BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Peran BTN Cabang Surakarta Dalam Menanggulang
Pencucian Uang Melalui Bank
Bank Tabungan Negara (BTN) cabang Surakarta merupakan sebuah intansi yang bergerak di bidang perbankan yang menawarkan jasa-jasa dalam lalu- lintas pembayaran keuangan. Saat ini, bank menjadi sasaran empuk dijadikan tempat oleh para penjahat untuk mencucikan uangnya dengan tujuan untuk menyembunyikan/menyamarkan asal-usul dana/uang. Kejahatan ini perlu dicegah, karena dapat mengganggu sistem perekonomian nasional. Sehingga dibutuhkan suatu tindakan pencegahan (preventif) untuk menghindari tindak pidana pencucian uang.
Pembahasan sub bab ini adalah berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Dyah Respati Woro H yang menjabat sebagai Kasie Retail BTN dan Ibu Sri Mulyani yang menjabat sebagai petugas Costumer Service BTN.
Salah satu cara untuk mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang (Money Laudering) adalah dengan membentuk undang-undang yang melarang dan menghukum pelaku pencucian uang. Untuk usaha tersebut diatas, BTN mengacu pada peraturan bank indonesia, perundang-undangan yang menjadi dasar bank indonesia membuat suatu peraturan antara lain:
1. Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Tahun 1992 No. 31, Tambahan Lembaran Negara No. 3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Tahun 1998 No. 182, Tambahan Lembaran Negara No. 3790);
2. Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1999 No. 66, Tambahan Lembaran Negara No. 3843) sebgaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Republik
commit to user
Indonesia Tahun 2009 No. 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4962);
3. Undang-undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (Lembaran Negara Tahun 2002 No. 30, Tambahan Lembaran No. 4191) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 25 Tahun 2003 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 No. 108, Tambahan Lembaran Negara No. 4324);
4. Indonesia pada saat ini telah memiliki Undang-undang No. 15 Tahun 2003tentang Peraturan Pemeritah Pengganti Undang-undang No. 11 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menjadi Undang- undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 No. 45 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4284);
5. Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No. 94, Tambahan Negara Republik Indonesia No. 4867).
Dengan landasan yang dimiliki oleh Bank Indonesia, Bank Indonesia menetapkan batasan-batasan sebagai acuan dan standar program anti pencucian uang yang tertuang dalam produk-produk hukum Bank Indonesia antara lain : 1. Peraturan Bank Indonesia, PBI No. 3/10/PBI/2001 tanggal 18 Juni 2001
tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Lembaran Negara Tahun 2001 No. 78, Tambahan Lembaran Negara No. 4107) sebagaimana diubah terakhir dengan PBI No.5/21/PBI/2003 tanggal 17 Oktober 2003 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer);
2. Peraturan Bank Indonesia, PBI No. 11/28/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) Bagi Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 No. 106 DPNP);
3. Surat Edaran Bank Indonesia, SEBI No. 11/31/DPNP/2009 tentang Pedoman Standar Penerapan Program Anti Pencucian Uang Dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.
commit to user
Berdasarkan peraturan tersebut BTN menerapkan program anti pencucian uang dan sebagai pedomannya adalah Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 11/31/DPNP/2009 tentang Pedoman Standar Penerapan Program Anti Pencucian Uang Dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum. Berikut ini adalah hasil penelitian tentang penerapan program anti pencucian uang di BTN cabang Surakarta.
