• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Kesiapan Mengevaluasi Pembelajaran

4.3.4 Peran Kepala Madrasah Dalam Implementas

Life Skills

Dalam implementasi pendidikan life skills selain guru yang berfungsi sebagai ujung tombak pembela- jaran, kepala madrasah juga mempunyai peran dan fungsi yang sangat berpengaruh terhadap kesuksesan implementasi suatu program baru. Kepala madrasah disamping menjalankan fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan program dan evaluasi juga mempunyai berbagai peran di antaranya sebagai pendidik, sebagai manajer, sebagai

administrator, sebagai supervisor dan sebagai wira- usahawan.

Dalam penelitian ini peneliti berada dalam posisi seorang manajer sehingga dalam pelaksanaanya selalu bersama dengan kepala karena jika program imple- mentasi life skills ini dilanjutkan maka seluruh peran peneliti adalah menjadi peran kepala MI. Penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan berimplikasi kepada kepala sekolah yang harus menjalankan fungsi-fungsi manajemen juga menjalankan peran dengan lebih baik lagi. Karena dari program imple- mentasi yang telah dilaksanakan masih ditemukan banyak kendala baik itu yang dialami oleh guru, kepala maupun wali murid. Jika program implemen- tasi life skills ini akan dilanjutkan, di tangan kepala sebagai pemegang manajemenlah yang akan menentu- kan berhasil atau tidaknya program ini.

Dalam penelitian ini peneliti bersama kepala MI menjalan fungsi manajemen sebagai perencana artinya yang mempunyai gagasan atau rencana. Fungsi mana- jemen yang kedua yaitu pengorganisasian. Dalam fungsi ini peneliti bersama dengan kepala mengor- ganisasi tentang bagaimana menyusun kurikulum life skills, bagaimana mempersiapkan gurunya, bagaimana berkoordinasi dengan wali murid. Fungsi ketiga adalah fungsi pelaksanaan program. Dalam menjalankan fungsi ini kepala bersama peneliti melakukan obser- vasi untuk memantau sejauh mana program berjalan baik sesuai rencana, baik itu yang berupa dokumen

 

maupun pelaksanaan dalam pembelajaran. Fungsi manajemen yang terakhir adalah evaluasi. Fungsi ini dijalankan dengan menyebarkan kuesioner untuk mengevaluasi jalannya imlplementasi dan kendala yang dialami. Evaluasi ini akan digunakan sebagai dasar untuk menyusun program berikutnya.

Beberapa fungsi manajemen yang telah dijalan- kan antara peneliti dengan kepala menurut kepala MI sudah berjalan sesuai dengan rencana sebesar 80%. Hal ini berarti fungsi mamanjemen sudah berjalan dengan baik walaupun belum sesuai rencana 100% implikasinya jika program dijalankan tanpa peneliti, maka kepala dapat menjalankan fungsi manajemen seperti yang sudah dilaksanakan dengan sedikit per- baikan untuk mengatasi kendala yang ada serta pe- rencanaan langkah untuk memastikan bahwa program berjalan sesuai dengna rencana.

Selain fungsi-fungsi manajemen yang diuraikan, kepala juga mempunyai beberapa peran dalam meng- implementasikan pendidikan life skills ini yaitu sebagai pendidik, manajer, administrator, supervisor, dan wira usaha. Kepala sebagai pendidik yang dimaksud adalah ketika guru-guru belum tahu dengan RPP yang terin- tegrasi life skills peneliti yang berperan sebagai kepala yang memberikan pelatihan tentang pembuatan RPP. Ketika dalam pelaksanaan program ada masalah yang tidak dipahami guru maka kepala MI lah yang akan membetulkan atau memberi masukan. Di samping itu

pemberian sosialisasi kepada wali murid juga dalam rangka menjalankan perannya sebagai pendidik yang mengajak orang tuanya untuk mengawasi anaknya melakukan pembiasaan baik di rumah.

Peran kedua kepala adalah sebagai manajer yang artinya dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru (Depdiknas 2006). Dalam implementasi life skills peneliti belum menemu- kan pelaksanaan tugas kepala untuk pemeliharaan dan pengembangan profesi guru sehingga peran seba- gai manajer ini menurut peneliti belum dilaksanakan oleh kepala. Hal ini karena program implementasi life skills ini merupakan program baru sehingga program pemeliharaan dan pengembangan profesi guru belum direncanakan baru pada proses pengajaran materi baru dengan pelatihan pembuatan RPP. Implikasi dari belum dilaksanakan peran manajer oleh kepala MI sehingga jika implementasi life skills ini dilanjutkan perlu merencanakan program pemeliharaan dan pengembangan kompetensi guru.

