• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pengembangan Profesionalisme Guru terhadap Kinerja Guru Guru

C. Peran Pengembangan Profesionalisme Guru terhadap Kinerja Guru

Kinerja ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya yaitu: pengembangan pofesionalisme guru. Pengembangan profesionalisme guru di lingkungan pendidikan diarahkan pada kualitas profesional, penilaian kinerja secara obyektif, transparan dan akuntabilitas, serta memotivasi untuk meningkatkan kinerja dan prestasi. Pengembangan profesi guru pada dasarnya adalah peningkatan kualitas kompetensi guru. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Ke empat aspek tersebut harus dimiliki oleh seorang guru.

Profesionalisme guru memiliki beberapa karakteristik diantaranya komitmen yang kuat terhadap profesi/karier, bertanggungjawab, terbuka menerima ide-ide baru, komitmen pekerjaan, konsisten terhadap setiap orang, berperilaku pendidik, reward, dan memiliki kode etik. Selain itu, profesionalisme guru memiliki karakteristik, profesionalisme guru juga memiliki faktor-faktor, latar belakang pendidikan, rasa tanggungjawab

kepada seluruh peserta didik, pengalaman belajar, mencintai profesi guru. Pengembangan profesi guru merupakan hal penting untuk diperhatikan guna mengantisipasi perubahan dan besarnya tuntutan dalam profesi guru, terutama penekanan pada penguasaan ilmu pengetahuan. Pengembangan profesionalisme telah dilakukan secara cukup memadai. Pengembangan profesionalisme guru dilaksanakan melalui kegiatan sertifikasi guru, PKG (Pusat Kegiatan Guru), MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), maupun KKG (Kelompok Kerja Guru).

Walaupun sudah mengikuti berbagai pengembangan profesionalisme guru dan kegiatan KKG, namun terkadang ada guru yang masih memiliki kekurangan atau menemui kesulitan dalam mengembangkan kegiatan belajar-mengajar secara lebih baik.

Menurut Purwanto (2004), dalam rangka meningkatkan profesionalismenya, guru harus selalu berusaha untuk melakukan lima hal. Pertama, memahami tuntutan standar profesi yang ada. Hal ini harus ditempatkan pada prioritas yang utama karena: 1. Persaingan global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru lintas negara. 2. Sebagai profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan profesi secara global, dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan yang lebih baik. Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belajar secara terus menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mendengar dan melihat perkembangan baru di bidangnya. Kedua, mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan. Dengan

dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka guru memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh melalui in-service training dan berbagai upaya lain untuk memperoleh sertifikasi. Ketiga, membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi. Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan guru dengan membina jaringan kerja atau networking. Guru harus berusaha mengetahui apa yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang sama atau bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui networking inilah guru memperoleh akses terhadap inovasi-inovasi di bidang profesinya. Keempat, mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada kostituen. Di zaman sekarang ini, semua bidang dan profesi dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Guru pun harus memberikan pelayanan prima kepada konstituennya yaitu siswa, orang tua dan sekolah sebagai stakeholder. Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik yang didanai, diadakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik. Kelima, mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan dalam kemampuannya mengelola pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan media dan ide-ide baru bidang teknologi pendidikan seperti

media presentasi, komputer (hard technologies) dan juga pendekatan-pendekatan baru bidang teknologi pendidikan (soft technologies). Beberapa upaya di atas tentu saja tidak akan dapat berjalan jika tidak dibarengi dengan upaya yang nyata untuk menjadikan guru menjadi sebuah profesi yang menjanjikan artinya kesejahteraan guru memang harus ditingkatkan. Pihak-pihak yang harus memberikan dukungannya tersebut adalah organisasi profesi seperti PGRI, pemerintah dan juga masyarakat.

Suatu kegiatan pengembangan profesionalisme dikatakan berhasil apabila peserta memperoleh manfaat seefektif mungkin dari kegiatan tersebut. Faktor yang menentukan keberhasilan PPG (Pengembangan Profesionalisme Guru) ialah minat dan semangat pesertanya. Para peserta memiliki minat dan semangat yang tinggi jika mereka menyadari bahwa kegiatan yang diikutinya dapat memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan profesinya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Kinerja seorang guru dapat dilihat dari prestasi yang diperoleh oleh seorang guru, bagaimana seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran serta memberikan tindak lanjut dari evaluasi pembelajaran, dan hasil kerja yang diperoleh oleh seorang guru.

