• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan Laporan

Dalam dokumen pimp4PENGELOLAANINFORMASI (Halaman 66-89)

BAB IV TEKNIK PELAPORAN

C. Penyusunan Laporan

Sebelum Anda mempelajari lebih jauh tentang bagaimana menyusun suatu laporan, sebaiknya Anda meningat-ingat kembali bagaimana bentuk laporan yang biasa dibuat di unit kerja Anda. Dan coba Anda bandingkan dengan uraian di bawah ini, bagian-bagian mana yang sudah cocok dan bagian-bagian mana yang masih perlu diperbaiki.

Tahukan Anda bagian-bagian laporan terdiri dari apa saja? Bagian-bagian laporan terdiri dari: Bagian Pendahuluan, Bagian Batang Tubuh, Bagian Kesimpulan dan Saran, Rangkuman, Kepustakaan, serta Lampiran.

1. Pendahuluan

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa laporan merupakan dokumen yang disimpan dan bermanfaat di masa-masa yang akan datang. Oleh karena itu, maka segala hal ihwal atau latar belakang yang bersangkut paut dengan isi laporan harus diketengahkan secara jelas. Latar belakang penulisan laporan inilah yang merupakan inti dari pendahuluan.

Latar belakang masalah yang akan dikemukakan itu misalnya hal-hal yang berkenaan dengan: tujuan laporan, mengapa laporan itu ditulis, siapa yang menugaskan atau memerintahkan membuat suatu laporan, siapa saja yang diperintahkan menyelidiki masalah tersebut, dan melaporkannya (perseorangan atau satuan tugas, siapa saja yang memimpin tugas), wilayah-wilayah mana saja dan masalah-masalah mana saja yang tercakup dalam laporan, kapan suatu tugas mulai dilaksanakan dan kapan berakhir, di mana dan bagaimana penulis laporan memperoleh informasi mengenai suatu masalah.

Jelasnya, bahwa pendahuluan suatu laporan memuat latar belakang dan bermaksud mengantarkan dan mengajak

pembaca untuk mengikuti pokok-pokok persoalan secara berurutan.

Unsur-unsur yang terkandung dalam pendahuluan suatu laporan yang menugaskan adalah:

a. Maksud dan tujuan

b. Ruang Lingkup Kajian (Permasalahan yang dilaporkan) c. Waktu Pelaksanaan Tugas (Kapan mulai dan berakhir) d. Metode atau teknik perolehan informasi

e. Siapa dan yang ditugaskan membuat laporan f. Sistematika Laporan

2. Batang Tubuh

Pada umumnya batang tubuh/isi laporan dijabarkan ke dalam bab dengan kerangka pikir yang logis dan sistematis. Namun untuk laporan yang jumlah halamannya kurang dari 20 halaman pemecahan batang tubuh ke dalam bab-bab bisa tidak perlu dilakukan. Sedangkan untuk laporan yang lebih luas, batang-batang tubuh laporan dapat dibagi dalam judul- judul bab:

a. Keadaan dan permasalahan b. Analisis dan pemecahan masalah

Keadaan dan permasalahan, memuat hasil pengamatan atas fakta-fakta keadaan sesungguhnya yang dilaksanakan di lapangan dan keadaan yang seharusnya dilaksanakan, serta berbagai permasalahan yang timbul. Permasalahan ini merupakan selisih antara keadaan yang sesungguhnya

dilaksanakan di lapangan dan keadaan yang seharusnya dilaksanakan.

Bab analisis dan pemecahan masalah, memuat uraian tentang berbagai penyebab terjadinya suatu masalah, dan bagaimana alternatif pemecahan suatu masalah. Masalah-masalah yang dijumpai tentu banyak sekali. Namun karena berbagai keterbatasan, seperti keterbatasan; waktu, sumber daya manusia. Dana dan lain-lain, maka dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul kita harus menyusun skala prioritas, masalah yang mana yang mendesak untuk segera dipecahkan.

