• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan

Dalam dokumen Pedoman Operasi Dan Pemeliharaan Prasara (Halaman 65-73)

PETUGAS LAPANGAN – 2 AIR BERSIH DUSUN

A. Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan

(1) Identifikasi Sumber-Sumber Pendapatan

Dana pemeliharaan dapat berasal dari berbagai sumber, namun perlu usaha untuk menggali sumber-sumber dana tersebut. Sumber dana potensial pendanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana dapat diperoleh dari kontribusi masyarakat pengguna dan sumber lainnya yang sah misal bantuan dari kantor/instansi pemerintah, pihak swasta yang juga turut memetik manfaat dari pembangunan prasarana tersebut, serta pemerintah desa/kelurahan, dinas/instansi terkait setempat.

Untuk penyusunan rencana anggaran O dan P, kelompok/tim pengelola perlu mengidentifikasi sumber-sumber pendapatan yang mempunyai potensi untuk turut membiayai anggaran O dan P.

(2) Kontribusi Warga Penerima Manfaat

Sebagai wujud kemandirian dan keberlanjutan, sumber pembiayaan O dan P yang potensial untuk digali adalah kontribusi warga sesuai dengan budaya setempat dan kesepakatan yang telah dilakukan. Hal ini merupakan bentuk kompensasi komunitas pemanfaat terhadap penggunaan prasarana tersebut.

Adapun jenis kontribusi atau sumbangan warga pemanfaat adalah :

a. Sumbangan berupa uang, yang didapatkan dari iuran anggota kelompok operasi

dan pemeliharaan, ataupun retribusi dari penggunaan prasarana secara langsung.

b. Sumbangan berupa material, penyediaan fasilitas penunjang, tenaga kerja,

peralatan dalam rangka kegiatan pemeliharaan.

Sedangkan cara pengumpulan dana yang berupa uang adalah bergantung pada kondisi sosial budaya masyarakat setempat, yang secara umum terbagi atas tiga golongan sebagai berikut :

a. Retribusi/Iuran

Retribusi/iuran yang besarnya sudah ditetapkan lebih dulu, ditarik secara langsung pada saat menggunakan prasarana yang bersangkutan maupun tidak langsung (retribusi/iuran bulanan). Retribusi/iuran dapat diberlakukan untuk para pengguna yang secara rutin atau tidak secara rutin menggunakan prasarana. Retribusi/iuran bisa diterapkan untuk individu perseorangan, kelompok, KK atau perusahaan/instansi/ badan usaha yang menjadi pengguna prasarana. Sebagai contoh adalah pelayanan air bersih, retribusi jalan, MCK, dan kandang komunal.

Besarnya iuran atau retribusi yang akan dikenakan baik perorangan atau per keluarga/kelompok, baik rutin atau setiap kali penggunaan, kepada warga pemanfaat tetap atau dari luar, bagi warga kurang mampu atau mampu, hendaknya dimusyawarahkan dan disepakati secara bersama-sama oleh seluruh anggota warga

pemanfaat yang ada sehingga tidak terlalu membebani dan semua warga pemanfaat tetap dapat memperoleh hak-hak yang sama dalam pengoperasian prasarana (adil).

b. Sumbangan/Donasi

Sumbangan/donasi yang sifatnya sukarela, dapat diberlakukan atau diminta dari warga masyarakat yang menggunakan prasarana yang bersangkutan atau warga masyarakat yang tidak langsung menerima manfaat atau masyarakat/instansi secara umum. Hal yang penting diperhatikan berkaitan dengan penerapan sumbangan yang akan diberlakukan oleh tim pengelola O dan P adalah bahwa hendaknya disesuaikan dengan situasi budaya dan kemampuan ekonomi warga pemanfaat dan kebutuhan akan biaya pemeliharaan atau perbaikan.

c. Sumber Pendapatan Lain Yang Sah

1) Bantuan Pemerintah

Sumber pendapatan ini dapat berasal dari anggaran pemerintah desa, anggaran pemerintah kecamatan, anggaran pemerinah daerah (APBD) dan atau anggaran pemerintah pusat (APBN) atau dari pihak lain yang sah. Bantuan dari pemerintah umumnya dapat digali jika terjadi kerusakan berat yang memerlukan perbaikan besar pada fasilitas umum atau fasilitas vital seperti jalan, jembatan, dan saluran drainase, ataupun prasarana lainnya. Terdapat satu sumber dana yang belum digunakan secara optimal untuk O dan P prasarana desa yaitu dana yang berasal dari ADD (Alokasi Dana Desa) atau DAD (Dana Alokasi Desa).

