• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran KAMMI Dalam Perbaikan Moral Masyarakat

Dalam dokumen Peran KAMMI Dalam Krisis Moral di Tengah (Halaman 29-38)

KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) merupakan sebuah gerakan mahasiswa muslim ekstra kampus yang berbekal yang berbekal semangat perubahan. Organisasi yang berdiri pada hari ahad tanggal 29 Maret 1998 atau bertepatan dengan tanggal 1 Dzulhijjah 1418 Hijriah ini merupakan organisasi yang turut menjadi variabel lengsernya Soeharto pada tahun 1998, dan juga yang senantiasa mengumandangkan Reformasi. Begitu gemilangnya organisasi ini dalam melakukan pergerakan perubahan, dan telah berhasil andil dalam melakukan Reformasi.

Berkaitan dengan masalah Indonesia di masa sekarang banyak hal yang perlu dibenahi, baik di bidang politik,sosial dan ekonomi. Berkaitan dengan pembahasan di makalah ini, yaitu krisis moral di tengah masyarakat Indonesia (bidang sosial), menjadi suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dan dicari solusinya. Telah dibahas betapa buruknya moralitas masyarakat Indonesia di masa ini, dan telah Nampak pula tanda – tanda akhir zaman yang melekat pada masyarakat Indonesia tentunya yang berkaitan dengan moral, hal ini seharusnya membuat para aktivis dakwah untuk bergerak lebih cepat dan progresif. Bagaimana dengan KAMMI? Sebagai aktivis dakwah yang bergerak dalam bidang sosial. Dikatakan bahwa KAMMI adalah Gerakan Sosial Independen yang artinya gerakan kritis yang menyerang system peradaban materialistic dan menyerukan peradaban manusia berbasis tauhid, lantas kemanakah peran KAMMI sebagai Gerakan Sosial Independen sedangkan krisis moral sedang melanda masyarakat? Apakah keberadaan KAMMI tidak nyata atau menghilang? Padahal dikatakan bahwa KAMMI dan rakyat adalah ibarat antara ruh dan tubuh, dan akan membela kepentingan rakyat, menjadi solusi bagi persoalan mereka, menghubungkan kasih sayang yang damai di antara mereka, bukankah semua itu omongan belaka jika nyatanya moral di masyarakat mengalami degradasi yang luar biasa? Lantas kemankah semangat REFORMASI yang dimiliki oleh KAMMI? Nyatanya Reformasi merupakan perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial,politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau Negara (Kamus Besar

Bahasa Indonesia).Akhir prolog pembahasan adalah sebuah pertanyaan Apa bukti nyata hasil Reformasi yang dilakukan KAMMI di bidang sosial?, jika tidak ada, maka perlu di evaluasi atas keberadaan dan peran KAMMI.

Penulis akan memaparkan beberapa solusi atas pertanyaan – pertanyaan diatas. Peran KAMMI dalam menghadapi krisis moral di tengah masyarakat adalah melakukan Perbaikan Internal (kepada KAMMI) dan Perbaikan Eksternal (Kepada masyarakat). Berikut penjelasan dari dua peran KAMMI diatas:

1. Perbaikan Internal (Kepada KAMMI)

KAMMI adalah organisasi kader (harakatut tajnid) yang artinya organisasi yang mencetak kader dengan semangat integralistik untuk mengupayakan tercapainya tujuan organisasi. Hal ini sangat berkaitan erat dengan visi KAMMI yaitu “KAMMI adalah wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader – kader pemimpin dalam upaya mewujudkan bangsa dan Negara Indonesia yang Islami”. Visi ini sangat ideal, dan untuk mencapainya membutuhkan kader – kader yang tangguh dan memiliki wawasan agama yang luar biasa.

Dalam pembahasan ini, perbaikan internal yang dimaksud adalah memperbaiki kaderisasi KAMMI, bukan pada sistem melainkan proses yang dilakukan dalam kaderisasi di KAMMI. Berikut penjelasannya:

a. Optimalisasi Daurah Marhalah 1

Daurah Marhalah menjadi gerbang awal seseorang untuk menjadi kader KAMMI. Di dalam Daurah Marhalah 1 setiap individu diberikan bermacam wawasan, yaitu Syahadatain sebagai titik tolak perubahan, Syumuliatul islam, problematika umat kontemporer, pemuda dan perubahan sosial, ke – KAMMI-an. Materi – materi tersebut merupakan bekal untuk menjadi kader KAMMI.