3. Kesimpulan dan saran, serta rangkuman

Apabila organisasi telah sedemikian besar dengan berbagai kegiatan yang sangat kompleks sering pemberi tugas atau penerima laporan (dalam hal ini atasan/pimpinan), tidak punya waktu untuk membaca secara tekun seluruh isi laporan. Yang penting baginya adalah kesimpulan, saran/rekomendasi beserta rangkuman yang diajukan oleh si pembuat laporan.

a. Kesimpulan

Kesimpulan merupakan perasan/intisari dari isi pokok laporan. Kesimpulan diturunkan dari fakta-fakta dan lebih banyak mempersoalkan hubungan-hubungan logis. Anda dalam membuat kesimpulan tidak perlu terlalu panjang lebar, lebih baik dalam bentuk butir-butir saja.

Misal, untuk laporan yang berjumlah 50 halaman, kesimpulan cukup satu halaman saja.

b. Saran

Saran merupakan bagian paling akhir laporan. Kesimpulan dan saran-saran dalam sistematika laporan biasanya dijadikan dalam satu bab. Saran-saran yang disampaikan/dianjurkan adalah merupakan alternatif yang perlu diambil untuk memecahkan masalah/persoalan yang timbul.

c. Rangkuman (synopsis)

Rangkuman merupakan isi ringkas pokok-pokok laporan. Rangkuman dapat ditempatkan:

a) Sebelum atau di depan bab pendahuluan, atau b) Sesudah bab kesimpulan dan saran, atau dapat pula c) Secara terpisah/tersendiri

Rangkuman ini sangat diperlukan bagi pimpinan yang waktunya terbatas untuk membaca isi laporan secara keseluruhan.

Acapkali ada hal-hal yang tidak dapat dirumuskan dalam kesimpulan, tetapi dapat muncul dalam saran-saran. Ini disebabkan karena pembuat laporan tidak hanya mengetahui fakta-fakta, melainkan juga menghayati masalahnya, sehingga ia mampu memberikan saran sebagai alternatif dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi.

4. Daftar Pustaka

Daftar pustaka perlu dicantumkan dalam laporan apabila sumber acuannya berasal dari buku, majalah, surat kabar dan sebagainya. Pada laporan penelitian daftar pustaka ini merupakan keharusan. Daftar pustaka disusun sesuai dengan abjad serta penulisannya mengikuti ketentuan yang berlaku dalam perpustakaan.

Perhatikan contoh penulisan kepustakaan berikut ini:

Bratawidjaya, Thomas Wiyasa. (1990). Surat Bisnis Moderen. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

Subagyo, P. Joko. (1991). Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

5. Lampiran

Lampiran merupakan data pendukung uraian isi laporan yang mungkin terlalu banyak, sehingga tidak dimasukkan dalam teks laporan. Karena apabila dimasukkan dalam teks laporan, dapat mengganggu kontinuitas laporan, dan lebih jauh lagi dikhawatirkan dapat mengganggu pengertian mengenai hal- hal yang diuraikan dalam teks laporan.

Lampiran laporan, dapat berupa: Peraturan perundangan, surat-surat, bagan, diagram, tabel, gambar, foto, denah, kuesioner, risalah dan sebagainya.

Apabila jenis/macam laporan banyak perlu dituliskan nomor urutnya.

Sekian uraian mengenai bagaimana cara menyusun laporan mulai dari mendesian bab: Pendahuluan, Batang Tubuh,

Kesimpulan, sampai dengan Saran serta Rangkuman Laporan.

Nah, sekarang kami yakin seandainya Anda diminta untuk menyusun sebuah laporan tentu Anda sudah dapat menyusun sebuah laporan yang sesuai dengan kehendak atasan/pimpinan Anda.

D.

Langkah-langkah Pembuatan Laporan

Setiap Anda melakukan kegiatan, Anda pasti menempuh langkah-langkah yang harus Anda lalui. Demikian pula apabila Anda akan membuat laporan yang baik dan bermutu, tentu Anda harus melalui langkah-langkah tertentu, tidak diperkenankan seenaknya.

Langkah-langkah berikut adalah langkah-langkah yang harus Anda tempuh apabila akan menyusun laporan.