Dalam Pasal 2 PBI No. 11/28/PBI/2009 tentang Penerapan Program APU dan PPT disebutkan bahwa bank wajib menerapkan program APU dan PPT. Dalam penerapan program tersebut, bank wajib berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan bank Indonesia. Penerapan program ini paling kurang mencakup:
1. Pengawasan Aktif Direksi Dan Dewan Komisaris
Dalam Pasal 4 PBI No. 11/28/PBI/2009 tentang Penerapan Program APU dan PPT disebutkan, pengawasan aktif direksi bank paling kurang mencakup: a. memastikan bank memiliki kebijakan dan prosedur program APU dan
PPT;
b. mengusulkan kebijakan dan prosedur tertulis program APU dan PPT kepada Dewan Komisaris;
c. memastikan penerapan program APU dan PPT dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan prosedur tertulis yang telah ditetapkan;
d. memastikan bahwa satuan kerja yang melaksanakan kebijakan dan prosedur program APU dan PPT terpisah dari satuan kerja yang mengawasi penerapannya;
e. membentuk unit kerja khusus yang melaksanakan program APU dan PPT dan atau menunjuk pejabat yang bertanggungjawab terhadap Program APU dan PPT di Kantor Pusat;
f. pengawasan atas kepatuhan satuan kerja dalam menerapkan program APU dan PPT;
g. memastikan bahwa kantor cabang dan kantor cabang pembantu Bank memiliki pegawai yang menjalankan fungsi unit kerja khusus atau pejabat yang melaksanakan program APU dan PPT;
commit to user
h. memastikan bahwa kebijakan dan prosedur tertulis mengenai program APU dan PPT sejalan dengan perubahan dan perkembangan produk, jasa, dan teknologi Bank serta sesuai dengan perkembangan modus pencucian uang atau pendanaan terorisme; dan
i. memastikan bahwa seluruh pegawai khususnya pegawai dari unit kerja terkait dan pegawai baru. telah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan program APU dan PPT secara berkala.
Dalam Pasal 5 PBI No. 11/28/PBI/2009 tentang Penerapan Program APU dan PPT disebutkan pengawasan aktif Dewan Komisaris paling kurang mencakup:
a. persetujuan atas kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan PPT;
b. pengawasan atas pelaksanaan tanggung jawab direksi terhadap penerapan program APU dan PPT.
Pengawasan atas pelaksanaan tanggung jawab dilakukannya penerapan program APU dan PPT pada BTN kantor cabang Surakarta dilaksanakan oleh Bapak Arif Budiman, selaku Branch Manager BTN. Dengan kata lain, Branch Manager merupakan pelaksanaan tugas dari dewan komisaris dan direksi pada kantor cabang BTN. Tidak hanya itu, Branch manager juga mempunyai tugas untuk memberikan persetujuan ataupun tidak suatu transaksi diatas Rp. 500.000.000,-. Apabila terdapat kecurigaan terhadap transaksi tersebut, maka beliau akan memberikan perintah kepada petugas Unit kerja khusus untuk memberikan laporan kepada direktur kepatuhan yang berada di pusat.
Pasal 6 PBI No. 11/28/PBI/2009 tentang Penerapan Program APU dan PPT disebutkan, bank wajib membentuk unit kerja khusus dan atau menunjuk pejabat bank yang bertanggung jawab dalam penerapan program APU dan PPT, dalam hal ini, unit kerja tersebut bertanggung jawab kepada direktur kepatuhan.
commit to user
2. Kebijakan dan Prosedur
Pasal 8 PBI No. 11/28/PBI/2009 tentang Penerapan Program APU dan PPT disebutkan bahwa dalam menerapkan program APU dan PPT, bank wajib memiliki kebijakan dan prosedur tertulis yang paling kurang mencakup: a. Permintaan Informasi Dan Dokumen
bank wajib mengidentifikasi dan mengklasifikasikan calon nasabah ke dalam kelompok perseorangan, perusahaan, atau beneficial owner. Dalam Pasal 13 PBI No. 11/28/PBI/2009 tentang Penerapan Program APU dan PPT permintaan informasi dan dokumen bagi nasabah perorangan paling kurang mencakup:
1) identitas nasabah yang memuat:
a) nama lengkap termasuk alias apabila ada;
b) nomor dokumen identitas yang dibuktikan dengan menunjukan dokumwn yang dimaksud;
c) alamat tempat tinggal yang tercantum pada kartu identitas; d) alamat tempat tinggal terkini termasuk nomor telepon apabila
ada;
e) tempat dan tanggal lahir; f) kewarganegaraan; g) pekerjaan;
h) jenis kelamin; dan i) status perkawinan;
2) identitas Beneficial Owner, apabila Nasabah mewakili Beneficial Owner;
3) sumber dana;
4) rata-rata penghasilan;
5) maksud dan tujuan hubungan usaha atau transaksi yang akan dilakukan calon Nasabah dengan Bank; dan
6) informasi lain yang memungkinkan Bank untuk dapat mengetahui profil calon Nasabah
commit to user
Syarat utama pembukaan rekening di BTN adalah nasabah yang bersangkutan harus datang langsung ke bank, tidak boleh diwakilkan karena harus menandatangani formulir dan buku rekening didepan petugas bank. Dengan membawa kartu identitas asli yang masih berlaku baik Kartu Tanda Penduduk (KTP) maupun Surat Izin Mengemudi (SIM). Kalau penggunaan Nomor Pajak Wajib Pajak (NPWP) hanya diberlakukan sebagai syarat untuk pengambilan kredit diatas Rp. 50.000.000,00 juta. Setelah formulir data nasabah perorangan tadi diisi yang isinya nama, alamat rumah, nomer identitas, yang terpenting ialah nama ibu kandung, nomer telepon, pekerjaan (dan lain-lain dapat dilihat lampiran), terus diproses kemudian mendapat nomer Costumer Informaion Files (CIF) atau nomer rekening dan mendapat buku rekening. Selanjutnya harus langsung menyetor uang pada hari itu juga diteller. Apabila rekening tersebut tidak diisi pada hari itu juga maka keesokan harinya rekening tersebut otomatis langsung ditutup oleh sistem. Kalau untuk calon nasabah perorangan berkewarganegaraan asing persyaratan yang diminta adalah paspor yang masih berlaku dan kartu izin tinggal. Nasabah asing tersebut dikatakan oleh petugas hanya bisa menggunakan produk tabungan dan deposito saja.