Adapun hal yang perlu dioptimalisasi adalah pengajakan atau perekrutan kader baru untuk mengikuti Daurah Marhalah 1, sehingga jumlah kader yang terbentuk banyak, selain itu optimalisasi dalam pelaksanaan Daurah Marhalah 1, tentunya dalam setiap teknis kegiatan Daurah Marhalah 1, dalam hal teknis kegiatan, kader baru seharusnya lebih banyak untuk melakukan kegiatan terpusat diketimbangkan kegiatan yang dilakukan secara individu, tidak hanya teknis, melainkan menurut penulis perlu ada materi tambahan diluar pematerian wajib, dan tentunya materi tambahan seharusnya wajib untuk diadakan, karena meminimalisir penggunaan waktu yang sia – sia oleh kader baru.

b. Daurah Marhalah 1 Bukan Awal dari Kaderisasi

Dalam poin akan dibahas bahwa Daurah Marhalah 1 bukan awal kaderisasi, melainkan sebatas gerbang awal untuk menjadi kader KAMMI tentunya secara ideal sebelum menjadi kader KAMMI diperlukan modal atau kesamaan frame (bingkai atau pandangan) dengan memberikan bekal melalui materi wajib. Namun , seyogyanya pembetukan kader secara progresif dan massif harusnya dilakukan pada saat setelah Daurah Marhalah 1, maksud penulis adalah kaderisasi secara sistematis dan mengahasilkan output yang maksimal. Hal ini sangat penting untuk membuat jadwal dan sistem kaderisasi selama jenjang waktu tertentu. Komisariat harus memilki kegiatan – kegiatan kaderisasi diluar Madrasah KAMMI (baik kost atau klasikal), karena mengingat IJDK AB 1 (Indeks Jati Diri KAMMI Satu) yang sangat ideal , tidak mungkin bisa tercapai jika hanya mengandalkan Madrasah KAMMI, belum lagi Madrasah KAMMI Klasikal yang dilakukan hanya 2 minggu sekali, dan Madrasah KAMMI Khos yang dilakukan 1 minggu sekali. Tidak hanya itu , melainkan dibutuhkan sistem yang mengatur pembentukan kader KAMMI. Berikut beberapa sistem yang perlu ada dalam kaderisasi KAMMI yaitu :

Sistem pengawasan dan setoran Amalan yaumi serta Evaluasi Amalan yaumi

Amalan yaumi adalah basis yang perlu dimiliki oleh setiap kader. Namun yang menjadi permasalahannya adalah tidak setiap kader memiliki kesadaran untuk menjadikan amalan yaumi penghias di setiap waktunya. Hal ini menjadi tanggung jawab dari pengurus KAMMI untuk menjaga dan mengawasi Amalan yaumi dari setiap kader, dan tentunya harus ada evaluasi dan sanksi yang diberikan secara tegas agar kader tidak menganggap rendah atau mudah terhadap amalan yaumi.

Maka yang diperlukan adalah evaluasi amalan yaumi dan sanksi. Adapun dalam sistem setoran amalan yaumi diperlukan sebuah fasilitas, bisa dilakukan melalui buku atau pun gform untuk mensetorkan amalan yaumi kader.

Pendataan kader dan grafik perubahan kader

Pendataan kader sangat diperlukan , bukan sebatas sebagai data administrasi melainkan sebagai data pegangan bagi pengurus.

Adapun dalam pencatatan grafik sebagai data bagi pengurus KAMMI untuk melihat apakah kader mendapati grafik yang naik atau turun, tentunya dengan parameter dari kehadiran, amalan yaumi dan bacaan buku. Sehingga jika kader didapati grafiknya menurun maka pengurus KAMMI dapat melakukan tindakan lanjutan, bisa teguran bahkan sanksi. Jika memiliki sistem yang jelas maka kaderisasi dengan tujuan tertentu akan tercapai.

Setiap kader harus diwajibkan memiliki bacaan buku. Sebagai pembiasaan , buku yang wajib dibaca bisa dimulai dari bacaan yang sederhana dan mudah terlebih dahulu. Karena , melihat kondisi dari setiap kader yang tidak semuanya memiliki kecintaan untuk membaca buku. Oleh karena itu perlu ada kewajiban dari kader untuk membaca buku.

Disisi lain ada kewajiban atau tuntutan, maka perlu ada evaluasi buku bacaan kader. Jika kader tidak menjalankan tuntutan tersebut , maka perlu adanya teguran dan sanksi atasnya. Mengingat juga IJDK AB 1 yang sangat banyak, maka perlu ada tindakan tegas, bukan hanya sekedar tuntutan , atau bahkan hanyak sekedar fasilitas.

