BAB II LANDASAN TEORI
C. Peran dan Tanggung Jawab Freight Fowarding
1. Pengertian Perusahaan Fowarding
Perusahaan fowarding berfokus pada kegiatan pengiriman barang baik ekspor maupun impor. Perusahaan ini bekerja dengan menjembatani perusahaan yang ingin melakukan pengiriman barang dengan konsumen yang ada di luar negeri dengan perusahaan pelayaran (shipping line). Perusahaan ini mendapat potongan harga dan kerjasama dari perusahaan pengiriman yang kompeten sehingga mempunyai harga bersaing dibandingkan dari harga yang didapatkan dari perusahaan pengiriman sendiri.
Fowarding merupakan usaha jasa pengurusan transportasi pengangkutan barang yang menengahi antara shipper/pengirim barang dengan shipping line/perusahaan yang mempunyai alat
transportasi. Fowarding memiliki keunggulan dalam jasa yang ditawarkan kepada shipper yang lebih daripada langsung kepada
shipping line atau air line. Fowarding juga memiliki beberapa agen di semua tujuan yang ditawarkan, karena perusahaan fowarding ini bisa terhubung dengan banyak perusahaan shipping line atau air line.
Kelebihan perusahaan fowarding dalam melayani shipper adalah harga yang ditawarkan perusahaan fowarding kepada shipper cukup murah, jika shipping line dan air line memberikan jasanya langsung kepada shipper maka harga yang diberikan akan lebih mahal daripada kepada perusahaan fowarding yang telah lebih sering memakai jasa shipping line atau air line. Service kontrak adalah perusahaan fowarding memesan tempat kepada shipping line atau air line dan mampu menjualkan sejumlah tertentu kontainer dengan harga yang disepakati dalam waktu tertentu. Jika perusahaan
fowarding tidak bisa menjualkan kontrak tersebut dalam waktu yang telah ditentukan, maka perusahaan fowarding akan terkena denda dan harus membayarkannya kepada shipping line atau air line
(wawancara dengan Bp. Ali pemilik ASA CARGO).
2. Dokumen dalam service Freight Fowarding
Dokumen merupakan salah satu bagian dari usaha freight forwarding yang sangat fital, untuk itu dibutuhkan pemahaman yang cukup mengenai seluk beluk dokumen, agar usaha freight
commit to user
forwarding menjadi lebih lancar, tanpa melakukan kesalahan-kesalahan yang seharusnya tidak perlu terjadi. Semua kesalahan-kesalahan bisa saja terjadi hanya karena ketidak mengertian kita tentang dokumen-dokumen freight forwarding.
Untuk membatasi pokok bahasan ini tentang dokumen, yaitu dokumen-dokumen yang berhubungan secara langsung dengan
service freight forwarding, jadi dokumen-dokumen lainnya, seperti
packing list atau invoice, tidak termasuk dalam pokok bahasan ini. Secara umum, dokumen freight forwarding dibagi dua.
a. Dokumen-dokumen yang diterima dari customer ada dua macam : 1) FIATA Forwarding Instructions – FFI atau Shipper’s
Instructions
Kita mengenal adanya sebuah dokumen yang disebut sebagai Shipping Instructions, yang merupakan instruksi dari
customer kepada forwarder untuk melaksanakan pengangkutan barang miliknya. Bentuk Shipping Instructions tersebut sangat beragam, dimana masing-masing customer memiliki kebebasan untuk membuatnya. FIATA Forwarding Instructions ini dibuat oleh FIATA untuk menyeragamkan bentuk bagi semua anggota asosiasi Freight Forwarding diseluruh dunia, disamping itu untuk meningkatkan standard profesionalitas sebagai forwarder.
Kegunaan :
Customer menerbitkan dokumen ini kepada forwarder, sehingga timbul hubungan kontraktual antara forwarder dengan
customer untuk mengatur pengangkutan dari point A ke point B. Customer diharapkan untuk dapat melengkapi semua data yang diperlukan sehubungan dengan rencana pengiriman barang miliknya, termasuk dokumen-dokumen pendukung lainnya, yang dibutuhkan. Forwarder bisa membantu customer dalam pengisian FIATA Forwarding Instructions.
2) FIATA SDT – Shipper’s Declaration of Dangerous Goods
Customer wajib mengisi, menandatangani dan mengembalikan dokumen pengiriman ini kepada freight forwarder yang ditunjuknya untuk melaksanakan pengiriman barang, apabila barang yang akan dikirimnya termasuk dalam kategori barang berbahaya.
Dokumen ini berisi informasi yang mendetail, termasuk didalamnya informasi mengenai klasifikasi barang berbahaya sesuai dengan peraturan pengangkutan barang.
