• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusutan yang dipercepat atas aktiva tetap berwujud dalam rangka penanaman modal baru dan/atau perluasan usaha dengan masa manfaat dan

BENTUK KEMUDAHAN PERPAJAKAN YANG DIBERIKAN KEPADA INVESTOR DALAM KAWASAN EKONOMI KHUSUS

2. Penyusutan yang dipercepat atas aktiva tetap berwujud dalam rangka penanaman modal baru dan/atau perluasan usaha dengan masa manfaat dan

tarif penyusutan sebagai berikut:

Tabel 5. Penyusutan Aktiva Tetap di Kawasan Ekonomi Khusus

Kelompok Aktiva Tetap Berwujud Masa Manfaat Menjadi Tarif Penyusutan Berdasarkan Metode Garis Lurus Saldo Menurun Bukan Bangunan Kelompok I 2 Tahun 50% 100% (dibebank an sekaligus ) 50% 25% 20% Kelompok II 4 Tahun 25%

Kelompok III 8 Tahun 12,5% Kelompok IV 10 Tahun 10%

Bangunan Permanen 10 Tahun 10%

Jenis fasilitas Pajak seperti ini dikenal juga dengan fasilitas menggunakan metode accelerated depreciation, alasan diberikannya fasilitas tersebut agar investor dapat membebankan aktiva tetapnya dengan lebih cepat sehingga dapat mengurangi laba dan kemudian memperkecil pajak yang ditanggungnya.

3. Amortisasi yang dipercepat atas aktiva tak berwujud yang diperoleh dalam rangka penanaman modal baru dan/atau perluasan usaha, dengan manfaat tariff penyusutan serta tariff amortisasi dipercepat

Tabel 6. Amortisasi Aktiva Tak Berwujud di Kawasan Ekonomi

Khusus

Kelompok Aktiva Tak Berwujud

Masa Manfaat Menjadi

Tarif Amortisasi Berdasarkan Metode Garis Lurus Saldo Menurun Kelompok I 2 Tahun 50% 100% (dibebankan sekaligus) 50% 25% 20% Kelompok II 4 Tahun 25%

Kelompok III 8 Tahun 12,5%

Kelompok IV 10 Tahun 10%

4. Pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen yang dibayarkan kepada wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia sebesar 10% (sepuluh persen), atau tariff yang lebih rendah menurut perjanjian penghindaran pajak berganda yang berlaku; Fasilitas pajak jenis ini dapat dikategorikan sebagai reduced rates, karena dalam pemberian fasilitas ini tarif pajak yang seharusnya dikenakan kepada wajib pajak, dikurangi dari tarif yang seharusnya.

5. Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Tambahan 1 (satu) tahun, apabila melakukan penanaman modal dengan nilai lebih dari Rp. 200.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah).

b. Tambahan 1 (satu) tahun atau 2 (dua) tahun, apabila:

1) mempekerjakan sekurang-kurangnya 500 (lima ratus) orang tenaga kerja Indonesia selama 5 (lima) tahun berturut-turut; atau

2) mempekerjakan sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) orang tenaga kerja Indonesia selama 5 (lima) tahun berturut-turut.

c. Tambahan 1 (satu) tahun, apabila penanaman modal baru memerlukan investasi/pengeluaran untuk infrastruktur ekonomi dan sosial di lokasi usaha paling sedikit sebesar Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

d. Tambahan 2 (dua) tahun, apabila mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan di dalam negeri dalam rangka pengembangan produk atatu efisiensi produksi paling sedikit 5% (lima persen) dari investasi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun.

e. Tambahan 1 (satu) tahun, apabila menggunakan bahan baku dan atau komponen hasil produksi dalam negeri paling sedikit 70% (tujuh puluh) persen palin lambat tahun ke-4 (keempat).

f. Tambahan 2 (dua) tahun, apabila penanaman modal berupa perluasan dari usaha yang telah ada di KEK sebagian sumber pembiayannya berasal dari

laba setelah pajak (earning after taxi) wajib pajak pada satu tahu pajak sebelum tahun diterbitkannya izin prinsip penanaman modal dan/atau g. Tambahan 2 (dua) tahun, apabila melakukan ekspor paling sedikit 30%

(tiga puluh persen) dari nilai total pendapatan.

