• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.2 Peran Apoteker di RSUP H. Adam Malik

Peran Apoteker di RSUP H. Adam Malik tidak hanya pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit tetapi juga berperan serta pada Panitia Farmasi dan Terapi (PFT), Panitia Pengendalian Resistensi Antibiotik (PPRA), Instalasi CSSD dan Instalasi Gas Medis. Peran Apoteker dalam tim PPRA, sebagai ketua pilar farmasi klinis dan memberikan kontribusi dalam terbitnya pedoman penggunaan antibiotik di Rumah Sakit.

RSUP H. Adam Malik harus terus berbenah diri termasuk Apoteker sebagai salah satu pelaku pemberi pelayanan di Rumah Sakit sehingga visi menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian yang mandiri dan unggul di Sumatera tahun 2015 dapat terwujud dengan baik, diantaranya dengan terus meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien.

4.3 Panitia Farmasi dan Terapi

Dalam Permenkes No. 58 tahun 2014 tanggal 18 Agustus 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Rumah Sakit, Panitia Farmasi dan Terapi telah berubah nama menjadi Tim Farmasi dan Tearapi, namun Direktur RSUP H. Adam Malik belum mengeluarkan Surat Keputusan untuk menetapkan hal tersebut sehingga masih mengacu pada Surat Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik tanggal 02 Januari 2014 Nomor 07.10.0/IV 2.1/3243 tentang Pembentukan Panitia Farmasi dan Terapi RSUP H. Adam Malik.

Peran Apoteker sebagai sekretaris di PFT sangatlah penting karena semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan Obat diseluruh unit di Rumah Sakit ditentukan dalam panitia ini, sehingga dengan keberadaan Apoteker di PFT dapat turut ambil bagian menetapkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan Obat serta evaluasinya dalam bentuk formularium.

Berdasarkan Permenkes RI No. 085/Menkes/Per/I/1989 menyatakan bahwa Rumah Sakit Umum kelas A harus memiliki formularium dan direvisi secara periodik. RSUP H. Adam Malik telah menerbitkan formularium pada tahun 2003, sebagai pedoman pembuatan formularium edisi pertama ini mengacu pada Daftar Obat Essensial Nasional (DOEN) tahun 2002. Kemudian formularium di

revisi pada bulan Juli 2009 sehingga di terbitkanlah formularium edisi kedua, dimana pembuatan formularium ini mengacu pada DOEN tahun 2008. Formularium edisi terakhir yaitu formularium yang diterbitkan pada tahun 2011 yang mengacu pada DOEN 2010. Formularium merupakan salah satu syarat untuk menjadi Rumah Sakit Umum kelas A, sebagaimana tertulis dalam PerMenKes RI No. 085/MenKes/Per/I/1989 yang menyatakan bahwa Rumah Sakit Umum Kelas A diharuskan memiliki formularium yang selalu direvisi secara periodik.

Terhitung tanggal 1 Januari 2014, RSUP H. Adam Malik Medan telah mengacu kepada Formularium nasional, dimana pasien Askes dan Jamkesmas ditangani oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

4.4 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik dipimpin oleh seorang Apoteker yang bertanggungjawab langsung kepada Direktorat Umum dan Operasional. 4.4.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi

Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP. H. Adam Malik Medan telah mengalami perubahan disebabkan kurangnya tenaga Apoteker. Sesuai dengan Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik tentang revisi Struktur Organisasi dan Tata Kerja Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik Nomor: OT.01.01/IV.2.1/10281/2011, Struktur Organisasi di Instalasi Farmasi masih memisahkan antara Depo Farmasi Instalasi Anestesi dan Terapi Intensif dengan Depo Farmasi Instalasi Bedah Pusat. Namun tahun 2014 kedua depo ini digabung menjadi Depo Central Medical Unit yang Surat Keputusannya belum dikeluarkan oleh Direktur Utama.

4.4.2 Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

a. Pemilihan

Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan oleh Panitia Farmasi dan Terapi dimana penetapan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai sudah sesuai dengan kebutuhan berdasarkan formularium nasional, standar pelayanan, pola penyakit, efektifitas dan keamanan, pengobatan berbasis bukti, mutu, harga dan ketersediaan di pasaran. Pemilihan obat di RSUP H. Adam Malik merujuk kepada Formularium Nasional (Fornas), Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) dan e

-catalogue.

b. Perencanaan

Perencanaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik sudah berdasarkan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Kegiatan perencanaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dilaksanakan oleh Pokja Perencanaan, Pelaporan dan Evaluasi.

c. Pengadaan

Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di RSUP H. Adam Malik dilakukan menggunakan sistem e-catalogue yang dibuat oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan barang/jasa Pemerintah (LKPP).

d. Penerimaan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang masuk diantar ke IFRS, untuk diterima, diperiksa dan diteliti keadaannya, disesuaikan dengan Surat Pengantar Barang (SPB) dan SP oleh Pokja perbekalan, kemudian di entry data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang masuk ke SIRS.

e. Penyimpanan

Penyimpanan merupakan kegiatan menyimpan dan memelihara Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai. Pokja Perbekalan bertanggung jawab terhadap penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di gudang.

