• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

5. Penyusutan Aktiva Tetap PT. Perkebunan Nusantara III

Seluruh aktiva tetap milik PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan disusutkan kecuali tanah dan TBM atau tanaman belum menghasilkan. TBM ini belum wajar disusutkan karena pinjaman keluar negeri pun belum diangsur atau diberikan gross profit atau masa tenggang, dan setelah menghasilkan baru mulai diangsur dan pada saat itulah mulai disusutkan.

Berhubungan dengan biaya penyusutan aktiva tetap, kebijakan akuntansi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan sebagai berikut :

a. Penyusutan dihitung atas aktiva tetap yang ada pada akhir pembukuan. Dalam tahun buku berjalan minimal 9 (sembilan) bulan kalender. Untuk

tanaman karet, kelapa dan kakao mulai disusutkan sejak tanaman tersebut telah menghasilkan.

b. Aktiva tetap tanaman dan non tanaman yang dinilai disusutkan berdasarkan sisa umur manfaat aktiva yang bersangkutan dengan metode garis lurus. Persentase penyusutan aktiva tetap ditetapkan perkiraan umur ekonomis masing-masing jenis aktiva, untuk lebih jelasnya kita lihat tabel 4.2 dibawah ini :

Tabel 4.2

Masa Manfaat dan Persentase Penyusutan Aktiva Tetap Jenis Aktiva Tetap

Tanaman Menghasilkan - Karet - Kelapa sawit - Kakao Bangunan Rumah : % Penyusutan 5,00 4,00 5,00 5,00 10,00 5,00 10,00 Masa Manfaat (Tahun) 20,00 25,00 20,00 20,00 10,00 20,00 10,00

- Permanen - Semi permanen Bangunan Perusahaan : - Permanen

- Semi permanen

Mesin-mesin dan Instalasi : - Mesin pabrik

- Mesin non pabrik, tangki timbun Jalan, jembatan dan saluran air : - Jalan

- Jembatan permanen Alat Pengangkutan :

- Jeep, mini bus, dan sejenisnya - Truck, trailer, forklit

Alat pertanian dan Inventaris Kecil : - Tenaga electric, komputer

- Non electric 5,00 10,00 6,67 6,67 20,00 20,00 20,00 10,00 20,00 10,00 15,00 15,00 5,00 5,00 5,00 10,00

Aktiva yang telah habis umurnya tetapi belum dihapuskan dari laporan diberi nilai sebesar Rp. 1,00. Dengan demikian, aktiva tersebut selalu tercantum dalam neraca perusahaan. Aktiva tidak berwujud, perusahaan juga melaksanakan amortisasi dengan metode garis lurus. Lihat tabel dibawah ini :

Tabel 4.3

Uraian % Setahun Masa Manfaat

HGU 5 20

HGB 6,67 15

Beban Penelitian dan pengembangan 6,67 15

Beban Sertifikasi ISO 9000 20 5

Beban Sertifikasi ISO 14000 20 5

Beban Sertifikasi ISO Guide 2500 20 5

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III

6. Penyajian Aktiva Tetap di Neraca Perusahaan

Sebelum penulis paparkan penyajian aktiva tetap di neraca PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan ini, ada baiknya penulis jelaskan terlebih dahulu contoh aktiva yang ada pada neraca terbagi lima yaitu sebagai berikut :

a. Aktiva lancar (tidak disusutkan) - Kas

- Piutang - Persediaan - Dan lain-lain

b. Tanah (tidak disusutkan) - Gedung (disusutkan)

- TBM (tanaman belum menghasilkan/ belum disusutkan) - TM (disusutkan

- Tanah lokasi tambang (deplasi) c. Investasi (tidak disusutkan)

Pembelian surat berharga perusahaan lain d. Intangible Assets (diamortisasi)

- Patent net - Copy right net - Trade mark net - Dan lain-lain e. Aktiva lain-lain

- Harta status perkara - Aktiva full depreciated

Ini artinya aktiva tetap tersebut dikelompokkan dalam satu kelompok dan disusutkan yang seharusnya disusutkan dan tidak disusutkan untuk aktiva tersebut seperti tanah dan TBM. Dengan demikian aktiva tersebut akan kelihatan historical costnya, total akumulasinya dan book valuenya atau nilai bukunya. Book value atau nilai bukunya sama dengan penyajian piutang. Akan tetapi lain dengan intangible assets atau aktiva tidak berwujud bahwa didalam neraca hanya kelihatan netnya saja. Sedangkan amortisasinya tidak kelihatan. Jika penulis perhatikan pada lampiran ada empat tahun neraca PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan bahwa: aktiva tetap yang ada pada lampiran terbagi menjadi TBM dan TM lalu dipecah lagi:

1. Kelapa sawit 2. Karet

3. Kakao 4. Kayu jati

TBM tidak disusutkan, TM disusutkan, bangunan rumah, bangunan kantor disusutkan. Mesin dan perlengkapan pabrik disusutkan, jalan jembatan dan saluran air disusutkan, alat pengangkutan disusutkan dan alat-alat pertanian, inventaris kantor disusutkan sehingga kelihatan aktiva netnya tersebut (lihat lampiran)

B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Aktiva Tetap

Manajemen PT. Perkebunan Nusantara III dalam kebijakan akuntansinya tidak menjelaskan secara rinci pengerti defenisi aktiva tetap. Penggolongan aktiva tetap PT. Perkebunan Nusantara III dilakukan berdasarkan pada ketentuan-ketentuan berikut ini :

1. Nilai perolehannya relatif besar, yaitu Rp. 2.500.000,00 keatas. 2. Digunakan dalam operasi normal dan tidak dijual.

3. Masa manfaatnya lebih dari satu tahun atau periode akuntansi.

Adanya pembatasan nilai perolehan aktiva tetap (harus melebihi Rp. 2.500.000,00) tidak termasuk dalam kriteria aktiva tetap manurut standar akuntansi keuangan tetapi dalam kebijakan akuntansi aktiva tetap perusahaan, ketentuan tersebut lebih diutamakan, karena berkaitan dengan pertimbangan materialitas. Aktiva perusahaan yang memenuhi ketiga kriteria diatas digolongkan berdasarkan jenisnya sebagai berikut:

1. Tanah secara menyeluruh

2. Tanaman belum menghasilkan (TBM) 3. Tanaman menghasilkan (TM)

4. Bangunan secara meneyeluruh 5. Mesin dan instalasi

6. Jalan, jembatan dan saluran air 7. Alat pengangkutan

8. Alat-alat pertanian dan inventaris keci 9. Dan lain-lain

PT. Perkebunan Nusantara III juga membuat penggolongan aktiva tetap sesuai lokasinya yaitu :

1. Aktiva tetap kantor pusat 2. Aktiva tetap unit-unit kebun

3. Aktiva tetap kantor-kantor perwakilan

Penggolongan aktiva tetap yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara III telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Sedangkan untuk memperoleh aktiva tetapnya, PT. Perkebunan Nusantara III melaksanakan tiga cara cara yaitu:

1. Pembelian secara tunai 2. Membuat sendiri

3. Kontrak kerja dengan pihak tertentu

Aktiva tetap dengan membeli tunai dilakukan dengan cara memberikan tender kepada calon pemasok, baik dari pemasok lokal, pemasok nasional, maupun pemasok asing. Pembelian tunai ini dibedakan dengan pembelian lokal dan cara

import. Prosedur yang dilaksanakan pada kedua jenis pembelian ini mencerminkan internal control yang sama. Perolehan aktiva tetap dengan cara membuat sendiri dilakukan untuk pengadaan tanaman. Dengan cara tahapan-tahapan yang dilakukan adalah penyiapan bibit lahan, penanaman bibit, dan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan. Kontrak kerja dengan pihak lain dilakukan dengan cara pemberian tender kepada kontraktor yang menawarkan jasa pengadaan. Cara ketiga dipergunakan untuk membuat bangunan perusahaan dan bangunan rumah. Harga perolehan yang dicatat pada ketiga cara tetap diatas telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Harga perolehan mencakup semua biaya yang dikeluarkan hingga aktiva tersebut siap untuk dipergunakan.

Aktiva tetap PT. Perkebunan Nusantara III (persero) Medan diakui berdasarkan harga perolehan, sesuai dengan konsep pengakuan aktiva tetap dalam standar akuntansi keuangan. Komponen yang termasuk harga perolehan adalah biaya-biaya yang terjadi dalam proses perolehan aktiva sampai siap untuk dipergunakan. Pengukuran nilai aktiva tetap bersifat kuantitatif, yang berarti menghitung total biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap tersebut. Pada perusahaan penetapan jumlah moneter kuantitatif dilakukan secara kelompok untuk aktiva tanaman, dan tidak dalam bentuk kelompok untuk aktiva non tanaman, menurut penulis biaya dalam rangka penyelenggaraan tender untuk pengadaan aktiva tetap tidak selayaknya dikapitalisasikan ke dalam nilai aktiva tetap bersangkutan. Alasan penulis menyatakan demikian adalah karena setiap proses tender yang dilakukan belum tentu berhasil memfasilitasikan perolehan

aktiva tetap tersebut. Masuknya biaya tender kedalam aktiva tetap akan mengakibatkan penilaian yang terlalu tinggi atas aktiva tetap tersebut.

Pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan selama masa penggunaan aktiva tetap terbagi atas pengeluaran rutin dan pengeluran tidak rutin. Dengan mengacu pada pembagian pengeluaran menurut akuntan, maka pengeluaran-pengeluaran yang bersifat rutin ini disebut pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Pengeluaran tidak rutin nilainya relatif material dan dilakukan untuk menambah masa manfaat aktiva tetap diperlakukan sebagai pengeluaran modal (capital expenditure). Karena aktiva tetap perusahaan terdiri dari tanaman dan non tanaman maka pengeluaran rutin yang dilakukan atas kedua jenis aktiva tersebut juga tidak sama.

