• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hemodialisis

2.1.3. Peralatan Hemodialisis

Pada Penyakit Ginjal Kronik (PGK), hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah ke dalam suatu tabung ginjal buatan (dialiser) yang terdiri dari dua kompartemen yang terpisah. Darah pasien dipompa dan dialirkan ke kompartemen darah yang dibatasi oleh selaput semipermeabel buatan (artificial) dengan kompartemen dialisilat. Kompartemen dialisat dialiri cairan dialisis yang bebas pirogen, berisi larutan dengan komposisi elektrolit mirip serum normal dan tidak mengandung sisa metabolisme nitrogen. Cairan dialisis dan darah yang terpisah akan mengalami perubahan konsentrasi karena zat terlarut berpindah dari konsentrasi yang tinggi ke arah konsentrasi yang rendah sampai konsentrasi zat terlarut sama di kedua kompartemen (difusi). Pada proses dialisis, air juga dapat berpindah dari kompartemen darah ke kompartemen cairan dialisat dengan cara menaikkan tekanan hidrostatik negatif pada kompartemen cairan. Perpindahan air ini disebut ultrafiltrasi (Rahardjo, Susalit, Suhardjono dalam Buku Ajar IPD, 2009).

Besar pori pada selaput akan menentukan besar molekul zat terlarut yang berpindah. Molekul dengan berat molekul lebih besar akan berdifusi lebih lambat dibanding molekul dengan berat molekul lebih rendah. Kecepatan perpindahan zat terlarut tersebut makin tinggi bila (1) perbedaan konsentrasi di kedua kompartemen makin besar, (2) diberi tekanan hidrolik di komparetemen darah, dan (3) bila tekanan osmotik di kompartemen cairan dialisis lebih tinggi. Cairan dialisis ini mengalir berlawanan arah dengan darah untuk meningkatkan efisiensi. Perpindahan zat terlarut pada awalnya berlangsung cepat tetapi kemudian melambat sampai konsentrasinya sama di kedua kompartemen.

Selama proses dialisis pasien akan terpajan dengan cairan dialisat sebanyak 120-150 liter setiap dialisis. Cairan dialisat perlu dimurnikan agar tidak terlalu banyak mengandung zat yang dapat membahayakan tubuh. Dengan teknik reverse osmosis air akan melewati membran semipermeabel yang memiliki pori-pori kecil sehingga dapat menahan molekul dengan berat molekul kecil seperti urea, natrium, dan klorida.

Dalam Cahyaningsih (2008) menyebutkan beberapa komponen-komponen hemodialisis, antara lain:

 Dialiser

Terdapat 4 jenis membran dialiser yaitu: selulosa, selulosa yang diperkaya, selulo sintetik, dan membran sintetik. Pada membran selulosa terjadi aktivasi komplemen oleh gugus hidroksil bebas, karena itu penggunaan membran ini cenderung berkurang digantikan oleh membran lain. Aktivasi sistem komplemen oleh membran lain tidak sehebat aktivasi oleh membran selulosa (Rahardjo, Susalit, Suhardjono dalam Buku Ajar IPD, 2009).

a. Fungsi dan Komponen

Setiap dialiser terdiri dari kompartemen darah dan dialisat, dimana kedua kompartemen ini akan dipisahkan oleh suatu membran semipermeabel. Membran ini diletakkan dalam suatu tabung plastik dan diposisikan di tengah daripada kedua kompartemen agar darah dan dialisat dapat mengalir masuk dan keluar.

Selama tindakan hemodialisis, darah pasien, dengan kadar elektrolit, air dan sampah tubuh yang tinggi melewati kompartemen darah. Dialisat, cairan yang secara kimiawi disesuaikan dengan komposisi darah manusia, melewati kompartemen dialisat pada sisi lain membran.

b. Karakteristik Dialiser

Ada beberapa aspek dari dialiser dapat mempengaruhi efektifitas tindakan hemodialisis, yaitu:

 Biokompatibilitas

Biokompatibel berarti tidak berbahaya terhadap fungsi biologis. Ketika darah bersentuhan dengan substansi asing, sel-sel imun di dalam darah bereaksi sebagai bentuk pertahanan tubuh. Pertahanan ini meliputi aktivasi komplemen, dan mekanisme yang lain dapat bervariasi mulai dari clotting (darah membeku) sampai reaksi alergi yang berat.

