Peran pemerintah sebagai pemegang regulasi dan kebijakan sangat penting dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen di Indonesia, pemerintah mempunyai peranan untuk melaksanakan fungsi pembinaan dan fungsi pengawasan.74 Tanggung jawab pemerintah dalam melakukan pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen dimaksudkan untuk memberdayakan konsumen agar mendapatkan hak-haknya. Sementara itu tanggung jawab pemerintah dalam melakukan pengawasan penyelenggaraan perlindungan konsumen juga menjadi bagian yang penting dalam upaya membangun kegiatan usaha yang positif dan dinamis, sehingga hak-hak konsumen tetap bisa diperhatikan oleh para pelaku usaha.75
1. Pembinaan
Penjelasan terhadap fungsi pembinaan dan pengawasan adalah sebagai berikut :
Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 29 ayat (1) mengemukakan,
“Pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjamin diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannya kewajiban konsumen dan pelaku usaha.”
Pembinaan oleh pemerintah atas penyelenggaraan perlindungan konsumen sebagaimana yang dimaksud dilaksanakan oleh menteri dan/atau menteri teknis
74
Happy Susanto, Op.Cit., hal.63. 75
terkait.76
Pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen sebagaimana meliputi upaya untuk :
Menteri sebagiamana dimaksud melakukan koordinasi atas penyelenggaraan perlindungan konsumen.
77
Tugas pembinaan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen dilakukan oleh menteri atau menteri teknis terkait. Menteri ini melakukan koordinasi atas penyelenggaraan perlindungan konsumen. Beberapa tugas
a. Terciptanya iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang sehat antara pelaku usaha dan konsumen;
b. Berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat; c. Meningkatknya kualitas sumber daya manusia serta meningkatnya kegiatan
penelitian dan pengembangan di bidang perlindungan konsumen.
Pasal 29 ayat (5) UUPK menyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Sebagai tindak lanjut dari Pasal 29 ayat (5) UUPK telah dibuat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen. Dalam penjelasan umum, disebutkan bahwa pembinaan perlindungan konsumen yang diselenggarkan oleh pemerintah adalah sebagai upaya untuk menjamin diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta dilakukannya kewajiban masing-masing sesuai dengan asas keadilan dan atas keseimbangan kepentingan.
76
Azwir Agus, Op.Cit., hal.76 77
pemerintah dalam melakukan pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen telah dijabarkan sebagai berikut :78
a. Menciptakan iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang sehat antara pelaku usaha dan konsumen.
Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen Pasal 4, untuk menciptakan iklim usaha dan menumbuhkan hubungan yang sehat antara pelaku usaha dan konsumen, menteri melakukan koordinasi penyelenggaraan perlindungan konsumen dengan menteri teknis terkait dalam hal :
1.) Penyusunan kebijakan di bidang perlindungan konsumen;
2.) Pemasyarakatan peraturan perundang-undangan dan informasi yang berkaitan dengan perlindungan konsumen;
3.) Peningkatan peranan BPKN dan BPSK melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia dan lembaga;
4.) Peningkatan pemahaman dan kesadaran pelaku usaha dan konsumen terhadap hak dan kewajibannya masing-masing;
5.) Peningkatan pemberdayaan konsumen melalui pendidikan, pelatihan, keterampilan;
6.) Penelitian terhadap barang dan/atau jasa beredar yang menyangkut perlindungan konsumen;
7.) Peningkatan kualitas barang dan/atau jasa;
78
8.) Peningkatan kesadaran sikap jujur dan tanggung jawab pelaku usaha dalam memproduksi, menawarkan, mempromosikan, mengiklankan dan menjual barang dan/atau jasa;
9.) Peningkatan pemberdayaan usaha kecil dan menengah dalam memenuhi standar mutu produksi barang dan/atau jasa serta pencantuman label dan klausula baku.
b. Berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.
Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen Pasal 5, untuk mengembangkan LPKSM, menteri melakukan koordinasi penyelenggaraan perlindungan konsumen dengan menteri teknis terkait dalam hal :
1.) Pemasyarakatan peraturan perundang-undangan dan informasi yang berkaitan dengan perlindungan konsumen;
2.) Pembinaan dan peningkatan sumber daya manusia mengelola LPKSM melalui pendidikan, pelatihan dan keterampilan.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen Pasal 6, disebutkan bahwa dalam upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang perlindungan konsumen menteri melakukan koordinasi penyelenggaraan perlindungan konsumen dengan menteri teknis terkait dalam hal :
1.) Peningkatan kualitas aparat penyidik pegawai negeri sipil di bidang perlindungan konsumen;
2.) Peningkatan kualitas tenaga peneliti dan penguji barang dan/atau jasa; 3.) Pengembangan dan pemberdayaan lembaga pengujian mutu barang; dan 4.) Penelitian dan pengembangan teknologi pengujian dan standar mutu
barang dan/atau jasa serta penerapannya.
2. Pengawasan
Pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapan ketentuan peraturan perundang-undangannya diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.79
Dalam penjelasan umum Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen, disebutkan bahwa perlindungan konsumen dilakukan secara bersama oleh pemerintah, masyarakat dan LPKSM, mengingat banyak ragam jenis barang dan/atau jasa yang beredar di pasar serta luasnya wilayah Indonesia. Pengawasan oleh pemerintah meliputi sebagai berikut :80
1.) Pengawasan oleh pemerintah dilakukan terhadap pelaku usaha dalam memenuhi standar mutu produksi barang dan/atau jasa, pencantuman label dan klausula baku, promosi, pengiklanan, serta pelayanan purnajurnal barang dan/atau jasa. (catatan : pelayanan purna jurnal yang dimaksud
79
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Op.Cit., hal 183. 80
adalah pelayanan yang dilakukan oleh pelaku usaha terhadap konsumen, seperti adanya jaminan atau garansi);
2.) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam proses produksi, penawaran, promosi, pengiklanan dan penjualan barang dan/atau jasa;
3.) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat
disebarluaskan kepada masyarakat;
4.) Ketentuan mengenai tata cara pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh menteri dan atau menteri terkait bersama-sama atau sendiri-sendiri sesuai dengan bidang tugas masing-masing.