BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4. Penyusutan Aktiva Tetap
a. Definisi Penyusutan
Menurut buku Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 16-2) bahwa "penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya”.
Seuai dengan kutipan diatas bahwa angka penyusutan suatu aktiva sesuai umur aktiva tersebut. Perusahaan menghitung jumlah penuyusutan dari aktiva yang dimiliknya agar tercapainya prinsip pengaitan (matching
principle), yaitu mengaitkan pendapatan pada satu periode akuntansi dengan biaya dari barang-barang dan jasa yang dikonsumsi guna menghasilkan pendapatan serta memperhitungkan penurunan kegiatan aktiva tetap kerena pemakaian sesuai dengan umur yang ditetapkan sesuai standar akuntansi keuangan.
Jenis aktiva yang dapat disusutkan adalah :
1) Aktiva tersebut digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi 2) Mempunyai masa manfaat yang terbatas bukan selamanya
3) Digunakan dalam produksi atau memasok barang dan jasa untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.
Ketentuan perpajakan mengatur masalah penyusutan dalam Pasal 11 Undang-undang Nomor 17 tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, yang menyatakan bahwa:
Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, dan Hak Pakai yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, managih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut
Menurut penulis yang bernama Waluyo (2006 : 122) menyebutkan bahwa : Persyaratan aktiva tetap yang dapat disusutkan menurut ketentuan perpajakan meliputi :
1) Harta yang dapat disusutkan adalah harta berwujud;
3) Harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
Sedangkan penulis lain yaitu : Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess (2005 : 497) “ tiga faktor harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah beban penyusutan yang diakui setiap periode, yaitu (a) biaya awal aktiva tetap, (b) umur manfaat yang diperkirakan, dan (c) estimasi nilai pada akhir umur manfaat “.
Sedangkan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menghitung besarnya penyusutan suatu aktiva adalah :
1) Aktiva yang disusutkan adalah yang berwujud.
2) Biaya awal aktiva tetap, sering disebut dengan biaya perolehan, adalah pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan.
3) Umur manfaat, atau umur aktiva, yaitu umur aktiva dalam usaha.
4) Estimasi nilai pada akhir umur manfaat, sering disebut dengan nilai sisa atau nilai residu setelah aktiva full depreciated.
b. Metode Penyusutan
Metode penyusutan aktiva tetap dapat diterapkan dengan berbagai metode, baik menurut akuntansi komersial maupun ketentuan perpajakan. Metode-metode tersebut harus digunakan secara sistematis dan diterapkan secara konsisten untuk memperoleh jumlah yang dapat disusutkan dan dialokasikan ke periode akuntansi selama masa manfaat aktiva tersebut.
Buku Standar Akuntansi Keuangan (2004:17.3), metode alokasi biaya penyusutan dikelompokkan menurut kriteria adalah sebagai berikut :
Beberapa metode penyusutan dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Berdasarkan waktu
a. Metode garis lurus (straight-line-depreciation)
b. Metode pembebanan menurun (decreasingt-charge-depreciation): i. Metode-jumlah-angka Tahun (sum-of-the-year-digit method) ii. Metode-saldo-menurun/Saldo-menurun-ganda
(declining/double declining-balance-method)
• Berdasarkan penggunaan :
a. Metode-jam-jasa (service-hour-method)
b. Metode-jumlah-unit-produksi (productive-output-method)
• Berdasarkan kriteria lainnya :
a. Metode-berdasarkan jenis dan kelompok (group-and-composite-method)
b. Metode-anuitas (annuity-method) c. Sistem-persediaan (inventory-system)
Masa manfaat menurut PSAK No.17 (2007 : 17.2) adalah :
• “Periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan; atau
• Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan”.
Masa manfaat dapat dinyatakan dalam periode waktu, seperti bulan, tahun, atau jasa operasi seperti jam kerja atau unit output. Pengalokasian biaya aktiva berdasarkan pengurangan manfaat yang diperoleh dari aktiva terbagi tiga istilah yang dikenal untuk jenis aktiva yang berbeda yaitu :
1. Penyusutan
Istilah penyusutan digunakan terhadap aktiva tetap yang dibuat manusia yang dapat digunakan berulang-ulang dalam produksi, contohnya gedung, pabrik, dan lain-lain.
Istilah amortisasi digunakan terhadap aktiva tidak berwujud, misalnya paten, goodwill dan biaya yang ditangguhkan.
3. Deplesi
Istilah ini digunakan sebagai penyusutan aktiva tetap yang berupa sumber-sumber alam. Aktiva tersebut tidak dapat dipakai berulang-ulang dan karena sifat alamiahnya justru menjadi produksi untuk dijual dan tidak dapat diperbaiki lagi, contoh tambang batu bara, tambang, galian batu dan lain-lain.
