• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peralatan dan Bahan 1. Peralatan

Dalam dokumen Laporan Resmi Analisa Lumpur Pemboran (Halaman 91-121)

aey. KONTAMINASI LUMPUR PEMBORAN aez

6.3. Peralatan dan Bahan 1. Peralatan

1. Fann VG

2. Baroid Wall Building Tester

3. Tester Neraca 4. pH Indicator 5. Komprsesor 6. Gelas Ukur 7. Mud Mixer 8. Stop Watch 9. Titration Disk

10. Jangka Sorong 11. Filter Trap a) b) c) Gambar 6.1. Fann VG d) e) f) g) h) i)

j) Gambar 6.2. Baroid Wall Building Tester

k) l) m) n) o)

p)

q) Gambar 6.3. Tester Neraca r) s) t) u) v) Gambar 6.4. PH Indikator w) x) y) z) aa) ab)

ac) Gambar 6.5. Kompresor ad)

ae) af)

ag) ah)

ai)

aj) Gambar 6.6. Gelas Ukur ak)

al) am) an)

ao)

ap) Gambar 6.7. Mud Mixer aq) ar) as) at) au) av)

aw) Gambar 6.8. Stop Watch ax)

ay) az) ba) bb)

bc)

bd) Gambar 6.9.Titration Disk be)

bf) bg) bh)

bi)

bj) Gambar 6.10. Jangka Sorong

bk) bl)

bm)

bn) Gambar 6.11. Filter Trap bo)

6.3.2. Bahan 1. Aquades 2. Bentonite 3. Nacl 4. Gypsum 5. Semen 6. Soda Ash 7. Monosodium Phosphate 8. Caustic Soda 9. EDTA Standart 10. Murexid 11. Asam Sulfat 12. Indikator Phenolphtalin 13. Indikator Methyl Jingga

a) b) Gambar 6.12. Aquades c) d) e) f) g) h) Gambar 6.13. Bentonite i) j) k)

l)

m)

n) Gambar 6.14. Gypsum

o)

p) Gambar 6.15. Soda Ash

q) r) s)

t)

u) Gambar 6.16. Monosodium Phospate v)

w) 6.4. Prosedur Percobaan x) 6.4.1. Kontaminasi NaCl

y) 22.5 gr bentonite + 350 cc aquades, ukur pH, viskositas, gel

strength, fluid loss dan ketebalan mud cake.

2. Tambahkan NaCl sebanyak 1 gr kedalam lumpur standar. Ukur pH, viskositas, gel strength, fluid loss dan ketebalan mud cake.

3. Lakukan langkah b dengan penambahan NaCl masing-masing 3.5 gr, 7.5 gr dan 17.5 gr. Ukur pH, viskositas, gel strength, fluid loss dan ketebalan mud cake.

4. Buatlah lumpur baru dengan komposisi : Lumpur standar + 7.5 gr NaCl + 0.5 gr NaOH. Ukur pH, viskositas, gel strength, fluid loss dan ketebalan mud cake.

5. Lakukan langkah d dengan penambahan 1 gr NaOH. Ukur pH, viskositas, gel strength, fluid loss dan ketebalan mud cake.

z)

aa) 6.4.2. Kontaminasi Gypsum

1. Buat lumpur standar : Ukur pH, Viskositas, gel strength, fluid loss dan ketebalan mud cake.

2. Buatlah lumpur baru dengan komposisi : Lumpur standar + 0.225 gr Gypsum. Ukur pH, viskositas, gel strength, fluid loss dan ketebalan

mud cake.

3. Lakukan langkah b dengan penambahan gypsum masing-masing 0.5 gr, 1 gr dan 1.5 gr. Ukur pH, Viskositas, gel strength, fluid loss dan ketebalan mud cake.

4. Buatlah lumpur baru dengan komposisi : Lumpur standar + 1.5 gr

Gypsum + 0.2 gr Monosodium Phosphate. Ukur pH, viskositas, gel strength, fluid loss dan ketebalan mud cake.

5. Lakukan langkah d dengan penambahan 1 gr soda ash. ab)

ac) 6.4.3. Kontaminasi Semen

1. Buat lumpur standar : Ukur pH, Viskositas, gel strength, fluid loss dan ketebalan mud cake.

2. Buatlah lumpur baru dengan komposisi : Lumpur standar + 0.225 gr semen. Ukur pH, viskositas, gel strength, fluid loss dan ketebalan

mud cake.