Menurut Saondi (2010) bahwa pengembangan profesionalime guru berhubungan dengan kinerja guru karena memperkuat kemampuan profesional guru dalam melaksanakan pekerjaan. Pola pengembangan profesi yang dapat dilakukan antara lain (1) program tugas belajar, (2) program sertifikasi, dan (3) penataran atau workshop. Pengembangan seperti ini mampu menempatkan guru dalam bekerja secara baik. Karena sangat tidak mungkin seorang guru yang memiliki pengetahuan yang sempit dapat menghasilkan dan memberikan pencerahan kepada siswa yang lebih baik. Jika seorang guru memiliki pendidikan yang baik maka ada kemungkinan dalam bekerja akan selalu mempertahankan dan memperhatikan profesionalismenya karena akan merasa malu dengan guru yang lain yang berpendidikan lebih rendah tetapi kinerjanya lebih baik. Perasaan ini memupuk dan memacu guru untuk lebih baik dalam bekerja. Guru yang mempunyai profesionalisme tinggi akan melaksanakan tugasnya dengan kemampuan tinggi dan motivasi yang tinggi. Dengan profesionalisme yang tinggi diharapkan mampu dan terampil dalam memperbaiki prestasi akademis siswa dan memberi dorongan semangat belajar bagi peserta didiknya. Oleh karena itu, guru harus mempunyai visi yang tepat dengan aksi inovatif dan mandiri. Guru dengan inovasi yag tepat berarti guru yang memiliki pandangan dalam pembelajaran yaitu : (a) pembelajaran merupakan jantung dalam proses pendidikan; (b) pembelajaran tidak akan menjadi baik dengan sendirinya, melainkan melalui proses inovasi tertentu; dan (c) harus dilaksanakan atas dasar

pengabdian. Di samping itu guru dengan visi yang tepat dapat diartikan sebagai sesuatu yang dinamis yaitu harapan yang akan dicapai pada masa mendatang. Dengan keprofesionalan guru yang tinggi diharapkan akan menghasilkan kinerja guru yang baik.

Hal ini didukung oleh penelitian Nanik Sulistyawati (2016) yang menyatakan bahwa adanya hubungan positif antara profesionalisme guru terhadap kinerja guru dimana dijelaskan bahwa semakin tinggi profesionalisme guru maka semakin tinggi kinerja guru.

Banyak pengalaman yang penulis peroleh baik pada saat mengajar maupun di luar jam pelajaran. Latihan mengajar ini banyak memberikan masukan kepada penulis tentang proses belajar mengajar di kelas, bukan sekedar teori tetapi langsung terjun ke lapangan dan merasakan langsung proses belajar mengajar sesungguhnya. Salah satu di antaranya yaitu siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga penulis dituntut untuk mengelola kelas secara baik. Selama latihan mengajar penulis menemukan beberapa kesulitan terutama yang berhubungan dengan siswa. Penulis mengalami kesulitan terutama dalam mengelola kelas. Hal ini terjadi karena adanya beberapa siswa yang memiliki minat belajar yang kurang sehingga mereka tidak memperhatikan dan akibatnya suasana kelas menjadi tidak kondusif. Oleh karena itu, penulis mengatasi hal tersebut dengan cara memilih model pembelajaran yang melibatkan semua siswa harus aktif di dalam kelas. Dalam pembuatan model pembelajaran penulis dituntut untuk membuat RPP yang di dalam berisi

tentang kompetensi dasar, indikator, tujun pembelajaran, model pembelajaran dan materi yang akan diajarkan di dalam kelas. Apabila sudah terlaksana dengan baik, penulis akan melakukan pengecekan apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai dengan baik atau belum dengan cara melakukan penilaian kepada siswa mengenai materi terkait. Kemampuan dalam melihat diri dan persoalan di kelas membantu penulis untuk menentukan apa yang akan dilakukan demi semakin baiknya proses pembelajaran. Hal ini pun akhirnya dapat membantu penulis untuk mengembangkan sikap profesionalisme sebagai calon guru.

29 BAB III

Dokumen terkait