Ketiga istilah diatas tidak bisa dipindahkan antara satu dengan yang lain, karena sedang menjadi ketentuan bahwa istilah amortisasi hanya untuk aktiva tak berwujud semikian seterusnya.
Untuk melihat semua keterangan diatas dapat diakui ada 3 faktor yang diperhatikan dalam menentukan jumlah beban penyusutan setiap periode akuntansi, yaitu :
1) Harga perolehan aktiva
Harga perolehan aktiva meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan agar dapat dipakai atau dikenal dengan istilah sejarah nilai belinya.
2) Nilai residual atau nilai sisa suatu aktiva
Nilai sisa adalah nilai yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva sudah tidak digunakan lagi atau full depreciated.
3) Masa manfaat aktiva
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 17.2) dalam PSAK No.17 “masa manfaat adalah:
a. Periode suatu aktiva yang diharapkan digunakan oleh perusahaan, Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan”.
b. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan”.
Dalam prakteknya, tiga istilah yang berbeda telah dipakai secara luas untuk menggambarkan proses alokasi biaya ini, tergantung pada jenis aktiva. Ketiga istilah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Alokasi biaya aktiva berwujud disebut dengan sitilah depreciation 2. Untuk bahan mineral dan sumber daya alam dikenal dengan
depletion
3. Untuk aktiva tidak berwujud disebut amortization istilahnya depreciation, diterjemahkan dengan depresiasi atau penyusutan, depletion diterjemahkan dengan deplesi sedangkan amortization diterjemahkan dengan amortisasi.
5. Pengeluaran terhadap Aktiva Tetap
Selama penggunaan aktiva tetap berbagai biaya yang harus dikeluarkan agar dapat berjalan dengan harapan. Biaya tersebut adalah biaya perbaikan, biaya pemeliharaan, biaya reperasi, biaya penambahan,
biaya penggantian. Biaya-biaya tersebut dikeluarkan oleh perusahaan agar aktiva tetap yang digunakan dalam operasi perusahaan tetap dapat berfungsi dan berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan perusahaan tersebut.
Kesalahan dalam pengelompokan biaya bisa mempengaruhi rencana perusahaan dalam mencapai tujuan. Pengelompokan pengeluaran perlu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam pengklasifikasian biaya. Untuk itu perlu pengetahuan tentang taksiran umur ekonomis aktiva tetap, memilih penyusutan yang tepat dan batasan tentang pengeluaran pemeliharaan dan perbaikan.
Penulis Zaki Baridwan (2004 : 272) mengklasifikasikan pengertian pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan adalah :
a. Pengeluaran Modal (capital expenditure)
Adalah pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening aktiva (dikapitalisasi).
b. Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditure)
Adalah pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Oleh karena itu, pengeluaran ini dicatat dalam rekening biaya.
6. Penarikan Aktiva Tetap
Aktiva tetap perusahaan dapat dihentikan operasinya baik secara normal maupun secara terpaksa. Aktiva tetap yang dihentikan penggunaanya dapat disebabkan aktiva tetap sudah berakhir masa umurnya, aktiva tetap rusak dan tidak dapt dipergunakan lagi oleh perusahaan.
Akibat yang timbul dari penghentian aktiva tetap beroperasi ini adalah timbulnya kerugian atapun keuntungan. Menurut PSAK no. 16 (2007 : 16.2) : “Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan suatu aktiva tetap diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi”.
Penghentian aktiva tetap dapat berpengaruh langsung terhadap proses produksi, untuk penggantian aktiva dengan yang baru tersebut. Proses produksi dapat terganggu apabila ternyata aktiva tetap merupakan sarana yang vital bagi perusahaan. Pencatatan yang harus dilakukan bila terjadi penghentian aktiva tetap adalah :
a. Meng-up date kan buku perusahaan
Total jumlah biaya penyusutan dari awal tahun buku berjalan sampai pada tanggal terjadinya transaksi penarikan itu harus tercatat.
b. Eliminasi
Dalam mencatat transaksi ini maka harus dihapuskan semua perkiraan yang berhubungan dengan aktiva yang ditarik.