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam upaya memperoleh dukungan pemerintah, khususnya dinas-dinas di kabupaten/kota adalah harus memahami instansi mana yang dapat dituju oleh masyarakat, sebab setiap instansi telah mempunyai wewenang tertentu, misalnya Dinas Pekerjaan Umum untuk prasarana umum, Dinas Pendidikan untuk prasarana pendidikan, Dinas Kesehatan untuk prasarana kesehatan, Dinas Kebersihan untuk prasarana persampahan.

2) Bantuan Pihak Lain Yang Tidak Mengikat

Bantuan yang dimaksudkan disini, seperti dari organisasi lain atau perusahaan swasta. Umumnya potensi bantuan ini akan ada bilamana terjadi pengoperasian bersama suatu prasarana. Misalnya jalan yang dibangun masyarakat juga dipergunakan oleh pihak lain tersebut. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan, bahwa perusahaan tertentu yang berada di sekitar wilayah tersebut dapat saja memberikan bantuan sumbangan.

3) Usaha Lain Yang Sah

Potensi sumber pembiayaan disini dapat berasal dari upaya pengembangan prasarana misalnya dari biaya pemasangan baru air bersih, penjualan air bersih atau adanya keuntungan dari hasil usaha bersama kelompok.

(3) Pendataan Anggota Penerima Manfaat

Pendataan anggota ini sangat penting, selain untuk mengetahui jumlah dan siapa saja warga pemanfaat juga akan berkaitan dengan potensi kontribusi dalam pemeliharaan prasarana yang dikelola.

Hal-hal yang perlu dicatat:

- Nama

- Jenis Kelamin - Alamat - Pekerjaan

- Jumlah anggota keluarga

(4) Penetapan Tarif Retribusi

Tarif pelayanan dikenakan bagi pemakai prasarana yang bersifat cost recovery, seperti air bersih, persampahan, MCK, kandang komunal dan jalan beretribusi. Penerimaan dari tarif ini akan dijadikan sebagai sumber utama dalam membiayai pengelolaan prasarana bersangkutan termasuk untuk biaya operasi dan pemeliharaan.

Penentuan tarif harus dilakukan dengan dan oleh masyarakat karena akan membuat masyarakat bertanggung jawab penuh atas keputusan yang telah dibuat dan bisa diterima lebih baik karena masyarakat tahu mengapa tarif ditetapkan sebesar itu. Sejalan dengan waktu tidak bisa dihindarkan adanya penyesuaian tarif akibat inflasi, perubahan biaya dan harga barang, kebutuhan dana untuk perluasan sistem dan lain lain. Keterlambatan penyesuaian tarif akan berakibat serius pada jaminan keberlanjutan keuangan. Karena itu peninjauan ulang tarif yang layak perlu dilakukan paling tidak 2 tahun sekali.

a. Prinsip-Prinsip Penetapan Tarif

Terdapat beberapa prinsip yang harus dipegang dalam penetapan tarif, antara lain:

1) Kecukupan dana (cost recovery), dengan prinsip ini maka tarif yang akan ditetapkan harus mencerminkan tingkat kecukupan dana yang diperlukan untuk pengelolaan prasarana dan sarana perdesaan secara memadai.

2) Satu obyek pungut – satu jenis pungutan, untuk menghindari terjadinya pungutan ganda yang membingungkan para penerima manfaat, maka satu obyek pelayanan dikenakan satu pungutan tarif.

3) Transparan dan mudah dipahami, dalam penetapan besarnya tarif, maka pembebanan biaya yang diperhitungkan harus dilakukan secara transparan dan mudah dipahami oleh pemangku kepentingan.

4) Sederhana dan Jelas, artinya bahwa penetapan tarif harus menggunakan rumusan yang tidak rumit, dan mudah diperoleh serta hitungan mudah dilakukan. 5) Partisipatif, artinya bahwa dalam penentuan tarif harus melibatkan semua pihak

yang berkepentingan, termasuk semua calon penerima manfaat, sehingga tarif

yang ditetapkan merupakan keputusan bersama.

