• Tidak ada hasil yang ditemukan

n Luas lahan (Ha) Produksi (Ton) Produktivita s (Ton/Ha)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. Penyusutan Peralatan

Alat yang digunakan dalam usahatani pisang barangan di daearah penelitian adalah cangkul, parang dan pisau. Metode perhitungan penyusutan alat-alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Nilai Penyusutan ) ( ( ) arg ) ( arg Tahun konomis

MasaPakaiEaBeli Rp H ajual Rp

H

Biaya rata-rata penyusutan peralatan usahatani pisang barangan di daerah penelitian adalah sebesar Rp.56.000 per petani atau 0,68% dan Rp.64.400 per Ha atau 0,82 %

Total biaya produksi yang digunakan dalam usahatani pisang barangan di daerah penelitian adalah sebesar Rp.143.842.000 per petani dan Rp.132.000.000 per /Ha.

Berdasarkan fakta dan data yang ditemukan di lapangan biaya produksi usahatani pisang barangan berfluktuasi sehingga hipotesis (2) dinyatakan diterima.

Penerimaan Usahatani Pisang Barangan

Penerimaan petani pisang barangan diperoleh dari hasil perkalian antara produksi pisang barangan (sisir) dengan harga jual (Rp). Pada waktu diadakan penelitian, harga jual pisang barangan berkisar antara Rp.3.500- Rp.4.000/sisir.

Untuk lebih jelas tentang penerimaan usahatani pisang barangan di Desa Sumbul Kec. STM Hilir Kab. Deli Serdang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 13. Rata-rata Penerimaan Usahatani Pisang Barangan Per petani dan Per Ha Desa Sumbul Kec. STM Hilir Deli Serdang

KomponenPenerimaa

n Per Petani Per Hektar

Produksi (Sisir) 6.482 5.455

Harga (Rp) 3.700 3.200

Penerimaan (Rp) 24.255.000 21.405.000

Sumber: Analisis data primer diolah 2008 (Lampiran 17,18 dan 19)

Dari tabel diketahui bahwa rata-rata penerimaan usahatani pisang barangan sebesar Rp.24.255.000 per petani dan Rp. 21.405.000 per Ha.

Berdasarkan fakta dan data yang ditemukan di lapangan penerimaan usahatani pisang barangan berfluktuasi sehingga hipotesis (3) dinyatakan diterima Pendapatan Bersih Usahatani Pisang Barangan

Pendapatan petani pisang barangan dihitung dengan analisis tabulasi sederhana yaitu hasil penerimaan pisang barangan dikurangi biaya produksi selama proses berlangsung, yang termasuk komponen biaya produksi dalam usahatani pisang barangan di daerah penelitian ádalah biaya tenaga kerja, sarana produksi, penyusutan, sewa lahan dan pajak tanah atau PBB.

Untuk melihat lebih jelas tentang pendapatan bersih usahatani pisang barangan per petani dan per hektar di Desa Sumbul Kec. STM Hilar Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 14. Pendapatan Bersih Usahatani PisangBarangan Per Petani dan Per Hektar

No Pendapatan Bersih Rataan (Rp)

1 Per Petani 15.794.000

2 Per Hektar 13.643.000

Sumber: Analisis data primer diolah 2008 (Lampiran 17,18 dan 19)

Dari tabel dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan bersih usahatani pisang barangan sebesar Rp. 15.794.000 per petani dan Rp. 13.643.000 per Ha.

Berdasarkan fakta dan data yang ditemukan di lapangan pendapatan bersih usahatani pisang barangan berfluktuasi sehingga hipotesis (4) dinyatakan diterima Analisis Kelayakan Usahatani Pisang Barangan

Kelayakan usahatani pisang barangan dianalisis dengan menggunakan analisis usahatani yaitu ROI (Return on Investmen) dan B/C (Benefit Cost Ratio)

Adapun untuk mengetahui nilai ROI dan B/C Ratio pada usahatani pisang barangan di Desa Sumbul Kec. STM Hilir Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 15. Nilai Rata-rata ROI dan B/C Ratio Usahatani Pisang Barangan Per Petani dan Per Ha Desa Sumbul Kec. STM Hilir

NO Uraian Pe Petani Per Ha

1 ROI 1,82 1,93

2 B/C Ratio 2,82 1,82

Sumber : Analisis Data Primer di olah 2008 (lampiran 20, 21dan 22)

Dari tabel diperoleh total nilai rata-rata ROI sebesar 1,82,-per petani dan 1,93,-per Ha artinya setiap penanaman modal sebesar Rp.1 akan diperoleh keuntungan bersih sebesar Rp.1,82,-per petani dan 1,93,-per Ha, sehingga usahatani pisang barangan layak untuk diusahakan.