Isi dari dokumen FIATA SDT adalah sebagai berikut : a) Nama shipper dan alamat.
b) Nama forwarder.
c) Marking, jumlah dan jenis kemasan nama teknis dari barang yang bersangkutan.
commit to user
e) Klasifikasi atau karakteristik barang yang akan dikirim dll.
Freight forwarder wajib membantu customer untuk mengisi dokumen FIATA – SDT ini.
b. Dokumen-dokumen yang diterbitkan untuk customer ada lima macam :
1) FIATA FCR – Forwarder’s Certificate of Receipt
Kegunaannya :
Dokumen ini merupakan penyataan secara resmi dari pihak freight forwarder bahwa ia sudah mengambil alih penguasaan atas barang-barang.
Tanggung jawab forwarder :
Freight Forwarder dianggap bertanggung jawab untuk menerima dan mengirimkan barang-barang kepada pihak yang dikehendaki oleh consignee.
Catatan khusus:
1. FIATA FCR bukan surat berharga, karena pengiriman barang-barang kepada consignee tidak tergantung kepada penyerahan dokumen ini.
2. Dibagian belakang dokumen ini mencantumkan Standard Conditions dari negara dimana dokumen ini diterbitkan. 3. Ketika menerbitkan dokumen ini, freight forwarder harus
a. Barang-barang yang bersangkutan telah diterima olehnya atau agen yang ditunjuknya dan pelaksanaan pengiriman barang tersebut diperuntukkan semata-mata untuknya. b. Barang-barang tersebut sesuai dan kelihatan dalam
keadaan baik.
c. Data-data yang tercantum dalam dokumen sudah sesuai dengan instruksi yang diterima.
d. Kondisi-kondisi dalam dokumen-dokumen pengapalan, misalnya B/L, tidak bertentangan dengan tanggung jawabnya sehubungan dengan FCR.
Isi / informasi yang ada dalam dokumen FCR : 1) Nama prinsipal dari supplier atau forwarder. 2) Nama dan alamat consignee.
3) Merek dan nomer.
4) Jumlah dan jenis kemasan. 5) Keterangan tentang barang. 6) Berat Kotor.
7) Ukuran barang.
8) Tempat dan tanggal penerbitan FCR.
2) FIATA FCT – Forwarder’s Certificate of Transport
Kegunaannya :
Dengan menerbitkan FCT kepada pengirim barang,
fowarder dianggap bertanggung jawab untuk mengirimkan barang-barang ke tujuan melalui agen yang ditunjuk olehnya.
commit to user Tanggung jawab fowarder :
Fowarder dianggap bertanggung jawab atas pengiriman barang-barang ke tujuan, melalui agen yang ditunjuk olehnya, kepada pemegang dokumen sesuai dengan kondisi-kondisi yang tercantum dalam FCT.
Catatan khusus :
1. FIATA FCT adalah surat berharga dan penyerahan barang-barang hanya dapat berlaku apabila ditunjukkan dokumen FCT asli.
2. Dibagian belakang dokumen ini mencantumkan Standart Training Conditions dari negara dimana dokumen ini diterbitkan.
3. Ketika menerbitkan FIATA FCT, freight fowarding harus yakin bahwa :
a. Barang-barang sudah sesuai dan kelihatan dalam keadaan baik.
b. Data-data yang tercantum dalam dokumen sudah sesuai dengan instruksi yang diterima.
c. Kondisi dalam dokumen-dokumen pengapalan, misalnya B/L, tidak bertentangan dengan tanggung jawabnya sehubungan dengan FCT.
d. Tanggung jawab untuk menutup asuransi dari pengiriman barang tersebut sudah disepakati.
e. Dengan jelas disebutkan jumlah dokumen original yang telah diterbitkan.
4. Freight fowarding biasanya mengenakan biaya atas penerbitan dokumen FIATA FCT kepada customer.
Isi dari informasi yang terdapat dalam FIATA FCT : 1) Nama prinsipal.
2) Nama consignee.
3) Nama pihak ke tiga yang ikut diberitahu. 4) Pelabuhan muat.
5) Pelabuhan tujuan. 6) Merek dan nomer.
7) Jumlah dan jenis kemasan. 8) Keterangan tentang barang. 9) Berat Kotor.
10) Ukuran barang. 11) Asuransi.
12) Freight dan biaya-biaya dibayarkan kepada.