1. Menetapkan perihal (subjek) dan judul laporan

Menetapkan perihal (subjek) laporan adalah langkah awal dalam membuat laporan. Maksud ditetapkan perihal laporan adalah agar:

a Hal-hal yang akan dilaporkan jelas, maka perihal perihal yang akan dilaporkan harus jelas pula;

b Ada pembatasan permasalahan yang jelas;

c Kita dapat memenuhi keinginan pihak-pihak yang akan menerima laporan, yaitu pimpinan;

d Dalam menetapkan perihal (subjek) laporan, kita harus memperhatikan apa saja yang diinginkan pimpinan

sebagai pihak yang meminta dan akan menerima laporoan;

e Kita mudah dalam mengumpulkan data

Dengan ditentukan perihal (subjek) laporan, hal ini akan memudahkan kita dalam mengumpulkan data. Karena data yang kita kumpulkan adalah data yang akan menyangkut perihal (subjek) laporan, bukan data lainnya.

Setelah Anda menetapkan perihal (subjek) laporan, kemudian Anda dapat tetapkan judul laporannya. Butir- butir yang muncul dalam judul suatu laporan biasanya sama dengan butir-butir yang ada dalam perihal (subjek) laporan. Demikian juga kata-kata dalam perihal laporan dan judul laporan biasanya sama. Jika ada bedanya hanya dalam redaksinya saja.

Contoh:

Seorang pimpinan Departemen X meminta laporan tentang keuangan projek Semester I TA 2006.

Dengan demikian, maka kita dapat menentukan judul laporan sebagai berikut:

Perihal laporan : “Laporan Keuangan Projek Semester I TA 2006 Departemen X”

Judul laporan : “Laporan Keuangan Projek Semester I TA 2006 Departremen X”.

Dapat pula berjudul : “Laporan tentang Keuangan Projek Semester I TA 2006 Departemen X”

Atau mungkin judul laporan dapat berbeda. Coba Anda menetapkan alternatif judul lainnya!

2. Mengumpulkan data

Langkah selanjutnya setelah Anda menetapkan perihal dan judul laporan, maka langkah yang kedua adalah mengumpulkan data.

Mengapa dalam menyusun laporan kita perlu mengumpulkan data? Karena memang data sangat menentukan nilai dan tingkatan kebenaran isi laporan.

Dapat kita bayangkan apabila laporan yang kita susun tidak berdasarkan data yang sesungguhnya, tetapi berdasarkan perkiraan-perkiraan dan rekaan-rekaan, bahkan mungkin berdasarkan rekayasa pembuat laporan. Apabila ada laporan yang demikian, maka pimpinan dalam mengambil keputusan tentu tidak akan tepat. Karena laporan sebagai salah satu bahan pengambilan keputusan tidak berdasarkan keadaan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, hal ini tidak boleh terjadi dalam menyusun laporan. Ada beberapa data yang dapat Anda pergunakan dalam menyusun laporan, misalnya: Surat-surat keputusan, dan landasan-landasan yuridis lainnya; a. Skema atau struktur organisasi;

b. Data kepegawaian, keuangan, materiil, peralatan, dan lain sebagainya;

c. Rencana kerja;

d. Notulen rapat;

e. Grafik, tabel, bagan, denah; f. Uraian tugas (job description); g. Buku pedoman kerja.

Untuk mengumpulkan data primer, tahukah Anda ada berapa macam metode atau teknik pengumpulan data? Metode atau teknik pengumpulan data primer ada tiga macam, yaitu: pengamatan (observasi), kuesioner, dan wawancara (interview).

a. Metode pengamatan (observasi)

Pengamatan biasanya diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Menurut Sutrisno Hadi (1995), metode pengamatan ada tiga jenis yaitu:

1) Observasi partisipan

Kita dapat menyebut suatu observasi sebagai observasi partisipan jika seorang yang mengadakan observasi (observer) turut ambil bagian dalam perikehidupan orang atau orang-orang yang diobservasi (observees), bukan pura-pura semata. Namun, jika unsur partisipapsi sama sekali tidak terdapat dalam observasi disebut non participant observation.

2) Observasi sistematik

Observasi sistematik yang biasa juga disebut observasi berkerangka (structured observation) adalah observasi yang mempunyai kerangka dan

memuat faktor-faktor yang kategorisasinya telah diatur terlebih dahulu. Sedangkan kalau observasi nonsistematik adalah sebaliknya. Coba Anda memberikan rumusan sendiri apa yang dimaksud dengan observasi nonsistematik.