Sedangkan bagi calon nasabah perusahaan selain bank, informasi dan dokumen paling kurang mencakup:
1) nama perusahaan;
2) nomor izin usaha dari instansi berwenang; 3) alamat kedudukan perusahaan;
4) tempat dan tanggal pendirian perusahaan; 5) bentuk badan hukum perusahaan;
6) identitas Beneficial Owner, apabila Nasabah mewakili Beneficial Owner
7) sumber dana;
8) maksud dan tujuan hubungan usaha atau transaksi yang akan dilakukan calon Nasabah perusahaan dengan Bank; dan
commit to user
9) informasi lain yang diperlukan.;
Pada BTN, apabila nasabah adalah suatu lembaga atau perusahaan, maka persyaratannya mengisi formulir pembukaan rekening untuk lembaga yang isinya antara lain nama lembaga, alamat, nomer telepon, siup, TDP, akta pendirian lembaga, NPWP (dan lain-lain dapat dilihat dilampiran).
Untuk transaksi dengan WIC, bank wajib meminta :
1) Seluruh informasi seperti pada ayat (1) bagi WIC perseorangan maupun WIC perusahaan yang melakukan transaksi sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau lebih atau yang nilainya setara baik yang dilakukan dalam 1 (satu) kali maupun beberapa kali transaksi dalam 1 (satu) hari kerja.
2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1) huruf a), huruf b), dan huruf c) bagi WIC perorangan yang melakukan transaksi kurang dari Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau nilai yang setara.
3) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b angka 1) dan angka 3) bagi WIC perusahaan yang melakukan transaksi kurang dari Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau nilai yang setara.
Dalam hal yang akan melakukan transaksi dengan Bank adalah Walk In Customer (WIC). WIC merupakan pengguna jasa Bank yang tidak memiliki rekening pada Bank tersebut, tidak termasuk pihak yang mendapatkan perintah atau penugasan dari Nasabah untuk melakukan transaksi atas kepentingan Nasabah tersebut, maka persyaratan yang diminta oleh Bank adalah kalau jenis transaksi cek maka bisa langsung dicairkan, tetapi biasanya petugas bank menawarkan kepada nasabah WIC tadi untuk membuka rekening di Bank dengan tujuan agar tidak membawa uang dalam jumlah besar sehingga lebih aman. Kalau jenis bilyet giro BTN maka persyaratannya ia harus membuat rekening di BTN karena jenis ini tidak dapat dicairkan secara langsung
commit to user
Dalam hal calon nasabah atau WIC mewakili Beneficial Owner, bank wajib memperoleh bukti atas identitas dan atau informasi lainnya mengenai Beneficial Owner, antara lain berupa:
Bagi Beneficial Owner perorangan:
1) dokumen identitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a: 2) hubungan hukum antara calon Nasabah atau WIC dengan Beneficial
Owner yang ditunjukkan dengan surat penugasan, surat perjanjian, surat kuasa atau bentuk lainnya; dan
3) pernyataan dari calon Nasabah atau WIC mengenai kebenaran identitas maupun sumber dana dari Beneficial Owner.
bagi Beneficial Owner perusahaan, yayasan atau perkumpulan:
1) dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan Pasal 16 ayat (2);
2) dokumen dan/atau informasi identitas pemilik atau pengendali akhir perusahaan, yayasan, atau perkumpulan; dan
3) pernyataan dari calon Nasabah atau WIC mengenai kebenaran identitas maupun sumber dana dari Beneficial Owner.
