• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Interpretasi Hasil Penelitian

1. Peran Guru PAI Dalam Upaya Pembentukan Karakter Disipin

mengajak siswa untuk ice breaking tepuk islam atau menyanyi agar kelas kondusif dan semangat kembali, hal ini menunjukkan bahwa meningkatkan pada siswa untuk disiplin dalam bersikap.

Hal ini senada dengan penelitian Minsih & Aninda Galih, guru sebagai pengelola kelas atau pengelola pengajaran,bahwa guru itu memimpin jalannya proses belajar mengajar, menangani masalah atau hambatan yang terjadi di kelas selama proses belajar mengajar berlangsung (Minsih & Aninda Galih, 2018:24).

b) Fasilitator

Guru sebagai fasilitator Berdasarkan pengamatan peneliti,guru sebagai fasilitator dalam meningkatkan karakter disiplin dalam proses pembelajaran biasanya sebelum dimulai guru PAI mengajak siswanya untuk berdoa sebelum belajar dan membaca juz’ama atau Al-Qur’an yang disediakan oleh sekolah hal itu dilakukan secara bersama-sama, kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan disiplin siswa terlebih dalam kedisiplinan ilmu dalam membaca Al-Qur’an atau Juz’ama, hal ini dilakukan ibu sukamti agar anak-anak terbiasa untuk disiplin muroj’ah setiap harinya.

Fakta tersebut selaras dengan pendapat Mulyasa yang dikutip oleh Inka Utami,dkk. Menjelaskan seorang guru tidak hanya menyampaikan pengetahuan kepada siswa saja tetapi juga menjadi fasilitator, seorang guru hendaknya mengusahakan sumber

belajar yang berguna untuk siswa sehingga tujuan dan proses belajar mengajar itu tercapai dengan maksimal. Selain itu guru juga sebagai mediator dimana seorang guru hendak mempunyai pengetahuan dan juga keterampilan memilih dan menggunakan media dengan baik, sehingga minat belajar siswa dapat meningkat dengan memanfaatkan penggunaan media belajar yang menarik (Inka Utami, dkk. 2021:128-129).

c) Evaluator

Guru sebagai evaluator yang baik, maksudnya guru hendaknya melakukan evaluasi guna mengetahui apakah materi, metode dan tujuan sudah tepat atau belum. Evaluasi dalam pembelajaran ditunjukkan guru PAI, dimana ibu sukamti dalam meningkatkan karakter kedisiplinan, setiap pembelajaran selesai ibu sukamti memberikan soal evaluasi, dalam mengerjakan soal evaluasi tersebut biasanya ibu sukamti memberikan batasan waktu, hal ini digunakan untuk menanamkan kedisiplinan pada diri siswa.

Selain itu biasanya ibu sukamti memberikan tugas rumah kepada siswa yang dikumpulkan minggu depan saat pembelajaran PAI, Ketika ada anak yang tidak mengerjakan biasanya bu sukamti memberikan punishment yaitu maju ke depan kelas dan menghafalkan surat pendek dan anak tersebut juga disuruh mengerjakan tugas tadi dengan catatan waktunya dibatasi.

Hal ini sejalan dengan penelitian Afirudin yang dikutip oleh Erni Novianti, dkk. Menjelaskan bahwa peran guru sebagai evaluator peranan guru sebagai evaluator harus dilakukan terus menerus guna melihat tingkat keberhasilan, efektivitas, dan efisiensi dalam proses pembelajaran. Dari hasil evaluasi yang dilakukan akan menjadi tolak ukur siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas (Erni Novianti, dkk. 2020:129).

d) Pelatih (tutor) Dan Penasehat (Motivator)

