• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU TUGAS AKHIR"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

i

PROGRAM PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh Rifka Erpiana NIM: 131324009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

iv

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan hasil karyaku ini untuk:

Tuhan Yang Maha Esa yang selalu menuntun dan memberikan kasih sayang berlimpah di dalam setiap langkah hidupku. Kedua orang tua ku Bapak Susanto Ibu Sri Mukti, serta Adik-adikku Yerikho Deni Nugroho dan Paula Adinata atas bimbingan, kasih sayang, dukungan, dan doa selama ini. Dosen pembimbing yang telah sabar membimbing saya selama menyelesaikan tugas akhir ini

(3)

v MOTTO

SUKSES TIDAKLAH SELAMANYA, DAN KEGAGALAN BUKAN BERARTI HAL YANG FATAL

(DHON SHULA)

JANGAN TERLALU CEPAT MENYERAH, KARENA YANG NAMANYA KESEMPATAN ITU PASTI AKAN DATANG

AKHIR SUATU HAL, LEBIH BAIK DARIPADA AWALNYA, PANJANG SABAR LEBIH BAIK DARIPADA TINGGI HATI

(4)

viii ABSTRAK

PROGRAM PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

Rifka Erpiana Universitas Sanata Dharma

2019

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah menjelaskan peran profesionalisme guru sebagai upaya peningkatan kinerja guru. Penulisan makalah ini didasarkan pada studi pustaka yang membahas mengenai profesionalisme guru dan peningkatan kinerja guru.

Hasil studi pustaka dapat diringkas sebagai berikut: 1) pengembangan profesi guru merupakan proses kegiatan dalam rangka mengembangkan kemampuan professional guru dengan tuntutan pendidikan dan pengajaran; 2) kinerja guru merupakan kemampuan guru dalam menunjukkan kecakapan atau kompetensi yang dimilikinya dalam dunia kerja yang sebenarnya; dan 3) pengembangan profesionalisme guru berhubungan dengan kinerja guru, jika seorang guru yang mempunyai profesionalisme tinggi akan melaksanakan tugasnya dengan kemampuan tinggi dan motivasi yang tinggi.

(5)

ix ABSTRACT

TEACHER PROFESSIONALIS DEVELOPMENT PROGRAM AS AN EFFORT TO IMPROVE TEACHER PERFORMANCE

Rifka Erpiana Sanata Dharma University

2019

The purpose of this paper is to explain the role of teacher professionalism as an effort to improve teacher performance. This paper is written based on literature study that discusses about teacher professionalism and teacher performance improvement.

The results of literature study can be summarized as follows: 1) teacher professional development program is a process of activities in order to develop the teacher profesional abilities to meet with the demands of education and teaching standard; 2) teacher performance is the teacher ability to demonstrate their skills or competencies in the real world of work; and 3) the development of teacher professionalism is related to teacher performance; if teacher had high professionalism,it will carry out his duties with high ability and high motivation.

(6)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Batasan Masalah...6 C. Rumusan Masalah ... 7 D. Tujuan Penelitian ... 7 E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIK ... 8

A. Pengembangan Peofesionalisme Guru...8

(7)

xiii

C. Peran Pengembangan Profesionalisme Guru terhadap Kinerja Guru...22

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN...29

A. Kesimpulan... 29

B. Saran ... 30

(8)

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Kemajuan suatu bangsa tidak dapat lepas dari sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. Baik buruknya kualitas sumber daya manusia yang ada menjadi tolok ukur majunya perkembangan suatu bangsa. Adapun kualitas sumber daya manusia dipengaruhi oleh baik tidaknya sistem pendidikan yang ada. Oleh kerenanya pemerintah, baik daerah maupun pusat perlu menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, guru memiliki peran penting dalam pendidikan. Bahkan sumber daya pendidikan lain yang memadai sering kali kurang berarti apabila tidak disertai dengan kualitas guru yang memadai. Dengan kata lain guru merupakan ujung tombak dalam upaya peningkatan kualitas layanan dan hasil pendidikan.

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa guru adalah tenaga pendidik profesional. Guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana Strata Satu (S1) yang relevan dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran. Hal tersebut juga tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 8, disebutkan bahwa Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani

(9)

dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Sekalipun tuntutan kompetensi guru sangat jelas dinyatakan dalam perundang-undangan namun kenyataan di lapangan menunjukkan fakta yang kurang menggembirakan. Menurut Balitbang Depdiknas, pada tahun 2017/2018, guru-guru yang layak mengajar di tingkat SMP ternyata hanya 28,47%, dan untuk SMA 9,36%. Mengacu pada keadaan tersebut maka perlu diadakan program pengembangan profesionalisme bagi guru yang belum layak mengajar supaya kinerja dan mutu mengajar guru lebih baik. Selain itu, data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pada tahun 2017/2018 persentase guru berkualifikasi minimal S1 pada Satuan Tingkat Pendidikan di tingkat SMP sebanyak 92,11% dan di tingkat SMA dan SMK sebanyak 95,47%. Jika kualifikasi guru rendah, maka mereka akan sulit dan/atau kalah berkompetisi dengan guru yang lebih berkualitas, sehinga berakibat pada hilangnya kesempatan untuk meningkatkan kompetensi mereka.