6) Adil, artinya bahwa orang yang menerima manfaat lebih banyak harus dikenakan tarif yang lebih tinggi dibandingkan orang yang menerima manfaat lebih sedikit. Dalam hal ini dapat ditetapkan dengan tarif progresif.

b. Jenis-Jenis Tarif

Secara garis besar terdapat dua jenis tarif bila dilihat dari cara penentuannya, yaitu:

1) Tarif Tidak Berdasarkan Volume

Tarif ini tidak melihat berapa jumlah manfaat yang diterima oleh setiap rumah tangga atas penggunaan prasarana tertentu. Struktur tarif yang seperti ini tidak membutuhkan adanya perhitungan berapa manfaat yang telah diterima oleh masing-masing penerima manfaat, tetapi dikenakan sama rata untuk setiap rumah tangga/penerima manfaat. Tarif yang demikian memiliki keuntungan bahwa dalam perhitungan penerimaan tarif lebih mudah dilakukan, karena hanya mengalikan besarnya tarif dengan jumlah penerima manfaat, tanpa harus menghitung berapa banyak manfaat yang diterima oleh setiap pemakai jasa layanan.

Di sisi lain memiliki kelemahan, bahwa tarif tersebut tidak mencerminkan keadilan, karena pihak yang menerima manfaat kecil dibebani tarif yang sama dengan pihak yang menerima manfaat lebih banyak. Tarif ini lebih cocok digunakan untuk pelayanan yang sulit untuk di kuantifikasi, misalnya pelayanan pembuangan sampah, MCK, pembuangan air limbah.

Dalam kasus pelayanan pembuangan sampah dan pembuangan air limbah, maka pengelola akan sulit menentukan berapa banyak sampah yang telah dibuang oleh setiap rumah tangga, sehingga kasus ini lebih tepat jika tarif ditetapkan sebesar rupiah tertentu pada setiap rumah tangga. Kalaupun akan diterapkan prinsip subsidi silang, maka perlu dipertimbangkan aspek pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga maka dapat dikenakan tarif yang lebih besar dibandingkan dengan yang berpendapatan lebih rendah.

Dalam kasus pelayanan MCK juga memiliki kriteria yang sama, dimana akan sulit dilakukan pengukuran besarnya manfaat yang diterima secara kuantitatif. Sehingga tarif pelayanan MCK lebih tepat dikenakan dalam rupiah per sekali pakai atau dalam rupiah per bulan per rumah tangga pemakai.

2) Tarif Berdasarkan Volume (Volumetrics Tarif)

Dalam metode ini, alokasi biaya yang akan dibebankan sebagai tarif diperhitungkan secara proporsional berdasarkan kriteria fisik penggunaan jasa layanan, antara lain dalam volume. Dengan demikian tarif ditentukan berdasarkan volume pelayanan yang benar-benar digunakan secara individual atau rumah tangga. Tarif ini lebih sesuai digunakan untuk penetapan tarif pelayanan penyediaan air bersih, sehingga setiap sambungan rumah tangga harus dilengkapi dengan meter air.

3) Formula Perhitungan Tarif

a. Tarif Pelayanan Air Bersih

Secara umum Perhitungan Tarif/Harga Pokok Pelayanan air bersih dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Seluruh Biaya O dan P Dalam 1 Bulan (Rp) Tarif Air Bersih = ---

Jumlah Air Yang Terjual Dalam 1 Bulan (M3)

Biaya O dan P yang diperhitungkan untuk tingkat pemulihan biaya sampai pada operasi dan pemeliharaan:

1) Biaya administrasi (ATK, foto copy, dsb)

2) Biaya umum (misalnya konsumsi rapat, kontribusi ke pemerintah desa)

3) Honor pengelola (bila disepakati warga)

4) Biaya pengoperasian prasarana yang dikelola (misalnya BBM, listrik,

dll)

5) Biaya perawatan dan perbaikan ringan prasarana yang dikelola

6) Biaya penggantian investasi (depresiasi/penyusutan)

7) Biaya lain-lain yang menjadi beban dalam pelayanan

Dari formula tersebut akan dapat diperoleh tarif dasar dalam satuan Rp per M3.

b. Tarif Pelayanan Persampahan

Untuk mencapai pemulihan biaya pada tingkat operasi dan pemeliharaan, maka tarif pelayanan persampahan dapat ditetapkan dengan formula sebagai berikut:

Seluruh Biaya O dan P Dalam 1 Bulan Tarif Persampahan = ---

Jumlah Pelanggan (Rumah Tangga)

