BAB II KAJIAN TEORI
B. Kajian Mengenai Reward
6. Prinsip Pemberian Reward
Pemberian reward tidak dapat dilakukan secara sembarangan, harus dilihat kepada siapa dan kapan reward tersebut diberikan. Selain itu, bentuk dan cara pemberian reward harus sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Keefektifan pemberian reward tergantung pada berbagai faktor, salah satunya
33
adalah frekuensi pemberian. Pemberian reward dapat dilakukan dengan penjadwalan, kapan dan bagaimana reward tersebut diberikan. Dalyono (2005: 34) dan Hamzah B. Uno (2006: 28) mengungkapkan dalam teori
operant conditioning Skinner terdapat 4 penjadwalan pemberian
reinforcement, sebagai berikut:
1. Fixed ratio schedule (FR); pemberian reinforcement yang baru diberikan setelah jumlah respon mencapai jumlah tertentu. Misalnya, siswa diberikan bintang setelah berhasil menjawab benar sebanyak 5 kali.
2. Variable ratio schedule (VR); didasarkan atas penyajian bahan pelajaran dengan penguat setelah sejumlah respon di sekitar nilai tertentu, sehingga siswa tidak tahu perilaku mana yang diberi penguatan.
3. Fixed interval schedule (FI); didasarkan atas satuan waktu yang tetap di antara reinforcement. Pemberian reward dilakukan pada waktu yang telah ditetapkan tanpa memandang tingkah laku dan respon. Misalnya guru akan memberikan tepuk tangan setelah sepuluh menit sekali.
4. Variable interval schedul (VI); pemberian reinforcement menurut respon betul yang pertama setelah terjadi kesalahan-kesalahan respon.
Maria J. Wantah (2005: 164) menyebutkan bahwa pemberian reward harus didasarkan kepada prinsip bahwa penghargaan itu akan memberi motivasi kepada anak untuk meningkatkan dan memperkuat perilaku yang sesuai dengan aturan dan memperkuat anak untuk menghindarkan diri dari tindakan yang tidak diinginkan. Goodman & Gurian (dalam Maria J. Wantah, 2005: 164) menjelaskan bahwa dalam pemberian penghargaan perlu
34
memperhatikan mutu perilaku, jenis tindakan, usia, tingkat perkembangan dan situasi kondisi dimana penghargaan tersebut diberikan.
Soedomo Hadi (2005: 90) menyebutkan beberapa hal yang harus diperhatikan ketika memberikan ganjaran, seperti berikut:
a. Ganjaran diberikan kepada siswa untuk menumbuhkan kesadaran bahwa kewajiban siswanya telah dilaksanakan. Pemberian ganjaran ini tidak boleh terlalu sering.
b. Diusahakan agar siswa mengerti akan arti dari ganjaran itu.
c. Tujuan pemberian ganjaran adalah mengajak siswa untuk bertingkah laku lebih baik. Jangan sampai siswa merasa sombong atas keberhasilan yang telah dicapai.
d. Ganjaran hendaknya diberikan secara adil. Tidak boleh diberikan atas dasar simpati atau antipati terhadap seseorang.
e. Ganjaran harus dapat dicapai oleh semua anak didik atas dasar kerajinannya, kesungguhannya dan ketekunannya.
Wina Sanjaya (2009: 38) menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan ketika memberikan penguatan agar dapat meningkatkan motivasi pembelajaran pada siswa, seperti berikut:
a. Kehangatan dan keantusiasan
Guru hendaknya menunjukkan sikap yang hangat dan antusias bahwa penguatan tersebut diberikan sebagai balasan atas respon siswa. Keantusiasan dan kehangatan yang dimaksud adalah cara guru mengekspresikan (Wina Sanjaya, 2007: 33). Misalnya, bahasa yang
35
digunakan tidak terkesan memojokkan siswa, mimik atau wajah yang hangat dan tidak terkesan tegang tetapi akrab dan bersahabat dengan sedikit senyuman, dan tidak mencibir atau memelototi siswa.
b. Kebermaknaan
Siswa diyakinkan bahwa penguatan yang diberikan adalah penguatan yang wajar, sehingga benar-benar bermakna.
c. Gunakan penguatan yang bervariasi
Penguatan yang sejenis dan dilakukan berulang-ulang akan menimbulkan kebosanan sehingga tidak efektif lagi untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Pemberian penguatan haruslah dilakukan dengan variasi yang kaya hingga dampaknya cukup tinggi bagi siswa yang menerimanya. Penguatan verbal dengan kata-kata yang sama, misalnya : bagus, bagus, bagus, akan kehilangan makna, hingga tidak berarti apa-apa bagi siswa. Oleh karena itu, pemberian penguatan harus dilakukan dengan teknik yang bervariasi, misalnya sekali waktu menggunakan reward nonverbal, lain waktu dengan reward verbal.