Pemberdayaan terhadap mutu guru perlu dilakukan secara terus menerus, dan berkelanjutan agar profesionalitas guru dapat meningkat. Profesionalitas adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang serta menjadi sumber kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu norma tertentu serta memerlukan pendidikan serta profesi (UU RI No 14 Tahun 2005 Guru dan Dosen). Guru Profesional adalah guru yang mampu mengolah dirinya sendiri dalam

(10)

melaksanakan tugas sehari-hari. Glickman dalam Darmansiah (2008) menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara profesional bilamana orang tersebut memiliki kemampuan (ability) dan kinerja. Maksudnya seseorang akan bekerjasama profesional bilamana memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan dengan sebaik-baiknya.

Kinerja berkaitan erat dengan apa yang guru lakukan di dalam kelas dan bagaimana hal itu berpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa. Berdasarkan pandangan ini, yang dimaksud dengan kinerja guru adalah perilaku yang terkait dengan aktivitas mengajar yang dijalankan oleh seorang guru di dalam kelas. Kesungguhan dan kontribusi maksimal guru-guru di dalam melaksanakan tugas akan terlihat dengan sangat jelas pada prestasi belajar para siswa. Grounlud dalam bukunya “human competence

engineering worthly performance” memberikan pendapatnya seperti yang

dikutip oleh arif rahman (1997; 26) “kinerja merupakan penampilan perilaku kerja yang ditandai oleh keluwesan gerak, ritme, dan urutan kerja yang sesuai dengan prosedur sehingga diperoleh hasil yang memenuhi syarat kualitas, kecepatan dan jumlah”. Sejalan dengan itu pula, Smith (2003: 292) mengatakan bahwa kinerja merupakan “output derive processes, human or

other wise.” Jadi kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses.

Supaya kinerja guru dapat terwujud seperti yang diharapkan, diperlukan seorang kepala sekolah yang tangguh dan memiliki visi yang jelas tentang tujuan semua kegiatan yang dilaksanakan di sekolah. Apabila kepala sekolah menjalankan tugas kepemimpinan secara efektif, guru akan merasa

(11)

terdorong untuk memberikan kontribusi nyata dalam usaha merealisasikan visi dan misi sekolah (Gibson, Ivancevich, & Donnely, 1992).

Kepemimpinan kepala sekolah adalah kemampuan dari seorang kepala sekolah dalam mempengaruhi dan menggerakkan bawahan dalam suatu tujuan pendidikan. Fungsi dan tugas utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan ialah menciptakan situasi belajar mengajar yang nyaman sehingga guruguru dapat mengajar dengan maksimal dan murid -murid dapat belajar dengan baik. Dalam melakukan fungsi tersebut, kepala sekolah memiliki tanggungjawab ganda yaitu melaksanakan administrasi sekolah sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang baik, dan melaksanakan supervisi sehingga kemampuan guru-guru meningkat dalam membimbing peserta didik.

Upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru dilakukan dengan meningkatkan kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar mulai tingkat persekolahan sampai perguruan tinggi. Program penyetaraan Diploma II bagi guru-guru SD, Diploma III bagi guru-guru SLTP dan Strata I (sarjana) bagi guru-guru SLTA. Meskipun demikian penyetaraan ini tidak bermakna banyak, kalau guru tersebut kurang memiliki daya untuk melakukan perubahan.

Selain sertifikasi upaya lain yang telah dilakukan di Indonesia untuk meningkatkan profesionalisme guru, misalnya dengan mengaktifkan PKG (Pusat Kegiatan Guru), MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), maupun KKG (Kelompok Kerja Guru) yang memungkinkan para guru untuk berbagi

(12)

pengalaman dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam kegiatan mengajarnya.

Dalam proses profesionalisme, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan termasuk penataran, pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadap profesi keguruan, penegakan kode etik profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas calon guru dan kesejahteraan secara bersama-sama menentukan pengembangan profesionalisme. Dengan demikian usaha meningkatkan profesionalisme guru merupakan tanggung jawab bersama antara LPTK sebagai penghasil guru, instansi yang membina guru (dalam hal ini Depdiknas atau yayasan swasta), PGRI, dan masyarakat.

Dari beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah di atas, faktor yang penting agar guru-guru dapat meningkatkan kualifikasi dirinya yaitu dengan menyetarakan banyaknya jam kerja dengan gaji guru. Program apapun yang akan diterapkan pemerintah tetapi jika gaji guru rendah, jelaslah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya guru akan mencari pekerjaan tambahan untuk mencukupi. Tidak heran kalau guru-guru di negara maju kualitasnya tinggi atau dikatakan profesional, karena penghargaan terhadap jasa guru sangat tinggi. Mustofa (2001) dijelaskan bahwa di Inggris dan Wales untuk meningkatkan profesionalisme guru pemerintah mulai memperhatikan pembayaran gaji guru di seimbangkan dengan beban kerjanya.

