• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Diri

2. Peran Bimbingan dalam Pengembangan Konsep Diri

Bimbingan merupakan bagian integral dari pendidikan yang bertujuan untuk membentuk manusia yang bertanggung jawab sehingga dapat bersikap dan berperilaku yang dapat membahagiakan diri dan dapat diterima oleh masyarakat sekitarnya (Ahmadi, 1991).

Menurut Winkel (1997) bimbingan di institusi pendidikan formal akan berhadapan dengan banyak siswa yang dalam perkembangan dan beraneka tindakannya yang menampakkan sifat-sifat psikologis kepribadiannya menurut berbagai aspek. Bimbingan di sekolah dapat berperan secara maksimal, apabila guru pembimbing tidak hanya berpegang pada pengetahuan praktis tentang manusia lain yang diperoleh dalam pergaulan sehari-hari, tetapi juga sikap dan perilaku guru pembimbing menunjukkan kehangatan, pengertian, penerimaan, bersahabat terhadap perilaku siswa.

Peran bimbingan dalam pengembangan konsep diri siswa bisa dilakukan dengan cara memberikan pengarahan dan pemahaman kepada siswa tentang tugas-tugas yang diemban dalam menjalani kehidupannya. Seorang pembimbing harus memposisikan dirinya sebagai mitra remaja, agar dalam proses bimbingan tidak ada jarak yang memisahkan antara pembimbing dengan yang dibimbing. Hal ini penting dilakukan agar proses komunikasi berjalan dengan lancar. Kondisi inilah yang merupakan saat yang paling baik untuk melakukan bimbingan kepada siswa, sehingga siswa dapat diarahkan kepada hal-hal yang lebih positif.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei.

Metode survei ini bertujuan untuk mendeskripsikan peristiwa atau gejala yang ter-jadi pada saat penelitian dilakukan. Metode survei dirancang untuk memperoleh informasi tentang variabel, bukan untuk menghubungkan variabel yang satu dengan variabel yang lain (Furchan, 2004: 451). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah semua anggota kelompok orang, kejadian atau objek yang telah dirumuskan secara jelas (Furchan, 2004: 193). Populasi penelitian ini adalah para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 yang berjumlah 145 siswa. Ada 6 siswa yang tidak masuk.

Sampel adalah sebagian dari populasi (Furchan, 2004: 193). Jadi, sampel penelitian berjumlah 139 siswa. Adapun rincian para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 yang mengikuti penelitian disajikan dalam tabel 1 berikut ini:

27

Tabel 1

Rincian Para Siswa Kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009 yang Mengikuti Penelitian

Kelas Siswa Hadir Siswa Tidak Hadir XI IPS3 (uji coba) 35 siswa -

XI IPS1 38 siswa -

XI IPS2 38 siswa -

XI IPA2 28 siswa 6 siswa

C. Instrumen Penelitian 1. Alat Pengumpul Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Konsep Diri yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner bersifat tertutup artinya dalam kuesioner ini sudah disediakan alternatif jawaban sehingga siswa tinggal memilih jawaban dari alternatif jawaban yang sudah tersedia.

Kuesioner terbagi atas dua bagian. Bagian pertama berisi tentang kata pengantar dan petunjuk pengisian. Bagian kedua berisi pernyataan-pernyataan yang mengungkap konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009.

Kuesioner ini terdiri atas sejumlah pernyataan yang bersifat favorable (pernyataan positif) yaitu pernyataan yang mendukung indikator

dan pernyataan yang bersifat unfavorable (pernyataan negatif) yaitu pernyataan yang tidak mendukung indikator. Alternatif jawaban yang disediakan dalam penelitian ini ada empat yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).

2. Penentuan Skor

Dimana untuk pernyataan yang bersifat positif (favorable) jawaban SS mendapat skor 4, S mendapat skor 3, TS mendapat skor 2, dan STS mendapat skor 1. Sedangkan untuk pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable) jawaban SS mendapat skor 1, S mendapat skor 2, TS mendapat skor 3, dan STS mendapat skor 4.

3. Kisi-Kisi Kuesioner

Kisi-kisi kuesioner konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 adalah sebagai berikut:

Tabel 2

Kisi-Kisi Kuesioner Konsep Diri

Aspek Indikator No Pernyataan

Favorable (+)

Unfavorable (-)

Total 1. Individu yakin akan

kemampuannya untuk mengatasi masalah.

a. Bersikap tenang dan obyektif.

b. Mempertimbangkan untung rugi mengatasi masalah.

c. Bersikap kreatif dan luwes.

d. Bersikap optimis.