Beberapa hal yang penting dilakukan oleh perusahaan sehubungan dengan penghetian aktiva tetap adalah :
a. Aktiva tetap dibuang saja
Dalam hal ini perkiraan aktiva tetap dan akumulasi penyusutan harus dihapuskan dengan mengkreditkan perkiraan aktiva tetap yang bersangkutan sebesar harga perolehannya dan mendebet total
penyusutan sampai saat penyingkirannya. Apabila ada nilai sisanya, maka dicatat sebagai kerugian atas pelepasan aktiva tersebut.
b. Aktiva tetap dapat dijual
Penyusutan yang terjadi selama periode antara tanggal ayat jurnal penyusutan terakhir dibuat dengan tanggal penjualan, nilai sisa aktiva tersebut jika selisih dengan harga jual dapat dihitung laba atau rugi.
c. Aktiva tetap dapat ditukar
Prosedur penukaran aktiva tetap sama dengan prosedur perolehannya yang dilakukan melalui pertukaran.
d. Dipakai di luar operasi normal perusahaan
Aktiva tetap tersebut dicatat atau digolongkan sebagai investasi. Contoh : Tanah yang dibeli yang tidak diperuntukkan untuk bangungan di atasnya.
e. Aktiva tetap di non-aktifkab atau parkir
Aktiva yang tidak dipakai lagi dalam operasi perusahaan dicatat atau digolongkan sebagai aktiva lain-laima dengan, di neraca perusahaan dengan nilai nol yaitu harga dengan penyusutan atau dibulatkan Rp1. 7. Penyajian Aktiva Tetap di Neraca Perusahaan
Menurut Buku Standar Akuntasi Keuangan (2007 : 1.3) laporan keuangan tersebut yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini :
a. Neraca;
b. Laporan laba rugi;
c. Laporan perubahan ekuitas; d. Laporan arus kas;
e. Catatan atas laporan keuangan.
Secara umum Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam laporan keuangan yaitu pada komponen neraca dan berada pada sisi aktiva sedangkan. Menurut Harahap (2002 : 123), bentuk penyajian aktiva tetap di dalam neraca yang umumnya sering digunkanan oleh perusahaan adalah sebagai berikut :
1. “ Di neraca yang hanya mencantumkan nilai buku saja atau nilai cost aktiva tetap masing-masing dan kemudian dikurangi akumulasi Penyusutan secara global:
2. Informasi yang lebih lanjut dapat dibuat dalam catatan atas laporan keuagan. Di sini dapat dibuat nilai cost masing-masing dan Akumulasi Penyusutan masing-masing;
3. Informasi yang lebih lanjut lengkap dapat dilihat melalui lampiran daftar aktiva tetap.”
Tabel 2.1
Penyajian Aktiva Tetap di Neraca PT ABC
Neraca Per 31 Desember 20xy (Rp)
Aktiva
Aktiva Lancar Kewajiban
Passiva
Persediaan Rp. xxx Jangka Panjang Rp. xxx
Piutang Usaha Rp. xxx
Asuransi dibayar di Muka Rp. xxx
Sewa dibayar di Muka Rp. xxx
Total Aktiva Lancar Rp. xxx Commond Stock Rp. xxx Ekuitas
Investasi Rp. xxx Agio Commond Stock Rp. xxx
Tanah Rp. xxx Preferen Stock Rp. xxx
Aktiva Tetap
Gedung Rp. xxx Agio Preferen Stock Rp. xxx
A/p gedung Rp. xxx Laba ditahan Rp. xxx
Peralatan Rp. xxx
A/p peralatan Rp. xxx
Mesin Rp. xxx
Total Aktiva Tetap Rp. xxx Total Passiva Rp. xxx
Aktiva tak berwujud Rp. xxx
Aktiva lain-lain Rp. xxx
Total aktiva Rp. xxx Jumlah Kewajiban, Ekuitas
dan Laba ditahan Rp. xxx
Tabel 2.2 Laporan Laba Rugi
PT ABC Laporan laba rugi
01 Januari s/d 31 Desember 20XX
Penjualan Rp XXX
Penjualan return (Rp XXX )
Penjualan Discount ( Rp XXX)
Penjualan bersih Rp XXX
Raw material 01 Januari Rp XXX
Harga pokok penjualan
Pembelian raw material Rp XXX
Pembelian return (Rp XXX)
Pembelian discount (Rp XXX) +/-
Fright in Rp XXX
Pembelian NET Rp XXX +/+
Raw material 31 Desember Rp XXX -/-
Raw material use Rp XXX
Direct labour Rp XXX
Over head total Rp XXX +/+
Total biaya publikasi Rp XXX
Work in proses 01 Januari Rp XXX +
Rp XXX
Work in proses 31 Desember Rp XXX -
Harga pokok produksi Rp XXX
Finish good 01 Januari Rp XXX +
Rp XXX
Finish good 31 Desember Rp XXX -
Harga pokok penjualan Rp XXX -/-
Gross profit Rp XXX
Total biaya operasi Rp XXX -/-
Laba operasi Rp XXX
Pendapatan lain-lain Rp XXX
Biaya lain-lain (Rp XXX) +/-
Laba sebelum pajak Rp XXX
Pajak Rp XXX
Laba setelah pajak Rp XXX