Guru yang mempunyai profesionalisme tinggi akan melaksanakan tugasnya dengan kemampuan tinggi dan motivasi yang tinggi. Dengan

(13)

profesionalisme yang tinggi diharapkan mampu dan terampil dalam memperbaiki prestasi akademis siswa dan memberi dorongan semangat belajar bagi peserta didiknya. Oleh karena itu, guru harus mempunyai visi yang tepat dengan aksi inovatif dan mandiri.

Guru dengan inovasi yag tepat berarti guru yang memiliki pandangan tentang pembelajaran, sebagai berikut : (a) pembelajaran merupakan jantung dalam proses pendidikan; (b) pembelajaran tidak akan menjadi baik dengan sendirinya, melainkan melalui proses inovasi tertentu; dan (c) harus dilaksanakan atas dasar pengabdian. Di samping itu guru dengan visi yang tepat dapat diartikan sebagai sesuatu yang dinamis, yaitu harapan yang akan dicapai pada masa mendatang. Dengan keprofesionalan guru yang tinggi diharapkan akan menghasilkan kinerja guru yang baik.

Berdasarkan uraian di atas penulis ingin memaparkan tentang peran program pengembangan profesionalisme guru (PPPG) sebagai upaya peningkatan kinerja guru.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan kajian tentang program pengembangan profesionalisme guru (PPPG) sebagai upaya peningkatan kinerja guru yang sangat luas, maka perlu adanya pembatasan masalah supaya tujuan dari penulisan dapat berfokus dan terarah. Adapun masalah tersebut adalah: peran program pengembangan profesionalisme guru sebagai upaya peningkatan kinerja guru.

(14)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah di atas mengenai program pengembangan profesionalisme guru sebagai upaya peningkatan kinerja guru, maka rumusan masalah tersebut adalah: Bagaimana peran program pengembangan profesionalisme guru dalam meningkatkan kinerja guru?

D. Tujuan Masalah

Penulisan ini dilakukan dengan tujuan: menjelaskan peran program pengembangan program profesionalisme guru dalam meningkatan kinerja guru.

E. Manfaat Masalah

Tulisan ini diharapkan memberi manfaat bagi beberapa pihak, yaitu: 1. Bagi Penulis

Menambah wawasan mengenai peran program pengembangan profesionalisme guru dalam meningkatkan kinerja guru.

2. Bagi Pihak Lain a. Peneliti

Memperoleh informasi mengenai pengertian, unsur-unsur, faktor-faktor tentang program pengembangan profesionalisme guru, pengertian kinerja guru, serta peran program pengembangan profesionalisme guru dalam meningkatkan kinerja guru.

(15)

8 BAB II

KAJIAN TEORETIK A. Pengembangan Peofesionalisme Guru

1. Pengertian Profesionalisme

Profesionalisme guru terdiri dari dua suku kata yang masing-masing mempunyai pengertian tersendiri, yaitu profesionalisme dan guru. Profesi juga diartika sebagai jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang insentif. Pengertian profesionalisme adalah pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya diperoleh melalui keahlian khusus. Jadi profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian.

Profesi guru adalah suatu bidang kemampuan yang menuntut keahlian dalam kerja. Adapun istilah profesional berasal dari profesion. Profesion mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus.

Dalam Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen disebutkan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang

(16)

memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standart mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Trianto (2010; 18-19) menyatakan bahwa profesional mempunyai makna ahli (expert), tanggung jawab (responsibility), baik tanggungjawab intelektual maupun moral dan memiliki kesejawatan. Adapun menurut Trianto (2010: 18-19) suatu jabatan profesional memiliki makna bahwa pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan tersebut menjadi sumber penghasilan kehidupan dan pekerjaan itu sendiri memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standart mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Menurut (Uno, 2009: 15) profesional adalah suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar profesi tersebut. Profesi atau jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang pendidikan.

Menurut Rice & Bishoprick (1971) dalam Ibrahim (2003), guru profesional adalah guru yang mampu mengolah dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari. Surya menyatakan profesionalisme adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru professional.

Sedangkan Glickman (1981) (dalam Ibrahim 2003) menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara profesional bilamana seseorang tersebut memiliki kemampuan (ability) dan motivasi (motivation). Ini berarti bahwa seseorang akan bekerja secara profesional bilamana

(17)

memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan pekerjaan atau profesinya dengan sebaik-baiknya. Tetapi seseorang tidak akan bekerja secara profesional jika hanya memenuhi salah satu persyaratan di atas.