1,3 2. Individu merasa setara

dengan orang lain.

a. Mampu menerima keadaan diri.

a. Mampu mengungkapkan perasaan dan pendapat secara langsung dan jujur kepada orang lain.

b. Mampu mengungkapkan kebutuhan secara langsung dan jujur kepada orang lain.

32,33,35

4. Individu menyadari

a. Menyadari bahwa orang lain juga mempunyai perasaan tertentu.

b. Menyadari bahwa orang juga mempunyai keinginan yang negatif dalam diri dan berusaha

mengubahnya

a. Menyadari hal-hal yang negatif dalam diri.

b. Mengubah hal-hal yang negatif menjadi hal-hal yang positif dalam diri.

51,53,54

Uji coba dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus 2008 di kelas XI IPS3 yang berjumlah 35 siswa. Waktu yang diperlukan untuk menjawab kuesioner termasuk memberi petunjuk tentang cara pengisian adalah 45 menit. Adapun tabulasi skor uji coba dapat dilihat pada lampiran 1.

D. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas Instrumen

Validitas suatu alat ukur adalah sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Furchan, 2004: 293). Suatu alat ukur yang dihasilkan tepat dan teliti belum menjamin bahwa hasil tersebut merupakan cerminan dari apa yang seharusnya diukur. Dengan kata lain, apakah alat itu valid atau sahih (Masidjo, 1995). Suatu alat ukur dapat dikatakan memiliki tingkat validitas yang positif apabila alat tersebut mampu menjalankan fungsi ukurnya atau memberi hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi menunjuk pada sejauh mana instrumen tersebut mencerminkan isi sebagaimana dicantumkan dalam teori. Isi tersebut telah dijabarkan dalam tabel kisi-kisi. Validitas isi merupakan validitas yang melakukan pengujian terhadap isi tes dengan menggunakan pendapat nara sumber dalam bidang yang diukur (Suryabrata, 1989). Nara sumber yang diminta pendapat yaitu dosen pembimbing, satu dosen yang menguasai konsep diri dan satu guru BK di SMA yang hendak dilaksanakan penelitian. Jasa nara sumber berupa saran-saran tertulis.

Peneliti juga mendapat kesempatan untuk berkonsultasi dengan nara sumber mengenai pernyataan kuesioner yang kurang dipahami. Pendapat dan saran nara sumber mengenai pernyataan kuesioner sebelum diuji cobakan dapat disimpulkan sbb: (1) perumusan pernyataan dan bahasa cukup konsisten dengan tabel kisi-kisi, (2) secara keseluruhan pernyataan dipandang ideal untuk mengukur konsep diri siswa SMA kelas XI karena pernyataan-pernyataan itu sesuai dengan situasi dan kondisi di Yogyakarta.

Perhitungan koefisien korelasi masing-masing item menggunakan metode Product Moment dari Pearson (Masidjo, 1995:142) dengan rumus:

r =xy

( )( )

( )

{

N

XN2

XYX 2

} {

NX

Y2Y

( )

Y 2

}

Keterangan:

r = koefisien korelasi antara X dan Y xy

N = jumlah subjek

X = skor item belahan ganjil Y = skor item belahan genap

r =xy

( )( )

{

100580480 100120036

} {

101781368

(

101223721

) }

100670366

Kriteria pemilihan item (pernyataan kesahihan item) didasarkan pada korelasi item dengan batasan koefisien korelasi ≥ 0,30 dan koefisien korelasi ≤ 0,30 (Azwar, 1999: 65). Item yang mencapai koefisien korelasi

≥ 0,30 dinyatakan valid. Sedangkan, item yang mencapai koefisien korelasi ≤ 0,30 dapat dinyatakan gugur/tidak valid. Proses penghitungan koefisien korelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistical Programme for Social Science) versi 15. Dari 70 item yang telah diuji cobakan, terdapat 60 item dinyatakan valid dan 10 item dinyatakan gugur. Rekapitulasi item valid dan gugur dapat dilihat pada lampiran 3. Kuesioner konsep diri dapat dilihat pada lampiran 5.