Fasilitas Pajak ini disebut juga loss carry forwards. Dalam fasilitas ini wajib Pajak dapat melakukan kompensasi kerugian dengan jangka waktu lebih dalam dari 5 tahun akan tetapi tidak melebihi 10 tahun dengan ketentuan sebagaimana diatur diatas. Dengan adanya jangka waktu pengkompensasian kerugian yang lebih lama maka wajib Pajak dapat melakukan kompensasi atas rugi yang dialaminya lebih lama sehingga rugi yang dialami itu diharapkan dapat dikompensasikan secara penuh dengan laba yang diperoleh perusahaan pada masa mendatang. Disamping itu, dengan adanya kompensasi kerugian maka jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan pada saat awal usaha menjadi lebih kecil.

Selain adanya persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah, bagi investor (pelaku usaha) yang melakukan kegiatan usaha di KEK, ditetapkan pembatasan yaitu untuk tidak dapat lagi memperoleh fasilitas pajak penghasilan berdasarkan:175

a. peraturan pemerintah mengenai fasilitas Pajak Penghasilan untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu; atau

175

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 96 tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 11

b. fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan Badan dalam rangka penanaman modal yang diatur dalam peraturan pemerintah tentang penghitungan penghasilan kena pajak dan pelunasan pajak penghasilan pada tahun berjalan;

c. fasilitas pajak penghasilan selain yang diatur dalam peraturan pemerintah ini dan selain fasilitas pajak penghasilan selain Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b tetap dapat diberikan kepada Wajib Pajak melakukan kegiatan usaha di KEK sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

Hal tersebut sebagai bentuk pembatasan untuk mencegah terjadinya tumpang tindih pemberian fasilitas dan kemudahan perpajakan yang berlaku bagi investor (pelaku usaha) mengingat Indonesia mempunyai banyak regulasi di bidang perpajakan sekaligus mengkhususkan kebijakan perpajakan di Kawasan Ekonomi Khusus.

2. Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

Bentuk kemudahan pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah di Kawasan Ekonomi Khusus ditetapkan bagi kegiatan pemasukan barang176 sebagai berikut:177

176

Yang dimaksud dengan barang kena pajak tertentu dalam ketentuan tersebut adalah Barang dan bahan untuk diolah, dirakit dan/atau dipasang pada barang lain; Barang yang diperuntukkan bagi kegiatan penyimpanan, perakitan, penyortiran, pengepakan, pendistribusian, perbaikan dan perekondisian permesinan; dan/atau Barang modal termasuk peralatan untuk

pembangunan/konstruksi yang digunakan untuk proses produksi serta

pembangunan/pengembangan KEK 177

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 96 tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 12 ayat (1)

a. Pemasukan barang kena pajak tertentu oleh Badan Usaha dan/atau Pelaku Usaha di KEK dari TLDDP.178

b. Pemasukan barang kena pajak tertentu oleh Badan Usaha dan/atau pelaku usaha di KEK dari selain TLDDP

c. Pemasukan barang kena pajak tertentu oleh pelaku usaha di KEK kepada Pelaku Usaha di KEK lainnya; dan/atau

d. Penyerahan barang kena pajak tertentu antar pelaku Usaha di KEK.

Namun dalam Pasal 13 ditetapkan ketentuan yang berlaku bagi Pelaku Usaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak di KEK ke TLDDP yang tujuannya bukan kepada pihak yang mendapat fasilitas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana yang telah diatur tetap dikenai Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan, selain itu pelaku usaha tersebut diwajibkan untuk melunasi Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas barang kena pajak yang pada saat impornya atau penyerahannya tidak dipungut.

3. Pajak, Bea dan cukai untuk kegiatan utama di KEK Pariwisata

Melalui PP Fasilitas dan Kemudahan di KEK diberlakukan beberapa fasilitas kemudahan terutama dalam hal perpajakan, kepabeanan dan cukai bagi

178 Tempat Lain Dalam Daerah Pabean ( TLDDP ) adalah Daerah Pabean selain Kawasan Bebas, Tempat Penimbunan Berikat dan Kawasan Ekonomi Khusus. Dalam arti lain Daerah Pabean di wilayah Indonesia yang tidak ditunjuk sebagai Kawasan Bebas, TPB dan KEK. Jenis ini merupakan pemberitahuan pengeluaran barang. Pengeluaran barang dari KB ke TLDDP akan

dikenakan Pajak Pertambahan Nilai,

KEK yang kegiatan utamanya bergerak di bidang Pariwisata. Pertama, kemudahan tersebut diberikan kepada Toko yang berada pada KEK pariwisata dapat berpartisipasi dalam skema pengembalian Pajak Pertambahan Nilai kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. Berdasarkan Pasal 16 E ayat (2) UU Nomor 42 tahun 2009 memberikan persyaratan PPN dan PPnBM yang dapat direstitusi atau diminta kembali, yaitu:

a. Nilai PPN minimal Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) dan dapat disesuaikan dengan peraturan pemerintah;

b. Pembelian barang kena pajak dilakukan 1 (satu) bulan sebelum keberangkatan ke luar daerah Pabean.