2. Karakteristik Guru yang Profesional

Untuk menjadikan pendidikan yang berkualitas dibutuhkan pendidik yang profesional. Pekerjaan profesional pada dasarnya merupakan panggilan jiwa, tanggungjawab moral, tanggungjawab sosial dan tanggungjawab keilmuan. Oleh karena itu, terkadang guru lebih mengutamakan panggilan dan tanggungjawab dari pada gaji/upah yang diterima. Maka dari itu, guru berhak mendapat penghargaan yang layak sesuai dengan keprofesionalan yang ditunjukkan dalam bekerja menyumbangkan pengabdiannya terhadap lingkungan atau pengguna pendidikan. Mukthar & Samsu (2003) memperinci lima karakteristik profesi, yaitu: a) mempunyai basis sistematik teori, b) terwujud dan dapat menjadi jaminan untuk praktik dan bekerja dilapangan, di mana dilengkapi dengan fakta-fakta lapangan yang dapat dilihat dan ditunjukkan kepada publik sebagai suatu jaminan pengaturan serta dapat digambarkan sebagai profesi; c) karakteristik diidentifikasikan sebagai adanya suatu sanksi komunitas dan institusi atas pelanggaran profesi yang dilakukan; d) kode etik; dan e) budaya dari berbagai profesi.

Menurut Muktar & Samsu (2003) ada sembilan karakteristik guru yang profesional, yaitu: memiliki komitmen yang kuat terhadap

(18)

profesi/karier, bertanggungjawab, terbuka dalam menerima ide-ide baru, komitmen terhadap pekerjaan, konsisten terhadap setiap orang, berperilaku pamong, berorientasi terhadap pelayanan pelanggan, orientasi terhadap

reward, dan memiliki kode etik. Disamping itu mereka adalah pribadi

yang dimiliki sejumlah kemampuan dan kreativitas untuk: a) mengembangkan norma kolaborasi; b) mampu bekerja sama dalam masyarakat; c) mampu berdedikasi tentang strategi baru; d) mampu menyelesaikan masalah; e) mampu mengajar; f) mampu mengumpulkan masalah; g) mampu mencari dan melihat masalah sekaligus meningkatkan kemampuan pribadi untuk menanganinya; h) mampu menghadapi setiap manusia yang berbeda; i) mampu meningkatkan strategi pengendalian risiko di antara seprofesi; j) mampu melihat problem; k) mampu saling mendorong dan memberikan bantuan pada setiap penyelesian masalah; l) memiliki taggungjawab moral, dan m) memiliki tanggungjawab keilmuan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik/dimensi keprofesionalan guru meliputi: komitmen/konsistensi, tanggung jawab, keterbukaan, orientasi,

reward/punishiment, dan kemampuan/kreativitas.

3. Faktor yang Mempengaruhi Profesionalisme Guru

Menurut Danil (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru sebagai berikut:

(19)

Sangat penting bagi para guru memiliki latar belakang pendidikan menjadi salah satu syarat utama seorang guru untuk menjadi pendidik. Memiliki latar belakang pendidikan guru dapat mentransfer ilmu dan pengalaman kepada peserta didik.

b. Memiliki rasa tanggungjawab kepada seluruh peserta didik

Memiliki rasa tanggung jawab terhadap peserta didik membuat para guru tidak akan bertindak seenaknya.

c. Memiliki pengalaman belajar

Kemampuan seorang guru dalam menjalankan tugasnya tidak terlepas dari pengalaman mengajar. Apabila sudah memiliki pengalaman mengajar, guru bisa mengatasi masalah-masalah yang muncul ketika proses pembelajaran berlangsung. Demikian juga sebaliknya, apabila guru yang kurang memiliki pengalaman mengajar maka guru tersebut tidak mampu mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam proses pembelajaran.

d. Mencintai profesi guru

Rasa cinta guru terhadap profesi sangat penting. Rasa cinta tumbuh dari naluri kemanusiaan dan rasa cinta akan mendorong individu untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dan pengorbanan. Dalam melakukan sesuatu akan lebih berhasil (seperti melakukan perubahan di sekolah) apabila disertai dengan adanya mencintai terhadap apa yang dilakukannya.

(20)

4. Pengembangan Profesionalisme Guru

Profesionalisme bukan hanya sekedar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih mengutamakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi suatu tingkah laku yang dipersyaratkan Maister (1997). Sedangkan menurut Gaffar (1987:126) konsep pengembangan professional mengandung dua arti, yaitu (1) dikaitkan dengan usaha peningkatan kemampuan professional yang dapat dilakukan secara independen pada tingkat sekolah oleh individu masing-masing dan (2) dikaitkan dengan jenjang karir kepegawaian dan ini harus dipolakan dari tingkat yang lebih tinggi.

Pembinaan ber kaitan dengan fungsi dan usaha untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna manusia dalam suatu proses kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Pembinaan professional adalah usaha memberi bantuan kepada guru untuk memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan mengajar, dan menumbuhkan sikap professional sehingga para guru lebih ahli dalam mengelola KBM dalam membelajarkan anak didik.

Senada dengan pendapat di atas, Ahmad (1995:25) menyatakan bahwa sasaran pembinaan profesional guru, meliputi: (1) perencanaan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan strategi belajar efektif, (2) mengelola kegiatan belajar mengajar yang menantang dan menarik, (3) menilai kemajuan belajar siswa, (4) memberikan umpan balik, (5)

(21)

membuat dan menggunakan alat Bantu belajar mengajar, (6) memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dan media pengajaran, (7) membimbing dan melayani siswa yang mengalami kesulitan belajar, (8) mengelola kelas sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif, dan (9) menyusun dan mengelola catatan kemajuan anak.