3) Observasi eksperimental

Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan dengan mengendalikan unsur-unsur penting dalam suatu situasi agar situasi itu diatur dan dikendalikan sesuai dengan tujuan penelitian untuk menghindari faktor-faktor yang bisa mempengaruhi situasi tersebut.

b. Metode kuesioner

Metode kuesiner adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan menyebarkan kueseioner. Dengan menggunakan kuesioner, kita dapat mengumpulkan data mengenai perbuatan-perbuatan yang sangat pribadi (misalnya jumlah penghasilan, jumlah pengeluaran, prasangka-prasangka dan semacamnya), dan perbuatan-perbuatan di masa yang lampau. Data seperti itu tidak dapat diungkap dengan menggunakan metode observasi.

Ada dua macam kuesioner, yaitu kuesioner langsung dan tidak langsung. Suatu kuesioner disebut kuesioner langsung jika daftar pertanyaan dikirim langsung kepada orang yang ingin diminta pendapat, keyakinan, atau diminta menceritakan tentang keadaan dirinya

sendiri. Sebaliknya, kuesioner disebut kuesioner tidak langsung jika daftar pertanyaan dikirim kepada seseorang yang diminta menceriterakan tentang keadaan orang lain.

c. Metode wawancara (interview)

Wawancara adalah suatu proses tanya jawab lisan, di mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik (bersemuka) yang satu dapat melihat muka yang lain, dan dapat mendengarkan suara yang lain dengan telinganya sendiri. Pengumpulan data dengan menggunakan wawancara dapat mengungkapkan tentang tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi, proyeksi seseorang terhadap masa depannya. Anda dapat mengumpulkan data sekunder dengan menggunakan metode kepustakaan. Coba jelaskan apa yang dimaksud dengan pengumpulan data dengan menggunakan metode kepustakaan!

3. Evaluasi data

Langkah pembuatan laporan berikutnya, setelah data dikumpulkan, data tersebut dievaluasi. Mengapa demikian? Karena kita yakin bahwa data tersebut :

a. ada relevansinya dengan kebutuhan b. sahih/absah/valid

c. berkualitas

Apabila data tersebut telah dinilai ternyata paling sedikit telah memenuhi empat keyakinan tersebut di atas, maka data tersebut siap diolah (dianalisis)

4. Pengolahan data

Apa yang Anda ketahui tentang pengklasifikasian data? Yang dimaksud dengan pengklasifikasian data adalah kegiatan menggolongkan aneka ragam data ke dalam kategori-kategori, yang jumlahnya lebih terbatas. Kegiatan klasifikasi data dilakukan dengan menggolongkan aneka ragam data/jawaban yang diperoleh, ke dalam kategori-kategori yang jumlahnya lebih terbatas. Pengklasifikasian perangkat kategori itu penyusunannnya harus memenuhi syarat bahwa setiap perangkat kategori dibuat berdasarkan kriterium tunggal, artinya bahwa setiap perangkat kategori harus lengkap, sehingga tidak ada jawaban responden yang tidak mendapat tempat, dan kategori yang satu dan yang lainnya harus terpisah secara jelas tidak tumpang tindih. Pengklasifikasian data akan sangat berguna untuk: a. Menyusun sistematika laporan

Setelah data dikelompokkan menurut masalah, jenis, dan sifatnya, akan tergambar sistematika laporan yang benar.

b. Menentukan data mana yang perlu diolah, dan data mana yang perlu ditinggalkan atau tidak perlu dimasukkan, serta data mana pula yang cukup disertakan sebagai lampiran saja.

c. Mengoreksi antara data yang satu dan data yang lainnya, sehingga akan mempermudah dalam analisisnya.

d. Pengklasifikasian data digolongkan ke dalam : 1) Klasifikasi kronologis atau temporal

Pengklasifikasiannya ditentukan bisa berdasarkan menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, dan sebagainya.

2) Kasifikasi geografis

Pengklasifikasiannya ditentukan bisa berdasarkan: negara, daerah, regional, kota, desa, kampung, dan sebagainya.

3) Klasifikasi kualitatif atau atribut

Pengklasifikasiannya ditentukan bisa berdasarkan. jenis kelamin, pekerjaan, status material, kebangsaan dan sebagainya.

4) Klasifikasi kualitatif

Pengklasifiasiannya ditentukan bisa dengan besarnya, jumlahnya, luasnya, tingginya, dan sebagainya.