3. Lakukan langkah b dengan penambahan semen masing-masing 0.5 gr, 1 gr dan 1.5 gr. Ukur pH, Viskositas, gel strength, fluid loss dan ketebalan mud cake.

4. Buatlah lumpur baru dengan komposisi : Lumpur standar + 1.5 gr semen + 0.2 gr Monosodium Phosphate. Ukur pH, viskositas,

gel strength, fluid loss dan ketebalan mud cake.

5. Lakukan langkah d dengan penambahan 1 gr Monosodium

Phosphate.

ad)

ae) 6.5. Data dan Hasil Percobaan

af) Dari percobaan di peroleh hasil sebagai berikut : ag)

ah) Tabel 6.1 Hasil Percobaan Kontaminasi Lumpur Pemboran

ai) Komposisi lumpur aj) D ak) G al) Filtration Loss an)

ao) ap) aq) as) at) av)

aw) Lumpu

r Dasar (LD)

ax) ay) az) ba) bd) bf)

bg)LD + 7.5 gr NaCl bh) bi) bj) bk) bm) bn) bp) bq)LD + 17.5 gr NaCl br) bs) bt) bu) bv) bw) bx) bz) ca) LD + 7.5 gr NaCl + 0.5 NaOH cb) cc) cd) ce) cf) cg) ch) cj) ck)LD + 0.9 gr Gypsum cl) cm) cn) co) cr) ct) cu)LD + 1.5 gr Gypsum cv) cw) cx) cy) cz) da) db) dd) de) LD + 15 gr Gypsum + df) dg) dh) di) dl) dm) dn)

soda ash do)LD + 1 gr semen dp) dq) dr) ds) du) dv) dw) dx) dy)LD + 1.5 gr semen dz)

ea) eb) ec) ef) eh)

ei) LD + 1.5 gr

semen + NH(H2PO4)

ej) ek) el) em) ep) er)

es)

et) Tabel 6.2. Hasil Percobaan Kontaminasi Lumpur Pemboran

eu)Komposisi Lumpur ev)Tebal mud (mm) ew) Vol u m e ex) H 2 S O 4 ey)V ol u m e E D T A ( m l) fb) fc) fd) fe) ff) fg) fh) Lumpur Dasar (LD) fi) fj) fk) fl) fm) fn) fo) fp) LD + 7.5 gr NaCl fr) fs) ft) fu) fv) fw) fx) LD + 17.5 gr

NaCl fz) ga) gb) gc) gd) ge)

gf) LD + 7.5 gr

NaCl + 0.5 NaOH

gg) gh) gi) gj) gk) gl) gm)

gn)LD + 0.9 gr

Gypsum go) gp) gq) gr) gs) gt) gu)

gv)LD + 1.5 gr

Gypsum gw) gx) gy) gz) ha) hb) hc)

hd) LD + 15 gr Gypsum + soda ash he) hf) hg) hh) hi) hj) hk) hl) LD + 1 gr semen hm) hn) ho) hp) hq) hr) hs)

ht) LD + 1.5 gr

semen hu) hv) hw) hx) hy) hz) ia)

ib) LD + 1.5 gr

semen + NH(H2PO4)

ic) id) ie) if) ig) ih) ii)

ij) ik) il)

6.6. Pembahasan

6.6.1. Pembahasan Praktikum

im) Pada praktikum kontaminasi lumpur pemboran akan dijelaskan bahwa kontaminasi adalah salah satu penyebab berubahnya sifat fisik lumpur pemboran karena adanya material-material yang tidak diinginkan (kontaminan) yang masuk kedalam lumpur pada saat operasi pemboran sedang berjalan. Kontaminasi yang sering terjadi adalah sebagai berikut : Kontaminasi sodium clorida, kontaminasi gypsum, kontaminasi semen, kontaminasi hard water atau kontaminasi air sadah, kontaminasi

carbon dioxide, kontaminasi hydrogen sulfide, kontaminasi oxygen.