Dengan demikian, pembinaan professional guru adalah makna perbaikan kelemahan, yang dilakukan kepada bawahan (termasuk guru) dan mengacu kepada kepentingan organisasi. Pembinaan profesional guru mengacu pada tugas dan tanggung jawab untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.

B. Kinerja Guru

1. Pengertian Kinerja

Kinerja (prestasi kerja) merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan (Mangkunegara, 2000). Kinerja (prestasi kerja) merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu (Hasibuan, 2001). Kinerja guru adalah hasil kerja yang erat kaitannya dengan pelaksanaan tugas sebagai guru profesional. Kinerja guru merupakan kemampuan guru dalam menunjukkan kecakapan atau kompetensi yang dimilikinya dalam dunia kerja yang sebenarnya. Menurut Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005

(22)

menyatakan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 menyatakan kompetensi-kompetensi menjadi guru yaitu:

1) Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi Pedagogik adalah:

a) Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi memahami peserta didik dengan memamfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.

b) Merancang pembelajaran,termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran yang meliputi memahmi landasan pendidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin

(23)

dicapai, dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

c) Melaksanakan pembelajaran yang meliputi menata latar ( setting) pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

d) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara

berkesinambungan denga berbagai

metode,menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level), dan memamfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.

e) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya meliputi memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasipeserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.

2) Kompetensi Kepribadian

Kompetensi Kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian meliputi :

(24)

a) Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

b) Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etod kerja sebagai guru.

c) Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemamfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

d) Kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadappeserta didik dan memiliki perilaku yangh disegani.

e) Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputibertindak sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

3) Kompetensi Profesional

Kompetensi Profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan

(25)

terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Kompetensi kepribadian meliputi:

a) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung pelajaran yang dimampu. b) Mengusai standar kompentensi dan kompetensi dasar

mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu. c) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu

secara kreatif.

d) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. e) Memanfaatkan TIK untuk berkomunikasi dan

mengembangakan diri. 4) Kompetensi Sosial

Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi social meliputi:

a) Bersikap inkulif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial keluarga.

(26)

b) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.

c) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah RI yang memiliki keragaman social budaya.

d) Berkomunikasi dengan lisan maupun tulisan.

Kinerja guru adalah segala hasil dari usaha guru dalam mengantarkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan, yang meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut tugasnya sebagai guru. Tugas profesional seorang guru mencakup kegiatan mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi pesrta didik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Kinerja seorang guru dapat dilihat dari prestasi yang diperoleh oleh seorang guru, bagaimana seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran serta memberikan tindak lanjut dari evaluasi pembelajaran, dan hasil kerja yang diperoleh oleh seorang guru. 5) Faktor yang mempengaruhi kinerja guru

Faktor yang memberikan pengaruh pada kinerja guru adalah motivasi, penghargaan, dan lingkungan kerja (Jelatik, 2015).

(27)

Faktor-faktor tersebut adalah sebagai dorongan untuk bekerja, tanggung jawab terhadap tugas, minat terhadap tugas, penghargaan terhadap tugas, peluang untuk berkembang, perhatian kepala sekolah atau pemimpin, hubungan interpersonal dengan semua guru, MGMP dan KKG, kelompok diskusi bimbingan dan layanan perpustakaan.Pertama, motivasi kerja guru adalah proses yang dilakukan untuk menggerakkan guru agar perilaku mereka dapat diarahkan pada upaya-upaya yang nyata untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Motivasi kerja guru dapat berupa tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugasnya, prestasi yang diraih, pengembangan diri, dan kemandirian dalam bertindak.

Kedua, penghargaan adalah proses timbal balik antara prestasi kerja dengan hasil yang didapatkan seseorang baik dalam hubungannya dengan penghargaan materi maupun penghargaan dalam bentuk penghormatan. Penghargaan materi dapat berupa intensif beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi bagi guru yang berhasil meraih prestasi, memberikan tunjangan profesi yang layak, memberikan THR, dan lain sebagainya. Sedangkan penghargaan penghormatan dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada guru berprestasi untuk melakukan tatap muka dengan pejabat terkait.

Ketiga, lingkungan kerja yang terdapat di dalam kelas dan di luar sekolah. Seorang guru akan merasa tidak nyaman apabila menjalankan tugas dengan baik jika suasana di dalam kelas kurang mendukung, misalnya ventilasi ruangan yang tidak optimal dapat menyebabkan ruang

(28)

kelas menjadi pengap. Sedangkan lingkungan luar berkaitan dengan terciptanya hubungan yang harmonis antara sekolah dengan lingkungan sekitarnya. Guru akan menjalankan tugasnya dengan maksimal apabila lingkungan di sekitar mendukung serta dukungan dari pihak-pihak terkait.

