan muka sungai yang akan dituangkan ke dalam area komersial yang
diberi nama taman komersial, yang diharapkan dapat mengembangkan dan membentuk
pola perekonomian pada kawasan. Taman komersial merupakan lokasi yang tepat bagi
masyarakat untuk berdagang dan membuat rumah produksi sendiri.
Taman Parkir
Elemen yang satu ini akan menjadi perencanaan daerah sebagai area penunjang
dari area komersial kawasan yang berfungsi sebagai area parkir bagi pengunjung kawasan
Kampung Hamdan. Taman Parkir akan ikut aktif dan hidup dalam membantu
membangun identitas unik kawasan.
4.3 Konsep Perancangan “Green Commercial Community”
4.3.1 Konsep Penggunaan Tanah
Struktur penggunaan lahan yang diuraikan sebelumnya akan mendorong pola
unik pembangunan yang memberikan kesempatan bagi warga untuk hidup, bekerja dan
menciptakan area perencanaan mereka sendiri. Pembangunan seluruh perencanaan
kawasan Kampung Hamdan harus berkualitas tinggi. Desain yang terinspirasi dari
elemen-elemen masyarakat. Efisiensi ini akan mendongkrak seluruh wilayah perencanaan
dalam pola permukiman dan melalui penggunaan standar pembangunan alternatif untuk
infrastruktur baru dan layanan masyarakat. Hal ini akan menjadikan daerah perencanaan
yang lebih sustainable dan lingkungan yang kompatibel.
Dalam merancang rencana tapak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu
diimplementasikan pada skala besar di ligkungan pusat kota yang padat, membangun pola
pemukiman yang membuat masyarakat nyaman berdasarkan pada aktivitas yang
beragam, Garis Sempadan Sungai (GSS) yang akan dijadikan ruang terbuka hijau, dan
proyek yang menunjukkan ciri khas daerah pinggiran sungai yang mencakup kinerja
[image:51.595.209.416.211.359.2]berkelanjutan yang disesuaikan dengan pendekatan perencanaan kawasan.
Gambar 4.1 Konsep Perancangan Lokasi perancangan Kawasan Sumber : Penulis (2014)
Gambar tersebut merupakan rancangan lokasi perancangan dari Kawasan
Kampung Hamdan yang telah selesai. Dengan tema green commercial community, tampak area parkir yang cukup luas karena konsep desainnya sendiri adalah taman parkir
yang dapat mengundang pengunjung masuk dan menikmati kawasan komersial Kampung
Gambar 4.2 Pembagian Area Kawasan Sumber : Penulis (2014)
Gambar 4.3 Potongan A-A Sumber : Penulis (2014)
Gambar 4.4 Potongan B-B Sumber : Penulis (2014)
Kedua potongan lokasi perancangan di atas memperlihatkan profil topografi
lokasi perancangan dengan kondisi lingkungan sekitarnya juga. Potongan A-A