13) Tanggal dan tempat penerbitan FIATA FCT. 3) FBL – Negotiable FIATA Combined Transport Bill of Lading
Kegunaannya :
FBL merupakan dokumen lanjutan (Through Document) yang dipergunakan oleh Internasional Freight Forwarding yang bertindak sebagai Multimodal Transport Operator (MTO).
commit to user Tanggung Jawab Forawarder :
Dengan menerbitkan FBL, maka forwarder bertanggung jawab tidak hanya terhadap pelaksanaan kontrak angkutan barang saja, dan penyerahan barang ditempat tujuan tetapi juga terhadap tindakan dan kesalahan dari carrier dan pihak ketiga lainnya yang terkait.
Catatan Khusus :
1. FBL itu negotiable kecuali dinyatakan sebaliknya.
2. Diterima oleh Bank untuk pengurusan L/C (Documentary Credit).
3. Dapat juga dipergunakan sebagai marine B/L (Ocean B/L). 4. Ketika menerbitkan FBL, freight forwarder harus yakin,
bahwa :
a. Dia atau agennya telah mengambil alih pengapalan barang yang tercantum didalamnya dan hak dari pengirimannya semata-mata tergantung pada dirinya saja.
b. Barangnya kelihatan dalam keadaan baik.
c. Data-data yang tercantum dalam dokumen sesuai dengan instruksi yang telah diterima.
d. Tanggung jawab mengenai asuransi barang telah disepakati.
e. Dengan jelas disebutkan jumlah dokumen asli yang harus diterbitkan.
5. Dengan menerbitkan FBL, maka forwarder menerima kewajiban-kewajiban SDRs perkilo dari barang yang hilang atau rusak. Bila harapan dari terjadinya kehilangan atau kerusakan barang dapat diketahui, maka tanggung jawabnya akan ditentukan sesuai dengan pembagian yang relevan dari Hukum Nasional atau Konvensi Internasional yang berlaku. 6. Sangat dianjurkan agar freight forwarding yang menerbitkan
FBL, untuk menutup tanggung jawabnya dengan asuransi. Isi dan informasi yang terdapat dalam FBL :
1) Nama shipper. 2) Nama consignee.
3) Nama pihak ketiga yang ikut diberitahu. 4) Tempat penerimaan barang.
5) Nama kapal. 6) Pelabuhan muat.
7) Pelabuhan pembongkaran/tujuan. 8) Tempat penyerahan barang. 9) Merek dan nomer.
10) Jumlah dan jenis kemasan. 11) Perincian barang.
12) Berat kotor. 13) Ukuran barang.
14) Jumlah freight dibayar di ... 15) Freight dibayar di ...
commit to user 16) Asuransi muatan.
17) Jumlah FBL asli.
18) Nama agen yang akan melaksanakan penyerahan barang. 4) FWR – FIATA Warehouse Receipt
Kegunaannya :
Dipergunakan oleh freight forwarder yang mengoperasikan pergudangan. Ini berhubungan dengan perincian pembagian hak dan pemegangnya, dengan endorsement pada dokumen, pemindahan hak, dan perjanjian bahwa penyerahan barang dengan menyerahkan dokumen FWR senilai barang yang diserahkan oleh pedagang.
Tanggung Jawab Forwarder :
Di Negara-negara dimana STC mencantumkan tentang aktivitas pengoperasian pergudangan, maka peraturan itu akan berlaku pada FWR yang diterbitkan dinegara itu.
Catatan Khusus :
Dokumen ini tidak negotiable kecuali dinyatakan sebaliknya. Apabila disuatu negara diberlakukan secara legal adanya warehouse receipt sesuai dengan hukum nasional yang berlaku, maka FIATA FWR tidak perlu dipergunakan lagi di negara tersebut.
Isi dan informasi yang terdapat dalam FIATA FWR : 1) Nama pemasok/supplier.
3) Nama pengelola pergudangan. 4) Nama gudang.
5) Alat pengangkut. 6) Asuransi.
7) Merek dan nomer.
8) Jumlah dan jenis kemasan. 9) Perincian barang.
10) Berat kotor.
11) Apakah barang diterima dalam keadaan baik? Oleh siapa? 12) Indikasi berat kotor, dilakukan oleh siapa?
13) Tempat dan tanggal penerbitan. 5) House Bill of Lading/House Airway Bill
Kegunaannya :
Apabila freight forwarder bertidak sebagai carrier dengan melakukan cargo consolidation atau groupage dengan angkutan laut atau angkutan udara, maka freight forwarder tersebut menerbitkan Bill of Ladingnya sendiri kepada masing-masing shipper.