Selain diberlakukannya restitusi pajak bagi orang pribadi pemegang paspor luar negeri, terhadap pembelian rumah tinggal atau hunian pada KEK yang kegiatan utama di KEK Pariwisata juga diberikan fasilitas dan kemudahan perpajakan berupa Pembebasan pajak penjualan atas barang mewah dan Pembebasan pajak penghasilan atas penjualan atas barang yang tergolong sangat mewah.

4. Pajak Daerah dan/atau Retribusi

Seperti diketahui bahwa salah satu sasaran dibentuknya kawasan ekonomi khusus adalah dalam rangka pemerataan pembangunan daerah tertentu. Dalam hal ini peran pemerintah daerah juga harus ikut mendukung iklim penanaman modal di Kawasan Ekonomi Khusus tersebut. Untuk itu berdasarkan Pasal 22 diatur

mengenai kewenangan pemerintah daerah dalam memberikan kemudahan perpajakan, sebagai berikut:

a. Pemerintah daerah dapat menetapkan pengurangan, keringanan, dan pembebasan atas pajak daerah dan/atau retribusi daerah kepada Badan Usaha dan/atau pelaku usaha di KEK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah dan distribusi daerah.

b. Pengurangan pajak daerah dan/atau retribusi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling rendah 50% (lima puluh persen) dan paling tinggi 100% (seratus persen)

c. Ketentuan mengenai bentuk, besaran dan tata cara pengurangan, keringanan, dan pembebasan pajak daerah dan/atau retribusi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan daerah. 5. Pajak, Bea dan Cukai pada KEK yang kegiatan utamanya Jasa Keuangan

Dalam hal bidang usaha lainnya di KEK ditetapkan sebagai jasa keuangan dapat diberikan fasilitas perpajakan kepabeanan dan cukai. Ketentuan lebih lanjut mengenai fasilitas tersebut diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara

D. Kewajiban Investor dalam Pengajuan Kemudahan Perpajakan

Setelah pelaku usaha memperoleh izin untuk mendapatkan fasilitas di bidang perpajakan, maka ada beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha di Kawasan Ekonomi Khusus. Adapun beberapa kewajiban yang tersebar di dalam Pasal 25 sampai Pasal 30 Peraturan Pemerintah tentang fasilitas dan kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus

Sebagai bentuk pertanggungjawaban wajib pajak yang mendapatkan fasilitas dan pengurangan pajak penghasilan badan mempunyai kewajiban untuk membuat laporan realisasi penanaman modal kepada menteri keuangan melalui administrator di KEK.179

1. Tidak memenuhi kriteria dan persyaratan sebagai industri yang merupakan rantai produksi kegiatan utama di KEK;

Berdasarkan Pasal 8 Peraturan Menteri Keuangan No. 159/010/2015, laporan berkala yang disampaikan tersebut mencakup 3 laporan, yaitu laporan penggunaan dana yang ditempatkan di perbankan di Indonesia, laporan realisasi penanaman modal yang telah diaudit, dan realisasi produksi selama masa fasilitas. Hal ini sebagai bentuk pengawasan yang dilakukan terhadap pemberian fasilitas perpajakan agar tetap sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan di awal permohonan.

Berkaitan pula dengan kewajiban memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan kepada pelaku usaha yang menerima fasilitas pengurangan pajak penghasilan dapat dicabut apabila dalam masa pemberian fasilitas tersebut wajib pajak tidak melakukan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 PP Fasilitas dan Kemudahan di KEK, sebagai berikut:

2. Tidak merealisasikan penanaman modal sesuai dengan rencana penanaman modal dalam surat persetujuan penanaman modal;

3. Tidak memenuhi ketentuan penyampaian pelaporan.

179

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 96 tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 25 ayat (1)

Untuk itu, kepada wajib pajak yang demikian wajib membayar kembali pajak penghasilan yang telah dibebaskan atau dikurangkan dan dikenanakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

Tidak hanya itu, kepada pelaku usaha yang bidang usahanya merupakan kegiatan utama di KEK tetapi tidak mendapatkan fasilitas pengurangan pajak penghasilan memiliki kewajiban untuk menyampaikan laporan realisasi penanaman modal melalui Administrator KEK, melampirkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik pada saat menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan, dan kewajiban menyelenggarakan pembukuan secara terpisah atau aktiva tetap yang mendapatkan fasilitas pajak penghasilan.