Contoh:

Pada tabel di bawah terlihat bahwa garis kemiskinan sejumlah daerah di Indonesia untuk wilayah perkotaan tahun 2002 sebesar 130.499, meningkat menjadi 143.455 pada tahun 2004. Sedangkan untuk wilayah pedesaan tahun 2002 sebesar 96.512, meningkat menjadi 108.725 tahun 2004.

Tabel 3.1. Garis Kemiskinan Sejumlah Daerah di Indonesia 2002-2004 (Rp/Kapita/Bln)

Sumber : Diolah dari data BPS, Data per daerah dengan menggunakan rata-ata sederhana

5. Kode (memberi kode)

Apakah Anda mengetahui apa yang disebut dengan koding? Koding adalah kegiatan menandai data/jawaban dengan kode tertentu. Apabila kita menganalisis data kuantitatif, maka kode yang diberikan adalah angka.

Contoh:

Data berupa jawaban. Jawaban yang bermakna positif diberi kode 1, sedangkan yang bermakna negatif diberi kode 0.

6. Tabulasi

Yang dimaksud dengan tabulasi adalah usaha penyajian data, terutama untuk pengolahan data yang menjurus ke analisis kuantitatif, biasanya menggunakan tabel.

PERKOTAAN PEDESAAN

DAERAH

2002 2003 2004 2002 2003 2004

Sumatera 134.980 147.594 159 100.707 107.621 123.616

Jawa dan Bali 134.413 146.946 155.129 101.002 94.472 103.672

Nusa Tenggara 118.290 126.422 143.176 87.043 90.803 97.286

Kalimantan 134.863 146.947 155.461 106.325 112.804 128.475

Sulawesi 121.222 132.330 141.229 96.444 103.993 111.808

Maluku n.a 132.434 163.097 n.a 105.882 115.456

Papua n.a 154.905 160.866 n.a 119.568 130.649

Indonesia 130.499 138.803 143.455 96.512 105.888 108.725

Contoh: Tabel Jumlah Pegawai Negeri Sipil, dirinci menurut Tingkat Pendidikan, Keadan Juni 2006.

Tabel 3.2. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Dirinci menurut Tingkat Pendidikan Keadaan Juni 2006

Tingkat Pendidikan Jumlah %

1. SD 2. SLTP 3. SLTA 4. Diploma I 5. Diploma II 6. Diploma III 7. Diploma IV 8. Strata 1/S-1 9. Strata 2/S-2 10. Strata 3/S-3 103.119 113.146 1.323.625 59.496 601.887 290.325 9.834 1.032.097 90.973 8.749 2,8 3,1 36,4 1,6 16,6 8,0 0,3 28,4 2,5 0,2 Jumlah 3.633.261 100

Sumber: Badan Kepegawaian Negara

7. Membuat kerangka laporan

Dalam membuat kerangka laporan, secara garis besar mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Deskripsi keadaan secara aktual;

b. Analisis terhadap objek yang dilaporkan; c. Kesimpulan dan saran;

d. Rangkuman; e. Daftar pustaka; f. Lampiran.

Demikianlah uraian tentang langkah-langkah pembuatan laporan manajerial.

E.

Teknik Penyajian Data

Dalam subbab ini akan dijelaskan teknik penyajian data. Untuk dapat memahami dengan cepat teknik penyajian data, Anda harus sudah memahami uraian tentang sub-sub bab yang mendahuluinya.

Ada beberapa teknik penyajian data. Apakah Anda sudah memahaminya? Jika belum, marilah kita ikuti uraian berikut ini. Teknik penyajian data ada bermacam-macam bentuknya yaitu:

1. Bagan

Penyajian laporan dalam bentuk bagan, dengan cepat akan memperlihatkan korelasi antara suatu aspek dan aspek lain. Adapun jenis-jenis bagan adalah sebagai berikut:

a. Bagan organisasi

Bagan ini menggambarkan struktur organisasi, dirinci ke dalam sub-sub unitnya sampai unit terkecil, serta sekaligus menggambarkan hubungan vertikal maupun horisontal antara pimpinan dan bawahan atau antara unit-unit kerja yang ada.

