• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pendampingan Orang Tua terhadap Belajar Pendidikan Agama Katolik Siswa-siswi Kelas IV SD Kanisius Wirobrajan

KAJIAN PUSTAKA

D. Peran Pendampingan Orang Tua terhadap Belajar Pendidikan Agama Katolik Siswa-siswi Kelas IV SD Kanisius Wirobrajan

Keluarga merupakan tempat pertumbuhan dan perkembangan anak. Dari orang tua anak mulai dan mendapat pendidikan yang pertama dan utama, dan mulai mengalami perhatian dan kasih sayang. Perhatian dan kasih sayang dari orang tua ini merupakan tanda bagi anak-anak yang dikasihi Allah. Anak adalah milik Tuhan, diserahkan sepenuhnya kepada orang tua untuk mengasuh dan mendidik mereka, orang tua dipanggil pada suatu tanggung jawab baru. Tanggung jawab ini harus diterima sebagai anugerah dari terindah dari Allah yang harus di jaga dan diperlihara sesuai dengan anak seusia mereka.

1. Orang Tua Menjadi Teladan

Pendidikan yang pertama berasal dari orang tua di mana anak harus diutamakan. Orang tua adalah teladan bagi anak-anaknya dan orang tua adalah pelaku yang pertama dan utama dalam pendidikan anak, baik pendidikan iman maupun pendidikan intelektual. Hubungan orang tua dan anak harus terjalin dengan baik. Orang tua sebagai teladan anak dapat membangun relasi yang dekat dengan anak, maka hubungan orang tua dan anak menjadi satu kesatuan. Maka di sinilah orang tua sebagai pengajaranya harus memahami pelajaran yang

hendaknya menuntun anak seumur hidup yakni: pelajaran tentang sikap penghargaan, penghormatan, pengendalian diri, sikap kejujuran dan kebersamaan. Orang tua harus menjadi contoh yang baik karena segala sesuatu yang dilakukan orang tua ditiru oleh anak tanpa ditanya terlebih dahulu.

2. Orang Tua sebagai Fasilitator

Orang tua yang baik adalah orang tua yang mampu melihat kebaikan dan keburukan anaknya. Untuk itu orang tua hendak memperhatikan cara bergaul sang anak, dengan siapa bergaul, bagaimana luas pergaulannya. Dengan maksud bukan membatasi anak dalam bergaul namun diharapkan impian melihat anak sukses mengarungi kehidupan tanpa mengalami kesalahan dalam pergaulan baik di keluarga, sekolah dan masyarakat luar sesuai dengan kenyataan. Orang tua selalu ada di samping anak untuk membantu anak dalam menyelesaikan segala masalah anak, memberi pujian kepada anak atas perestasi yang diraih oleh anak dan merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam diri anak misalnya: ulang tahun. Orang tua sebagai fasilitator untuk membantu anak dalam bertumbuh dan berkembang, bukan untuk menghalangi anak dalam bertumbuh dan berkembang.

3. Orang Tua Mengikuti Perkembangan anak

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting. Apabila pendidikan dalam keluarga ini baik maka pendidikan selanjutnya kemungkinan besar akan berhasil. Membimbing anak sangat membutuhkan kesabaran yang tinggi bagi orang tua untuk dapat melakukan peran orang tua dalam pendampingan. Selain itu orang tua juga mempunyai tanggung jawab

membantu perkembangan sikap, nilai, kebiasaan, dan keterampilan serta memotivasi anak dalam belajar. Orang tua harus selalu ada di samping anak untuk melihat perkembangan anak baik secara fisik, jamani maupun moral. Dalam belajar Pendidikan Agama Katolik orang tua tidak hanya bekerja sendiri, tetapi harus bekerja sama dengan guru, supaya anak-anak dapat berkembang sesuai dengan umur dan taraf pertumbuhannya, bukan hanya menghayati hal-hal keagamaan pada umumnya, melainkan juga dalam mengalami nilai-nilai manusiawi yang terdapat dalam belajar Pendidikan Agama Katolik. Nilai-nilai manusiawi misalnya: kebersamaan, saling menghormati, kemampuan unutk minta ampun dan memberi ampun ungkapan terima kasih, mengikuti perayaan Ekaristi. Pendidikan juga akan membantu mereka menjadi orang-orang yang bebas sehingga mereka dapat mengambil bagian di dalam perjuangan mewujudkan kehadiran nilai-nilai agama dan nilai-nilai manusia di tengah-tengah kehidupan mereka.

4. Orang Tua Menjadi Saksi Iman

Peran orang tua pertama-tama adalah menjadi saksi iman, berarti lebih dari hanya berbicara tentang agama Katolik atau memberi pengajaran tentang pelbagi segi tentang Kristus, agama dan hidup Kristiani. Menjadi saksi iman berarti mengarah kepada kenyataan hidup dan kebenarannya. Orang tua tidak cukup hanya berbicara tentang iman tetapi orang tua harus memberi kesaksian hidup yang baik bagi anak-anak. Orang tua menunjukkan hal ini lewat sikap dan tindakan, misalnya orang tua menyuruh anak mulai aktif dalam Gereja, orang tua harus mendampingi anak untuk ke Gereja dan sampai di gereja berdoa karena

anak dalam usia ini mulai mengungkapkan permohonan mereka kepada Allah secara spontan. Jadi mendorong anak untuk melakukan hal itu orang tua harus menjadi teladan. Bernad (1992: 13) dalam buku Iman Keluarga-Keluarga Kristiani menyebutkan bahwa:

Salah satu yang tiada tara karyanya yang dapat diberikan oleh orang tua kepada anaknya adalah cinta kasih mereka satu sama lain. Jika anak-anak menjadi besar dalam suasana cinta kasih di rumah mereka dapat bertumbuh dan berkembang menjadi orang-orang yang utuh. Mereka dapat dipenuhi dengan cinta kasih antara orang tua harus juga meluaskan kepada anak-anaknya, dengan demikian mereka sungguh-sungguh saling mencintai.

Maka di sinilah orang tua sebagai pengajarnya, mereka harus memahami pelajaran yang hendaknya menentukan nilai seumur hidupnya yakni: pelajaran tentang sikap penghargaan, penghormatan, pengendalian diri, sikap kejujuran dan sikap kebenaran. Pendidikan dalam keluarga merupakan tempat yang utama dalam pendidikan. Maka Orang tua harus menanamkan nilai-nilai yang baik dalam diri anak yakni mendampingi belajar anak-anaknya di rumah agar mereka terdidik dan terlatih dalam belajar. Dengan pendampingan orang tua, anak menjadi termotivasi dan semangat dalam belajar PAK dan dapat mewujudkan imannya dalam sikap dan tingkah laku kehidupan sehari-hari. Misalnya: anak memiliki sikap jujur, tanggung jawab, belajar saling menghormati satu sama lain, mempunyai sikap belas kasih, peka dan peduli pada sesama.

BAB III