Evaluasi kehadiran kader

Kehadiran kader dalam kegiatan kaderisasi sangatlah penting.Karena tidak mungkin inti pengkaderan tersampaikan pada kader jika hadir pun tidak. Pada intinya adalah evaluasi ini merupakan tindakan yang diberikan kepada kader jika kehadirannya tidak memenuhi persyaratan , atau tidak hadir sama sekali.

Evaluasi dilakukan secara terpusat atau dengan cara mendatangi kader yang jarang hadir atau bahkan tidak hadir sama sekali, hal ini penting karena menunjukan bahwa pentingnya kehadiran kader dalam setiap kegiatan kaderisasi, baik dalam acara KAMMI, setoran amalan yaumi, evaluasi buku bacaan, Madrasah KAMMI dan lain sebagainya, mengingat Visi KAMMI dan IJDK AB 1 yang perlu dibentuk dari setiap kader.

Poin – poin diatas hanya sebagian kecil yang perlu dimiliki oleh sistem kaderisasi KAMMI, dan masih banyak lagi yang perlu dibenahi

dan dioptimalisasi kegiatan dan sistem kaderisasi KAMMI. Seperti halnya Sertifikasi , sertifikasi merupakan sebuah kegiatan yang dapat secara tidak langsung mengevaluasi kader terhadap pengetahuan, bacaan, dan amalan yaumi. Namun, yang perlu digaris bawahi adalah tindakan pengurus KAMMI sebelum sertifikasi dan sesudahnya. Jika kader tidak lulus sertifikasi maka salah satu faktornya adalah masa kaderisasi yang belum optimal sebelum sertifikasi, bisa karena tidak adanya kegiatan kaderisasi selain Madrasah KAMMI, atau Madrasah KAMMI yang belum optimal atau karena ada faktor lain yang belum ada pada sistem kaderisasi KAMMI. Begitupun dengan tindakan pengurus KAMMI setelah sertifikasi, jika hasil sertifikasi kader banyak yang tidak memenuhi IJDK AB 1, maka perlu ada tindakan yang progresif setelahnya. Jika tidak ada tindakan tersebut, atau bahkan dianggap sebagai hal yang wajar, maka visi KAMMI hanya sebatas angan saja, karena jika tindakan setelah sertifikasi sama atau bahkan kurang dari sebelum sertifikasi, bagaimana mungkin kader akan mencapai IJDK AB1 ?, adapun menurut penulis, berhasilnya kaderisasi yang dilakukan adalah dengan tercapainya IJDK AB1 dari kader, berikut dengan kuantitas dari kader yang mencapai IJDK AB 1. Jika kader banyak setelah Daurah Marhalah 1 , maka telah berhasil perekrutannya, namun jika pada masa kaderisasi mencapai jumlah yang banyak dari kader untuk mencapai IJDK AB 1, maka masa kaderisasi telah berhasil. Begitu pun sebaliknya. Penulis sangat berharap, optimalisasi kaderisasi dari komisariat ditingkatkan dan difokuskan, karena parameter dari keberhasilan kaderisasi adalah tercapainya kuantitas yang banyak dan mencapai IJDK AB 1.

Menurut penulis dalam membentuk kader yang berkualitas dan pemimpin tidak mungkin mengandalkan Madrasah KAMMI saja, karena terlalu sedikit waktu yang dimiliki dalam Madrasah KAMMI, dibandingkan dengan kunatitas dari IJDK yang perlu dicapai. Maka perlu ada kegiatan lain untuk membentuk kader yang berkualitas, contoh Rihlah, Muhasabah,Qiyamul lail, MABIT,Baca buku bersama,Review Manhaj Tugas Baca dan lain sebagainya, dan yang perlu digaris bawahi

adalah bukan sekedar melaksanakan kegiatan baru, namun perlu dioptimalisasikan dan diintensifkan, begitupun dengan Madrasah KAMMI.

Adapun dalam fungsi pengurus KAMMI dalam membentuk kader yang dapat mencapai IJDK AB 1 tidak sebatas sebagai fasilitator, namun ada fungsi lain yang perlu diperhatikan. Fasilitas sangatlah penting dalam membentuk kader, namun fungsi pengawasan, delegasi, instruksi, konsultasi , partisipasi ini pun perlu dioptimalkan. Seperti fungsi pengawasan atas Manhaj Tugas Baca dengan sistem yang telah dijelaskan, adapun fungsi partisipasi adalah sebagai bentuk fungsi pendekatan kepada kader untuk dapat menarik hatinya , agar mudah untuk mengikuti apa yang seharusnya dilakukan sebagai kader.