Beban merawat dan mempertahankan produkivitas tanaman dikeluarkan untuk tanaman menghasilkan, dan terdiri dari biaya menyiangi, merumput, dan pemberantasan hama dan penyakit tanaman, serta pemupukan. Pengeluaran-pengeluran yang tidak rutin yang dilakukan untuk perbaikan aktiva tetap non tanaman yang menambah masa ekonomisnya, akan dikapitalisasikan. Praktek ini telah sesuai dengan definisi ikatan akuntan indonesia untuk pengeluaran modal yang menyatakan bahwa pengeluaran setelah perolehan suatu aktiva tetap yang memperpanjang masa manfaat kemudian memberi manfaat perekonomian di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi atau peningkatan standar kinerja harus ditambahkan pada jumlah yang tercatat pada aktiva tetap.

Dalam prakteknya terdapat pula pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya relatif material, serta tidak dianggarkan dalam RKAP yang dilakukan apabila terdapat aktiva rusak secara mendadak. Terhadap pengeluaran ini praktek akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan adalah mengkapitalisasikannya pada aktiva yang bersangkutan apabila menambah masa manfaat. Atau memperlakukannya sebagai beban yang ditangguhkan apabila tidak menambah masa manfaatnya dan diamortisasi selama beberapa periode akuntansi, karena akan berpengaruh pada laba jika dibebankan seluruhnya pada tahun berjalan.

2. Penyusutan Aktiva Tetap

Penyusutan merupakan penerapan prinsip pembebanan dimana biaya-biaya aktiva tetap yang digunakan selama satu periode dibebankan kepada pendapatan yang dihasilkan. Praktek penyusutan aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan adalah :

a. Seluruh aktiva tetap disusutkan berdasarkan metode garis lurus, Cuma saja umur aktiva tetap tersebut tidak sama.

b. Aktiva tetap yang disusutkan adalah aktiva yang ada pada akhir pembukuan, yang perolehannya dalam tahun buku berjalan minimal 9 bulan kalender. c. Seluruh jenis aktiva tetap disusutkan berdasarkan masa manfaatnya.

Aktiva tetap perusahaan terdiri dari dua bagian besar yaitu: tanaman dan non tanaman. Pemilihan metode penyusutan harus pula mempertimbangkan sifat-sifat kedua bagian aktiva tersebut. Aktiva tanaman masa manfaatnya sangat dipengaruhi oleh waktu dan bukan dipengaruhi faktor keusangan, sedangkan

aktiva non tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor penggunaan dan kerusakan fisik, serta keusangan, karena sifat pemakaiannya yang bergantung pada teknologi, dan umur.

Pendapatan yang dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit dan kakao pada tahun-tahun awal umumnya naik sampai pertengahan umur produktifnya, lalu akan berangsur-angsur turun kecuali karet yang terbalik. Metode garis lurus yang ditetapkan pada tanaman kelapa sawit dan kakao akan menyebabkan biaya penyusutan yang sama setiap tahunnya, baik pada saat pendapatan tinggi maupun pada saat pendapatan menurun. Menurut penulis, penerapan metode ini tidak sesuai dengan pengertian rasional, dimana metode penyusutan yang dipilih seharusnya terkait dengan manfaat yang diharapkan, yaitu adanya penandingan nilai-nilai masukan dengan pendapatan yang diharapkan, sedangkan karet semakin tua semakin banyak produksinya.

Sebagian dari aktiva tetap non tanaman yaitu bangunan rumah, bangunan perusahaan, jalan, jembatan dan saluran air serta alat-alat pertanian dan inventaris, masa manfaatnya dipengaruhi oleh waktu dengan demikian, maka masa manfaat di aktiva tersebut akan dianggap habis. walaupun aktiva tersebut mungkin tidak pernah digunakan. Manfaat yang diberikan oleh aktiva jenis ini relatif konstan, demikian juga biaya perawatan dan perbaikannya. Sifat aktita tetap ini hanya sebagai penunjang proses produksi, sehingga faktor keusangan tidak begitu diperhatikan. Menurut penulis, penerapan metode penyusutan garis lurus untuk aktiva tetap jenis ini telah dapat menggambarkan realitas yang sebenarnya. Untuk jenis aktiva tidak berwujud, penerapan metode garis lurus telah sesuai dengan

Standar Akuntansi Keuangan. Demikian juga dengan ketentuan perpajakan yang mengajurkan penerapan metode garis lurus untuk amortisasi aktiva tidak berwujud, Cuma saja bedanya bahwa aktiva tetap berwujud memiliki nilai sisa, sedangkan nilai sisa aktiva tidak berwujud adalah nol.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil analisis pada bab sebelumnya, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut.

Dokumen terkait