Biokompatibilitas dari membrane dapat diuji dengan memeriksa darah pasien terhadap adanya protein dan kimia tertentu. Kemampuan membrane untuk adsorbsi (menarik dan menahan) protein pada dinding fiber adalah kunci untuk biokompabilitas.

Luas permukaan adalah kunci seberapa baik dialiser mengeluarkan solut. Bila aspek yang lain sama, dialiser dengan area permukaan yang lebih luas akan lebih banyak mengekspos darah dengan dialisat. Hal ini berarti lebih banyak solut yang dapat dikeluarkan dari dalam darah. Total luas permukaan dialiser dapat bervariasi antara (0.5 – 2.4) m2.  Mass Transfer Coefficient (KoA)

Adalah kemampuan solut untuk dapat melewati porus/lubang pada dialiser.

Secara teori, KoA, adalah kemungkinan tertinggi clearance yang mampu dilakukan dialiser pada kecepatan aliran darah dan dialisat yang tidak terbatas. Semakin tinggi KoA, dialiser semakin permeabel.  Batas Berat Molekul

Setiap membran memiliki batas berat molekul terbesar yang dapat diukur dalam dalton (Da). Molekul besar memiliki berat molekul lebih berat, molekul kecil memiliki berat molekul lebih ringan. Dialiser dapat dipilih dengan batas berat molekul yang bervariasi mulai 3000 Da sampai lebih dari 15000 Da.

Tabel 2.1: Berat Molekul

Molekul Berat Molekul (Da)

Albumin 66000.0

Calcium (Ca++) 40.0

Creatinin 113.0

Nitric Oxide (NO3) 62.0

Phosphorus (PO4) 94.9

Urea 60.0

Air (H2O) 18.0

Zinc (Zn2+) 65.3

(Sumber : hemodialysis device, 2005, dalam Cahyaningsih, 2008) Zat dengan berat molekul ringan yang terdapat dalam cairan dialisilat akan dapat dengan mudah berdifusi ke dalam darah pasien selama dialisis. Karena itu kandungan solut cairan dialisilat harus dalam

batas-batas yang dapat ditoleransi oleh tubuh. (Rahardjo, Susalit, Suhardjono dalam Buku Ajar IPD, 2009)

 Koefisien Ultrafiltrasi

Ultrafiltrasi (UF) adalah cara untuk mengeluarkan kelebihan cairan dari tubuh pasien selama hemodialisis dengan memberikan tekanan. Tekanan hidrolik yang yang diberikan pada kompartemen dialisat akan mendorong air melewati membrane.

Clearance

Jumlah darah yang dapat dibersihkan dari suatu solut dalam suatu periode tertentu disebut clearance (K).

Ada 3 cara mempengaruhi clearance dialiser: difusi, konveksi, dan adsorbsi.

c. Desain dialiser

Dialyzer hollow fiber adalah silinder plastik bening yang menyatukan ribuan helai fiber yang setipis rambut. Diasilat mengalir disekitar fiber dengan arah aliran yang berlawanan, dengan aliran countercurrent.

d. Membran

Membran semipermeabel berperan seperti dinding pembuluh pada nefron manusia, karena selektif. Dilubangi oleh porus yang mikroskopik, membran hanya dapat dilewati oleh air dan solut tertentu.

Luas permukaan membran juga penting untuk proses pembersihan. Luas permukaan membran yang tersedia adalah dari 0.8 m2 sampai 2.1 m2. Semakin tinggi luas permukaan membran semakin efisien proses dialisis yang terjadi ( Suhardjono, Rahardjo & Susalit, 2009).

Cahyaningsih (2008) juga menyebutkan ada faktor membran lain yang juga mempengaruhi keluarnya solut dan cairan selama dialisis. Hal ini meliputi material membran dan karakteristik tiap dialiser.

Dokumen terkait