Penjelasan lain mengenai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja dijelaskan oleh Mulyasa. Menurut Mulyasa (2007: 227) sedikitnya terdapat sepuluh faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru, bukan faktor internal atau eksternal.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru menurut Risma & Sukanti (2012) yaitu: (1) faktor personal atau individual, (2) faktor kepemimpinan (3) faktor tim, (4) faktor sistem, dan (5) faktor kontekstual.

a. Faktor personal atau indvidual, meliputi unsur pengetahuan, keterampilan, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh tiap individu guru,

b. Faktor kepemimpinan, memiliki aspek kualitas manajer dan tim leader dalam memberikan dorongan, semangat, arahan,dan dukungan kerja kepada guru,

c. Faktor tim, meliputi dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim,

(29)

d. Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja yang diberikan oleh pimpinan sekolah, proses organisasi (sekolah) dan kultur kerja dalam organisasi (sekolah),

e. Faktor kontekstual (situasional). Meliputi tekanan dan perubahan lingkungan eksternal (sertifikasi guru) dan internal (motivasi kerja guru).

C. Peran Pengembangan Profesionalisme Guru terhadap Kinerja Guru

Kinerja ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya yaitu: pengembangan pofesionalisme guru. Pengembangan profesionalisme guru di lingkungan pendidikan diarahkan pada kualitas profesional, penilaian kinerja secara obyektif, transparan dan akuntabilitas, serta memotivasi untuk meningkatkan kinerja dan prestasi. Pengembangan profesi guru pada dasarnya adalah peningkatan kualitas kompetensi guru. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Ke empat aspek tersebut harus dimiliki oleh seorang guru.

Profesionalisme guru memiliki beberapa karakteristik diantaranya komitmen yang kuat terhadap profesi/karier, bertanggungjawab, terbuka menerima ide-ide baru, komitmen pekerjaan, konsisten terhadap setiap orang, berperilaku pendidik, reward, dan memiliki kode etik. Selain itu, profesionalisme guru memiliki karakteristik, profesionalisme guru juga memiliki faktor-faktor, latar belakang pendidikan, rasa tanggungjawab

(30)

kepada seluruh peserta didik, pengalaman belajar, mencintai profesi guru. Pengembangan profesi guru merupakan hal penting untuk diperhatikan guna mengantisipasi perubahan dan besarnya tuntutan dalam profesi guru, terutama penekanan pada penguasaan ilmu pengetahuan. Pengembangan profesionalisme telah dilakukan secara cukup memadai. Pengembangan profesionalisme guru dilaksanakan melalui kegiatan sertifikasi guru, PKG (Pusat Kegiatan Guru), MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), maupun KKG (Kelompok Kerja Guru).

Walaupun sudah mengikuti berbagai pengembangan profesionalisme guru dan kegiatan KKG, namun terkadang ada guru yang masih memiliki kekurangan atau menemui kesulitan dalam mengembangkan kegiatan belajar-mengajar secara lebih baik.

Menurut Purwanto (2004), dalam rangka meningkatkan profesionalismenya, guru harus selalu berusaha untuk melakukan lima hal. Pertama, memahami tuntutan standar profesi yang ada. Hal ini harus ditempatkan pada prioritas yang utama karena: 1. Persaingan global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru lintas negara. 2. Sebagai profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan profesi secara global, dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan yang lebih baik. Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belajar secara terus menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mendengar dan melihat perkembangan baru di bidangnya. Kedua, mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan. Dengan

(31)

dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka guru memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh melalui in-service training dan berbagai upaya lain untuk memperoleh sertifikasi. Ketiga, membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi. Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan guru dengan membina jaringan kerja atau networking. Guru harus berusaha mengetahui apa yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang sama atau bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui networking inilah guru memperoleh akses terhadap inovasi-inovasi di bidang profesinya. Keempat, mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada kostituen. Di zaman sekarang ini, semua bidang dan profesi dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Guru pun harus memberikan pelayanan prima kepada konstituennya yaitu siswa, orang tua dan sekolah sebagai stakeholder. Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik yang didanai, diadakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik. Kelima, mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan dalam kemampuannya mengelola pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan media dan ide-ide baru bidang teknologi pendidikan seperti

(32)

media presentasi, komputer (hard technologies) dan juga pendekatan-pendekatan baru bidang teknologi pendidikan (soft technologies). Beberapa upaya di atas tentu saja tidak akan dapat berjalan jika tidak dibarengi dengan upaya yang nyata untuk menjadikan guru menjadi sebuah profesi yang menjanjikan artinya kesejahteraan guru memang harus ditingkatkan. Pihak-pihak yang harus memberikan dukungannya tersebut adalah organisasi profesi seperti PGRI, pemerintah dan juga masyarakat.

Suatu kegiatan pengembangan profesionalisme dikatakan berhasil apabila peserta memperoleh manfaat seefektif mungkin dari kegiatan tersebut. Faktor yang menentukan keberhasilan PPG (Pengembangan Profesionalisme Guru) ialah minat dan semangat pesertanya. Para peserta memiliki minat dan semangat yang tinggi jika mereka menyadari bahwa kegiatan yang diikutinya dapat memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan profesinya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Kinerja seorang guru dapat dilihat dari prestasi yang diperoleh oleh seorang guru, bagaimana seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran serta memberikan tindak lanjut dari evaluasi pembelajaran, dan hasil kerja yang diperoleh oleh seorang guru.