Dalam proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan tutor dalam artian pembimbing atau pelatih. Dimana sesuai dengan pengamatan dan wawancara dengan ibu sukamti, bahwa guru PAI berperan melatih siswa dalam hal ibadah. Dimana dalam meningkatkan karakter disiplin Seperti yang dilihat peneliti ibu sukamti pada waktu mau sholat dhuha atau dzuhur pasti beliau mengawasi siswa saat berwudhu, ketika anak yang belum bisa berwudhu dengan benar beliau melatihnya dari niat sampai selesai, itu menunjukkan bahwa guru sebagai tutor, selain itu dalam membimbing ibadah sholat guru PAI SD N Krikilan 2 menggunakan metode praktek, hal itu guna merangsang siswa agar antusias dalam belajar tentang sholat dan memudahkan siswa menerima materi sekalipun prakteknya, sehingga memudahkan siswa untuk menghafal gerakan sholat dan bacaan-bacaannya mulai

takbiratul ihram sampai salam, kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan disiplin siswa terlebih dalam kedisiplinan dalam ibadah.

Selain itu guru juga sebagai motivator, dimana disamping transfer off knowledge pada siswa, guru juga memberikan umpan

balik ketika menasehati atau menegur siswanya. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di dalam kelas V pada waktu pembelajaran PAI, dimana ketika ada siswa yang ramai menggangu temannya ibu sukamti langsung menegur siswa tersebut untuk tidak ramai lagi agar memperhatikan pelajaran dan memberikan sedikit nasehat kepada anak yang suka bikin gaduh di kelas maupun ketika kegiatan ekstrakurikuler. Selain itu guru juga memberikan nasehat dan teguran ketika melihat siswa yang berperilaku kurang baik, seperti membuang sampah semabarangan, berkata tidak sopan,berantem sama teman. Kata ibu sukamti ketika ada siswa yang berperilaku kurang baik di panggil ke kantor untuk di nasehati guna agar siswa memiliki perilaku baik dalam dirinya,kegiatan ini dilakukan guna meningkatkan disiplin siswa terlebih dalam kedisiplinan bersikap dan belajar.

Selain itu ketika ada siswa yang tidak disiplin dalam berpakaian guru memberikan nasehat untuk selalu disiplin dalam berpakaian, kegiatan ini dilakukan guna meningkatkan disiplin siswa dalam kedisiplinan berpakaian.

Hal ini sejalan dengan pendapat Elly Manizer bahwa guru memiliki peran bukan semata-mata cuma mentransfer ilmu mata pelajaran kepada siswa, namun guru juga sebagai motivator bagi siswa agar memiliki presetasi dalam belajar dan juga berperilaku baik. Karena siswa yang memiliki motivasi yang lebaih tinggi akan mencapai hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi rendah atau tidak memiliki motivasi apapun (Elly Manizer, 2015: 173).

e) Tauladan

Berdasarkan hasil pengamatan, berbagai bentuk keteladanan yang diberikan oleh para guru SD N Krikilan 2 termasuk Kepala sekolahnya. Khususnya dalam hal meningkatkan disiplin waktu, guru PAI memberi contoh dengan cara berangkat ke sekolah sebelum bel masuk dan saat jam mengajar datang ke kelas tepat waktu. Ibu sukamti juga mengajarkan kepada siswa untuk bicara dengan menggunakan krama halus, biar siswa mencontoh ketika berbicara dengan orang lebih tua itu menggunakan bahasa krama halus, Selain itu guru PAI ketika sholat datang diawal waktu. Dalam hal kebersihan kelas atau lingkungan sekolah, biasanya ketika guru melihat sampah beliau langsung mengambil dan membuangnya ke tempat sampah, hal ini bisa menjadi contoh siswa dalam meneladani perilaku gurunya,

kegiatan ini dilakukan guna meningkat disiplin siswa dalam kedisiplinan menjaga kebersihan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Mulyasa yang dikutip oleh Kandiri Arfandi , bahwa guru sebagai model dan teladan dengan adanya keberadaan guru dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu figur yang akan menjadi teladan bagi siswanya dan juga sebagai contoh di lingkungan masyarakat sekitarnya (Kandiri Arfandi, 2021:4).

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Upaya Pembentukan Karakter

Dokumen terkait