Bagi pelaku usaha yang mendapatkan kemudahan berupa penyusutan aktiva tetap berwujud dan amortisasi aktiva tetap tak berwujud oleh PP Fasilitas dan Kemudahan di KEK dilarang digunakan selain untuk tujuan pemberian fasilitas atau dialihkan sebagian atau seluruh aktiva tetap tersebut kecuali diganti dengan aktiva tetap baru, sebelum berakhirnya jangka waktu yang lebih lama, yaitu antara jangka waktu 6 (enam) tahun sejak saat mulai berproduksi secara komersil atau masa manfaat aktiva seperti yang telah ditetapkan.

Apabila dalam masa pemberian fasilitas perpajakan yang dimaksud dalam Pasal 10 PP Fasilitas dan Kemudahan di KEK sedang berjalan bidang usaha yang dilaksanakan bukan lagi merupakan kegiatan utama di KEK, tidak melakukan kewajiban menyampaikan laporan realisasi penanaman modal kepada menteri

melalui administrator KEK, dan/atau tidak memenuhi ketentuan penyampaian laporan menerima akibat hukum sebagai berikut:

1. Pencabutan pajak penghasilan yang diberikan

2. Fasilitas pajak penghasilan yang telah dinikmati yang melekat pada harta yang digunakan untuk tujuan selain yang diberikan fasilitas atau dialihkan tersebut dicabut dan ditambahkan pada penghasilan kena pajak dalam tahun pajak dilakukannya pengalihan harta

3. Dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan 4. Tidak dapat lagi diberikan fasilitas pajak penghasilan.

Kewajiban pelaku usaha juga berlaku bagi pelaku usaha yang melakukan kegiatan perpajakan, kepabeanan dan cukai di KEK untuk bertanggung jawab atas bea masuk, cukai, dan/atau pajak dalam rangka impor yang terutang atas barang impor yang mendapat fasilitas perpajakan, kepabeanan, dan/atau cukai, pelaku usaha yang tersebut hanya dapat dibebaskan dari tanggung jawab tersebut apabila musnah tanpa sengaja dan dimusnahkan di bawah pengawasan pejabat bea dan cukai.

Beragam kemudahan perpajakan yang diterima investor di KEK, harus diakui bahwa ada potential loss dari ditetapkannya KEK berupa hilangnya penerimaan pajak sebagaimana yang ditetapkan oleh ketentuan umum perpajakan. Namun demikian, potensi perolehan (potential gain) dari ditetapkannya KEK pada satu wilayah jauh melebihi potensi kehilangan (potential loss) berupa

peningkatan pendapatan masyarakat dan terbukanya sejumlah lapangan kerja, dan berbagai keuntungan lainnya.180

180

Setelah membahas permasalahan yang berkenaan dengan kajian yuridis terhadap kemudahan perpajakan bagi investor di kawasan ekonomi khusus sebagai upaya peningkatan sector penanaman modal Indonesia, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kebijakan dasar penanaman modal Indonesia sebagai upaya peningkatan perekonomian ditetapkan berdasarkan UU Penanaman Modal sebagai dasar yuridisnya. Kebijakan tersebut bertujuan untuk mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal dan demi percepatan peningkatan penanaman modal. Adapun kebijakan dasar pemerintah untuk mewujudkan tujuan tersebut yaitu: pertama, menetapkan bidang-bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan dengan Peraturan Presiden sebagai pedoman bagi kegiatan penanaman modal; kedua, menetapkan suatu lembaga yaitu BKPM untuk menjalankan tugas dan fungsi koordinasi antar lembaga terhadap jalannya kegiatan penanaman modal di Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 UU Penanaman Modal; ketiga, memberikan berbagai fasilitas dan kemudahan di bidang fiskal dan non fiskal bagi para penanam modal yang telah memenuhi persyaratan dan telah memperoleh izin prinsip.