Total nilai rata-rata B/C ratio sebesar 2,82,-per petani dan 1,82,-per Ha artinya dari Rp.1 modal yang dikeluarkan akan mendapat hasil Rp.2,82,-per petani dan 1,82,-per Ha, hal ini menunjukkan usahatani pisang barangan layak diusahakan.

Berdasarkan fakta dan data yang ditemukan di lapangan usahatani pisang barangan menguntungkan setelah dianalisis dengan metode analisis usahatani sehingga hipotesis (5) dinyatakan diterima.

Masalah-masalah yang dihadapai petani pisang barangan sampai sekarang belum sepenuhnya dapat diatasi oleh petani, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki petani dalam melakukan usahatani pisang barangan. Petani juga kurang mendapat perhatian dari pemerintah setempat dalam mengatasi dan menyelesaikan permasalahan yang ada.

Adapun masalah-masalah yang dihadapi oleh petani pisang barangan di daerah penelitian adalah:

Hama penyakit dan gulma Hama

Hama merupakan hewan/serangga yang dapat merusak tanaman budidaya (pisang barangan) sehingga produksi yang dihasilkan menurun baik kualitas dan kuantitasnya.

Adapun hama yang terdapat dalam usahatani pisang barangan di daerah penelitian adalah:

Ulat Penggulung Daun (Erionota Thrax)

Ulat penggulung daun mempunyai ciri-ciri yaitu menyerang daun tanaman pisang barangan dengan menggulung daun sehingga daun pisang rusak dan proses fotosintesis terhambat, akibatnya buah pisang yang dihasilkan kurang bagus/kecil.

Thrips Buah Pisang

HamaThrips buah pisang mempunyai ciri-ciri yaitu menyerang kulit buah pisang barangan sehingga menyebabkan bintik-bintik hitam pada buah serta menurunkan nilai ekonomi baik dari segi kualitas dan kuantitas pisang barangan Penyakit

Penyakit pada tanaman pisang barangan dapat berasal dari bakteri, jamur dan virus yang keberadaannya menggangu tanaman pisang barangan dan merugikan petani.

Adapun penyakit yang terdapat pada tanaman pisang barangan di daerah penelitian adalah:

Penyakit layu fusarium

Penyakitlayu Fusariumadalah penyakit mematikan pada tanamana pisang barangan dan sampai sekarang belum ditemukan obat/vaksinnya tetapi hanya bisa diminimalisasi dampak kerugian yang ditimbulkannya.

Penyakit Layu fusarium mempunyai ciri ciri yaitu tanaman menguning diawali dari daun tua dan menjalar ke seluruh tanaman, kemudian batang pisang bagian bawah menjadi retak, daun menjadi layu sehinggga tanaman pisang barangan menjadi mati

Penyakit Becak Daun (Sigatoka)

Penyakit Sigatokamempunyai ciri-ciri terdapat bercak-bercak coklat pada daun pisang barangan dan setelah beberapa hari bercak tersebut akan menyebar ke daun lainnya sehingga menyebabkan daun tersebut mengering sampai ke dasar pelepah.

Gulma

Gulma adalah tanaman pengganggu yang keberadaannya dapat merugikan tanaman utama (pisang barangan).

Adapun gulma yang banyak terdapat pada tanaman pisang barangan di daerah penelitian adalah cyperus rotundus, mikania mikranta dan paspalum conjugatum.