Contoh :

Bagan 3.1. Struktur Organisasi Kecamatan Menurut PP 8 Tahun 2003

Sumber : Pusat Kajian Kinerja Kelembagaan, LAN, 2003 b. Bagan Proses

Dalam bagan ini terdapat bahan informamsi tentang urutan tahap-tahap pelaksanaan kerja serta rangkaian hubungan antara satu dan yang lain dalam pelaksanaan bidang kegiatan, misalnya pegadaian barang jaminan. Bagan proses ini disebut juga bagan prosedur. Jabatan Fungsional

Camat

Sekretaris Camat

Contoh:

Bagan 3.2. SOP Pengadaan Barang Jaminan

Contoh: SOP Pegadaian Barang Jaminan Nasabah membawa barang jaminan ke loket penaksir Penaksir memeriksa barang jaminan. Apabila tidak dapat diterima barang jaminan dikembalikan ke nasabah dengan penjelasan seperlunya Nasabah mengisi formulir permintaan kredit dilengkapi dengan fotocopy KTP Penaksir menaksir nilai nominal dari barang jaminan, dan meminta disposisi Manajer Cabang. Penaksir mengeluarkan Surat Bukti Kredit (SBK) untuk diserahkan kepada nasabah Nasabah mengambil uang pinjaman ke Kasir dengan menunjukkan SBK Kasir memberikan uang pinjaman sesuai dengan nominal yang tercantum Nasabah pulang dengan tersenyum c. Bagan Arus Yang dimaksud dengan bagan arus adalah penggambaran tahap-tahap dan rangkaian penerusan pekerjaan sampai terwujudnya suatu hasil akhir. Contoh: Bagan 3.3. Prosedur Dan Mekanisme Penilaian PIMPINAN Dan/atau . ALUR KEGIATAN ALUR UMPAN BALIK

MENYUSUN LAPORAN PEKERJAAN MENYUSUN PEDOMAN PENILAIAN DAN INSTRUMEN STAF PENILAI MENILAI LAPAORAN LAPORAN PENILAIAN HASIL PENILAIAN UNIT PELAKSANA

d. Bagan Gambar

Data yang disajikan dalam bagan gambar berbentuk gambar. Penyajian data dalam bentuk gambar maksudnya adalah agar laporan yang disajikan lebih menarik jika dibandingkan dengan laporan yang disajikan dalam bentuk tulisan biasa atau yang disajikan dengan bentuk angka-angka saja.

Contoh:

Bagan di bawah ini menunjukkan produksi nanas dan duku Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2001-2002

Bagan 3.4. Total Produksi Nanas Dan Duku Kabupaten Muaro Jambi

Tahun 2001-2002 (dalam ton)

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Muaro Jambi, 2003

Bagan 3.5. Produksi Ikan Laut Dan Ikan Darat Kabupaten Lampung Timur

Tahun 2002-2003 (Dalam ton)

Sumber: Kabupaten Lampung Timur Dalam Angka 2002 BPS

e. Bagan Pohon

Anda pasti tahu mengapa disebut bagan pohon?

Disebut bagan pohon karena dibuat dengan mengibaratkan pohon dengan akar-akar dan cabang utamanya sebagai asal dari cabang-cabang dan ranting- ranting. Pada contoh di bawah, kita dapat mengidentifikasikan sebab-akibat dengan menggunakan pohon masalah tersebut.

Contoh:

Bagan 3.6. Pohon Masalah AKIBAT

SEBAB

2. Grafik

Data dapat disajikan pula dalam bentuk grafik, yaitu angka-angka yang disajikan dengan cara-cara tertentu. Grafik dapat digunakan untuk mengetahui sebab musabab terjadinya suatu keadaan, dan juga menunjukkan arah kecenderungan suatu perkembangan.

a. Grafik Garis

Grafik ini berupa garis yang menghubungkan titik-titik tertentu yang terletak di antara dua sumbu vertikal dan horisontal, dimaksudkan misalnya untuk menunjukkan angka jumlah murid dan perubahannya, kenaikan/penurunan pada waktu-waktu tertentu.

Sasaran Tidak Tercapai Produktivitas

Rendah

Disiplin Rendah Pegawai Kurang Terampil Kesejahteraan Pegawai Rendah Pendidikan Formal Rendah Motivasi Rendah Kesempatan Mengikuti Diklat Terbatas Contoh:

Grafik 3.1. Grafik Garis Jumlah Murid dan Perubahannya 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 Sum ater a Jaw a da n B ali Nu sa T eng gara Kal iman tan Sul aw esi Mal uku Pap ua Indo nes ia 2002 2003 2004 2002 2003 2007 b. Grafik Lajur

Selain dengan grafik garis, angka-angka keadaan dapat juga digambarkan dalam bentuk lajur-lajur segi empat panjang. Lajur-lajur tersebut digambarkan secara berdampingan satu sama lain yang menghasilkan apa yang disebut grafik lajur.