Peran KAMMI Daerah pun sangat penting. Berkaitan dengan pembentukan kader, KAMMI Daerah harus lebih tegas dan optimal dalam pengawasan pembentukan kader di komisariat, bukan dalam hal kuantitas saja, namun harus ada penagihan laporan baik tertulis atau tidak terkait kualitas kader. Hal ini bisa dilakukan dengan optimalisasi sertifikasi yang menjadi fasilitas dalam evaluasi kader, atau dengan cara lain seperti pemberian data khusus diluar sertifikasi. Namun , poin utamanya adalah KAMMI Daerah seharusnya menjadi peran penting dalam memperhatikan kaderisasi komisariat, jika komisariat tidak menghasilkan kader yang mencapai IJDK AB 1, maka harus ada tindakan lanjut dari KAMMI Daerah.

Berkaitan dengan Keberhasilan kepemimpinan Nabi Sulaiman Alaihi salam , ada poin penting yang menjadi faktor dalam keberhasilannya. Yaitu pengetahuan sebagai fondasi, dan melalui proses kaderisasi yang tepat. Maka ada hikmah yang bisa diambil dalam kaderisasi KAMMI, yaitu optimalisasi pembekalan pengetahuan dan kaderisasi yang tepat. Rasulullah bersabda : “Keutamaan orang berilmu atas ahli ibadah adalah seperti keutamaan aku atas orang yang paling rendah dari kalian”(H.R. Tirmidzi). Hadits ini merupakan Fadhilah dari orang yang berilmu, maka dalam membentuk pemimpin

sebagaimana visi KAMMI, sangat perlu optimalisasi dalam Manhaj Tugas Baca, harus ada sistem sehingga kader mau melaksankan Manhaj Tugas Baca.

2. Perbaikan Eksternal (Kepada Masyarkat)

Dalam poin ini akan dibahas mengenai perbaikan eksternal. Masyarakat menjadi sasarannya. Solusi perbaikan masyarakat ini adalah pembahasan harapan moral masyarakat Indonesia, yaitu Dekat Al – Qur’an dan menjalankan Sunnah Nabi . KAMMI harus banyak melakukan kegiatan yang dapat membuat masyarakat dekat dengan Al - Qur’an dan Sunnah Rasulullah , dan perlu dilakukan dengan intensif, bukan hanya pada bulan Ramadhan saja.

Adapun dalam pembahasan ini, yang perlu digaris bawahi adalah sasaran dakwah KAMMI. Sasaran dakwah KAMMI, harus diperluas, yaitu anak muda. Karena, ketika KAMMI hendak menjayakan Indonesia , peran pemuda sangatlah penting, namun ketika para pemuda mendapati krisis moral, tidak mungkin Indonesia jaya. Maka harus ada kegiatan yang dapat mengajak para pemuda untuk hijrah sebagaimana yang dilakukan oleh SHIFT, karena mengingat cita – cita KAMMI yaitu menjayakan Indonesia, maka perlu ada perhatian atas dakwah ke kalangan pemuda.

BAB III KESIMPULAN

Krisis moral yang terjadi di masyarakat Indonesia sangatlah dibutuhkan solusi atas permasalahannya. Perlu ada pihak yang memperhatikan secara khusus atas permasalahan ini. Pihak tersebut bisa pemerintah, masyarakat,aktivis dan lain sebagainya. Namun di masa sekarang pemerintah sudah memandang sebelah mata dari permasalahan ini. Menganggap krisis moral menjadi suatu hal yang wajar, dan lebih memperhatikan permasalahan di pemerintahan. Lantas akan terjadi krisis moral yang memburuk.

Peran KAMMI sangatlah penting dalam memperbaiki krisis moral di tengah masyarakat Indonesia, adapun perbaikan yang perlu dilaksanakan adalah perbaikan internal KAMMI dan perbaikan eksternal kepada masyarakat. Perbaikan internal maksudnya dengan mengoptimalisasi dan evaluasi atas kaderisasi yang dilakukan KAMMI , dan perbaikan eksternal masyarakat adalah dengan memperhatikan 2 poin yaitu pendekatan pada Al – Qur’an dan Sunnah Rasulullah . Hal yang perlu digaris bawahi dalam perbaikan eksternal adalah pelaksanaan yang intensif , bukan pada momen tertentu saja. Sasaran dakwah KAMMI pun harus diperluas, bukan hanya orang tua, dan anak kecil , namun pemuda sangatlah penting. Dakwah KAMMI kepada pemuda harus dilakukan karena mengingat pentingnya cita KAMMI yaitu menjayakan Indonesia, bagaimana mungkin mencapai Indonesia jaya, jika para pemuda mengalami krisis moral.

Dalam dokumen Peran KAMMI Dalam Krisis Moral di Tengah (Halaman 29-38)

Dokumen terkait