(33)

Menurut Saondi (2010) bahwa pengembangan profesionalime guru berhubungan dengan kinerja guru karena memperkuat kemampuan profesional guru dalam melaksanakan pekerjaan. Pola pengembangan profesi yang dapat dilakukan antara lain (1) program tugas belajar, (2) program sertifikasi, dan (3) penataran atau workshop. Pengembangan seperti ini mampu menempatkan guru dalam bekerja secara baik. Karena sangat tidak mungkin seorang guru yang memiliki pengetahuan yang sempit dapat menghasilkan dan memberikan pencerahan kepada siswa yang lebih baik. Jika seorang guru memiliki pendidikan yang baik maka ada kemungkinan dalam bekerja akan selalu mempertahankan dan memperhatikan profesionalismenya karena akan merasa malu dengan guru yang lain yang berpendidikan lebih rendah tetapi kinerjanya lebih baik. Perasaan ini memupuk dan memacu guru untuk lebih baik dalam bekerja. Guru yang mempunyai profesionalisme tinggi akan melaksanakan tugasnya dengan kemampuan tinggi dan motivasi yang tinggi. Dengan profesionalisme yang tinggi diharapkan mampu dan terampil dalam memperbaiki prestasi akademis siswa dan memberi dorongan semangat belajar bagi peserta didiknya. Oleh karena itu, guru harus mempunyai visi yang tepat dengan aksi inovatif dan mandiri. Guru dengan inovasi yag tepat berarti guru yang memiliki pandangan dalam pembelajaran yaitu : (a) pembelajaran merupakan jantung dalam proses pendidikan; (b) pembelajaran tidak akan menjadi baik dengan sendirinya, melainkan melalui proses inovasi tertentu; dan (c) harus dilaksanakan atas dasar

(34)

pengabdian. Di samping itu guru dengan visi yang tepat dapat diartikan sebagai sesuatu yang dinamis yaitu harapan yang akan dicapai pada masa mendatang. Dengan keprofesionalan guru yang tinggi diharapkan akan menghasilkan kinerja guru yang baik.

Hal ini didukung oleh penelitian Nanik Sulistyawati (2016) yang menyatakan bahwa adanya hubungan positif antara profesionalisme guru terhadap kinerja guru dimana dijelaskan bahwa semakin tinggi profesionalisme guru maka semakin tinggi kinerja guru.

Banyak pengalaman yang penulis peroleh baik pada saat mengajar maupun di luar jam pelajaran. Latihan mengajar ini banyak memberikan masukan kepada penulis tentang proses belajar mengajar di kelas, bukan sekedar teori tetapi langsung terjun ke lapangan dan merasakan langsung proses belajar mengajar sesungguhnya. Salah satu di antaranya yaitu siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga penulis dituntut untuk mengelola kelas secara baik. Selama latihan mengajar penulis menemukan beberapa kesulitan terutama yang berhubungan dengan siswa. Penulis mengalami kesulitan terutama dalam mengelola kelas. Hal ini terjadi karena adanya beberapa siswa yang memiliki minat belajar yang kurang sehingga mereka tidak memperhatikan dan akibatnya suasana kelas menjadi tidak kondusif. Oleh karena itu, penulis mengatasi hal tersebut dengan cara memilih model pembelajaran yang melibatkan semua siswa harus aktif di dalam kelas. Dalam pembuatan model pembelajaran penulis dituntut untuk membuat RPP yang di dalam berisi

(35)

tentang kompetensi dasar, indikator, tujun pembelajaran, model pembelajaran dan materi yang akan diajarkan di dalam kelas. Apabila sudah terlaksana dengan baik, penulis akan melakukan pengecekan apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai dengan baik atau belum dengan cara melakukan penilaian kepada siswa mengenai materi terkait. Kemampuan dalam melihat diri dan persoalan di kelas membantu penulis untuk menentukan apa yang akan dilakukan demi semakin baiknya proses pembelajaran. Hal ini pun akhirnya dapat membantu penulis untuk mengembangkan sikap profesionalisme sebagai calon guru.

(36)

29 BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Pengembangan profesi guru merupakan proses kegiatan dalam rangka menyesuaikan kemampuan profesional guru dengan tuntutan pendidikan dan pengajaran. Pengembangan profesi guru di lingkungan pendidikan diarahkan pada kualitas profesional, penilaian kinerja secara obyektif, transparan dan akuntabilitas, serta memotivasi untuk meningkatkan kinerja dan prestasi. Pengembangan profesi guru merupakan hal penting untuk diperhatikan guna mengantisipasi perubahan dan besarnya tuntutan terhadap profesi guru yang utamanya ditekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan.