Contoh:

Grafik 3.2. Garis Kemiskinan di Indonesia

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000

DAERAH Jawa dan Bali

Sulawesi Indonesia

Daerah Garis Kemiskinan di Indonesia

c. Grafik Lingkaran

Grafik lingkaran dapat digunakan untuk menggambarkan perbandingan dan hubungan antara serangkaian data.

Grafik 3.3. Jumlah Kemiskinan Perkotaan di Indonesia

Jumlah Kemiskinan Perkotaan di Indonesia 134.98 134.413 118.29 134.863 121.222 0 0 130.499 3. Tabel

Setelah kita mempelajari jenis-jenis bagan dan jenis grafik, marilah kita selanjutnya mempelajari tabel. Penyajian data dalam bentuk tabel atau daftar merupakan ringkasan jumlah data dari variabel tertentu, dimaksudkan untuk memudahkan analisis. Contoh:

Tabel 3. 3.Jumlah Sekolah Menurut Tingkat dan Jenis Tahun 1988/1989

STATUS

NO. SEKOLAH NEGERI

BIASA

INPRES SWASTA JUMLAH 1. Taman Kanak-Kanak

Sekolah Luar Biasa

57 22 - - 36.133 425 36.190 447 2. Sekolah Dasar

Sekolah Dasar Percobaan

58.959 20 76.606 - 10.066 - 145.6321 20

3. Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) 207 - - 207

4. Sekolah Lanjutan Pertama (SLP) Sekolah Menengah Pertama (SMP)

7.128 6.861 - - 13.206 13.131 20.334 19.992 5. SKKP ST SLTP lainnya 74 193 50 - - - 19 56 - 93 249 50 6. Sekolah Lanjutan Atas

SMA SMEA AMKK STM 2.359 1.555 307 83 149 - - - - - 8.323 5.549 1.242 60 726 10.682 7.104 1.549 143 875 7. SPG SGO SLTA lainnya 210 55 325 - - - 407 39 242 617 94 267 4. Model Matematik

Dalam proses analisis, pengolahan data yang tepat kadang-kadang harus menggunakan rumus-rumus statistik.

a. Mengukur Tendensi Sentral

Mengukur sentral tendensi adalah perlakuan statistik secara sederhana terhadap distribusi yang mencoba menemukan gambaran tunggal untuk menggambarkan keseluruhan distribusi. Ketiga yang paling umum digunakan adalah

mana yang digunakan terserah pada penulis laporan.

b. Mean

Mean adalah angka yang kita dapat jika total nilai dalam suatu distribusi dibagi oleh jumlah nilai distribusi. Sebagai contoh, jika enam orang dalam suatu tes memperoleh nilai masing- masing adalah 60, 70, 75, 80, 85, 90, jumlah nilai total adalah 620. Membagi 620 dengan 8 hasilnya aritmatik mean 77,5. Kita mengatakan/ menamakan 77,5 adalah nilai rata-rata (average score), tetapi mean adalah suatu istilah yang lebih tepat.

c. Median

Median adalah nilai tengah dalam suatu distribusi. Sebagai contoh, hasil skor tes adalah 60, 65, 70, 75, 80, 85 dan 100 sehingga mempunyai suatu nilai tengah 75, skor tengah dari ketujuh skor.

d. Mode

Mode adalah dinilai yang paling sering ditemukan dalam suatu distribusi. Sebagai contoh, hasil skor suatu tes ialah 65, 70, 75, 75, 75, 80, 80, 80, 90 dan 95 akan mempunyai mode

75, karena 75 yang paling sering dalam distribusi tersebut. Dalam kelompok data, mode adalah bukan nilai tunggal tetapi adalah rentang

keseluruhan klas yang mempunyai frekuensi yang paling tinggi.

e. Range

Sebab nilai-nilai ekstrim dapat mempengaruhi ukuran tendensi sentral, range – perbedaan

Dalam dokumen pimp4PENGELOLAANINFORMASI (Halaman 66-89)

Dokumen terkait