in) Kemudian dilanjutkan dengan melakukan percobaan kontaminasi lumpur pemboran menggunakan komposisi lumpur seperti Lumpur Dasar; LD + 7.5 gr NaCl; LD + 17.5 gr NaCL; LD + 7.5 gr NaCl + 0.5 NaOH; LD + 0.9 gr gypsum; LD + 1.5 gr gypsum; LD + 15 gr

gypsum + soda ash; LD + 1 gr semen; LD + 1.5 gr semen; LD + 1.5 gr

semen + NH(H2PO4). Dari data tersebut kita dapat mengetahui nilai dari dial reading 600 maupun 300, gel strength 10’ dan 10”, filtration loss V0, V7.5,V20, V25, V30, tabel mud cake (mm), volume H2SO4, dan volume EDTA (ml). Pada setiap proses pemboran, hampir selalu terjadi kontaminasi-kontaminasi pada lumpur pemboran. Hal itu dapat mempengaruhi sifat fisik lumpur pemboran tersebut. Parameter-parameter yang berubah antara lain viskositas, gel strength, pH, dan ketebalan mud

semen. Hasil percobaan diperoleh setelah lumpur dasar diberi kontaminan. Pada percobaan pertama ditambahkan NaCl, percobaan kedua diberikan

gypsum, dan percobaan terakhir diberikan semen. Untuk lebih mudah

menjelaskan hasil percobaan, maka dari data tabel diberi contoh grafik hanya pada perubahan gel strength 10”, filtration loss V30, dan mud cake di percobaan ketiga setelah diberikan masing-masing kontaminan.

io) ip)

iq) Grafik 6.1. Kontaminasi NaCl

ir) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 32 25 26 13 30 41 1.7 4.2 4.6

Gel strength 10'' Filtration loss V30 mud cake percobaan ke-3

is)

it) Dari grafik terlihat lumpur dasar dengan gel strength 10” sebesar 32, filtration loss V30 sebesar 13, dan mud cake di percobaan 3 sebesar 1.7. Setelah diberikan 7.5 gr NaCl sebagai kontaminan, terjadi kontaminasi pada lumpur. Pada lumpur pemboran terjadi penurunan gel

13 menjadi 30 dan peningkatan tebal mud cake dari 1.7 menjadi 4.2. Setelah itu, setelah ditambahkan 0.5 gr NaOH, terjadi peningkatan gel

strength menjadi 26, filtration loss menjadi 41, dan mud cake menjadi 4.6.

Hal ini mengindikasikan apabila terjadi kontaminasi NaCl, maka mud

cake akan semakin tebal dan menjadi masalah bagi pipa pemboran, karena

semakin tebal mud cake maka pipa pemboran akan terjepit dan sulit untuk berputar serta diangkat ke permukaan. Kontaminasi NaCl juga mempengaruhi nilai gel strength, apabila gel strength terlalu besar maka akan mempersulit sirkulasi lumpur pemboran serta menambah beban mud

pump.

iu) Dalam operasi pemboran kontaminasi NaCl, dapat menyebabkan rheologi lumpur (plastic viscosity, gel strength, filtration

loss, pembentukan mud cake) berubah sehingga perlu ditambahkan zat additive seperti NaOH untuk menanggulanginya.

iv)

iw)

iy) 0 20 40 60 80 100 120 32 120 92 13 18 32 1.7 1.5 2.5 Gel strength 10'' Filtration loss V30 mud cake percobaan ke-3

iz)

ja) Pada kontaminasi gypsum, awal mulanya lumpur dasar dengan gel strength 10” sebesar 32, filtration loss V30 sebesar 13, dan

mud cake percobaan ke 3 sebesar 1.7. Kemudian diberikan kontaminan gypsum sebesar 0.9 gram, akibatnya terjadi peningkatan gel strength

menjadi 120 dan filtration loss menjadi 18, sementara mud cake mengalami penurunan menjadi 1.5. Kemudian saat ditambahkan soda ash, terjadi penurunan gel strength dari sebesar 120 menjadi 92, akan tetapi terjadi peningkatan filtration loss dari sebesar 18 menjadi 32, dan mud

cake mengalami penebalan menjadi 2.5 dari 1.5.

jb) Dalam operasi pemboran kontaminasi gypsum, dapat menyebabkan rheologi lumpur (plastic viscosity, gel strength, filtration

loss, pembentukan mud cake) berubah sehingga perlu ditambahkan zat additive seperti soda ash untuk menanggulanginya.

jd) je) jf) jg) jh) ji)

jj) Grafik 6.3. Kontaminasi Semen jk) 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 32 178 73 13 19 18 1.7 3.5 3 Gel strength 10'' Filtration loss V30 mud cake percobaan ke-3

jl)

jm) Lumpur dasar dengan gel strength 10” sebesar 32, filtration

loss V30 sebesar 13, dan mud cake pada percobaan ketiga sebesar 1.7.