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas alat ukur adalah taraf sampai dimana suatu alat mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang dilihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil. Suatu alat yang reliabel akan menunjukkan ketepatan dan ketelitian hasil dalam satu/berbagai pengukuran. Umar (1997) mengatakan reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukuran di dalam mengukur gejala yang mau diukur.

Perhitungan reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Belah Dua (Split-Half Method). Metode ini merupakan metode yang lebih efisien, karena dalam penentuan taraf reliabilitas suatu alat ukur untuk satu kali pengukuran pada satu kelompok subjek uji coba. Metode belah dua yang dipakai adalah berdasarkan urutan nomor item, yang bernomor ganjil menjadi belahan pertama dan yang bernomor genap menjadi belahan kedua.

Dalam menentukan taraf reliabilitas suatu alat ukur digunakan kriteria kualifikasi koefisien reliabilitas dari Masidjo (1995: 209) sebagai berikut:

Tabel 3

Koefisien Korelasi Alat Ukur Koefisien Korelasi Klasifikasi

0,91 - 1,00 Sangat tinggi

0,71 - 0,90 Tinggi

0,41 - 0,70 Cukup

0,21 - 0,40 Rendah

0 - 0,20 Sangat rendah

Untuk menguji taraf reliabilitas suatu alat ukur diperoleh dengan menggunakan formulasi koreksi dari Spearman-Brown (Masidjo, 1995:

219) sebagai berikut: Hasil perhitungan uji reliabilitas adalah:

r

tt

=

Setelah diperoleh koefisien reliabilitas

r

tt = 0,956 kemudian diklasifikasikan pada tabel koefisien korelasi alat ukur, ternyata koefisien reliabilitas

r

tt = 0,956 masuk dalam klasifikasi sangat tinggi (0,91 - 1,00).

3. Mean atau rata-rata digunakan untuk mengetahui nilai rata-rata yang diperoleh setiap kelompok individu. Menurut Donal Ary dkk, mean adalah jumlah semua nilai dalam suatu sebaran dibagi dengan jumlah individu (Furchan, 2005: 158). Skor yang > mean dikategorikan positif, sedangkan skor yang ≤ mean dikategorikan negatif. Rumus untuk mencari mean:

Mean =

E. Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan

a. Peneliti menghubungi pihak sekolah bahwa peneliti bermaksud mengadakan penelitian di sekolah yang bersangkutan.

b. Peneliti menyusun kuesioner penelitian dengan berkonsultasi pada dosen pembimbing.

c. Peneliti mengadakan uji coba kuesioner untuk menentukan reliabilitas dan validitas kuesioner penelitian.

d. Perhitungan hasil uji coba kuesioner menggunakan metode perhitungan komputer program SPSS versi 15 dan manual.

2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data Penelitian

Pengumpulan data penelitian dilaksanakan sesuai dengan jam BK sehingga tidak mengganggu mata pelajaran di sekolah. Adapun jadwal pengumpulan data penelitian sebagai berikut:

Tabel 4

Jadwal Pengumpulan Data Penelitian

Kelas Tanggal Waktu Siswa Hadir Siswa Tidak Hadir XI IPS1 25-8-2008 06.45-07.30 38 siswa -

XI IPS2 25-8-2008 08.15-09.00 38 siswa - XI IPA2 25-8-2008 10.00-10.45 28 siswa 6 siswa

Adapun proses pengumpulan data dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini:

a. Peneliti mempersiapkan diri 15 menit lebih awal dari waktu pelaksanaan penelitian yang telah ditetapkan.

b. Peneliti memberikan penjelasan umum tentang maksud dan tujuan diadakannya penelitian.

c. Peneliti membagikan lembar kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.

d. Peneliti memberikan penjelasan mengenai petunjuk umum cara mengerjakan dan mengisi kuesioner. Responden diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas.

e. Peneliti membagikan kuesioner setelah memastikan seluruh responden memahami petunjuk pengisian kuesioner.

f. Peneliti memberikan kesempatan kepada subjek untuk mengisi bagian identitas pada kuesioner. Selama pengisian jawaban kuesioner, subjek diperkenankan untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.

g. Peneliti mengecek kembali kelengkapan lembar kuesioner dan jawaban setelah semua terkumpul.

Proses pengumpulan data ini berjalan lancar. Para siswa mengisi kuesioner dengan tenang dan penuh antusias. Setelah data terkumpul, peneliti kemudian mengolah data tersebut.

F. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan langkah-langkah:

1. Menentukan skor dari masing-masing alternatif jawaban yang sudah diberikan oleh subjek penelitian dan membuat tabulasi skor dari masing-masing butir item skala. Langkah selanjutnya menghitung total skor

masing-masing subjek penelitian dan total skor tiap item. Tabulasi skor hasil penelitian dan pengolahan data penelitian dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 7.

2. Pengolahan data

Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis statistik deskriptif yang meliputi perhitungan mean. Kategorisasi konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta (dengan ∑item total = 60) disajikan pada tabel 5 berikut ini:

Tabel 5

Kategorisasi Konsep Diri Para Siswa Kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009

Perhitungan Skor Kategori

> mean 193-240 Positif

≤ mean 60-193 Negatif

Kategorisasi tinggi rendah skor item secara keseluruhan dalam penelitian ini (dengan N = 104), diperoleh dengan perhitungan:

Xitem maksimum teoretik : 104 x 4 = 416 Xitem minimum teoretik : 104 x 1 = 104

Range : 416 – 104 = 312

σ (item teoretik) : 312 : 6 = 52

µ (item teoretik) : (416 + 104) : 2 = 260

Kategorisasi skor item para siswa disajikan pada tabel 6 berikut ini:

Tabel 6

Kategorisasi Skor Item Para Siswa Kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009

Perhitungan Skor Kategori

(µ+1,0σ) ≤ Xitem

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009

Konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta untuk setiap subjek penelitian (N=104) diperoleh dengan mengkategorisasikan skor yang diperoleh subjek ke dalam kategori positif dan negatif. Konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 yaitu:

Tabel 7

Konsep diri Para siswa Kelas XI

SMA Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009

Kategori Skor Frekuensi Persentase

Positif 193 - 240 60 siswa 58 %

Negatif 60 - 193 44 siswa 42 %

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 60 siswa (58%) memiliki konsep diri positif dan 44 siswa (42%) memiliki konsep diri negatif.

Selanjutnya topik-topik yang sesuai untuk para siswa ini didasarkan pada skor item kuesioner yang berkategori rata-rata dengan jumlah skor antara 208-311. Item-item konsep diri rata-rata tiap aspek disajikan pada tabel 8 berikut ini:

38

Tabel 8

Item-Item Konsep Diri Rata-Rata Tiap Aspek

No Aspek Konsep Diri No

Item

Skor Kategori Usulan Topik Bimbingan

1. Mengatasi masalah (bersikap optimis). Latihan

Membuat Pilihan Saya mampu membuat keputusan dalam hidup secara

tepat.

13 309 Rata-rata Saya yakin bisa membuat keputusan yang bertanggung

jawab.

14 310 Rata-rata 2. Mengungkapkan perasaan, pendapat maupun

kebutuhan secara langsung dan jujur kepada orang lain. Saya memberikan penjelasan atas ketidaksetujuan saya

terhadap pendapat teman lain.

32 311 Rata-rata Saya berani mengungkapkan perasaan negatif seperti

kekecewaan dan kesedihan pada orang lain.

33 309 Rata-rata Saya menyampaikan pendapat saya dengan tegas dan

meyakinkan kepada orang lain.

35 310 Rata-rata 3. Menyadari hal-hal yang negatif dalam diri dan

berusaha mengubahnya.

Pemahaman Diri

Jika orang lain memberikan kritik kepada saya, saya tetap menerima dan menghargainya.

54 311 Rata-rata

B. Pembahasan 1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian seperti tampak pada tabel 7 menunjukkan bahwa ada 60 siswa (58%) memiliki konsep diri positif dan 44 siswa (42%) memiliki konsep diri negatif. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar (58%) para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta memiliki konsep diri positif. Hal ini kemungkinan disebabkan beberapa faktor di antaranya yaitu:

Perlakuan orang tua yang memberikan kepercayaan, kebebasan, keyakinan, kasih sayang dan sikap menerima terhadap siswa sebagai pribadi dengan segala kelebihan dan kekurangannya, hubungan orang tua yang

harmonis mendukung rasa percaya diri dan rasa aman siswa. Sejalan dengan Winkel, Soemanto (1984: 95) menyebutkan bahwa siswa yang berasal dari lingkungan rumah yang sehat dengan suasana keluarga penuh rasa kasih sayang bagi siswa, maka kemungkinan besar siswa tersebut akan memiliki kesehatan mental dan emosi yang baik.