d. Berikan dengan segera
Penguatan perlu diberikan segera setelah muncul respon atau tingkah laku tertentu. Penguatan yang ditunda akan tidak akan efektif dan kurang bermakna. Agar dampak positif yang diharapkan tidak menurun bahkan hilang, penguatan haruslah diberikan segera setelah siswa menunjukkan respon yang diharapkan. Dengan kata lain, tidak ada waktu tunggu antara
36
respon yang ditunjukkan dengan penguatan yang diberikan Winataputra (2004:7.35).
Lebih lanjut, Winataputra (2004:7.33- 7.34) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan pemberian reward, guru menggunakan prinsip berikut: a. Kehangatan dan keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan dapat ditunjukkan dengan berbagai cara, misalnya dengan muka/wajah berseri disertai senyuman, suara yang riang penuh perhatian, atau sikap yang memberi kesan bahwa penguatan yang diberikan memang sungguh-sungguh.
b. Kebermaknaan
Penguatan yang diberikan guru haruslah bermakna bagi siswa yaitu membuat siswa memang merasa bahwa penampilan atau tindakannya patut diberi penguatan, sehingga siswa terdorong untuk meningkatkan
penampilannya. Misalnya, jika guru mengatakan “model yang kamu rancang sangat menarik”, karena model yang dibuat siswa tersebut
memang benar-benar menarik hingga siswa benar-benar merasa bahwa ia memang patut mendapat pujian.
c. Menghindari penggunaan respon negatif
Respon negatif seperti kata-kata kasar, cercaan, hukuman, atau ejekan dari guru merupakan senjata ampuh untuk menghancurkan iklim kelas yang kondusif maupun kepribadian siswa sendiri. Oleh karena itu guru hendaknya menghindari segala jenis respon negatif tersebut. Jika siswa memberikan jawaban atau menunjukkan penampilan yang tidak
37
memuaskan, guru hendaknya menahan diri dari keinginan mencela atau mengejek jawaban atau penampilan siswa.
Moh Uzer Usman (2006: 83) menyebutkan bahwa penggunaan reward didasarkan pada prinsip kehangatan dan keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respon negatif. Buchari Alma (2010: 42) menjelaskan bahwa prinsip penggunaan reward sebagai berikut, yaitu 1) penuh dengan kehangatan, antusias dan jujur; 2) menghindari penggunaan kritikan dan hukuman; 3) dilakukan secara bervariasi; 4) penuh arti bagi siswa; 5) reward bersifat pribadi; dan 6) diberikan secara langsung atau segera.
Dalam memberikan reward, guru hendaknya memperhatikan cara penggunaannya. Moh Uzer Usman (2006: 83) menjelaskan bahwa pemberian reward harus jelas ditujukan kepada siapa, dapat diberikan kepada pribadi tertentu atau kepada kelompok. Pemberian reward hendaknya dilakukan dengan segera agar lebih efektif. Selain itu, dilakukan variasi dalam penggunaan sehingga tidak menimbulkan kebosanan. Sementara itu, Buchari Alma (2010: 42-43) membagi cara penggunaan reward menjadi 4, yaitu: a) whole reinforcement dapat diberikan setiap saat kepada seluruh siswa; b) delayed reinforcement merupakan reward yang ditunda pemberiannya
dengan diberikan penjelasan bahwa reward akan diberikan kepada siswa kemudian;
c) partial reinforcement diberikan untuk menghindari respon negatif. Misalnya, ada siswa yang menjawab salah, kemudian guru meminta siswa
38
lain untuk menjawab. Jika jawaban siswa kedua benar, maka siswa pertama diminta untuk mengulanginya; dan
d) personalized reinforcement yaitu pemberian reward secara perorangan karena siswa memiliki kemampuan atau kelebihan yang spesifik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam memberikan reward, guru hendaknya menggunakan prinsip kebermaknaan, kehangatan dan keantusiasan, diberian secara bervariasi, segera diberikan kepada siswa, dan menghindari respon negatif. Pemberian reward dapat dilakukan kepada individu siswa tertentu, sebagian siswa maupun kepada kelompok. Selain itu, guru hendaknya mengetahui bahwa prinsip pemberian reward adalah untuk memberikan motivasi kepada siswa. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan mutu perilaku, jenis tindakan, tingkat perkembangan siswa dan situasi kondisi pemberian reward tersebut.