2. Pembentukan suatu KEK yang merupakan amanat dari Pasal 31 UU Penanaman Modal sebagai upaya mempercepat pengembangan ekonomi

3. nasional meliputi beberapa tahapan yaitu pengusulan, penetapan, pembangunan, pengelolaan dan evaluasi KEK berdasarkan UU Nomor 39 Tahun 200, PP No. 2 Tahun 2011 dan PP No. 100 Tahun 2012. Kesuksesan suatu KEK pada dasarnya juga ditentukan oleh peran penting pemerintah, secara teoritis peran pemerintah itu dapat dilihat sebagai 3 fungsi yaitu fungsi pelaksana, fungsi fasilitatif dan fungsi koordinasi atau supervisi dimana ketiga fungsi tersebut terimplementasi dalam berbagai kegiatan pemerintah dalam mengembangkan KEK baik dalam tahap persiapan dan pelaksanaan. Terkait dengan penyelenggaraan KEK, untuk semakin mengukuhkan keistimewaan berinvestasi di KEK dan untuk menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya, maka Pemerintah melalui PP No. 96 Tahun 2015 menawarkan berbagai bentuk fasilitas dan kemudahan berupa fasilitas fiskal dan non fiskal kepada investor. Fasilitas fiskal meliputi fasilitas perpajakan kepabeanan dan cukai, sedangkan fasilitas non fiskal meliputi fasilitas pertanahan, keimigrasian, perizinan, ketenagakerjaan, lalu lintas barang dan fasilitas dan kemudahan lainnya.

4. Akibat hukum dari terbitnya PP No. 96 Tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di KEK terhadap pemberlakuan ketentuan kemudahan perpajakan di Kawasan Ekonomi Khusus berlaku asas lex specialist de rogat legi generalist (ketentuan yang khusus mengenyampingkan ketentuan yang bersifat umum) dari ketentuan umum perpajakan yang saat ini berlaku di Indonesia. Adapun bentuk-bentuk kemudahan tersebut diantaranya pengurangan hingga pembebasan pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai

(PPN)/PPN dan Pajak Penjualan atas barang mewah, Bea Masuk, Pajak Daerah dan/ata Retribusi, Pajak Bea Cukai pada KEK yang kegiatan utamanya di sektor jasa keuangan. Kemudahan perpajakan tersebut hanya dapat diberikan kepada investor yang telah memenuhi persyaratan sebagai pelaku usaha di KEK dan melaksanakan kegiatan utama atau kegiatan lainnya di Kawasan Ekonomi Khusus. Kemudahan Perpajakan ini diharapkan dapat menarik minat investor dengan meningkatnya nilai realisasi penanaman modal besar untuk menanamkan modalnya di KEK.

B. Saran

Berdasarkan kajian yuridis kemudahan perpajakan bagi investor di kawasan ekonomi khusus sebagai upaya peningkatan sektor penanaman modal Indonesia, maka ada beberapa saran yang dapat penulis berikan, yaitu:

1. Selain menetapkan kebijakan dasar penanaman modal Indonesia, seharusnya pemerintah pusat dan daerah semakin aktif dalam mewujudkan berbagai program konkret yang diarahkan bagi percepatan pembangunan daerah tertinggal dengan menumbuhkan sektor potensial yang dimiliki tiap-tiap daerah demi pemerataan pembangunan di Indonesia, sehingga perekonomian tidak hanya berpusat di Pulau Jawa tetapi juga bergerak ke daerah lain sehingga peningkatan perekonomian dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat. 2. Keberadaan 8 KEK di Indonesia yang belum signifikan beroperasi dan kurang menarik investor seharusnya menyadarkan pemerintah daerah untuk turut aktif mendorong potensi daerahnya untuk dapat menjadi KEK, tidak sekedar pada tahap pembentukannya saja peran pemerintah daerah juga diperlukan dengan

menerbitkan berbagai regulasi yang mendukung terselenggaranya KEK. Selain itu, semakin memantapkan peran kawasan ekonomi khusus bagi perekonomian, seharusnya pemerintah tidak hanya fokus pada pemberian insentif atau kemudahan baik fiskal maupun non fiskal tetapi juga harus menajamkan rencana dan arah pengembangan KEK, serta menyinergikan hal itu dengan perencanaan pembangunan nasional dan strategi pembangunan industri nasional secara komprehensif dan terintegrasi

3. Seharusnya pengawasan terhadap pemberian fasilitas dan kemudahan tersebut harus semakin ditingkatkan oleh institusi yang mempunyai kewenangan dengan menerapkan budaya kerja yang independen untuk menjamin kepastian hukum bagi investor atas pemberian fasilitas dan kemudahan tersebut, hal ini juga penting dilakukan mengingat banyaknya kemudahan perpajakan yang ditawarkan bagi para investor oleh pemerintah melalui PP No. 96 tahun 2015 sehingga tidak terjadi overlapping (tumpang tindih) dalam pemberian kemudahan perpajakan.

Dokumen terkait