Perilaku guru yang menerima, memberi pengetahuan atas kebaikan-kebaikan siswa serta membantu siswa menyadari dan mewujudkan kemampuannya, mempercayai siswa, menghargai, mencintai dan memberi perhatian pada para siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Kartono (1987: 35) yang mengatakan bahwa sikap adalah kecenderungan seseorang untuk bereaksi baik positif maupun negatif terhadap benda-benda atau situasi tertentu. Hal ini dipertegas oleh Purwanto (1995: 143) ada beberapa sikap dan sifat yang harus dimiliki seorang guru yaitu adil, percaya dan suka kepada peserta didiknya, sabar dan rela berkorban, memiliki wibawa di hadapan peserta didiknya, benar-benar menguasai materi pelajarannya dan berpengetahuan luas.

Siswa memiliki intelegensi tinggi sehingga cenderung memandang dirinya sebagai orang yang memiliki kemampuan akademik lebih, dapat menyelesaikan tugas-tugas dan memiliki prestasi belajar yang cukup tinggi.

Hal ini didukung oleh Purwanto (1996: 52) yang menyatakan intelegensi adalah kesanggupan siswa untuk menyesuaikan diri pada kebutuhan baru dengan menggunakan kemampuan berpikir untuk mencapai tujuannya.

Intelegensi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa karena

semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses (Syah, 1995: 134).

Pergaulan dengan teman sebaya seperti disukai dan diterima oleh teman-teman, memikirkan kepentingan kelompok, bersikap spontan, jujur dan dapat dipercaya, bertanggungjawab, mampu menyesuaikan diri dengan teman sebaya. Sebagai siswa yang masih duduk di bangku SMA sangat membutuhkan seorang sahabat untuk berbagi cerita dan bertukar pikiran tentang berbagai hal (Ineke, 2007).

Siswa berasal dari keluarga status sosial menengah ke atas cenderung mandiri, percaya diri, harga dirinya positif, serta berani mengungkapkan perasaan dan pendapatnya (Pudjijogyanti, 1985: 38-39). Status sosial yang dimiliki siswa berkaitan erat dengan penghargaan terhadap diri sendiri dan penerimaan lingkungan terhadapnya (Winkel, 1996: 214). Perbedaan status sosial yang dimiliki siswa dapat menyebabkan siswa kesulitan bekerja sama dengan siswa lain yang berasal dari latar belakang tertentu.

Hal-hal yang perlu dilakukan oleh konselor supaya konsep diri siswa semakin positif yaitu latihan pengembangan konsep diri untuk membantu siswa menyadari dan mengenali faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri positif, manfaat konsep diri yang positif dalam pengembangan diri dan cara meningkatkan konsep diri yang positif. Latihan pengembangan konsep diri yang dapat dilatih misalnya latihan mengatasi masalah, mengungkapkan perasaan pikiran maupun kebutuhannya secara langsung dan jujur kepada orang lain, latihan bahwa setiap orang mempunyai perasaan, keinginan dan

perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat, dan latihan memperbaiki diri karena ia menyadari hal-hal yang negatif dalam dirinya dan berusaha mengubahnya.

Apabila siswa mampu mengembangkan konsep dirinya dan seluruh potensinya secara utuh dan optimal maka siswa akan merasa puas dan bahagia dan diharapkan dapat mencapai keberhasilan baik dalam bidang akademik maupun non akademik.

Ada 44 siswa (42%) memiliki konsep diri negatif yaitu siswa dengan jumlah skor antara 60-193. Siswa yang memiliki konsep diri negatif artinya para siswa cukup menyadari siapa dirinya, kekuatan dan kelemahan pada dirinya, memiliki perasaan yang stabil ketika mengalami kegagalan, siswa tidak akan menilai dirinya negatif, tidak meremehkan atau menolak dirinya dan berani untuk mencoba lagi. Ada beberapa faktor kemungkinan yang menyebabkan siswa memiliki konsep diri rata-rata di antaranya yaitu:

Perlakuan dalam keluarga, orang tua misalnya yang kurang memberikan kepercayaan, kebebasan, keyakinan, kasih sayang dan sikap kurang menerima terhadap siswa sebagai pribadi dengan segala kelebihan dan kekurangannya, hubungan orang tua yang kurang harmonis menghambat rasa percaya diri dan rasa aman siswa, dipermalukan di depan umum, terlalu dimanja, terlalu dilindungi, kurang dicintai, dan kurang dihargai.