Tanggung Jawab Freight Forwarder :
Tidak ada keseragaman isi atau kondisi dari House Bill of Lading, karena freight forwarder menikmati ‘Kebebasan Berkontrak’.
commit to user Ini dijelaskan sebagai berikut :
1. Beberapa forwarder tidak menerima tanggung jawab terhadap hilang atau rusaknya barang yang terjadi, apabila barang itu berada dibawah kekuasaan atau pengawasan
actual carrier.
2. Yang lainnya bertanggung jawab sebagai agen meskipun mereka bertindak sebagai principal dan menerbitkan Bill of Lading sendiri.
3. Beberapa freight forwarder menerima pertanggung jawaban, dalam hal ini membayar kerugian kepada shipper, sebagaimana dia juga menerima ganti rugi dari carrier
yang bertanggung jawab.
4. Beberapa freight forwarder yang menerbitkan HBL bertanggung jawab secara penuh seperti yang tercantum dalam FBL.
Isi dan informasi yang terdapat dalam FBL :
Tidak ada keseragaman dalam isi dokumen yang diterbitkan oleh forwarder, tetapi pada umumnya, berisi data-data sebagai berikut :
1) Nama shipper. 2) Nama consignee.
3) Pihak ketiga yang turut diberitahu. 4) Pelabuhan/Airport pemuatan. 5) Tanggal keberangkatan.
6) Tanggal tiba.
7) Pelabuhan pembongkaran. 8) Tujuan akhir.
9) Freight dibayar di ... 10) Jumlah B/L asli. 11) Merek dan nomer.
12) Jumlah dan jenis kemasan. 13) Berat kotor.
14) Kondisi penyerahan.
15) Keterangan tentang keadaan barang. 16) Tempat dan tanggal penerbitan HBL. 17) Nama dan alamat agen penyerahan barang.
Selain data-data tersebut di atas, dapat juga dicantumkan kode keagenan, nomer rekening, juga nomer rekening shipper/consignee,
route, jenis valuta untuk pembayaran freight, nilai barang yang diberitahukan untuk kepentingan pengangkut maupun untuk kepentingan pabean.
3. Freight Fowarding dalam Konsolidasi Muatan
Konsolidasi barang (cargo consolidation) adalah pengumpulan beberapa kiriman barang dari beberapa shipper untuk beberapa
consignee di suatu tempat dan dari tempat dikirim sebagai suatu satu unit ke tempat penerima. Di tempat penerima oleh agen dari
commit to user
konsolidasi baru dibagikan kepada consignee yang bersangkutan. Perusahaan yang melakukan ini dinamakan freight forwarding.
Dalam istilah perpetikemasan, petikemas LCL dikirim sebagai FCL untuk kemudian dijadikan atau dipecah menjadi LCL lagi. Biasanya dilakukan di CFS atau premises dari freight forwarding.
Keuntungan dari konsolidasi barang untuk eksportir dan
shipper adalah pembayaran freight lebih rendah daripada bila langsung berhubungan dengan pengangkut (carrier) terutama untuk
shipper dengan muatan sedikit atau lemah akan sangat menghemat biaya. Pengiriman lebih mudah berhubung dengan freight forwarding yang akan mengurus langsung ke berbagai tujuan daripada shipper mencari informasi sendiri ke berbagai perusahaan pelayaran.
Konsolidasi memberikan (door to door service) yang tidak dilakukan oleh perusahaan pelayaran. Untuk perusahaan pelayaran juga ada keuntungan karena kebanyakan muatan dikirim dengan cara FCL sehingga tidak begitu banyak memerlukan pegawai untuk mengerjakan muatan seperti status LCL. Penarikan freight juga lebih mudah karena diselesaikan oleh freight forwarding saja dan tidak oleh beberapa shipper/consignee.
a. Keuntungan Konsolidasi
a) Mendapatkan freight yang lebih rendah, utamanya bagi
shipper kecil yang kurang memiliki pengetahuan tentang angkutan, baik laut maupun udara.
b) Shipper cukup berhubungan dengan fowarding yang mampu mengirim barang ke berbagai penjuru dibandingkan dengang
actual carrier yang hanya menawarkan jasa angkutan sesuai dengan rute masing-masing.
c) Fowarding konsolidasi mampu menawarkan door to door service.
2) Bagi (actual) carrier
a) Tidak perlu mengurusi muatan kecil-kecil yang berarti penghematan dokumen, waktu dan tenaga kerja.
b) Muatan intensif karena hanya menerima FCL shipment.
c) Hemat biaya karena tidak menyediakan peralatan, ruang dan tenaga untuk menghandle LCL.
d) Tidak ada resiko pembayaran dari (actual) shipper, tetapi cukup berhubungan dengan fowarding konsolidasi.
3) Bagi freight fowarding
a) Mendapat keuntungan dari selisih freight.