Biaya yang diperhitungkan untuk tingkat pemulihan biaya sampai pada operasi dan pemeliharaan:

1) Biaya administrasi (ATK, foto copy, dsb)

2) Biaya umum (misalnya konsumsi rapat, kontribusi ke pemerintah desa)

3) Honor pengelola (bila disepakati warga)

4) Biaya pengoperasian prasarana yang dikelola (misalnya BBM, listrik,

dll)

5) Biaya perawatan dan perbaikan ringan prasarana yang dikelola

6) Biaya penggantian investasi (depresiasi/penyusutan)

7) Biaya lain-lain yang menjadi beban dalam pelayanan

Dari formula tersebut akan dapat diperoleh tarif dasar dalam saruan Rupiah Per Rumah Tangga Per Bulan.

a) Tarif Pelayanan MCK

Seluruh Biaya O dan P Dalam 1 Bulan Tarif Pelayanan MCK = ---

Jumlah Rumah Tangga Yang Dilayani

Biaya yang perlu diperhitungkan untuk tingkat pemulihan biaya sampai pada operasi dan pemeliharaan:

1) Biaya administrasi (ATK, foto copy, dsb)

2) Biaya umum (misalnya konsumsi rapat, kontribusi ke pemerintah desa)

3) Honor pengelola (bila disepakati warga)

4) Biaya pengoperasian prasarana yang dikelola (misalnya BBM, listrik,

dll)

5) Biaya perawatan dan perbaikan ringan prasarana yang dikelola

6) Biaya penggantian investasi (depresiasi/penyusutan)

7) Biaya lain-lain yang menjadi beban dalam pelayanan

Dari formula tersebut akan dapat diperoleh tarif dasar dalam saruan Rupiah Per Rumah Tangga Per Bulan.

b) Tarif Pungutan Jalan Ber-retribusi

Sebenarnya komponen jalan bukanlah prasarana yang bersifat cost recovery,

karena jalan merupakan prasarana publik yang siapa saja bisa menikmatinya. Akan tetapi dalam pembangunan jalan yang difasilitasi melalui REKOMPAK-JRF, ada yang pemanfaatannya melebihi dari kapasitas desain, yaitu dilewati truk-truk bermuatan tinggi (truk pasir), sehingga mengakibatkan kerusakan jalan menjadi lebih cepat dari yang semestinya.

Dalam kasus ini pengguna jalan, khususnya truk-truk yang bermuatan tinggi wajib dikenakan iuran guna perawatan jalan, sehingga ada jaminan bahwa unur teknis pemanfaatan jalan dapat dicapai sesuai dengan yang direncanakan.

Dalam menentukan tarif iuran/retribusi jalan ini dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Seluruh Biaya O dan P 1 Bulan

Tarif Pungutan Jalan = --- Jml Truk Bermuatan Berat Yang Lewat Dalam 1 Bulan

Biaya O dan P yang perlu diperhitungkan:

- Biaya honor pengelola (bila disepakati warga)

- Biaya pemeliharaan (perawatan kerusakan)

- Biaya perawatan rutin (upah pembersihan jalan, saluran disekitar jalan)

- Biaya penggantian investasi (depresiasi/penyusutan)

Apabila tarif pelayanan dirancang untuk memulihkan biaya O dan P dan biaya pengembalian investasi, maka dari biaya-biaya tersebut ditambahkan

beban biaya depresiasi (biaya penyusutan alat dan bangunan). Biaya

depresiasi adalah alokasi sejumlah dana yang dicadangkan untuk penggantian prasarana yang dikelola pada saat umur ekonomisnya habis karena pengoperasian. Biaya depresiasi dapat dihitung dengan menggunakan metode garis lurus, yaitu dengan cara membagi nilai perolehan asset (prasarana dan sarana) dengan perkiraan umur teknis.

Apabila tarif pelayanan dirancang untuk menggalang dana yang akan digunakan untuk pengembangan pelayanan, maka beban biaya yang diperhitungkan selain biaya O dan P dan depresiasi, juga harus dialokasikan

beban biaya cadangan pengembangan, yang besarnya dapat disepakati

melalui rembug warga. Biasanya biaya cadangan pengembangan ditentukan sebesar persentase tertentu dari keuntungan.