Kemudian diberikan kontaminan semen sebesar 1.5 gram, hasilnya terjadi kontaminasi lumpur yang ditandai dengan peningkatan gel strength secara signifikan menjadi 178, filtration loss menjadi 19, dan mud cake menjadi 3.5. Pada saat ditambahkan monosodium phosphate sebagai additive,

terjadi penurunan gel strength dari 178 menjadi 73, filtration loss V30 dari 19 menjadi 18, dan tebal mud cake dari 3.5 menjadi 3.

jn) Dalam operasi pemboran kontaminasi semen, dapat menyebabkan rheologi lumpur (plastic viscosity, gel strength, filtration

loss, pembentukan mud cake) berubah sehingga perlu ditambahkan zat additive seperti NH(H2PO4) untuk menanggulanginya.

jo)

6.6.2. Pembahasan Soal

1. Apa yang saudara dapatkan simpulkan tentang perubahan sifat fisik lumpur setelah terkontaminasi ?

jp) Jawab : Perubahan sifat fisik lumpur setelah terkontaminasi dipengaruhi adanya material–material yang tidak diinginkan masuk ke dalam lumpur pada saat operasi pemboran sedang berjalan, biasanya terjadi pada saat pemboran menembus lapisan gypsum dan juga karena operasi penyemenan yang kurang sempurna.

jq)

2. Jika tidak ditanggulangin apa yang akan terjadi dengan pemboran sumur “X” selanjutnya ?

jr) Jawab : Akan terdapatnya gypsum dalam jumlah besar didalam lumpur pemboran. Maka akan merubah sifat–sifat fisik lumpur seperti plastic viscosity, yield point, gel strength serta filtration loss.

js)

3. Jika ingin menangulangi setiap jenis kontaminan, langkah apa yang saudara lakukan ! (analisa untuk masing-masing kontaminan).

jt) Jawab : - Kontaminasi NaCl penanggulangannya dengan menambahkan NaOh pada lumpur pemboran. ju) - Kontaminasi gypsum penanggulangannya dilakukan

penambahan soda ash agar mud cake menjadi tipis dan menjadi bantalan bagi pipa pemboran.

jv) - Kontaminasi semen penanggulangannya dengan menambahkan monosodium phosphate.

jw)

4. Jika perlu dapat ditambahkan bahan-bahan additive. Sebutkan dan jelaskan macam bahan additive tersebut & berikan contohnya !

jx) Jawab : - Extender = Menaikkan suspense semen dan mengurangi densitas lumpur semen. Contoh : bentonite dan sodium silikat.

jy) - Rerasder = Memperpanjang

waktu pemompaan misalnya untuk zat–zat yang temperaturnya besar, karena temperatur mempercepat reaksi kimia antar lumpur dan air.

jz) - Accelerator = Mempercepat

pengerasan suspense semen. Contoh :

Calcium chlorida dan sodium chlorida.

ka) - Low filtration additive =

Mengontrol pengendapan padatan bila ada perbedaan tekanan yang besar antara lumpur dengan zona yang mempunyai permeabilitas.

kb) - Lost circulation additive =

Mengatasi masalah pada lost

circulation. Contoh: Wood fiber. kc)

5. Apakah tujuan ditambahkannya soda ash pada komposisi lumpur dasar dan gypsum ?

kd) Jawab : Untuk menipiskan mud cake, menambahkan volume H2SO4, meningkatkan volume EDTA, menaikan gel strength, dan menurungkan filtration loss.

ke)

6. Apakah NH (H2PO4) itu? Jelaskan maksud dari penambahan NH(H2PO4) tersebut pada komposisi lumpur & semen !

kf) Jawab : NH (H2PO4) atau monosodium phopate merupakan

additive yang ditambahkan pada lumpur sebagai cara

penanggulangan lumpur yang terkontaminasi semen. kg)