4) Bagi ekonomi nasional
a) Karena fowarding konsolidasi memberikan tarif murah, maka barang ekspor memiliki daya saing tinggi membantu pemasukan devisa.
commit to user
b. Pertanggung Jawaban (Liability) Konsolidasi
Dengan menerbitkan B/L-nya sendiri, fowarding mengambil peran sebagai pengangkut, dan bertanggung jawab atas seluruh proses pengangkutan barang sejak menerima barang dari shipper sampai dengan menyerahkan barang kepada consignee ditempat tujuan.
Dengan kata lain dia bertanggung jawab (liable) atas kehilangan, kerusakan yang mungkin terjadi pada saat barang berada didalam kekuasaan (custody) dari pengangkut (actual carrier). Tetapi ada fowarding yang menolak atas tanggung jawab tersebut, dalam hal ini dia berperan sebagai agen, dan dicantumkan secara jelas didalam B/L-nya.
Fowarding yang menerbitkan FIATA Bill Of Lading (FBL) menerima tanggung jawab (liable) sesuai dengan “ terms” dari FBL, apabila tahapan (saat terjadinya/stage) kehilangan dan kerusakan barang diketahui, pertanggung jawabannya terbatas pada 2 SDRs (Special Drawing Right) perkilogram atas barang yang hilang atau rusak. Dalam hal keterlambatan, pertanggung jawabannya terbatas dua kali freight atau harga barang, mana yang lebih kecil.
c. Peran Freight Fowarding sebagai Pengangkut
Freight fowarding bertindak sebagai operator dan bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan pengangkutan meskipun tidak memiliki kapal sendiri.
Freight fowarding juga bertindak sebagai :
1) Vessel-operating multimodal transport operator
Secara penuh yang melaksanakan berbagai jenis pengangkutan dengan cara door to door dengan satu dokumen intermodal berbentuk FBL.
2) Non-vessel operator (NVO)
Operator muatan yang mengurus pengangkutan lewat laut dari pelabuhan ke pelabuhan dengan menggunakan satu House Bill of Lading atau Ocean Bill of Lading yang juga dapat mencakup transport darat dan berfungsi sebagai non-vessel operating multimodal transport.
3) Non-vessel operating common carrier (NVOCC)
Mempunyai jadwal pelayaran yang tetap dan melaksanakan konsolidasi muatan atau melayani multimodal transport dengan House Bill of Lading (HBL) atau Bill Of Lading dari FIATA (The International Federation of Freight Fowarder Association).
d. Persyaratan Freight Fowarding yang Melaksanakan Konsolidasi
Bagi freight fowarding yang melaksanakan konsolidasi, harus memiliki :
1) Harus memiliki fasilitas : CFS, gudang, kontainer dan perlatan baik di tempat keberangkatan maupun di tempat tujuan (gudang dalam hal ini adalah gudang di bawah pengawasan bea cukai atau yang berfungsi sebagai ICD/inland containers depot).
commit to user
2) Memiliki partner atau agen di luar negeri yang melaksanakan fungsi break bulk agen.
3) Memiliki tenaga experts di bidang keuangan, asuransi (liability insurance).
4) Memiliki karyawan yang ahli di bidang packaging, stuffing yang mampu memanfaatkan penggunaan ruangan (space) kontainer. 5) Memiki kontrak jangka panjang dengan actual carrier sehingga
mampu menjamin adanya space di kapal atau pesawat udara serta mendapatkan freight yang murah.
4. Hubungan Freight Fowarding dengan Pihak Ketiga dalam
Multimodal Transport
Dalam dunia transportasi angkutan barang dikenal istilah multimodal transport. Multimodal Transport adalah transportasi yang melibatkan lebih dari satu macam moda angkutan, apakah transportasi tersebut terjadi hanya dalam satu macam moda angkutan, apakah transportasi tersebut terjadi hanya dalam satu negara saja ataupun lebih dari satu negara.
1) Pihak Pengangkut
a. Operator angkutan darat b. Jasa kereta api
c. Pemilik kapal d. Angkutan udara
2) Non Pengangkut
a. Terminal petikemas b. Perdagangan
c. Container Freight Stations (CFS) atau konsolidasi muatan d. Pemilik petikemas
e. Organisasi yang usahanya khusus untuk mengepak, penyelesaian dokumen ekspor/impor, transaksi penukaran valuta asing, dan pengurusan dokumen terkait
3) Pihak lain a. Bank
b. Pihak asuransi
c. Pelabuhan laut/pelabuhan udara d. Bea dan Cukai
D. Aktifitas Keseluruhan Freight Fowarding sebagai Mata Rantai