Apabila calon nasabah adalah beneficial owner. Beneficial owner merupakan setiap orang yang memiliki dana di Bank, mengendalikan transaksi Nasabah, memberikan kuasa atas terjadinya suatu transaksi Nasabah, mengendalikan badan hukum dan transaksi yang dilakukan badan hukum tersebut dengan Bank dan/atau melakukan pengendalian dengan cara mengendalikan transaksi yang dilakukan Nasabah dengan Bank berdasarkan suatu perjanjian. Maka persyaratannya yang diminta oleh petugas BTN kantor cabang Surakarta adalah sama seperti calon nasabah perseorangan atau lembaga ditambah dengan menunjukkan surat kuasa atau surat perjanjian.
Setelah semuanya tadi dilakukan kemudian petugas mulai melakukan verifikasi kesesuaian data yang ditulis dengan kartu identitas nasabah tesebut. Dokumen yang telah diisi tadi oleh nasabah (formulir) kemudian diinput ke dalam sistem computer. Selanjutnya dokumen tadi disimpan ke dalam ruang
commit to user
penyimpanan data. Dokumen tersebut tidak disimpan secara sembarangan tetapi telah diatur letaknya sesuai dengan nomor urut serta jenisnya sehingga apabila sewaktu-waktu dibutuhkan mudah untuk mencarinya.
3. Pengendalian Intern
Pasal 40 PBI No. 11/28/PBI/2009 tentang Penerapan Program APU dan PPT Setiap bank wajib memiliki sistem pengendalian intern yang efektif. Pelaksanaan sistem pengendalian intern yang efektif antara lain dibuktikan dengan:
a. adanya batasan wewenang dan tanggung jawab satuan kerja terkait dengan penerapan program APU dan PPT;
Dalam struktur organisasi BTN kantor cabang Surakarta terdapat pemisahan fungsi front office dan back office. Perbedannya ialah:
1) Setiap unit kerja akan mempunyai tanggung jawab, wewenang dan alur laporan yang jelas.
2) Fungsi-fungsi umum hanya dikerjakan oleh satu unit.
Bank BTN Kantor Cabang Solo mempunyai sruktur organisasi inti yaitu Branch Manager (Manajer Cabang) yang membawahi para kepala seksi yaitu Retail Service Head, Operation Head, serta Collection Work Out Head. Selain itu, Branch Manager mempunyai peran sebagai induk dari kepala-kepala kantor cabang pembantu sehingga memilki kewenangan untuk memberikan instruksi dalam pelaksanaan organisasi di Bank BTN. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bagan struktur organisasi yang telah dijelaskan sebelumnya.
Adapun pembagian tugas dan wewenang dari masing-masing bagian dalam struktur organisasi tersebut adalah sebagai berikut:
1) Branch Manager (Kepala Cabang) Fungsi :
a) Pengembangan bisnis cabang
(1) Mengelola hubungan dengan nasabah (2) Menyiapkan rencana bisnis untuk cabang
commit to user
(3) Membimbing kampanye promosi dan upaya-upaya pemasaran
b) Perencanaan dan penyusunan kebijakan
(1) Menyusun kebijakan cabang sesuai petunjuk kantor pusat (2) Menetapkan strategi kinerja untuk seluruh unit cabang (3) Membuat perencanaan sumber daya manusia
c) Pengawasan dan persetujuan transaksi bisnis cabang (1) Mengambil kepentingan bisnis
(2) Memberikan persetujuan terhadap transaksi yang tidak lazim
(3) Memotivasi bawahan dan pekerjaan
2) Operation Head (Kepala Operasional)
a) Bertanggungjawab atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang menyangkut operasioanl bank baik ekstern maupun intern. b) Bertanggungjawab atas seluruh aktivitas operasional dan
administrasi.
c) Bertanggungjawab atas penerimaan pendelegasian opening/closing Branch.
d) Bertanggungjawab atas seluruh aktivitas operasioanl Bank Office (operation).
e) Bertanggungjawab atas kesuksesan proses klirring di kantor cabang pembantu.
f) Bertanggungjawab atas seluruh aktivitas yang menyangkut di Kancapem.
g) Bertanggungjawab terhadap pembinaan, pengimbangan, dan penilaian pegawai di unit operation.