Peran selanjutnya adalah kepala sebagai admi- nistrator. Depdiknas (2006) menjelaskan bahwa kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru. Namun dalam implementasi life skills ini peneliti bersama kepala MI belum menganggarkan dana untuk peningkatan kompetensi guru maupun untuk imple-

 

mentasi sebuah program baru. Hal ini karena penerap- an program baru ini tidak begitu banyak membutuh- kan waktu dan tenaga sehingga belum membutuhkan dana tambahan. Implikasinya ada guru yang menge- luh untuk evaluasi membutuhkan waktu relatif lama walaupun baru satu aspek life skills yang dijadikan tujuan, jika nanti dilanjutkan dengan tujuan aspek life skills yang lebih banyak tentunya lebih banyak keluh- an. Untuk mengantisipasi keluhan guru, disamping sudah diuraikan di atas jika program ini dilanjutkan cukup 5 atau 6 aspek life skills yang menjadi tujuan untuk mengantisipasi lamanya waktu evaluasi, perlu juga ditambah dengan perencanaan peningkatan ang- garan untuk operasional program baru yang di dalam- nya untuk menambah kesejahteraan guru disamping untuk operasional yang lain.

Sementara peran sebagai supervisor adalah untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melak- sanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung (Depdiknas 2006). Dalam penelitian ini peneliti bersa- ma kepala MI sudah menjalankan perannya sebagai supervisor buktinya sudah mengobservasi dokumen persiapan mengajar guru serta mengobservasi pelaksa- naan pembelajaran integrasi life skills. Implikasinya jika terjadi kekurangan yang dilakukan oleh guru

dalam membuat persiapan mengajar, pelaksanaan maupun evaluasi dapat langsung diketahui dan di- perbaiki. Jika program implementasi ini dilanjutkan maka kepala perlu melanjutkan peran ini.

Peran kepala selanjutnya adalah peran kepala sebagai pimpinan. Ini berhubungan dengan tipe kepe- mimpinan yang dijalankan oleh seorang kepala dan berkaiatan erat dengan kepribadian kepala yang di- uraikan oleh Mulyasa (2004) yang meliputi (1) jujur, (2) percaya diri, (3) tanggung jawab, (4) berani meng- ambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa besar, (6) emo- si yang stabil, dan (7) teladan.

Menurut hemat penulis kepala belum diketahui menjalankan peran sebagai pimpinan atau tidak. Hal ini karena kepribadian dan tipe kepemimpinan mem- butuhkan penelitian tersendiri untuk menetukannya dan peneliti tidak meneliti sampai tipe kepemimpinan dan kepribadian kepala.

Peran selanjutnya adalah peran kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja karena iklim yang kon- dusif akan memungkinkan setiap guru lebih termoti- vasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompeten- sinya (Mulyasa 2004). Berdasarkan uraian di atas peneliti menilai kepala MI sudah menjalankan peran sebagai pencipta iklim kerja yang kondusif buktinya kepala selalu member motivasi kepada guru untuk meningkatkan kinerja, kepala memberitahukan hasil

 

kerja guru, kepala memberi pujian bagi guru yang berprestasi dan memberi masukan dan bimbingan bagi guru yang kurang atau salah dalam menjalankan tugas. Implikasinya adalah guru menjadi bersemangat walaupun implementasi program baru akan menam- bah beban kerja bagi guru. Saran tindak lanjut jika program ini dilanjutkan adalah bagi guru yang ber- prestasi tidak hanya pujian tetapi perlu adanya peng- hargaan yang berupa materi sehingga guru lebih ber- semangat lagi.

Peran terakhir yang dapat dijalankan kepala dalam implementasi pendidikan life skills adalah peran wirausaha. Kepala sekolah dengan sikap kewira- uhasaan yang kuat akan berani melakukan perubah- an-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi guru- nya (Depdiknas 2006). Dalam penelitian ini kepala sudah berperan sebagai wirausaha dengan bukti mau mengimplementasikan pendidikan life skills dalam pembelajaran walaupun tidak ada pantauan dari atas- an itu merupakan sebuah pembaharuan yang inovatif dengan proses pembelajaran siswa dan kompetensi guru. Implikasi dari peran wirausaha yang dimiliki oleh kepala MI perlu ada dukungan dari semua pihak baik guru, komite maupun masyarakat khususnya orang tua agar pembaharuan yang inovatif dapat terealisasi demi kemajuan Madrasah.

Beberapa uraian tentang peran kepala seperti yang diuraikan dalam bab II yang meliputi peran seba- gai: (1) educator (pendidik), (2) manajer, (3) adminis- trator, (4) supervisor (penyelia), (5) leader (pemimpin), (6) pencipta iklim kerja, dan (7) wirausahawan (Depdiknas 2006), namun dalam implementasi life skills di MI Miftakhul Huda hanya menjalankan peran kepala sebagai pendidik, supervisor, pencipta iklim kerja yang kondusif dan sebagai wirausaha. Implikasi dari peran yang dijalankan kepala dalam mengimple- mentasikan life skills adalah dengan dijalankan kem- bali bagi peran yang sudah dijalankan sedangkan peran kepala yang belum dijalankan hendaknya perlu dijalankan perlu dilanjutkan agar fungsi dan peran kepala dalam pembelajaran dapat optimal kecuali untuk peran pemimpin. Peran kepala sebagai pemim- pin hanya dapat diketahui dengan penelitian lanjut untuk mengetahui sudah dijalankan atau belum peran kepala sebagai pemimpin karena tidak bisa diketahui hanya dengan suatu tindakan tertentu.

Dokumen terkait