Modal

Modal memiliki peranan yang sangat penting dalam melakukan suatu usahatani, tanpa modal yang memadai suatu usahatani tidak akan dapat berjalan lancar dan berproduksi saecara optimal. Modal petani sampel pada penelitian ini sangat terbatas, hal ini disebabkan karena kebutuhan biaya produksi yang tinggi.

Petani sampel di daerah penelitian hanya menggunakan modal sendiri. Mereka tidak melakukan pinjaman ke Bank karena Bank memiliki prosedur dan agunan serta administrasi yang berbelit-belit.

Dengan keterbatasan modal yang dimiliki, maka petani sampel memenuhi kebutuhan usahatani/sarana produksi dengan menggunakan jumlah modal yang tersedia seperti dalam hal penggunaan bibit, pupuk maupun obat-obatan.

Petani dalam menjalankan usahatani tidak dapat menggunakan dosis yang sesuai dengan aturan dan anjuran yang disarankan oleh penyuluh sehingga kualitas dan kuantitas produksi yang dihasilkan kurang memuaskan, hal ini juga akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan hidup petani.

Upaya Upaya dalam Mengatasi Masalah Yang Ada di Daerah Penelitian Hama Penyakit Gulma

Hama

Ulat Penggulung Daun (Erionota Thrax)

1. Pengendalian dapat dilakukan dengan mekanis, yaitu dengan memangkas bagian-bagian daun yang terserang kemudian dihancurkan

2. Pengendalian secara kimia disemperot dengan insektisida seperti bayrusil 250 EC, Diazinon 60 EC.

Thrips Buah Pisang

Cara pengendaliannya adalah:

1. Pengendalian dengan penyuntikan ontong pisang dengan insektisida dengan dosis maksimum 0,02 gr bahan aktif per ontong atau dengan pembungkusan tandan pisang dengan plastik warna biru atau putih.

2. Pengendalian dengan pembrongsongan tandan buah pisang barangan dengan menggunakan plastik yang berwarna biru atau putih.

3. Pengendalian dengan melakukan penyemprotan dengan menggunakan insektisida pada tandan buah pisang.

Penyakit

Penyakit layu fusarium

Cara pengendaliannya adalah:

1. Cara pencegahan dilakukan dengan pemilihan bibit yang sehat, penggunaan alat yang seteril, menghindari mobilitas yang tinggi (dapat disebarkan oleh manusia).

2. Bila sudah terserang maka tanaman yang sakit sebaiknya dibongkar dan dibakar dan bila tidak memungkinkan maka tanaman sebaiknya dibunuh

dengan menyuntikkan herbisida sistemik (seperti Round Up) dengan dosis 1 cc per 5 cm lingkar batang pada ketinggian 30 cm dari tanah, maksimum penggunaan 15 cc per rumpun pisang.

Penyakit Becak daun(Sigatoka)

Cara Penaggulangannya adalah:

1. Pengendalian dengan menjaga kesuburan tanah dan daun-daun yang menunjukkan gejala dipotong (dioperasi).

2. Melakukan pembersihan batang dengan melakukan pemotongan daun dari dasar pelepah.

Gulma

Cara pengendaliannya :

1. pengendalian dengan cara melakukan sanitasi (pembabatan)

2. pengendalian dengan cara kimiawi yaitu melakukan penyemprotan dengan herbisida

Modal

Ketersediaan modal sangat penting dalam usahatani, hal ini diperlukan dalam proses produksi suatu usahatani (pisang barangan), tanpa modal yang cukup/ memadai suatu usahatani tidak akan dapat berjalan secara maksimal.

Petani di daerah penelitian kewalahan dalam hal memperoleh pupuk atau sarana produksi tanaman pisang secara tepat waktu, jenis dan dosis anjuran,

disamping itu petani masih mengutamakan kekuatan pribadiketimbang kekutan kelompok.

Petani sampel di daerah penelitian dalam hal mengatasi modal adalah dengan melakukan pinjaman kepada keluarga dekat seperti orang tua, kakak, sepupu bahkan kepada tengkulak karena tidak mempunyai agunan, persyratannya tidak rumit, prosesnya cepat dan tidak memiliki waktu khusus seperti halnya Bank yaitu memiliki jadwal atau hari tertentu untuk melakukan pinjaman.

Dokumen terkait