3) Retail Service Head (Kepala Layanan Retail), terbagi menjadi dua fungsi yaitu:
commit to user
a) Teller service, melayani setoran tunai angsuran kredit kepemilikan rumah cabang sendiri dan cabang lain, melayani tabungan dan penarikan uang tunai, melayani setoran dan pembayaran deposito, mengelola proses kas cabang, melayani kebutuhan nasabah lainnya, menerima transaksi penyempitan uang tunai, melakukan penjualan dana keluar, dan memelihara rekening saldo.
b) Customer service, memberikan pelayanan tabungan loket cabang, memberikan pelayanan tabungan kantor pos, melayani proses pembukuan rekening rupiah dan valas, melayani nasabah lainnya, administrasi transaksi loket cabang, dan melaksanakan penjualan keluar.
4) Accounting and Control Head (Kepala Akuntansi dan Pengendalian) a) Reporting staff
Bertanggungjawab atas penyusunan laporan keuangan untuk pihak ekstern, bertanggungjawab atas pemantauan laporan keuangan baik pihak intern maupun ekstern, dan bertanggungjawab atas proses dan analisa laporan kinerja kantor cabang.
b) Internal Control
Bertanggungjawab atas pemerikasaan kebenaran atas alur transaksi operasioanl bank telah sesuai dengan aturan yang berlaku, bertanggungjawab dalam mengkoordinir tindak lanjut hasil pemeriksaan ekstern maupun intern, dan bertanggungjawab atas kebenaran data-data pada laporan keuangan.
5) Collection and Work Out Head (Kepala penagihan dan Penyelematan Kredit)
a) Memastikan penerapan prinsip mengenal nasabah di kantor cabang.
commit to user
b) Memastikan pencapaian sasaran dan rencana tindakan di unit kerja loan collection and work out.
c) Melakukan perencanaan dan penetapan strategi serta kebijakan pembinaan, penyelamatan serta penyelesaian kredit.
d) Melakukan pembinaan, penyelamatan dan penyelesaian kredit baik kredit retail maupun restruksurisasi kredit umum.
e) Melakukan perencanaan, bimbingan serta penilaian kinerja secara objektif petugas penagihan dan penyelamatan kredit. f) Membina hubungan dengan pihak luar, seperti pengadilan
negeri, KP2LN, notaris, developer, atau instansi yang lain terkait dengan pembinaan, penyelamatan, dan penyelesaian kredit.
g) Memastikan bahwa semua langkah penyelesaian kredit bermasalah sesuai dengan ketentuan bank serta bebas dari permasalahan hukum yang merugikan BTN.
h) Mengelola anggaran yang terkait dengan pembinaan dan penyelamatan kredit secara efektif dan efisien.
i) Memastikan dan memeriksa akurasi laporan-laporan yang terkait pembinaan dan penyelamatan kredit.
6) General Branch Administration Head (Kepala Umum dan Administrasi)
Bertugas dalam administration kepegawaian, pengelolaan logistik, menjaga keamanan, mengelola anggaran cabang, dan kesekertariatan.
7) Loan Service Head (Kepala Layanan Kredit)
Bertugas memberikan pelayanan kepada nasabah, memproses pengajuan kredit, menganalisa permohonan kredit, menyelenggarakan realisasi kredit, dan memproses pelunasan kredit.
commit to user
8) Loan Administration Head (Kepala Administrasi Kredit)
Bertugas dalam hal antara lain yaitu On the Spot (OTS), appraise, laporan pemeriksaan akhir, dokumentasi kredit, dan administrasi kredit umum.
Di BTN kantor cabang Surakarta per unit kerja antara customer servis, teller, head teller, dan kasie retail mempunyai satu sistem tetapi tiap-tiap bagian tersebut mempuyai tugas yang berbeda-beda atau mempunyai batas kewenangan masing-masing. Dibagian customer service yang bisa dilakukan adalah menginput data nasabah, mengupdate data nasabah, memantau transaksi, tetapi tidak bisa melakukan perintah transaksi. Kalau dibagian teller hanya bisa melakukan perintah transaksi tanpa bisa mengganti-ganti data nasabah. Tetapi kalau bagian kasie retail hanya bisa melihat transaksi dan mempunyai kewenangan untuk menyetujui atau tidak suatu transaksi. Untuk transaksi kurang dari Rp. 10.000.000,- perintah transaksi dapat dilakukan oleh petugas teller, untuk transaksi sebesar Rp. 10.000.000,- sampai Rp. 50.000.000,- perintah transaksi kewengannya berada pada petugas head teller, kalau transaksi antara Rp. 50.000.000,- sampai Rp. 100.000.000,- kewenangannya berada pada kasie retail, dan transaksi diatas Rp. 100.000.000,00 yang mempunyai kewenangan untuk menyetujui atau tidak transaksi tersebut adalah kepala kantor cabang BTN Surakarta.