2. Kinerja guru merupakan kemampuan guru dalam menunjukkan kecakapan atau kompetensi yang dimilikinya dalam dunia kerja yang sebenarnya. Kinerja guru merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

3. Pengembangan profesionalisme guru berhubungan dengan kinerja guru, jika seorang guru yang mempunyai profesionalisme tinggi akan melaksanakan tugasnya dengan kemampuan tinggi dan motivasi yang tinggi. Dengan profesionalisme yang tinggi diharapkan mampu dan terampil dalam memperbaiki prestasi akademis siswa dan memberi dorongan semangat belajar bagi peserta didiknya. oleh itu, guru harus mempunyai visi yang tepat dengan aksi inovatif dan mandiri.

(37)

Saran

1. Hendaknya guru melakukan upaya peningkatan profesionalisme yang dapat dilakukan di antaranya adalah memahami tuntutan standar profesi yang ada, mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan, membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi profesi, mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen, mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan dalam kemampuannya mengelola pembelajaran.

2. Guru lebih meningkatkan kinerjanya dalam berbagai bidang kompetensi, baik kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

3. Guru disarankan untuk benar-benar mengaplikasikan ilmu yang didapat dari program pengembangan guru, misalnya mendemonstrasikan kompetensi secara riil di kelas, yakni mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap penutupan dalam siklus pembelajaran.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2015. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Barnawi & Arifin, M. (2014). Kinerja Guru Profesional. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Bafadal, Ibrahin (2003)(1992), Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah

Menengah Pertama. Jakarta: Bumi Aksara

Danil, (2009). Kecerdasan emosional: Mengapa El Lebih penting daripada IQ. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Djauzak, Ahmad (1995), Pedoman Pembinaan Profesional Guru Sekolah dasar, Jakarta : Depdikbud RI.

Darmasiah. (2008) Kontribusi Profesionalitas Guru dan Kepemimpinan Kepala

Sekolah terhadap Kinerja Guru. Tesis: Universitas Negeri Semarang.

Gibson, Ivancevich, & Donnely, (1992). Organisasi dan menejemen. Edidi keempat. Jakarta Erlnagga.

Gaffar, Fakry. 1987. Perencanaan Pendidikan: Teori dan Metodologi. Jakarta:Depdikbud

https://www.bps.go.id/statictable/2018/07/24/2007/persentase-guru- berkualifikasi-minimal-s1-pada-satuan-tingkat-pendidikan-persen-2012-2013---2016-2017.html diakses pada 11 oktober 2019

Istiarini, Risma & Sukanti. 2012. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No.1. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Mangkunegara (2000). Menejemen sumber daya Manusia. Cetakan ke 2. Jakarta: PT Remaja Putra.

Mulyasa, E. 2013. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru.Bandung: PT Remaja Karya Putra.

Mukhtar & Samsu. (2003). Evaluasi yang sukses, pedoman mengukur kinerja

pembelajaran. Jakarta: Cv. Sasama Mitra Sukses.

Mushon, A. (2004). Meningkatkan Profesionalisme Guru: Sebuah Harapan. Staff Mengajar di Fakultas Ilmu Sosial Universita Negri Yogyakarta.

(39)

Nawawi, Hadari. 2013. Kepemimpinan yang efektif. Yogyakarta: Gadjahmada Press.

Purwanto, (2004). Profesionalisme guru. Diambil dari http://www.pustekkom.go.id/teknodik/t10/10-7.htm, pada, minggu, 26 juli 2020.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, Standar

Nasional Pendidikan, Pasal 28, Ayat (3), butir c.

Saondi, Ondi, dan Aris Suherman. 2010. Etika Profesi Keguruan. Bandung: PT. Refika Aditama.

Syah,Muhibbin, (1995). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Trianto, (2010). Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi

Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Uno, Hamzah, (2008). Teori Motivasi dan pengukurannya. Jakarta: Bumi aksara. Uno, Hamzah, (2009). Profesi Kependidikan (Jakarta: Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: mendeskripsikan konteks mikro, meso dan makro spasial Pasar Terapung Lok Baintan Kecamatan Sungai Tabuk

Penelitian tidak mungkin dilakukan terhadap manusia karena penelitian merusak unit eksperimen, maka digunakan binatang coba tikus jantan yang dipajan radiasi photon dengan

Penelitian terakhir (Hayat, dkk 2017) “Perancangan Sistem Informasi Kependudukan Berbasis Web”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan sistem

Putra Perdana Selaras hadir sebagai mitra kerja pihak perusahaan / instansi pengguna jasa dalam membina, melatih, menerima, mengelola tenaga kerja, serta memberikan

boleh berubah dengan berlalunya zaman. Dalam keadaan ekonomi yang ada sekarang pendapat minoritas fuqaha’ yang tidak mengharuskan peru- sahaan campuran, jika digunakan akan

Bagi al-Ghazali, anak didik diharapkan menjadi manusia yang sempurna, yang mampu mengintegrasikan kemampuan rasional dan kekuasaan Tuhan. Sehingga ia tumbuh berkembang

Pada pencarian kondisi analisis o p timum d ip ero leh ko nd isi kro - matografi untuk analisis rebamipid dalam plasma in vitro menggunakan KCKT dengan detektor ultraviolet,

Pembelajaran Konvensional Ditinjau dari Hasil Belajar Ranah Afektif pada. Mata Pelajaran PKn Kelas Tinggi SDN Gendongan