• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Guru dalam Memberikan Reward

BAB II KAJIAN TEORI

C. Peran Guru dalam Memberikan Reward

Penguatan motivasi belajar siswa berada di tangan para guru/pendidik dan juga anggota masyarakat lain. Guru sebagai pendidik bertugas untuk memperkuat motivasi belajar pada usia wajib belajar. Guru memiliki tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Oleh karena itu, guru perlu mengembangkan kemampuan mengelola interaksi belajar-mengajar dengan cara menguasai 8 keterampilan dasar mengajar, yaitu: 1) membuka dan menutup pelajaran, 2) menjelaskan, 3) bertanya, 4) memberi penguatan, 5)

39

mengadakan variasi, 6) membimbing diskusi, 7) mengelola kelas, dan 8) mengaktifkan belajar siswa (Marno & Idris, 2010: 53). Berdasarkan pendapat tersebut, salah satu keterampilan mengajar yang harus dikuasi oleh seorang guru adalah keterampilan memberikan penguatan. Bentuk pemberian penguatan tersebut adalah dengan memberikan reward.

Dalam proses belajar mengajar, siswa yang berprestasi akan mempertahankan prestasinya ketika guru memberikan penghargaan atas prestasi yang dicapai oleh siswa. Berkaitan dengan pemberian reward, guru perlu memahami dan menguasai komponen dalam memberikan reward secara bijaksana dan sistematis. Peranan guru telah meningkat dari sebagai pengajar menjadi direktur pengarah belajar. Sebagai direktur pengarah belajar, guru hendaknya senantiasa berusaha untuk menimbulkan, memelihara dan meningkatkan motivasi belajar siswa dengan cara:

1. membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar,

2. menjelaskan secara konkret kepada siswa apa dilakukan saat akhir pelajaran,

3. memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai sehingga dapat mencapai prestasi yang lebih baik di kemudian hari, dan

4. membentuk kebiasaan yang baik (Slameto, 2003: 98-99).

Guru memiliki peran yang cukup besar dalam memotivasi siswa. Pada masa sekolah, guru bertugas untuk memperkuat motivasi yang dimiliki oleh siswa dengan berbagai cara. Dimyati dan Mujiono (2006: 94-95) menggambarkan proses penguatan motivasi belajar dari guru dalam bagan di bawah ini. Bagan tersebut menjelaskan tentang perilaku belajar yang mengandung motivasi belajar dikelola oleh guru dan dihayati oleh siswa.

40

Gambar 1. Bagan Motivasi Belajar dalam Kerangka Rekayasa Pedagogis Guru dan Emansipasi Kemandirian Siswa Sepanjang

Hayat (Dimyati dan Mujiyono, 2006: 94-95)

Bagan tersebut menjelaskan bahwa guru memiliki kewenangan untuk menyusun kegiatan pembelajaran. Guru bertindak membelajarkan siswa yang memiliki motivasi, baik yang memiliki motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Melalui kegiatan pembelajaran, guru melakukan tindakan mendidik seperti memberi hadiah, hukuman, teguran atau memberi nasihat. Tindakan tersebut bertujuan untuk memunculkan motivasi intrinsik siswa, mendorong siswa belajar, juga menguatkan motivasi ekstrinsik. Apabila siswa tertarik dengan hadiah yang diberikan, maka siswa menghayati motivasi pada diri siswa. Motivasi yang dimiliki oleh siswa dapat digunakan oleh siswa untuk memperoleh hasil belajar.

41

Hasil belajar dibedakan menjadi 2, yaitu dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran merupakan hasil belajar yang dapat diukur, sedangkan dampak pengiring akan tampak pada saat siswa melakukan unjuk kerja untuk menunjukkan kemandirian. Setelah lulus, diharapkan siswa akan dapat mengembangkan diri lebih lanjut secara terus-menerus hingga memperoleh hasil dari kegiatan belajar sepanjang hayat. Dalam hal ini, siswa mampu memperkuat motivasi belajar untuk mengaktualisasi diri. Berdasarkan uraian tersebut, pemberian pemberian hadiah dalam rangka menguatkan motivasi akan menghasilkan efek positif yang panjang pada diri siswa.