7. Jelaskan terjadinya kontaminasi oksigen dan CO2!

kh) Jawab : - Kontaminasi oksigen (O2) pada lumpur pemboran terjadi pada saat air yang digunakan sebagai bahan pembuatan lumpur pemboran yang terkandung O2 sehingga O2 tersebut masuk dalam sistem lumpur pemboran.

ki) - Kontaminasi karbon dioksida (CO2) disebabkan pemboran menembus lapisan yang mengandung CO2

sehingga CO2 tersebut masuk dalam sistem lumpur pemboran.

kj)

8. Jelaskan pengaruh fisik lumpur terhadap perubahan : kk) a. pH.

kl) b. Kesadahan. km) c. Alkalinitas. kn) Jawab : a. pH.

ko) pH cenderung bersifat asam, maka lumpur bersifat korosif. pH tinngi cenderung basa maka menaikkan gel

strength dan viskositas.

kp) b. Kesadahan.

kq) Jika pemboran menembus formasi yang banyak mengandung Ca2+ dan Mg2+ sehingga dapat menyebabkan berubahnya sifat-sifat fisik lumpur pemboran.

kr) c. Alkalinitas.

- Jika lumpur sumbernya berasal hanya dari OH-, menunjukan lumpur stabil dan kondisinya baik. - Jika sumbernya berasal dari CO23-, maka lumpur

tersebut tidak stabil tapi masih bisa dikontrol. ks)

kt) 6.7. Kesimpulan

1. Kontaminan adalah material-material tidak diinginkan yang masuk dalam lumpur pemboran saat pemboran berlangsung.

2. Jenis-jenis kontaminasi antara lain kontaminasi sodium chloride,

gypsum, semen, hardwater, CO2, O2, dan H2S.

3. Cara untuk penanggulangan kontaminasi lumpur pemboran yaitu menambahkan zat additive ke dalam lumpur pemboran seperti soda

ash, NaOH, monosodium phosphate (NH(H2PO4)), dan lain – lain. 4. Kontaminasi lumpur pemboran dapat merubah rheologi lumpur, pH,

plastic viscosity, gel strength, filtration loss, dan tebal mud cake.

5. Zat-zat kontaminan antara lain NaCl, gypsum, semen, Ca2+ dan Mg2+,

carbon dioxide , oxygen, dan hydrogen sulfide.

ku)BAB VII

kv) PENGUKURAN MBT ( METHYLENE BLUE

TEST )

kw)

kx) 7.1. Tujuan Percobaan

1. Mengetahui proses dari pengukuran MBT dan pengaruh MBT terhadap nilai KTK (kapasitas tukar kation).

2. Menentukan kemampuan clay untuk mengikat kation pada larutan. 3. Menentukan nilai CEC (Cation Exchange Capacity) atau KTK. ky)

kz) 7.2...Teori Dasar

la) Shale adalah batuan sedimen yang terbentuk dari

endapan-endapan lempung (clay). Lempung (clay) merupakan batuan sedimen klastik yang berasal dari pelapukan batuan beku atau metamorf. Ukuran

merupakan campuran matrix dan semen, serta kadang-kadang mendominasi batuan sebagai batu lempung (clay stone).

lb) Sifat kimia mineral clay yang paling penting adalah kemampuan penyerapan anion dan kation tertentu yang kemudian merubahnya ke anion dan kation yang lain dengan pereaksi suatu ion di dalam air (Ionic Exchange Capacity). Reaksi pertukaran tejadi disekitar sisi luar dari unit struktur silika alumina. Sebagai contoh, pada pengembangan mineral clay sebagai akibat terjadinya invasi fasa cair dari lumpur ke dalam formasi yang mengandung clay reaktif terhadap air.

lc) Seperti kebanyakan metode pengukuran kation, tes dengan menggunakan methylene blue digunakan untuk mengukur total kapasitas pertukaran kation dalam suatu sistem clay, dimana pertukaran kation tersebut tergantung dari jenis dan kristal salinitas mineral, pH larutan, jenis kation yang diperlukan dan konsentrasi kandungan mineral yang terdapat didalam clay.