Gudang penyimpanan di RSUP H. Adam Malik terdiri dari gudang Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai umum, gudang Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai BPJS, gudang Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai floor stock.

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai disimpan di tempat yang khusus, aman dan berkunci sesuai dengan sifatnya (obat termolabil dilemari pendingin pada suhu 2-8oC dan obat pada suhu ruangan 15-250C) dan dilakukan pencatatan suhu minimal dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari, bentuk sediaan (oral, injeksi, infus, salep), bahan baku obat (mudah menguap/terbakar) terpisah dari produk farmasi lainnya. Obat narkotik disimpan dalam lemari khusus dan terkunci (double lock) dan disimpan oleh dua orang yang berbeda, obat high alert dalam lemari khusus yang ditandai garis merah dan diberi tanda label peringatan berbentuk bulat dan berwarna merah dengan tulisan high

alert berwarna putih, obat LASA (Look Alike Sound Alike) dalam lemari yang diberi label peringatan berbentuk bulat dan berwarna hijau dengan tulisan LASA berwarna kuning, obat disusun secara alfabetis dengan sistem first in first out

(FIFO) dan first expired first out (FEFO).

Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di gudang perbekalan Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik belum sepenuhnya sesuai dengan persyaratan penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan ruangan untuk menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang datang dalam jumlah besar serta masih menggunakan sistem dua arah antara Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang masuk dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan didistribusikan.

f. Pendistribusian

Distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

yang dilaksanakan di instalasi-instalasi dilakukan dengan sistem floor stock.

Distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai untuk

kebutuhan pasien rawat inap dilakukan dengan sistem one day dose dispensing.

Distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai untuk

kebutuhan pasien rawat jalan dilakukan dengan sistem resep perseorangan.

Distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai untuk

pasien di IGD dilakukan dengan sistem floor stock, resep perseorangan dan one

unit dose dispensing. Distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai untuk ruang OK dilakukan dengan sistem floor stock (paket) dan one unit dose dispensing.

Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di unit-unit pelayanan seperti:

1. Depo rawat inap terpadu A (Rindu A), Depo rawat inap terpadu (Rindu B), Depo IATI, Depo IBP, Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD), Apotek I, Apotek II dan CVCU.

2. User lainnya seperti poli-poli rawat jalan.

g. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

Barang yang mendekati expare date ( 3-6 bulan) ditarik kembali oleh Instalasi Farmasi. Apabila Obat masih bisa digunakan oleh pasien digunakan terlebih dahulu dan apabila tidak bisa digunakan lagi, Obat dikumpulkan untuk dikembalikan ke PBF. Penarikan dilakukan untuk produk yang izin edarnya telah dicabut oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik sudah mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan

pemusnahan dan penarikan tersebut.

h. Pengendalian

Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sudah berjalan dengan semestinya seperti dengan melakukan

Stok opname sebulan sekali di Apotek dan Depo farmasi. Setiap tiga bulan di gudang perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai .

4.4.3 Pelayanan Farmasi Klinik

a. Pengkajian dan Pelayanan Resep

Pengkajian dan pelayanan resep untuk pasien rawat inap dilakukan oleh depo farmasi. Sedangkan untuk pasien rawat jalan dilayani oleh apotik I dan apotik II. Apoteker sudah melakukan pengkajian Resep sesuai persyaratan administrasi (nama, umur, jenis kelamin, berat badan pasien, nama dokter, paraf dokter, tanggal resep dan ruangan/unit asal resep), persyaratan farmasetik (bentuk dan kekuatan sediaan, dosis dan jumlah Obat, stabilitas dan ketersediaan, aturan dan cara pemakaian) dan persyaratan klinis (ketepatan indikasi, dosis dan waktu pemberian, duplikasi pengobatan, alergi, interaksi dan ESO, kontraindikasi dan efek aditif) baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Kemudian resep ditelaah oleh Apoteker, untuk resep yang tidak tepat akan dicatat pada lembar telaah lalu diarsipkan di setiap unit.

b. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat

Penelusuran riwayat penggunaan Obat dilakukan oleh pokja farmasi klinis dilakukan dengan menggunakan sistem SIRS dan wawancara langsung dengan pasien.

c. Rekonsiliasi Obat

Rekonsiliasi obat sudah dilakukan oleh pokja farmasi klinis apoteker penanggung jawab rawat inap. Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien. Obat yang dibawa pasien dari luar RSUP H. Adam Malik tidak boleh digunakan selama masa perawatan untuk menghindari kesalahan pengobatan seperti duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat.

d. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan informasi obat pada pasien rawat jalan dilakukan oleh Apotek I, Apotek II serta Pokja Farmasi Klinis. Salah satu kegiatan PIO yang telah dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik yaitu melalui penyuluhan. Penyuluhan dilaksanakan oleh farmasi klinis yang bekerja sama dengan Instalasi PKRS. Kemudian setiap bulan laporan PIO didokumentasikan oleh Apotek I, Apotek II dan depo farmasi serta Pokja Farmasi Klinis.