8) Mekanisme Penetapan Tarif

Penetapan tarif dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:

a. Tim pengelola yang telah dibentuk menyusun draft penetapan tarif yang

dihitung berdasarkan perkiraan biaya yang akan dibebankan, yaitu biaya operasi dan pemeliharaan, biaya penggantian investasi (depresiasi/ penyusutan) dan lain-lain.

b. Tim pengelola yang diprakarsai ketua tim mengumpulkan semua anggota tim

pengelola dan semua warga pemanfaat.

c. Lalu dijelaskan perlunya pembiayaan untuk operasi dan pemeliharaan

prasarana yang dikelola, dijelaskan untung ruginya bila dikelola dengan biaya yang memadai dan bila dikelola dengan biaya yang tidak memadai.

d. Anggota pemanfaat/warga pemanfaat diminta pendapatnya dan masukannya

terkait dengan perhitungan perkitraan biaya (dan perkiraan penggunaan air oleh pemanfat dalam satu bulan, untuk komponen air bersih) yang telah disusun oleh pengurus.

e. Kemudian semua peserta yang hadir diajak menghitung bersama besaran tarif

berdasarkan rumusan yang digunakan dan diminta kesepakatannya. Kesepakatan penetuan tarif ini harus dituangkan dalam berita acara.

Mekanisme penetapan tarif secara lebih jelas dapat dilihat dalam “Tata Cara

Penetapan Tarif Retribusi” pada Lampiran –1.

9) Struktur Tarif Progresif

Penerapan struktur tarif yang bersifat progresif bertujuan untuk menghindari terjadinya pengoperasian sumber daya yang berlebihan. Dengan menerapkan struktur tarif progresif maka konsumen cenderung akan mempertimbangkan penggunaan sumber daya yang berlebihan, karena konsumen akan berfikir apabila tidak mengendalikan pemakaian sumber daya berarti akan membayar pada tingkat tarif yang lebih tinggi.

Penerapan struktur tarif progresif cocok diterapkan untuk komponen pelayanan prasarana yang tarifnya ditetapkan dalam rupiah per volume yang dikonsumsi, misalnya komponen air bersih. Dengan tarif progresif akan diperoleh keuntungan sebagai berikut:

a. Akan menjadi alat kendali bagi konsumen agar tidak terjadi pengoperasian

sumberdaya yang berlebihan.

b. Akan terjadi pemupukan keuntungan pengelola, karena akan diperoleh

penerimaan tarif yang melebihi kebutuhan biaya pengelolaan terutama berasal dari konsumen yang mengkonsumsi melebihi batas jumlah tertentu.

c. Akan terwujud prinsip keadilan, dimana yang banyak menggunakan

pelayanan akan membayar dalam tarif yang lebih tinggi dan sebaliknya yang sedikit menggunakan jasa pelayanan akan membayar dalam tarif yang lebih rendah.

Contoh Struktur Tarif Progresif untuk Air Bersih:

No Pemakaian Air Per Bulan (M3) Satuan Besarnya Tarif 1 0 – 10 Rp./M3 A 2 11 – 20 Rp./M3 1,5 A 3 21 – 30 Rp./M3 2 A 4 30 – 40 Rp./M3 2,5 A 5 41 ke atas Rp./M3 3 A

10) Peninjauan Tarif Secara Berkala

Minimal setiap 2 (dua) tahun sekali perlu dilakukan peninjauan kembali tingkat tarif yang berlaku, yaitu bertujuan untuk mengakomodir adanya kenaikan biaya- biaya pengelolaan sebagai akibat dari adanya kenaikan inflasi. Peninjauan kembali terhadap tarif ini harus dilakukan melalui rembug warga (anggota penerima manfaat) dengan mekanisme yang sama seperti ketika penentuan tarif awal, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menghitung kembali kebutuhan biaya operasi dan pemeliharaan sesuai

dengan harga-harga yang paling terakhir, termasuk penyesuaian upah (gaji) pengelola maupun tenaga kerja lainnya.

b. Untuk komponen air bersih, perlu pemutahiran volume air terjual rata-rata

bulanan berdasarkan data realisasi beberapa bulan sebelumnya.

c. Untuk komponen persampahan dan MCK, perlu pemutakhiran jumlah

pelanggan sesuai dengan data terakhir.

d. Menghitung tarif dasar berdasarkan data pengeluaran (biaya) yang ”up to date”, dan menyusun struktur tarif sesuai dengan yang ditetapkan bersama dalam rembug warga.

Dalam dokumen Pedoman Operasi Dan Pemeliharaan Prasara (Halaman 65-73)

Dokumen terkait