ld)

le) Kemampuan pertukaran kation didasarkan atas urutan dari kekuatan ikatan-ikatan ion-ion berikut ini :

lf)

lg) Li+<Na+<H+<K+<NH4+Mg2+<Ca2+<Al3+

lh)

li) Harga pertukaran kation yang paling besar dimiliki oleh mineral allogenic (pecahan batuan induk). Sedangkan yang paling kecil dimiliki oleh mineral authogenic (proses kimiawi). Kapasitas tukar kation dari beberapa jenis mineral clay dapat dilihat pada tabel 7.1. (pada halaman selanjutnya) kapasitas tukar kation dari beberapa jenis mineral

clay.

lj) Sedangkan laju reaksi pergantian kation tergantung pada jenis kation yang dipertukarkan dan jenis serta kadar mineral clay

(konsentrasi ion). Adapun hal yang menyebabkan mineral clay memiliki kapasitas tukar kation adalah :

1. Adanya ikatan yang putus disekeliling sisi unit silika alumina, akan menimbulkan muatan yang tidak seimbang sehingga agar seimbang kembali (harus bervalensi rendah) diperlukan penyerapan kation. 2. Adanya subtitusi alumina bervalensi tiga didalam kristal untuk

silika equivalen serta ion-ion bervalensi terutama magnesium didalam struktur tetrahedral.

3. Penggantian hydrogen yang muncul dari gugusan hidroksil yang muncul oleh kation-kation yang dapat ditukar-tukarkan (exchangeable). Untuk fakta ini masih disangsikan kemungkinannya karena tidak mungkin terjadi pertukaran hydrogen secara normal. lk) ll) lm) ln) lo) lp) lq)

lr) Tabel 7.1. Kapasitas Tukar Kation dari Beberapa Jenis Mineral Clay ls) a) Jenis Mineral Clay b) Kapasitas Tukar Kation c) Meq/100 gram d) Kaolinite e) 3-15 f) Halloysit e.2H2O g) 5-10 h) Halloysit e.4H2O i) 10-40 j) Montmor illonite k) 80-150 l) Lllite m) 10-40 n) Vermiculi te o) 100-150 p) Chlorite q) 10-40 r) Spiolite -Attapulgi te s) 20-30

lt) lu) lv) lw) lx) ly) lz) ma) mb) mc) md) me) mf)

mg) Reaksi pertukaran kation kadang-kadang bersamaan dengan terjadinya sweeling. Jika permukaan clay kontak dengan air dan menganggap bahwa satu plate clay terpisah dari matriknya, maka ion-ion yang bermuatan positif (kation) akan meninggalkan plate clay tersebut.

mh) Karena molekul air adalah polar maka molekul air akan ditarik balik oleh kation yang terlepas maupun plate clay dan molekul air yang bermuatan positif akan ditarik oleh plate clay-nya sendiri, sehingga seluruh clay akan mengembang.

mi) Kemampuan terjadinya pertukaran mineral clay dapat disebabkan oleh penarikan dan pertukaran kation. Permukaan koloid mineral yang bermuatan negatif akan menarik kation-kation membentuk lapisan atau medan yang disebut diffuse ion layers. Interaksi diffuse ion

layers pada partikel yang berdekatan memberikan petunjuk mengenai

sifat-sifat swelling clay, plasticity dan konsentrasi kandungan air dalam

clay.

mj) Ketidakstabilan lubang bor pada formasi umumnya disebabkan oleh dua hal yaitu imbibisi dengan konsekuensi swelling dan

penutupan lubang bor. Sedangkan penyebab kedua adalah faktor mekanisme yang disebabkan oleh rotasi drill string dan aliran fluida pemboran di annulus yang akan menggerus dinding lubang bor sehingga akan mengganggu kestabilan lubang bor.

mk) Imbibisi air suatu hal yang paling umum dan hal ini terjadi karena dua hal yaitu : Crystalin hydrational force dan osmotic hydrational

force. Crystalin hydrational force adalah gaya-gaya yang berasal dari

substitusi elemen di lapisan tengah clay. Gaya ini sangat sulit diatasi, karena air di ekstrasikan ke permukaan plate yang sama besarnya dengan arah ke sisi plate. Osmotic hydrational force terjadi bila adanya perbedaan konsentrasi ion antara formasi dengan fluida pemboran, dimana air akan tertarik dari lumpur ke dalam formasi.