Perilaku guru yang semena-mena kepada siswa, guru tidak disiplin waktu dan pekerjaan, memberi cap buruk kepada siswa, tidak menerima kekurangan dan membandingkan dengan siswa lain, tidak mempercayai siswa, tidak

menghargai siswa dapat berakibat siswa akan menjauhkan diri dari teman, guru dan lingkungan sekitarnya (Suparno, 2004: 50).

Sebagian siswa yang memiliki intelegensi rendah berkecenderungan memandang dirinya sebagai orang yang tidak memiliki kemampuan lebih, tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas dan tidak memiliki prestasi belajar yang cukup positif. Ini sependapat dengan Syah (1995: 134) bahwa semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.

Usaha-usaha yang perlu dilakukan konselor untuk meningkatkan konsep diri siswa diantaranya (1) membuat siswa merasa mendapat dukungan dan kekuatan untuk berani memperbaiki kekurangan diri, (2) membuat siswa merasa bertanggung jawab dan mampu mengembangkan kemampuannya, (3) menerima siswa apa adanya, (4) tidak memberikan cap yang negatif pada siswa, dan (5) tidak menghukum dan mengancam siswa (Ineke, 2007).

Orang-orang yang perlu dilibatkan untuk meningkatkan konsep diri siswa adalah siswa sendiri dan tokoh-tokoh penting dalam hidupnya yaitu orang tua, guru, teman sebaya dan orang-orang lain yang berpengaruh; serta konselor sekolah khususnya sangat berperan dalam pengembangan konsep diri para siswa.

2. Usulan Topik-Topik Bimbingan Klasikal

Berdasarkan item-item berkategori rata-rata dan pembahasan yang telah dilakukan, maka disusunlah usulan topik-topik bimbingan klasikal. Usulan topik-topik bimbingan klasikal dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini:

44

BAB V

PENUTUP

A. Ringkasan

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk: (1) Mengetahui konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009. (2) Mengetahui topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai bagi para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009.

Populasi penelitian ini adalah para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 yang berjumlah 145 siswa. Ada 6 siswa yang tidak masuk. Jadi, sampel penelitian berjumlah 139 siswa yaitu kelas XI IPS1 (38 siswa), kelas XI IPS2 (38 siswa), kelas XI IPS3 (35 siswa), dan kelas XI IPA2 (28 siswa).

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

“Kuesioner Konsep diri” yang terdiri dari 60 item dan disusun sendiri oleh peneliti. Prosedur pengumpulan data meliputi dua tahap, yaitu: (1) Tahap persiapan, mencakup kegiatan menghubungi pihak sekolah bahwa peneliti bermaksud mengadakan penelitian di sekolah yang bersangkutan; menyusun kuesioner penelitian dan dikonsultasikan pada dosen pembimbing; mengadakan uji coba alat kuesioner untuk menentukan reliabilitas dan validitas kuesioner penelitian, dan (2) Tahap pelaksanaan pengumpulan data penelitian.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.

Perhitungan validitas menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson (Masidjo, 1995:142). Hasil koefisien korelasi yang diperoleh adalah r = 0,915. xy

45

Reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah formulasi koreksi dari Spearman-Brown (Masidjo, 1995: 219) dan hasil koefisien reliabilitas yang

diperoleh adalah

r

tt = 0,956 masuk dalam klasifikasi sangat tinggi.

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah (1) menentukan skor dari masing-masing alternatif jawaban yang sudah diberikan oleh subjek penelitian dan membuat tabulasi skor dari masing-masing butir item, (2) menghitung total skor masing-masing subjek penelitian dan total skor tiap item, (3) mengolah data yang diperoleh dengan menggunakan analisis statistik deskriptif yang meliputi perhitungan mean dan kategorisasi skor tiap item, (4) menyusun usulan topik-topik bimbingan klasikal.

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah (1) menentukan skor dari masing-masing alternatif jawaban yang sudah diberikan oleh subjek penelitian dan membuat tabulasi skor dari masing-masing butir item, (2) menghitung total skor masing-masing subjek penelitian dan total skor tiap item, (3) mengolah data yang diperoleh dengan menggunakan analisis statistik deskriptif yang meliputi perhitungan mean dan kategorisasi skor tiap item, (4) menyusun usulan topik-topik bimbingan klasikal.

Dokumen terkait