Pelayanan informasi obat mengenai interaksi obat belum dilakukan terhadap praktisi klinis lainnya sebelum dilakukan peresepan untuk mengoptimalkan penggunaan obat secara rasional. Hal ini sangat penting mengingat banyaknya jumlah obat dipasaran yang saling berinteraksi satu sama lainnya.

e. Konseling

Pelaksanaan konseling belum dilaksanakan secara optimal, dimana konseling hanya dilakukan pada pasien geriatri, pediatri dan pasien dengan penyakit degeneratif. Konseling untuk pasien rawat jalan dilakukan di ruang konseling yang bersebelahan dengan Apotek II sehingga ruangan konseling kurang nyaman, terlalu ribut karena bersebelahan dengan jalan dan tempat keluar masuk pegawai dari Apotek II. Pencatatan data pasien dan data penggunaan obat belum dilaksanakan secara kontinu sehingga belum diperoleh informasi perkembangan pasien setelah intervensi pengunaan obat. Konseling juga dilakukan di Apotek I tetapi belum maksimal karena tidak ada tempat khusus untuk konseling.

f. Visite

Visite dilakukan oleh Apoteker dengan melihat terapi pengobatan pasien dari Catatan Perkembangan Terintegrasi dan mengisi Formulir Edukasi Multisiplin RSUP H. Adam Malik pada kolom farmasi. Apoteker mampu menjelaskan kepada pasien nama Obat dan kegunaannya, aturan pemakaian dan dosis Obat yang diberikan dan efek samping Obat.

Kegiatan visite telah dilaksanakan pada pasien di RSUP H. Adam Malik Medan. Kunjungan ini berupa kunjungan mandiri. Kegiatan visite belum dilakukan secara menyeluruh pada setiap pasien. Hal ini dikarenakan jumlah Apoteker di pokja Farmasi Klinis masih kurang sehingga diperlukan penambahan tenaga Apoteker. Perbandingan jumlah pasien rawat inap dengan Apoteker belum sebanding yakni 1 Apoteker melayani 30 pasien, sehingga perlu ditambah lagi tenaga Apoteker. Optimalisasi penyampaian informasi kurang tercapai akibat obat yang akan diberikan tidak tersedia dihadapan pasien.

g. Pemantauan Terapi Obat

Pemantauan terapi obat telah dilakukan bersamaan dengan visite, namun belum dilakukan secara berkesinambungan.

h. Monitoring Efek Samping Obat

Kegiatan MESO di RSUP. H. Adam Malik sudah dilakukan oleh farmasi klinis bersamaan dengan kegiatan visite. Agar MESO di RSUP. H. Adam Malik dapat terjangkau seluruhnya, maka farmasi klinis melatih kepala ruangan untuk memantau ESO di ruangan masing-masing. Bila tenaga kesehatan menemukan efek samping obat yang tidak lazim, maka dilaporkan ke pokja farmasi klinis, kemudian farmasi klinis akan berkolaborasi dengan dokter yang menangani pasien tersebut dan jika kasus yang didapat ternyata memang efek samping obat yang jarang dan berbahaya, maka informasi tersebut akan dicatat dalam formulir MESO dan selanjutnya dikirimkan ke Pusat MESO Nasional.

i. Evaluasi Penggunaan Obat

Evaluasi penggunaan obat ditandai dengan stempel review oleh farmasi. Hal ini sudah dilakukan bersamaan dengan visite dan sudah didokumentasikan tetapi belum maksimal.

j. Dispensing sediaan steril

Dispensing khusus di RSUP H. Adam Malik meliputi pencampuran obat kemoterapi dan pencampuran obat suntik KCI. Pencampuran obat suntik KCI di RSUP H. Adam Malik dilakukan sepenuhnya oleh Instalasi Farmasi di depo farmasi dan jika diluar jam kerja akan dilakukan di depo farmasi IGD, kecuali di ruang ICU, OK, HDU, HCU dan IGD dilakukan oleh perawat. Hal ini dikarenakan oleh kebutuhan KCI di ruang tersebut dibutuhkan segera sehingga akan memakan waktu lebih lama jika harus ditangani oleh Instalasi Farmasi, yang akan berpengaruh pada keselamatan pasien. Selain itu, perawat yang berada di ruang tersebut telah mendapat pelatihan mengenai prosedur pencampuran obat suntik yang baik dan benar. Pendokumentasian pencampuran obat suntik KCl belum dilakukan.

Pencampuran obat kemoterapi di RSUP H. Adam Malik telah dilakukan sepenuhnya oleh Instalasi Farmasi. Ruangan pencampuran kemoterapi merupakan ruang clean room dan sudah terjaga baik, karena telah memiliki ruang pencampuran, ruang antara dan ruang administrasi yang berbeda. Pendokumentasian pencampuran obat kemoterapi juga sudah dilakukan dengan baik setiap bulan.

k. Pemantauan kadar obat dalam darah

Pemantauan kadar Obat dalam darah di RSUP H. Adam Malik belum dilakukan karena tidak ada permintaan dari dokter dan biaya yang mahal.

Dokumen terkait