Sardiman (2007: 92) menjelaskan beberapa bentuk dan cara yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah seperti: a) memberi angka, b) hadiah, c) saingan/kompetisi, d) ego-involvement yaitu melibatkan harga diri siswa, e) memberi ulangan, f) mengetahui hasil, g) pujian, h) hukuman, i) hasrat untuk belajar, j) minat, dan k) tujuan yang diakui. Berdasarkan pendapat tersebut, pemberian angka, hadiah dan pujian oleh guru kepada siswa dapat menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar.

Siswa dapat dikatakan memiliki motivasi jika memiliki indikator seperti yang diungkapkan Hamzah B. Uno (2010: 23) yang mengklasifikasikan beberapa indikator motivasi belajar seperti: a) adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil, b) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, c) adanya harapan dan cita-cita di masa depan, d) adanya penghargaan dalam proses belajar, e) ada kegiatan yang menarik dalam

42

belajar, dan f) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan baik. Tingkat motivasi yang dimiliki oleh seseorang dapat diketahui dengan menggunakan indikator-indikator tersebut di atas. Berdasarkan kedua penjelasan di atas, seseorang yang diketahui memenuhi indikator-indikator tersebut dapat dikatakan bahwa orang tersebut memiliki motivasi yang tinggi.

Sebagai pendidik, seorang guru harus mampu melaksanakan beberapa peran seperti yang diungkapkan Tety Yulita Kadayati (dalam Sri Narwanti, 2011: 75-76), yaitu sebagai korektor, inspirator, organisator, motivator, fasilitator, demonstrator, pengelola kelas, dan evaluator. Berdasarkan teori tersebut dan uraian sebelumnya, peran guru dalam penelitian ini adalah sebagai motivator, korektor, pengelola kelas, dan evaluator. Sebagai korektor, guru harus mampu mempertahankan nilai yang baik pada watak dan jiwa siswa dan menghilangkan nilai yang buruk. Berkaitan dengan nilai, guru juga berperan sebagai model pembentuk karakter siswa. Melalui pemberian reward, guru berperan untuk menanamkan nilai karakter menghargai prestasi. Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 10) mendeskripsikan nilai menghargai prestasi sebagai sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. Nilai menghargai prestasi dapat ditanamkan sejak sekolah dasar dengan indikator-indikator tertentu. Indikator sekolah dilakukan dengan memberikan penghargaan atas hasil prestasi kepada warga sekolah dan memajang tanda-tanda penghargaan prestasi,

43

sedangkan indikator kelas yang diambil adalah memberikan penghargaan atas hasil karya peserta didik, memajang tanda-tanda penghargaan prestasi, dan menciptakan suasana pembelajaran untuk memotivasi peserta didik berprestasi (Kemendiknas, 2010: 29).

Nilai menghargai prestasi yang dapat dikembangkan di setiap jenjang kelas rendah dan tinggi adalah sebagai berikut:

1. Siswa kelas I-III

a. Mengerjakan tugas dari guru sebaik-baiknya

b. Berlatih keras untuk berprestasi dalam olahraga dan kesenian.

c. Hormat kepada sesuatu yang sudah dilakukan guru, kepala sekolah, dan personalia sekolah lain.

d. Menceritakan prestasi yang dicapai orang tua.

e. Menghargai hasil kerja pemimpin di masyarakat sekitarnya. f. Menghargai tradisi dan hasil karya masyarakat di sekitarnya. 2. Kelas IV-VI

a. Rajin belajar untuk berprstasi tinggi.

b. Berlatih keras untuk menjadi pemenang dalam berbagai kegiatan olahraga dan kesenian di sekolah.

c. Menghargai kerja keras guru, kepala sekolah, dan personalia lain. d. Menghargai upaya orangtua untuk mngembangkan berbagai potensi

dirinya melalui pendidikan dan kegiatan lain.

e. Menghargai hasil kerja pemimpin dalam menyejahterakan masyarakat dan bangsa.

f. Menghargai temuan-temuan yang telah dihasilkana manusia dalam bidang ilmu teknologi, sosial, budaya, dan seni.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian reward kepada siswa dapat memberikan manfaat, diantaranya akan meningkatkan motivasi siswa. Guru perlu memberikan penguatan kepada siswa dalam bentuk positif yaitu dengan memberikan reward. Peran guru dalam memberikan reward kepada siswa sangatlah penting. Siswa yang

44

diberikan reward ketika berhasil melakukan tugas dengan baik akan muncul motivasi dalam dirinya.

Dokumen terkait