Pelaporan transaksi sebesar Rp. 100.000.000,- dan Rp. 500.000.000,- lebih dilakukan oleh petugas yang berbeda, hal ini bertujuan untuk memudahkan pemantauan transaksi. Transaksi tersebut kemudian dilaporkan dikantor pusat BTN yang berada di Jakarta untuk dipantau apakah uang tersebut berasal dari tindak kejahatan atau tidak. Apabila terdapat kecurigaan maka dapat dilaporkan ke Direktur Kepatuhan yang berada di pusat.
b. Dilakukannya pemeriksaan terhadap efektifitas pelaksanaan program APU dan PPT oleh satuan kerja audit intern.
commit to user
Satuan kerja manajemen risiko bekerja sama dan atau berkoordinasi dengan satuan audit internal dengan melakukan langkah- langkah konkrit dalam upaya peningkatan internal control dalam berbagai kegiatan operasional, diantaranya:
1) Dalam setiap pelaksanaan audit di lapangan oleh Divisi Audit Internal telah dilaksanakan prosedur Audit Rating dan Control Self Assesment berupa kuesioner yang diperuntukkan bagi seluruh jajaran manajemen dimana salah satu variabel diantaranya adalah untuk menilai manajemen Kantor Cabang secara umum serta gaya kepemimpinan dan kontrol di Kantor Cabang sebagai cermin penilaian tata kelola hubungan antara para pelaku Good Corporate Governace (GCG) secara detil meliputi hubungan antara Kepala Cabang dengan Para Manajer Lininya serta dengan para pegawai dan sebaliknya.
2) Sejak tahun 2006/2007 Divisi Audit Internal (DAI) dan Divisi Manajemen Resiko (DMR) telah menginstruksikan kepada seluruh Kantor Cabang untuk melakukan evaluasi dan sosialisasi terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP) di kantor Cabang yang pelaksanaannya harus dan telah dibuat Berita Acara per masing- masing karyawan/pejabat peserta sosialisasi.
3) Para pejabat Branch Risk Control Officer (BRCO) yang ditempatkan di Kantor Cabang telah diberikan pelatihan Audit Command Language (ACL) oleh Divisi Audit Intern sehingga agar dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari dapat melakukan evaluasi dan asessment terhadap risiko dan pengendalian rekening aplikasi nasabah dan debitur. Dengan demikian day to day risk control dapat di tingkatkan berdasarkan melalui masukan dari BRCO.
4. Sistem Informasi Manajemen
Dalam Pasal 41 ayat (1) PBI No. 11/28/PBI/2009 tentang Penerapan Program APU dan PPT disebutkan, Bank wajib memiliki sistem informasi
commit to user
yang dapat mengidentifikasi, menganalisa, memantau, dan menyediakan laporan secara efektif mengenai karakteristik transaksi yang dilakukan oleh Nasabah Bank. Sedangkan ayat (2) disebutkan, Bank wajib memiliki dan memelihara profil Nasabah secara terpadu (Single Customer Identification File), yang meliputi informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Pasal 16, dan Pasal 17 ayat (1).
Selain itu juga, BTN kantor cabang Surakarta saat ini telah mengembangkan dan memiliki sistem informasi yang memadai untuk dapat mengidentifikasi, menganalisis, memantau dan menyediakan laporan mengenai transaksi pencucian uang yang dilakukan oleh nasabah kepada pihak otoritas.
Pemantauan yang dilakukan terhadap Penerapan Program APU dan PPT di lapangan dibagi 2 (dua) kegiatan, yaitu :
a. Untuk Cash Transaction (CTR) dilakukan melalui sistem secara online oleh Staf Khusus Penerapan Program APU dan PPT di Compliance Desk berdasarkan data yang di-up date Petugas Khusus Penerapan Program