ml) Operasi pemboran yang menembus lapisan shale akan mempunyai permasalahan tersendiri. Permasalahan tersebut meliputi penjagaan agar shale tetap stabil, tidak longsor atau runtuh. Beberapa akibat yang dapat ditimbulkan dengan runtuhnya shale tersebut didalam lubang bor diantaranya adalah :

1. Terjadinya pembesaran pada lubang bor.

2. Terjadinya permasalahan pada proses pembersihan lubang bor. 3. Rangkaian pipa bor akan terjepit.

4. Kebutuhan terhadap lumpur akan menjadi bertambah, sehingga bernilai tidak ekonomis.

5. Kesulitan dalam pelaksanaan logging, bridges dan fill up.

mm)

mn) Shale umumnya terdiri dari lumpur, silt dan clay (lempung)

yang merupakan hasil endapan didalam marine basin. Shale dalam bentuknya yang lunak atau bercampur dengan air disebut clay. Dan apabila

clay yang terbentuk terletak pada suatu kedalaman yang memiliki tekanan

dan temperatur yang tinggi, maka endapan clay tersebut akan mengalami perubahan bentuk, peristiwa ini disebut shale. Perubahan bentuk yang lain,

misalnya karena metamorfosa yang disebut slate, phylite atau mika schist. Berdasarkan kandungannya, apabila shale tersebut mengandung banyak pasir disebut dengan carbonaceous shale. Shale juga mengandung berbagai jenis mineral clay dimana sebagian diantaranya berdehidrasi tinggi. Sedangkan pengaruh dehidrasi yang tinggi tersebut disebabkan karena shale mengandung banyak mineral montmorillonite. Shale yang berdehidrasi tinggi ini biasanya terdapat dalam formasi yang relatif dangkal atau tidak dalam. Gejala-gejala problem shale dapat dilihat sebagai berikut :

1. Di atas shale-skakus terdapat banyak runtuhan-runtuhan shale yang berasal dari dinding lubang bor.

2. Kenaikan pada tekanan pompa karena di annulus diisi oleh banyak runtuhan-runtuhan shale.

3. Kenaikan torsi (torque) dan drag, biasanya diikuti dengan tig

connection. Hal ini dapat menyebabkan terjepitnya pipa karena

saat pompa dihentikan reruntuhan shale akan jatuh ke bawah dan terkumpul di sekitar drill collars.

mo)

mp) Seperti yang diketahui bahwa formasi shale mengandung mineral clay. Clay bersifat expanding dan non expanding bila bertemu air. Untuk mengetahui tingkat reaktif clay dapat dilakukan pengujian dengan

methylene blue test (MBT), x-ray diffraction dan scanning electron microscope.

mq) Pada lumpur PHPA pengukuran methylene blue test (MBT) harus dilakukan pada angka 15 – 25 lb/bbl (42,8 – 71,3 kg/m3). Apabila MBT lebih kecil daripada 20 lb/bbl maka disebut ideal. Namun jika lebih tinggi dari 20 lb/bbl akan mengakibatkan angka-angka rheologi yang tinggi dan akan memerlukan pengenceran atau deflokulasi yang tinggi.

mr) Kontrol fluida pemboran dengan seksama diperlukan pada beberapa pengukuran yang dilakukan untuk memberikan informasi tentang

sifat dan jenis clay yang terdapat dalam lumpur, dan diperlukan pula informsi yang sama yaitu tentang lapisan clay dan shale yang sedang dibor yang menjadi bagian pada sistem lumpur yang digunakan. MBT merupakan pengukuran untuk kapasitas tukar kation (KTK) untuk clay.

ms) mt) 7.3.

... Peralatan dan Bahan

mu) 7.3.1. ... Peralatan 1. Timbangan 2. Gelas Ukur 500 cc 3. Gelas Erlenmeyer 200 cc 4. Magnet Batang 5. Hot plate 6. Multi magnetizer 7. Pipet 8. Buret Titration 9. Kertas Saring 10. Stop Watch mv) mw) mx) Gambar 7.1.Timbangan my)

mz)

na) Gambar 7.2. Gelas Erlenmeyer 200 cc

nb)

nc) Gambar 7.3. Magnet Batang

Dalam dokumen Laporan Resmi Analisa Lumpur Pemboran (Halaman 91-121)

Dokumen terkait